Anda di halaman 1dari 11

ASAS PERANCANGAN KOTA

PROGRAM PJJ PROGRAM STUDI ARSITEKTUR UNIVERSITAS MERDEKA MALANG

JUDUL TUGAS:
KAWASAN ASTA TINGGI SEBAGAI ELEMEN PEMBENTUK
CITRA KOTA SUMENEP
(Obyek kajian; kawasan pemakaman khusus Asta Tinggi Sumenep)

Nama mahasiswa:
Nur Rahmatul Lailiyah
Nomor Induk Mahasiswa:
19051010054
Email:
19051010054@student.upnjatim.ac.id

Gambar 1: Kawasan Asta Tinggi sebagai elemen Gambar 2: Kawasan asta induk (pemakaman
citra kota khusus keluarga raja) yang kurang terawat

I. PENDAHULUAN

1. Latar belakang

Sumenep merupakan salah satu kota yang berada di ujung timur Pulau Madura yang
memiliki banyak julukan, salah satunya adalah kota sejarah. Dijuluki kota sejarah karena
terdapat beberapa alasan, salah satunya karena kota Sumenep dulunya merupakan kadipaten
yang berpengaruh terhadap lahirnya Kerajaan Majapahit. Hingga saat ini, julukan tersebut tetap
eksis karena beberapa warisan sejarah yang masih dijaga dan dirawat oleh masyarakat
setempat, seperti Masjid Jami’ Sumenep, Keraton Sumenep, Asta Tinggi, dan lainnya.

1
Gambar 1:Pintu masuk (gerbang) Asta Tinggi

Gambar 2:Kondisi eksisting pemakaman di dalam asta induk (diluar kubah)

Asta Tinggi merupakan kawasan pemakaman khusus para Pembesar/Raja/Kerabat Raja


yang terletak di kawasan dataran tinggi bukit Kebon Agung Sumenep. Asta Tinggi juga disebut
sebagai Asta Raja dalam Bahasa Madura yang bermakna makam para Pangradja (pembesar
kerajaan). Asta Tinggi menjadi kawasan wisata cagar budaya religi yang sering didatangi oleh
masyarakat, bahkan masyarakat luar Sumenep. Asta Tinggi sebagai kawasan cagar budaya
religi memberikan citra pada kota Sumenep sebagai kota yang religious dengan budaya yang
kental. Citra cagar budaya ini perlu dilestarikan dan dirawat dengan baik seiring dengan
pertumbuhan kota Sumenep dan kehidupan masyarakatnya. Akan tetapi, citra cagar budaya
Asta Tinggi saat ini mulai menurun eksistensinya karena jarang diekspos oleh masyarakat dan
kondisinya yang kurang terawat (perlu diperbarui) agar perkembangannya selaras dengan
lingkungannya. Kondisi tersebut melatarbelakangi kajian mengenai citra kawasan cagar budaya
religi sebagai pendukung citra kota Sumenep.

2. Permasalahan

Kawasan cagar budaya Asta Tinggi sebagai warisan budaya yang memberikan citra pada
Kota Sumenep masih perlu perawatan yang lebih baik lagi untuk tetap mempertahankan citra
cagar budaya religi agar eksistensinya tetap terjaga dikalangan masyarakat. Adanya
pertumbuhan penduduk dan perkembangan zaman modern mengakibatkan warisan cagar
budaya tersebut kurang diminati oleh masyarakat muda. Padahal Asta Tinggi juga memiliki
3

citra yang kuat di sisi arsitekturalnya yang dipengaruhi oleh beberapa budaya, seperti Belanda
dan China. Serta lokasinya yang unik berada diatas salah satu dataran tinggi di Sumenep.
Seiring dengan pertumbuhan penduduk yang tentunya membutuhkan kawasan pemukiman
lebih banyak lagi menjadikan lahan di sekitar Asta Tinggi semakin terbatas akibat eksploitasi
tanah dan batu putih pada dataran tinggi tersebut sehingga apabila lahan Asta Tinggi sudah
penuh akan mengalami kesulitan dalam proses perluasan kawasan. Selain itu, landmark
kawasan tersebut yang kurang terawat juga mengurangi kualitas visual dari citra kawasan
pemakaman Asta Tinggi.

3. Tujuan Pembahasan

Tujuan dari kajian pengamatan kawasan cagar budaya religi Asta Tinggi adalah untuk
mengenali lebih dalam lagi elemen-elemen pembentuk citra kota agar dapat mempertahankan
bahkan memperbaiki citra kawasan tersebut.
Jika ditinjau dari sisi arsitektur maupun historis, Asta Tinggi termasuk salah warisan
budaya yang memiliki potensi untuk terus dikembangkan karena bentuk bangunannya yang
tidak berubah dari bentuk, tata letak, hingga detail bangunannya yang masih mempertahankan
akulturasi dari beberapa budaya masyarakat Sumenep meski dilakukan pengecatan ulang pada
beberapa bagian untuk menjaga eksistensinya. Bahkan secara historical, Asta Tinggi memiliki
asal-usul yang menarik dan memiliki keterkaitan dengan para pembesar/raja diluar Sumenep.
II. KAJIAN PUSTAKA

II.1. Citra Kota


Citra kota didefinisikan sebagai kesan atau persepsi antara pengamat dan lingkungannya.
Kesan pengamat terhadap lingkungannya tergantung dari kemampuan beradaptasi “pengamat”
dalam mengamati obyek sehingga lingkungan yang diamatinya akan memberikan perbedaan
dan keterhubungan. Menurut Kevin Lyunch dalam bukunya “The Image of The City”
mengatakan bahwa sebuah citra memerlukan identitas pada sebuah obyek atau sesuatu yang
berbeda dengan yang lain, terdapat struktur atau pola saling hbung antara obyek dan pengamat,
serta obyek tersebut mempunyai makna bagi pengamatnya. Selain itu, dalam risetnya ia
menemukan bahwa pentinganya suata citra mental karena citra yang jelas akan memberikan
banyak hal yang sangat penting bagi masyarakatnya, seperti kemampuan untuk berorientasi
dengan mudah dan cepat disertai perasaan nyaman karena merasa tidak tersesat, identitas yang
kuat terhadap suatu tempat,dan keselarasan hubungan dengan tempat-tempat yang lain.

II.2. Elemen Pembentuk Citra Kota


II.2.1. Path (Jalan/Jalur)
Path adalah jalur-jalur dimana pengamat biasanya bergerak dan
melaluinya. Path dapat berupa jalan raya, trotoar, jalur transit, canal, jalur kereta api. Bagi
banyak orang, ini adalah elemen dominan dalam gambaran mereka. Orang mengamati kota
sambil bergerak melaluinya, dan sepanjang path elemen-elemen lingkungan lain diatur dan
berhubungan. Path adalah elemen yang paling penting dalam citra kota. Kevin Lynch
menemukan dalam risetnya bahwa jika identitas elemen ini tidak jelas, maka kebanyakan
orang meragukan citra kota secara keseluruhan. Path merupakan rute-rute sirkulasi yang
biasanya digunakan orang untuk melakukan pergerakan secara umum.
II.2.2. Edge (Tepian)
Edge adalah elemen linear yang tidak digunakan atau dipertimbangkan sebagai path
oleh pengamat. Edge adalah batas-batas antara dua wilayah, sela-sela linier dalam
kontinuitas: pantai, potongan jalur kereta api, tepian bangunan, dinding, atau jajaran
pohon/lansekap. Batas juga bisa berupa barrier antara dua kawasan yang berbeda, seperti
pagar, tembok, atau sungai. Fungsi dari elemen ini adalah untuk memberikan batasan
terhadap suatu area kota dalam menjaga privasi dan identitas kawasan, meskipun
pemahaman elemen ini tidak semudah memahami path.
II.2.3. District (Kawasan)
District adalah kawasan kota yang bersifat dua dimensi dengan skala kota menengah
sampai luas, dimana manusia merasakan ’masuk’ dan ’keluar’ dari kawasan yang
5

berkarakter beda secara umum. District merupakan wilayah yang memiliki kesamaan
(homogen). Kesamaan tadi bisa berupa kesamaan karakter/ciri bangunan secara fisik,
fungsi wilayah, latar belakang sejarah dan sebagainya. District dalam kota dapat dilihat
sebagai referensi interior maupun eksterior. District mempunyai identitas yang lebih baik
jika batasnya dibentuk dengan jelas tampilannya dan dapat dilihat homogeny, serta fungsi
dan posisinya jelas (introver/ekstrover atau berdiri sendiri atau dikaitkan dengan yang
lain).
II.2.4. Node (Simpul)
Node merupakan simpul atau lingkaran daerah strategis dimana arah atau
aktivitasnya saling bertemu dan dapat diubah kea rah atau aktivitasn lainnya, misalnya
persimpangan lalu lintas, strasiun, lapangan terbang, jembatan, kota secara keseluruhan
dalam skala makro besar, pasar, taman, square, dan sebagainya. Akan tetapi, tidak semua
persimpangan jalan adalah sebuah node, yang menentukan adalah citra place terhadapnya.
Node adalah satu tempat dimana orang memunyai perasaan ‘masuk’ dan ‘keluar’ dalam
tempat yang sama.
II.2.5. Landmark (Tengeran/Penanda)
Landmark merupakan titik referensi seperti elemen node, tetapi orang tidak masuk
didalamnya karena bisa dilihat dari luar letaknya. Landmark adalah elemen eksternal dan
merupakan bentuk visual yang menonjol dari kota. Beberapa landmark letaknya dekat,
sedangkan yang lainnya jauh sampai di luar kota. Beberapa landmark hanya mempunyai
arti di daerah kecil dan dapat dilihat hanya di daerah itu, sedangkan landmark lain
mempunyai arti untuk keseluruhan kota dan bisa dilihat dari mana-
mana. Landmark adalah elemen penting dari bentuk kota karena membantu orang untuk
mengorientasikan diri di dalam kota dan membantu orang mengenali suatu daerah.
II. HASIL PEMBAHASAN MENGENAI KAWASAN ASTA TINGGI SEBAGAI ELEMEN PEMBENTUK CITRA KOTA SUMENEP

Kawasan pemakaman khusus Asta Tinggi perlu dikembangkan dan ditata/diatur lebih baik lagi dari sisi penataan kawasan Asta Tinggi dan
sekitarnya, berikut uraian mengenai elemen-elemen pembentuk citra kota pada kawasan makam Asta Tinggi.
Elemen perancangan Kota
No. Ilustrasi Elemen Kevin Lynch Hasil Pengamatan (kajian lapangan/literature)
(image of the City; Kevin Lynch)

Path:

➢ Bentuknya berupa jalur jalan linear, Fungsi sebagai


jalan, dan/atau pedestrian ways
➢ Melalui path seseorang dapat melakukan pengamatan
1 ➢ Bisa berupa jalan, trotoar, jalur transit, kanal, rel kereta
api.
➢ Doninasi path adalah jalan di mana seseorang biasanya
bergerak, sesekali berhenti, atau berpotensi bergerak.
➢ Orang mengamati kota saat bergerak sepanjang path.
➢ Elemen spanjang path merupakan elemen kota yang
saling terkait, menjadi elemen disain kota.

Ulasan: Pada kawasan pemakaman khusus Asta Tinggi terdapat


jalur kendaraan yang cukup ramai karena lokasi Asta Tinggi yang
berada di daerah dekat kota. Sedangkan jalur pedestrian hanya
terdapat pada bagian depan Asta Tinggi saja, sehingga kurang
memadai bagi para peziarah yang ingin menuju makam keturunan
darah biru (kerabat).
2. Edge:

6
7

Elemen perancangan Kota


No. Ilustrasi Elemen Kevin Lynch Hasil Pengamatan (kajian lapangan/literature)
(image of the City; Kevin Lynch)

➢ Edge adalah elemen linier yang tidak digunakan atau


dianggap sebagai jalur oleh pengamat.
➢ Merupakan batas-batas antara dua fase, pemutusan linier
dalam kontinuitas:
➢ Pantai, pemotongan rel kereta api, tepi pembangunan,
dinding.
➢ Elemen tepi ini, meskipun mungkin tidak dominan
seperti jalur, bagi banyak orang merupakan fitur
penting, terutama dalam peran menyatukan area
umum, seperti dalam garis besar kota dengan air atau
dinding.

Ulasan: Kawasan pemakaman khusus Asta Tinggi berbatasan


langsung dengan area terbuka hijau yang dibatasi oleh barrier berupa
dinding yang mengelilingi area Asta Tinggi. Selain itu, Kawasan
pemakaman ini juga berbatasan langsung dengan Kawasan
pemukiman masyarakat pribumi.

Node:

➢ Node adalah titik, titik-titik strategis dalam kota tempat


pengamatan dapat masuk, dan yang merupakan fokus
intensif ke dan dari mana dia melakukan perjalanan.
➢ Node biasanya berada di persimpangan, tempat istirahat
3.
dalam transportasi, persimpangan atau pertemuan
jalur, momen pergeseran dari satu struktur ke struktur
lainnya.
➢ Konsep node terkait dengan konsep jalur karena
persimpangan biasanya merupakan konvergensi jalur,
peristiwa pengamatan dalam perjalanan.
Elemen perancangan Kota
No. Ilustrasi Elemen Kevin Lynch Hasil Pengamatan (kajian lapangan/literature)
(image of the City; Kevin Lynch)
➢ Beberapa titik Nodes dapat ditemukan di hampir setiap
bagian kota, dan dalam kasus tertentu, mereka
mungkin merupakan fitur dominan

Ulasan: Node (spot-spot strategis) pada kawasan pemakaman


khusus Asta Tinggi terdiri dari 2 spot persimpangan dan 1 buah
jembatan. Nomor 1 pada gambar menunjukkan posisi jembatan
Kebunagung yang menjadi penanda akan memasuki wilayah Asta
Tinggi. Persimpangan pertama (no.2) merupakan spot penanda saat
akan memasuki Kawasan tersebut dengan adanya gapura kecil.
Persimpangan kedua (no.3) merupakan persimpangan yang dapat
menghubungkan area pusat kota dan Kawasan asta tinggi.

Distrik:

➢ Distrik adalah bagian kota atau Kawasan dalam skala


menengah hingga besar.
➢ Secara mental masuk ke "dalam" pengamat, yang
memiliki karakter pengenalan, biasanya memiliki
4.
dominasi kegiatan.
➢ Selalu dapat dikenali dari dalam, mereka juga digunakan
untuk referensi eksterior jika terlihat dari luar.
➢ Suatu distrik dapat dikenali dari dominasi fungsi
dan/atau kawasan kota
9

Elemen perancangan Kota


No. Ilustrasi Elemen Kevin Lynch Hasil Pengamatan (kajian lapangan/literature)
(image of the City; Kevin Lynch)
Ulasan: Pada daerah sekitar kawasan Asta Tinggi, terdapat
kawasan cagar budaya religi, kawasan pemukiman penduduk, dan
kawasan hijau.

Landmark:

➢ Landmark biasanya merupakan objek fisik yang


didefinisikan secara sederhana: sesuatu yang memiliki
domonasi bentuk yang menonjol (skala, bentuk dan
dominasi visual lain)
➢ Landmark adalah yang jauh, biasanya dilihat dari
banyak sudut dan jarak, di atas elemen yang lebih
5. kecil.
➢ Dari sisi posisi, skala dan dominasi dapat memperkuat
kesan sebagai sebuah landmark; Seperti menara yang
terisolasi, kubah emas, serta bentukan lainnya.
➢ Landmark dapat digunakan sebagai petunjuk identitas
dari sebuah tempat, kawasan, dan/atau sebuah kota.
➢ Elemen Landmark ini sangat potensial untuk
memberikan penciri, karakter, “tetenger” atau identitas Ulasan: Terdapat beberapa jenis landmark yang ikonik di sekitar
sebuah tempat, kawasan, kota, bahkan negara. kawasan pemakaman khusus Asta Tinggi. Landmark tersebut
merupakan representasi dari Kabupaten/Kota Sumenep maupun
kawasan Asta Tinggi. Landmark no.1 merupakan landmark ikonik
dari kawasan Asta Tinggi yang berupa gerbang besar sebelum mulai
menanjak. Kemudian pada landmark no.2 hingga 4 merupakan
landmark ikonik dari Kab/Kota Sumenep sendiri, yang terdiri dari
monumen keris, masjid jami’, taman adipura, dan monument kuda
terbang yang letaknya memusat di pusat kota Sumenep.
II. KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

IV.1. Kesimpulan

Berdasarkan pengamatan dan pembahasan yang telah dilakukan, diperoleh kesimpulan


sebagai berikut :
Dalam mengkaji tentang lima elemen pembentuk citra kota dari Teori Kevin Lynch pada
studi kasus kawasan pemakaman khusus Asta Tinggi, terdapat beberapa poin yang menjadikan
kawasan ini menjadi salah satu citra kota Sumenep dengan ciri khasnya sebagai kota religi dan
kota sejarah, yakni:
1. Path/jalur pada kawasan pemakaman khusus Asta Tinggi hanya berupa jalur linear
kendaraan yang dapat diakses dari pusat kota maupun jalur desa.
2. Egde/tepian pada kawasan pemakaman khusus Asta Tinggi dominan berupa barrier
tembok dan lansekap karena posisinya yang berada di dataran tinggi serta berbatasan
juga dengan kawasan pemukiman pada bagian bawah dataran tinggi.
3. Node/simpul pada kawasan pemakaman khusus Asta Tinggi berupa persimpangan jalan
dan jembatan yang masih digunakan hingga saat ini.
4. District/kawasan pada wilayah Asta Tinggi didominasi oleh kawasan hijau, kawasn
cagar budaya religi, dan kawasan pemukiman.
5. Landmark/penanda pada kawasan pemakaan khusus Asta Tinggi dan sekitarnya terdiri
dari dua jenis landmark ikonik, yakni landmark ikonik kota Sumenep dan kawasan
setempat.

IV.2. Rekomendasi

1. Dengan adanya kajian penelitian dan analisa ini diharapkan Pemerintah dapat ikut
berpartisipasi dalam upaya menjaga Citra Kota Sumenep dengan pengembangan
elemen-elemen citra kota yang ada di Kota Sumenep.
2. Diharapkan masyarakat setempat tetap menjaga citra kawasan makam Asta Tinggi guna
mendukung citra kota Sumenep yang lebih baik lagi.

10
11

DAFTAR PUSTAKA

Firdaus, F., Purwantiasning, A. W., & Prayogi, L. (2018). Revitalisasi Kawasan Kota Tua Jakarta
Dengan Alternatif Konsep TOD. PURWARUPA Jurnal Arsitektur, 2(1), 35–44.
Pettricia.H.2014.Elemen Pembentuk Citra Kawasan Bersejarah di pusat Kota Malang.Jurnal
RUAS, Vol. 12 No.1
Rohmadiani, L. D. (2021). Potensi dan Zonasi Kawasan Cagar Budaya Di Kabupaten
Sumenep. Jurnal Plano Buana, 2(1), 48-56.
Wulanningrum.Sintia.2014.Elemen - elemen Pembentuk Kota yang Berpengaruh Terhadap Citra
Kota (Studi Kasus : Kota Lama Semarang) Jurnal Pembangunan Wilayah dan Kota
Undip.Semarang

Anda mungkin juga menyukai