Anda di halaman 1dari 29

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Definisis Kehamilan

2.1.1. Pengertian Kehamilan

Kehamilan adalah suatu proses pembuahan dalam rangka melanjutkan

keturunan sehingga menghasilkan janin yang tumbuh di dalam rahim seorang

wanita. Kehamilan merupakan masa kehidupan yang penting, dimasa ini ibu harus

mempersiapkan diri sebaik – baiknya untuk menyambut kelahiran bayinya. Salah

satu faktor yang mempengaruhi terhadap kesehatan ibu adalah keadaan gizi ibu

( Waryana,2016 ).

Kehamilan adalah mulai dari ovulasi sampai partus lamanya 280 hari ( 40

minggu) daan tidak lebih dari 300 hari ( 43 minggu ). Pembagian kehamilan di

bagi dalam 3 Trimester : trimester pertama, di mulai dari konsepsi sampai 3 bulan

(0 – 12 minggu), Trimester kedua, di mulai dari bulan ke empat sampai 6 bulan

( 13 – 28), trimester ketiga dari bulan ketujuh sampai 9 bulan 29 – 42 minggu

(Rukiyah,2013).

2.1.2. Tanda Dan Gejala Kehamilan

Tanda dan gejala kehamilan menurut Suryati Romauli, 2014 yakni :

1. Tanda tidak pasti

a. Amenorhea

Kehamilan menyebakan dinding dalam uterus ( endometrium ) tidak

dilepaskan sehingga amenorhea atau tidak datangnya haid dianggap sebagai

tanda kehamilan.

6
7

b. Mual muntah

Mual dan muntah merupakan gejala umum mulai dari rasa tidak enak

sampai muntah yang berkepanjangan dalam kedokteran sering disebut

dengan murning sicness karena munculnya sering kali pada pagi hari.

c. Mastodinia

Mastodinia adalah rasa kencang dan rasa sakit pada payudara disebabkan

payudara membesar.

d. Gangguan kencing

Frekuensi BAK bertambah dan sering BAK pada malam hari,disebabkan

karena desakan uterus yang membesar dan tarikan oleh uterus ke cranial.

e. Konstipasi

Konstipasi ini terjadi karena efek relaksasi progesteron atau dapat.

f. Penurunan berat badan

Pada kehamilan 2 – 3 buklan sering terjadi penurunan karena tidak nafsu

makan dan sering mual muntah.

g. Pingsan

Sering di jumpai bila berada di tempat – tempat ramai yang sesk dan padat.

Dianjurkan untuk tidak berada di tempat – tempat yang ramai dan padat.

Dan akan menghilang setelah kehamilan 16 minggu.

2. Tanda – tanda kemungkinan hamil

a. Perubahan pada uterus


8

Uterus mengalami perubahan pada ukuran, bentuk dan konsitensi uterus

berubah menjadi lunak.

b. Tanda piskacek`s

Uterus membesar kesalah satu jurusan menonjol jeas kejurusan

pembesaran uterus

c. Perubahan pada servisk

Tanda ini berupa pelunakan pada daerah itsmus

uteri b ) Tanda Goodell`s

Diketahui melalui pemeriksaan Bimanual, serviks terasa lebih lunak.

c ) Tanda Chadwick

Adanya hipervaskularisasi mengakibatkan vagina dan vulva tampak lebih

merah, agak kebirua – biruan ( lividea ).

Fundus uteri dan serviks bisa dengan mudah difleksikan satu sama lain

dan tergantung pada lunak atau tidaknya jaringan itstimus.

d. Kontraksi uterus

Tanda ini muncul belakangan dan pasien mengeluh prutnya kencang,

tetapi tidak disertai rasa sakit.

e. Pemeriksaan test biologis kehamilan

Pada pemeriksaan ini hasil positif, dimana kemungkinan positif palsu.

f. Tanda pasti kehamilan


9

Tanda pasti hamil adalah data atau kondisi yang mengindikasikan

adanya buah kehamilan atau bayi yang diketahui melalui pemeriksaan

dan direkam oleh pemeriksaan ( misalnya DJJ, Gambaran sonogrsm

janin, dan gerakan janin (Suryati,2014 )/

Indikator pasti hamil adalah penemuan penelitian keberadaan janin

secara jelas dan hal ini tidak dapat dijelaskan dengan kondisi kesehatan

yang lain.

a. Denyut jantung janin ( DJJ )

Dapat di dengar stetoskop pada minggu ke 17 – 18 dengan

stetoskop ultrasonic ( Dopler ), DJJ dapat di dengar lebih awal lagi,

sekitar minggu ke 12.

b. Gerakan janin dalam rahim

Gerakan pertama bayi yang dapat di rasakan ibu di sebut dengan

quickening, yang sering diartikan sebagai kesan kehidupan.

c. Dengan menggunakan USG dapat terlihat gambaran janin berupa

ukuran kantong janin, pnjangnya janin dan diameter bipateralis

sehingga dapat diperkirakan tuany kehamilan.

2.1.3. Perubahan fisiologi pada kehamilan

1. Perubahan uterus

Uterus yang semula beratnya 30 gram akan membesar sehingga menjadi

seberat 1000 gram dibawah pengaruh estrogen dan progesteron, otot rahim

mengalami hipertropi menjadi lebih besar, lunak dapat mengikuti pembesaran

rahim karena pertumbuhan ( Sukarmi, 2015 ).


10

a. Tidak hamil /normal : sebesar telur ayam (kurang lebih 30 gram)

b. Kehamilan 8 minggu : sebesar telur bebek

c. Kehamilan 12 minggu : sebesar telur angsa

d. Kehamilan 16 minggu : pertengahan simpisis – pusat

e. Kehamilan 20 minggu : pinggir bawah simpisis

f. Kehamilan 24 minggu : pinggir atas pusat

g. Kehamilan 28 minggu :sepertiga pusat – pusat

h. Kehamilan 32 minggu : pertengahan pusat – simpis

i. Kehamilan 36 – 42 minggu : 3 sampai satu jari dibawah xypoid

1. Vagina dan vulva

Vagina dan vulva mengalami peningkatan pembuluh darah karena pengaruh

hormone estrogen sehingga tanpak makin merah dan kebiru – biruan ( tanda

chadwick ).

2. Ovarium

Dengan terjadinya kehamilan, indung telur yang mengandung corpus luteum

gravidarum akan meneruskan fungsinya sampai terbentuknya plasenta

sampai umur kehamilan 16 minggu. Corpus luteum ini mengeluarkan

hormone esterogen dan progesteron yang fungsinya akan diambil alih oleh

plasenta.

3. Payudara

Payudara mengalami pertumbuhn dan perkembangan untuk persipan laktasi,

perkembangannya dipengaruhi oleh hormon estrogen, progesteron dan

somatomamnotropin. Estrogen menyebabkan hipertropi system saluran


11

payudara. Progesteron mempersiapkan jumlah sel asinus. Sedangkan

somatoman – motropin berfungsi mempengaruhi sel asinus untuk membuat

kasein, laktabumin dan laktoglobulin serta merangsang pengeluaran

kolostrum.

4. Serviks

Serviks pada kehamilan mengalami perubahan karena pengaruh hormone

estrogen, jaringan ikat pada serviks banyak mengandung kolagen. Akibat

kadar estrogen meningkat dengan adanya hipervakulirisasi serviks menjadi

lunak dan berubah menjadi kebiru – biruan. Kanalis servikalis terluka oleh

mukosa sehingga tidak terjadi asendens dari vagina.

5. Sistem respirasi

Pada kehamilan juga berubah system respirasi untuk dapat memenuhi

kebutuhan oksigen disamping itu terjadi desakan diafgrama karena dengan

rahim yang membesar pada umur kehamilan 32 minggu keatas sehingga

tidak jarang menimbulkan rasa sesak.

6. Sistem pencernaan

Pada bulan pertama kehamilan kandungan kencing tertekan oleh uterus

yang membesar sehingga timbul sering kencing. Keadaan ini hilang dengan

makin tuanya kehamilan bila uterus gravidus keluar dari rongga panggul

pada akhir kehamilan bila kepala janin mulai turun kebawh pintu atas

panggul keluhan sering kencing akan sering timbul lagi karena kandung

kemih mulai tertekan lagi.

7. Kulit
12

Pada kulit terjadi perubahan deposit pigmen dan hiperpigmentasi alat – alat

tertentu. Pigmentasi ini disebabkan karena pengaruh melanophore

simularing hormone ( MSH ) yang meningkat.

8. Metabolisme dalam kehamilan

Dengan terjadinya kehamilan, metabolisme tubuh mengalami perubahan

yang mendasar dimana kebutuhan nutrisi makan tinggi untuk pertumbuhan

janin dan persiapan pemberian ASI. Metabolisme Basal naik 15- 20 %

terutama pada trimester ketiga.

2.1.4. Perubahan Psikologis Masa Kehamilan

1. Trimester I

Menuruut Suryati ( 2014 ), adapun perubahan psikologis pada ibu hamil

Ttrimeste

Menuruut Suryati ( 2014 ), adapun perubahan psikologis pada ibu hamil

Ttrimester 1 antara lain :

a. Ibu merasa tidak sehat dan kadang merasa benci dengan kehamilannya

b. Kadang muncul penolakan, kekecewaan, kecemasan, dan kesedihan

c. Ibu kan selalu mencari tanda – tanda apakah dia hamil

d. Setiap perubahan yang terjadi pada dirinya akan selalu mendapatkan

perhatian dengan seksama

e. Hasrat untuk melakukan hubungan seksual berdeda – beda pada setiap

wanita, tetapi kebanyakan akan mengalami penurunan

2. Trimertes II
13

Menurut Suryati ( 2014 ), adapun perubahan psikologis pada ibu hamil

terimester II antara lain :

a. Ibu merasa sehat, tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar hormone

yang tinggi

b. Ibu sudah bisa menerima kehamilannya

c. Merasakan gerakan janin

d. Merasakan terlepasnya daru ketidaknyamanan dan kecemasan

e. Libido meningkat

f. Menuntut perhatian dan cinta

g. Merasa bahwa bayi sebagai individu yang merupakan bagian dari

dirinya

h. Hubungan sosial meningkat dengan wanita hamil lainya atau pada

orang lain yang baru menjadi ibu

i. Ketertarikan dan aktifitasnya terfokus pada kehamilan, kelahiran dan

persiapan untuk peran baru

Menurut Suryati ( 2014 ), dapun perubahan psikologis pada ibu hamil

trimester III antara lain :

a. Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek, aneh, dan

tidak menarik

b. Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak hadir tepat waktu

c. Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada saat

melahirkan , khawatir akan keseamatanya


14

d. Khawatir bayi akan dilahirkan dalam kadaan tidak normal

e. Merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya

f. Merasa kehilangan perhatian

g. Persaan mudah terluka ( sensitive )

h. Libido menurun

2.1.5. Asuhan Kehamilan

Asuhan kehamilan adalah asuhan yang diberikan kepada ibu hamil sejak

konfirmasi konsepsi hingga awal persalinan. Tujuan utama asuhan kehamilan

adalah untuk memfasilitasi hasil yang sehat dan positif bagi ibu maupun

bayinya, mendeteksi komplikasi, mempersiapkan kelahiran, dan memberikan

pendidilan dalam memberikan asuhan pada ibu hamil, bidan harus memberikan

pelayanan secara komprehensif atau menyeluruh.

Adapun lingkungan asuhan kebidanan pada ibu hamil :

1. Mengumpulkan data riwayat kesehatan dan kehamilan serta menganalisa

tiap kunjungan pemeriksaan ibu hamil

2. Melaksanakan pemeriksaan fisik secara sistematis dan lengkap

3. Melakukan pemeriksaan abdomen termasuk tinggi fundus uteri posisi atau

presentase penurunan janin

4. Melakukan penilaian pelvic, ukuran dan penuurunan janin

5. Menilai keadaan janin selama kehamilan termasuk DJJ

6. Menghitung usia kehamilan dan hari perkiraan lahir

7. Mengkaji status nutrisi dan hubungan dengan pertumbuhan janin

8. Mengkaji kenaikan berat badan ibu dan hubungan dengan komplikasi


15

9. Memberi penyuluhan tanda – tanda bahaya dan bagaimana menghubung

bidan

10. Menjelaskan dan mendomentrasikan cara mengurangi ketidak nyaman

kehamilan

11. Memberikan imunisasi

12. Memberikan bimbingan dan persiapan persalinan kelahiran dan menjadi

orang tua

13. Bimbingan penyuluhan tentang prilaku kesehatan selama hamil seperti

nutrisi, latihan, keamanan dan merokok

2.1.6. Fisiologi Asuhan Kehamilan

Fisiologi asuhan kehamilan menggambarka keyakinan yang dianut oleh

bidan dan dijadikan sebagai panduan yang diyakini dalam memberikan

asuhan kebidanan pada klien selama masa kehamilan.

1. Kehamilan merupaka proses yang alamiah

2. Asuhan kehamilan mengutamakan kesinambungan pelayanan continuity

of care

3. Pelayanan yang terpusat pada wanita serta keluarga

4. Asuhan kehamilan menghargai hak ibu hamil untuk berpartisipas

2.1.7. Tanda Bahaya Dalam Kehamilan

Selama kunjungan antenatal, ibu mungkin mengeluh bahwa ia mengalami

ketidaknyamanan. Kebanyakan dari kuluhan itu adalah ketiknyamanan yang

normal yang merupakan bagian dari perubahan yang terjadi pada tubuh ibu
1
6

selama kehamilan. Sebagai seorang bidan, penting bagi kita membedakan

ketidaknyaman normal dengan tanda – tanda bahanya ( Suryati, 2014 ).

Tanda – Tanda bahaya yang perlu diperhatikan dan diantisipasi dalam

kehamilan lanjut adalah :

a. Perdarahan pervagina

b. Sakit kepala yang berat

c. Penglihatan kabur

d. Benkak pada muka dan jari tangan

e. Keluar cairan pervagina

f. Gerakan janin tidak terasa

Selama pemeriksaan antenatal, ibu mungkin akan memberitahukan jika ia

mengalami tanda – tanda bahaya tersebut atau dapat terdeteksi oleh bidan.

2.2. Hiperemesis Gravidarum

2.2.1. Defenisi Hiperemesis Gravidarum

Hiperemesis Gravidarum adalah mual muntah berlebihan sehingga

menimbulkan gangguan aktivitas sehari – hari dan bahkan dapay

membahayakan kehidupan ( Sulistyawati, 2016 ). Hiperemesis gravidarum

adalah komplikasi mual dan muntah pada kehamilan muda, yang bila terjadi

terus – menerus dapat menyebabkan dehidrasi tidak imbangnya elektrolit

dengan alkalosis hopokloremik. Mual dan muntah adalah gejala yang wajar

dan sering didapati pada kehamilan trimester pertama, mual dan muntah

berlebihan sehingga pekerjaan sehari – hari terganggu dan keadaan umum

memburuk, dimana muntah – muntah yang terjadi lebih dari 10 kali / hari
17

sehingga terjadi dehidrasi pada kehamilan trimester pertama, terjadi 60 - 80

% pada primigravida dan 40 – 60 % pada multi Gravida ( Anik, 2016 ).

2.2.2. Etiologi Hiperemesis gravidarum

Penyebab hiperemesis Gravidarum belum diketahui secara pasti, tidak

ada bukti bahwa penyakit ini disebabkan oleh faktor toksik juga tidak

ditemukan kelainan biokimia, perubahan – perubahan anatomi pada otak,

jantung, hati, dan susunan saraf, disebabkan oleh kekurangan vitamin serta

zat – zat lain akibat inasiasi Frekuensi kejadian adalah 2 / 1000 kehamilan,

beberapa faktor fredisposisi Hiperemesis Gravidarum sebagai berikut :

1. Faktor predusposisi : primigravida, overdistensi rahim, hindramnion,

kehamilan ganda, estrogen dan HCG tinggi, mola hidatidosa.

2. Faktor Organik : perubahan metabolik akibat hamil, resistensi yang

menurun dari pihak ibu dan energi.

3. Faktor psikologis : Rumah tangga yang retak, hamil yang tidak

diinginkan, takut terhadap kehamilan dan persalinan, takut terhadap

tanggung jawab sebagai ibu dan kehilangan pekerjaan.

4. Faktor Endokrin lainya :hypertiroid, diabetes, dll

Faktor predisposisi yang emnimbulkan Hiperemesis Gravidarum adalah

primigravida, Overdistensi uterus, faktor alergi, faktor psikologis,

kehamilan yang tidak diinginkan, takut hamil dan masalah keluarga

( Lisnawati, 2015 ).
18

2.2.3. Patofisiologis Hiperemesis Gravidarum

Hiperemesis Gravidarum dapat disebabkan pada peningkatan Hormon

Chorionic Gonadhotropin ( HCG ) dapat menjadi faktor mual dan muntah.

Peningkatan kadar hormon progesteron menyebabkan otot polos pada sistem

gastrointestinal mengalami relaksasi sehingga motilitas menurun dan

lambung menjadi kosong. Hiperemesis Gravidarum yang merupakan

komplikasi ibu hamil mudah bila terjadi terus – menerus dapat

mengakibatkan dehidrasi, ketidak seimbangan elektrolit, serta dapat

mengakibatkan cadangan karbohidrat dan lemak habis terpakai untuk

keperluan energy. ( Winkjosastro, 2016 ). Patofisiologi Hiperemesis

Gravidarum diawali dengan mual muntah yang berlebihan sehingga dapat

menimbulkan dehidrasi, tekanan darah menurun, hal ini menimbulkan perfusi

kejaringan, menutup untuk memberikan nutrisi dan mengkomsumsi O2. Oleh

karena itu dapat terjadi perubahan metabolisme menuju arah anaerobik

dengan menimbulkan benda keton dan asam laktat. Muntah yang berlebihan

dapat menimbulkan perubahan elektrolit sehingga PH darah menjadi lebih

tinggi.

1 ). Perjalanan penyakit / gangguan pada Hiperemesis Gravidarum dapat

diuraikan sebagai berikut :

a. Pada penderita dengan muntah terus – menerus cadangan karbohidrat dan

cadangan lemak habis terpakai untuk keperluan energi karena oksidasi

lemak yang tidak sempurna timbul ketosis dengan timbulnya asam aseton

– asetik. Asam hidroksibutrik dan aseton dalam darah.


19

b. Kekurangan cairan yang diminum dan kekurangan cairan karena muntah

memyebabkan dehidrasi , sehingga cairan ekstraseluler dan plasma

berkurang.

c. Natrium dan klorida dan turun, juga klorida air kencing berkurang, selain

itu dehidrasi menyebabkan hemokonsentrasi sehingga aliran darah

kedalam jantung menurun.

d. Hal ini akan menyebabkan jumlah zat – zat makanan dan oksigen ke

jaringan berkurang pula dan menimbulnya zat – zat metabolic yang

toksin. Kekurangan kalium akan terjadi karena muntah dan

meningkatkan ekskresi kalium melalui ginjal.

e. Hypokalemia ini menyebabkan lebih banyak muntah – muntah yang

banyak bersamaan dengan kerusakan hati akan menyebabkan sirkulasi

vitiosus yang sukar dipatahkan ( Anik.M,2016 ).

2.2.4. Tanda Dan Gejala Hiperemesis Gravidarum

Tanda dan gejala yang terjadi pada ibu hamil yang dengan Hiperemess

gravidarum adalah muntah yang tidak dapat dikontrol dengan pengobatan

morning sicness, muntah pernisiosa, nafsu makan buruk, penurunan berat

badan, dehidrasi, ketidak seimbangan elektrolit, asidosis akibat kelaparan,

alkalosis asam hidroklorida berkurang ketika muntah, dan hypokkalemia.

( Varney, 2010 ). Menurut ( Anik, 2016 ) gejala hiperemesis gravidarum

adalah sebagai berikut :


20

1. Tingkat I

2. Muntah yang terus – menerus

3. Merasa lemas

4. Nafsu makan tidak ada

5. Berat badan turun

6. Merasa nyeri didaerah epigastrium

7. Nadi meningkat 100 x permenit

8. Tensi sistolik menurun

9. Turgor kulit kurang elastis

10. Lidah mengering

11. Keduan mata tampak cekung

2. Tingkat 2

1. Penderita tampak lemas dan apatis

2. Lidah mengering dan tampak kotor

3. Nadi kecil dan cepat

4. Suhu kadang – kadang naik

5. Mata sedikit ilseras

6. Berat badan menurun

7. Mata cekung

8. Tensi turun

9. Aseton dapat tercium dalam hawa pernafasan, dan dapat pula di

temukan dalam urine

10. Hemokonsentrasi
21

11. Oligura dan konstipasi

3. Tingkat 3

1. Keadaan umum lebih menurun

2. Nafas berhenti

3. Kesadaran menurun dari semua samnolen sampai koma

4. Nadi kecil dan cepat

5. Suhu meningkat dan tensi turun

6. Komplikasi fatal terjadi pada susunan saraf yang dikenal sebagai

ensepalopati wemicks` dengan gejala nistagmus, displopia dan

perubahan mental.

2.2.5. Diagnosa Hiperemesis Gravidarum

Menetapkan kejadian Hiperemesis Gravidarum tidak sukar, dengan

menentukan kehamilan muntah berlebihan sampai menimbulkan ngangguan

kehidupan sehari – hari dan dehidrasi. Muntah yang terus – menerus tampa

pengobatan tampa menimbulkan ngangguan tumbuh kembang janin dalam

rahim dengan menifestasi klinisnya, oleh karen itu hyperemesis Gravidarum

harus dicegah dan harus mendapat pengobatan yang adekuat ( Rukyah, 2017 )

Dignosa hiperemesis Gravidarum dapat dengan mudah ditegakan yaitu sbagai

berikut :

1. Amenorea

2. Mual muntah berlebihan sampai menggangu aktivitas sehari – hari

3. Nyeri abdomen yang tidak berhubungan dengan persalinan normal


22

4. Nyeri abdomen yang mungkin menunjukan masalah yang mengancam

keselamatan jiwa dengan ciri – ciri nyeri hebat, menetap, dan tidak

hilang setelah beristirahat, hal ini dapat menyebabkan terjadinya :

- Kehamilan ektopik

- Abortus

- Apendisitis

- Penyakit radang panggul

- Persalinan prematur

- Penyakit infeksi kelamin akibat hubungan seksual

- Gastritis

- Penyakit kantong empedu

- Uterus yang iritabilitas

- Infeksi saluran kemih

2.2.6. Komplikasi Yang Mungkin Terjadi

Komplikasi yang mungkin terjadi menurut ( Anik, 2016 ). Muntah

yang hebatdapat mengakibatkan tubuh banyak kehilangan cairan dan

elektrolit, akibatnya terjadi komplikasi berupa :

1. Dehidrasi dengan tanda – tanda ikterik, nadi cepat, suhu tinggi, oliguria,

turgor kulit buruk.

2. Gangguan lain seperti sukar tidur, lemas, dilirium, dan akhirnya dapat

terjadi koma dan kematian.


23

2.2.7. Pencegahan Hiperemesis Gravidarum

Prinsip pencegahan adalah mengobati emesis agar tidak terjadi

hiperemesis Gravidarum dengan cara :

1. Memberikan penerapan tentang kehamilandan persalinan sebagai suatu

proses yang fisiologik.

2. Memberikan keyakinan bahwa mual dan muntah kadang – kadang

muntah merupakan gejala yang fisiologis pada kehamilan muda dan

akan hilang setelas kehamilan 4 bulan .

3. Menganjurkan mengubah makanan sehari – hari dalam jumlah kecil

tetapi sering

4. Menganjurkan pada waktu bangun pagi tidak langsung turun dari

tempat tidur.

5. Makanan yang berminyak dan berbau lemak sebaiknya dihindarkan

dahulu.

6. Makanan sebaiknya disajikan dalam keadaan panas atau sangat dingin.

7. Menghindari kekurangan karbohidrat merupakan faktor penting,

dianjurkan makanan yang banyak gula.

2.2.8. Penatalaksanaan Hiperemesis Gravidarum

Apabila dengan cara diatas gejala tidak berkurang maka diperlukan :

1. Obat – obatan , sedativa, phenobarbital, vitamin B1 dan B6 atau B

kompleks, anti hitamin : Dramamine, avomin, enetik ( pada keadaan


24

lebih berat ), penanganan Hiperemesis Gravidarum lebih berat harus

ditangani di Rumah Sakit.

2. Isolasi, penderita Hiperemesis Gravidarumharus ditempatkan

diruangan yang tenang, udara yang baik, kadang – kadang dengan

isolasi saja gejala – gejala akan berkurang sendirinya.

3. Trapi Psikologika, dapat menyakinkan sipenderita bahwa

Hiperemesis Gravidarum dapat disembuhkan, serta hilangkan rasa

takut oleh karna kehamilan, kurangi pekerjaan, serta hilangkan

masalah dan komplik yang dapat menyebabkan terjadinya

hiperemesis Gravidarum.

2.3. Dasar Hukum Kebidanan/ Wewenang Hukum

Sebagai seorang bidan memberikan asuhan harus berdasarkan aturan

atau hukum yang berlaku, sehingga penyimpanan terhadap wewenang

(malpraktik) dapat dihindari dengan landasan hukum yang digunakan.

Menurut Permenkes No. 28 Tahun 2017 pasal 18 yang mengatur tentang

wewenang bidan, bahwa bidan memiliki wewenang untuk melaksanakan

asuhan pelayanan kesehatan pada ibu. Pada pasal yang ke 19 ayat 1

memuat tentang pelayanan kesehatan yang dilakukan oleh bidan pada ibu

memuat tentang pelayanan yang dapat diberikan bidan pada ibu hamil

meliputi konseling masa sebelum hamil, hamil, antenatal pada kehamilan

normal.
25

Menurut Internasional Conferderence of Midwifery (ICM) tahun

2017, bahwa seorang bidan harus mampu memberikan konseling

tentang perubahan fisiologis kehamilan, pola hidup sehat, kebersihan

personal hygine, serta bidan mampu mendeteksi dini komplikasi pada

kehamilan seperti hyperemesis gravidarum, preeklamsia/eklmsia dan

lain-lain.

2.4. Teori Manajemen Kebidanan

2.4.1. Pengertian Manajemen Kebidanan

Manajemen Kebidanan adalah proses pemecahan masalah yang

digunakan sebagai metode untuk mengorganisasikan pikiran dan tindakan

berdasarkan teori ilmiah, penemuan-penemuan, keterampilan dalam

rangkaian/tahapan yang logis untuk pengambilan suatu keputusan yang

berfokus pada klien (Mangkuji, 2013).

2.4.2 Proses Asuhan Kebidanan

Langkah-langkah manajemen kebidanan merupakan suatu proses

penyelesaian masalah yang menuntut bidan untuk lebih kritis didalam

mengantisipasi masalah. Ada 7 langkah dalam manajemen kebidanan

menurut Varney yang akan dijelaskan sebagai berikut :

Langkah I: Pengumpulan Data Dasar

Pada langkah ini, kegiatan yang dilakukan adalah pengkajian dengan

mengumpulkan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasi klien

secara lengkap. Data yang dikumpulkan antara lain:


2
6

1. Keluhan klien

2. Riwayat kesehatan klien

3. Pemeriksaan fisik secara lengkap sesuai denga kebutuhan.

4. Meninjau cacatan terbaru atau cacatan sebelumnya.

Meninjau data laboratorium. Pada langkah ini, dikumpulkan semua

informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi

klien. Pada langkah ini, bidan mengumpulkan data dasar awal secara

lengkap (Mangkuji, 2013).

Dari hasil pengumpulan data yang menjadi data fokus kasus

Hiperemesis Gravidarum, ibu merasa sering mengalami mual dan muntah di

kehamilannya yang sekarang sesuai dengan teori pengertian dan tanda gejala

Hiperemesis Gravidarum pada kehamilan muda (Rukiyah, 2011)

Langkah 2: Interprestasi Data

Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosis atau

masalah berdasarkan interpretasi atas data-data yang telah dikumpulkan.

Data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga dapat

merumuskan diagnosis dan masalah yang spesifik. Rumusan diagnosis dan

masalah keduanya digunakan karena masalah tidak dapat didefinisikan

seperti diagnosis tetapi tetap membutuhkan penanganan. Masalah sering

berkaitan dengan hal-hal yang sedang dialami wanita yang diidentifikasi

oleh bidan sesuai dengan hasil pengkajian. Masalah juga sering menyertai

diagnosis.
2
7

Diagnosis kebidanan adalah diagnose yang ditegakkan bidan dalam

lingkup praktek kebidanan dan memenuhi standar nomenklatur diagnose

kebidanan. Standar nomenklatur diagnosis kebidanan :

4. Diakui dan telah disahkan oleh profesi.

5. Berhubungan langsung dengan praktek kebidanan.

6. Memiliki cirri khas kebidanan.

7. Didukung oleh clinical judgement dalam praktek kebidanan.

8. Dapat diselesaikan dengan pendekatan manajemen kebidanan.

Berdasarkan hasil data, yang menjadi interprestasi data dasar pada

pada kasus Hiperemesis Gravidarum Tingkat I pada kehamilan muda

Hiperemesis Gravidarum sering terjadi pada kehamilan muda.

Langkah 3: Mengidentifikasi Diagnosis atau Masalah Potensial

Pada langkah ini bidan mengidantifikasi masalah potensial atau

diagnosis potensial berdasarkan diagnosis atau masalah yang sudah

diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila memungkinkan

dilakukan pencegahan. Bidan diharapkan dapat waspada dan bersiap-siap

mencegah diagnosis atau masalah potensial ini menjadi benar-benar terjadi.

Langkah ini penting sekali dalam melakukan asuhan yang aman.

Pada langkah ketiga ini bidan dituntut untuk mampu mengantisipasi

masalah potensial, tidak hanya merumuskan masalah potensial yang akan

terjadi tetapi juga merumuskan tindakan antisipasi agar masalah atau

diagnosis potensial tidak terjadi. Sehingga langkah ini benar merupakan


2
8

langkah yang bersifat antisipasi yang rasional atau logis. Kaji ulang apakah

diagnosis atau masalah potensial yang diidentifikasi sudah tepat. Masalah

potensial yang dapat terjadi apabila tidak ditangani dapat terjadi ganguan

kesehatan pada ibu hamil dan janin.

Langkah 4: Mengidentifikasi dan Menetepkan Kebutuhan untuk

Tindakan Segera

Mengindentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter

dan atau tenaga konsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim

kesehatan yang lain sesuai dengan kondisi klien. Langkah keempat

mencerminkan kesinambungan dari proses manajemen kebidanan. Jadi

manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan

prenatal saja tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus

menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan.

Data baru mungkin saja dikumpulkan dan dievaluasi. Beberapa data

mungkin mengidentifikasi situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak

segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak. Data baru

mungkin saja dikumpilkan dapat menunjukkan satu situasi yang

memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus menunggu

intervensi dari seorang dokter. Situasi lainnya tidak merupakan kegawatan

tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter.

Demikian juga bila ditemukan tanda-tanda awal dari penurunan berat

badan, elektrolit, sakit kepala, konstipasi atau masalah medis yang serius,
29

bidan memerlukan konsultasi atau kolaborasi dengan dokter. Dalam kondisi

tertentu seorang wanita mungkin juga akan memerlukan konsultasi atau

kolaborasi dengan dokter atau tim kesehatan lain seperti pekerja sosial, ahli

gizi atau seorang ahli perawatan klinis bayi baru lahir. Dalam hal ini bidan

harus mampu mengevaluasi kondisi setiap klien untuk menentukan kepada

siapa konsultasi dan kolaborasi yang paling tepat dalam manajemen asuhan

kebidanan. Kaji ulang apakah tindakan segera ini benar-benar dibutuhkan.

Pada kasus ini penanganan/tindakan segera yang dilakukan adalah kita

pantau tekanan darah dan dehidrasi pada ibu. (WHO, 2013)

Langkah 5: Merencanakan Asuhan yang Menyeluruh

Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan

oleh langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan

manajemen terhadap masalah atau diagnose yang telah diidentifikasi atau

diantisipasi. Pada langkah ini informasi data yang tidak lengkap dapat

dilengkapi.

Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang

sudah terindentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang

berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita

tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya, apakah

dibutuhkan penyuluhan, konseling dan apakah perlu merujuk klien bila ada

masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi-kultural atau

masalah psikologis. Dengan kata lain, asuhan terhadap wanita tersebut


3
0

sudah mencakup setiap hal yang berkaitan dengan setiap aspek asuhan

kesehatan.

Setiap rencana asuhan haruslah disetujui oleh kedua pihak, yaitu

oleh bidan dan klien agar dapat dilaksanakan dengan efektif karena klien

juga akan melaksanakan rencana asuhan bersama klien kemudian membuat

kesepakatan bersama sebelum melaksanakannya. Semua keputusan yang

dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar

valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date serta sesuai dengan

asumsi tentang apa yang akan dilakukan klien. Perencanaan asuhan yang

dilakukan pada Ny. H adalah memeberikan ibu konseling tentang nutrisi

dengan makan dengan porsi kecil tetapi sering dan memantau tekanan darah

setiap minggu (Rukiyah, 2017).

Langkah 6: Pelaksanaan

Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang

telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara efisien dan aman.

Perencanaan ini bias dilakukan seluruh oleh bidan atau sebagian lagi oleh

klien atau anggota tim kesehatan lainnya. Walau bidan tidak melakukannya

sendiri, ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan

pelaksanaannya, misalnya memastikan langkah-langkah tersebut benar-

benar terlaksana.

Dalam situasi di mana bidan berkolaborasi dengan dokter untuk

menangani klien yang mengalami komplikasi, maka keterlibatan bidan

dalam manajemen asuhan bagi klien adalah tetap bertanggung jawab


31

terhadap terlaksananya rencana asuhan bersama yang menyeluruh tersebut.

Manajemen yang efisien akan menyangkut waktu dan biaya serta

meningkatkan mutu dan asuhan klien. Kaji ulang apakah semua rencana

asuha telah dilaksanakan.

Langkah 7: Evaluasi

Pada langkah ketujuh ini dilakukan evaluasi kefektifan dari asuhan

yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah

benar-benar telah terpenuhi sesuai kebutuhan sebagaimana telah

diidentifikasi dalam diagnose dan masalah. Rencana tersebut dapat

dianggap efektif jika memang benar efektif dalam pelaksanaannya.

Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut efektif sedangkan

sebagian belum efektif. Mengingat bahwa proses manajemen asuhan ini

merupakan suatu kegiatan yang berkesinambungan maka perlu mengulang

kembali dari awal setiap asuhan yang tidak efektif melalui manajemen tidak

efektif serta melakukan penyusaian terhadap rencana asuhan tersebut.

Langkah-langkah proses manajemen umumnya merupakan pengkajian

yang memperjelas proses pemikiran yang mempengaruhi tindakan serta

berorientasi pada proses klinis, karena proses manajemen tersebut

berlangsung di dalam situasi klinik dan dua langkah terakhir tergantung

pada klien dan situasi klinik, maka tidak mungkin proses manajemen ini

dievaluasi dalam tulisan saja.


3
2

2.4.3 Dokumentasi SOAP

Dokumentasi SOAP (Subjektif, Objektif, Asessment, Planning)

1. Pembuatan grafik metode SOAP merupakan pengelola informasi yang

sistematis yang menganut penemuan dari konklusi kita menjadi suatau

asuhan.

2. Metode ini merupakan inti sari dari proses penatalaksanaan kebidanan

guna menyusun dokumentasi asuhan.

3. SOAP merupakan urutan langkah yang dapat membantu kita

mengatur pola pikir kita dan memberikan asuhan yang menyuluh.

SOAP
Pengkajian merupakan dasar utama dalam memberikan asuhan

kebidanan sesuai dengan kebutuhan individu. Oleh karena itu, pengkajian

harus akurat, lengkap, sesuai dengan kenyataan, kebenaran data sangat

penting dalam merumuskan suatu diagnose kebidanan dan memberikan

pelayan kebidanan sesuai dengan respon individu sebagaimana yang telah

ditentukan sesuai standar dalam praktik kebidanan dalam keputusan Menteri

Kesehatan Nomor 900/ MENKESEHATAN/SK/VI/2002 tentang registrasi

dan Praktik Bidan dan Keputusan Menteri Kesehatan RI No

369/MENKESEHATAN/SK/II/2007 Tentang Standar Profesi Bidan (Asih,

2016).

1. Subjektif

 Pendokumentasian hasil pengumpulan data pasien melalui anamnesis.


33

 Berhubungan dengan masalah dari sudut pandang klien (ekspresi

mngenai kekhawatiran dan keluhannya).

 Pada orang yang bisu, dibelakang diberi tanda “O” atau “X”.

2. Objektif

 Pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien,

 Hasil pemeriksaan Lab/ pemeriksaan diagnostic lain,

 Informasi dari keluarga atau orang lain.

3. Asessment

 Pendokumentasian hasil analisis dan interprestasi ( kesimpulan ) data

subjektif dan objektif.

 Diagnosis/ masalah

 Diagnosis/ masalah potensial

 Antisipasi diagnosis/ masalah potensial/ tindakan segera.

4. Planning

Pendokumentasian tindakan (I) dan evaluasi (E), meliputi :

 Asuhan mandiri

 Kolaborasi

 Tes diagnostic/ laboratorium

 Konseling dan tindak lanjut (follow up)


34

2.4.4 Kerangka Berpikir

Kerangka berpikir penulis adalah sebagai berikut

Kehamilan

Kehamilan fisiologi

Data Subjektif dari Kehamilah Fatologis Data Objektif dari


anamnesa (Keluhan)
pemeriksaan fisik

Hyperemesis Gravidarum

Asuhan Yang diberikan :


1. Penkes istirahat yang cukup
2. Ajurkan ibu untuk makan sedikit tetapi sering
3. Ajurkan ibu untuk tidak terlalu banyak aktivitas

Evaluasi perubahan
mual dan muntah

Mual dan muntah teratasi

Anda mungkin juga menyukai