Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN WAHAM

I. KASUS (MASALAH UTAMA)


Perubahan isi pikir :Waham

II. PROSES TERJADINYA MASALAH


A. Definisi
Perubahan proses pikir adalah keadaan di mana individu mengalami suatu
gangguan dalam aktivitas mental seperti berpikir sadar, orientasi realitas,
pemecahan masalah, penilaian dan pemahaman yang berhubungan dengan koping.
Waham atau delusi adalah ide yang salah dan bertentangan atau berlawanan
dengan semua kenyataan dan tidak ada kaitannya degan latar belakang budaya.
Waham adalah keyakinan tentang suatu pikiran yang kokoh, kuat, tidak sesuai
dengan kenyataan, tidak cocok dengan intelegensia dan latar belakang budaya,
selalu dikemukakan berulang-ulang dan berlebihan biarpun telah dibuktikan
kemustahilannya atau kesalahannya atau tidak benar secara umum.
Waham adalah keyakinan yang salah yang dipertahankan secara kuat/terus
menerus, tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
Berikut macam-macam waham yaitu:
1. Waham kebesaran: individu meyakini bahwa ia memiliki kebesaran atau
kekuasaan khusus yang diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
Misalnya, “Saya ini pejabat di separtemen kesehatan lho!” atau, “Saya punya
tambang emas.”
2. Waham curiga: individu meyakini bahwa ada seseorang atau kelompok yang
berusaha merugikan/mencederai dirinya dan siucapkan berulang kali, tetapi
tidak sesuai kenyataan. Contoh, “Saya tidak tahu seluruh saudara saya ingin
menghancurkan hidup saya karena mereka iri dengan kesuksesan saya.”
3. Waham agama: individu memiliki keyakinan terhadap terhadap suatu agama
secara berlebihan dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
Contoh, “Kalau saya mau masuk surga, saya harus menggunakan pakaian putih
setiap hari.”
4. Waham somatic: individu meyakini bahwa tubuh atau bagian tubuhnya
terganggu atau terserang penyakit dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak
sesuai dengan kenyataan. Misalnya, “Saya sakit kanker.” (Kenyataannya pada
pemeriksaan laboratorium tidak ditemukan tanda-tanda kanker, tetapi pasien
terus mengatakan bahwa ia sakit kanker).
5. Waham nihilistik: Individu meyakini bahwa dirinya sudah tidak ada di
dunia/meninggal dan diucapkan berulang kali, tetapi tidak sesuai kenyataan.
Misalnya, ”Ini kan alam kubur ya, sewmua yang ada disini adalah roh-roh”.
6. Waham kejar : Klien mempunyai keyakinan ada orang atau komplotan yang
sedang mengganggunya atau mengatakan bahwa ia sedang ditipu, dimata-
matai atau kejelekannya sedang dibicarakan.
7. Waham sisip pikir : keyakinan klien bahwa ada pikiran orang lain yang
disisipkan ke dalam pikirannya.
8. Waham siar pikir : keyakinan klien bahwa orang lain mengetahui apa yang dia
pikirkan walaupun ia tidak pernah menyatakan pikirannya kepada orang
tersebut
9. Waham kontrol pikir : keyakinan klien bahwa pikirannya dikontrol oleh
kekuatan di luar dirinya.

B. Etiologi
1. Faktor Predisposisi
a. Faktor Biologis
Waham dari bagian dari manifestasi psikologi dimana abnormalitas otak
yang menyebabkan respon neurologis yang maladaptif yang baru mulai
dipahami, ini termasuk hal-hal berikut :
1) Penelitian pencitraan otak sudah mulai menunjukkan keterlibatan otak
yang luas dan dalam perkermbangan skizofrenia. Lesi pada area
frontal, temporal dan limbik paling berhubungan dengan perilaku
psikotik.
2) Beberapa kimia otak dikaitkan dengan skizofrenia. Hasil penelitian
sangat menunjukkan hal-hal berikut ini :
a) Dopamin neurotransmitter yang berlebihan
b) Ketidakseimbangan antara dopamin dan neurotransmitter lain.
c) Masalah-masalah pada sistem respon dopamine.
3) Secara relatif ada penelitian baru yang menyatakan bahwa kelainan
skizofrenia mungkin pada kenyataannya merupakan suatu kecacatan
sejak lahir terjadi pada bagian hipokampus otak. Pengamatan
memperlihatkan suatu kekacauan dari sel-sel pramidal di dalam otak
dari orang-orang yang menderita skizofrenia.
b. Psikologi
Teori psikodinamika untuk terjadinya respon neurobiologik yang
maladaptif belum didukung oleh penelitian. Sayangnya teori psikologik
terdahulu menyalahkan keluarga sebagai penyebab gangguan ini sehingga
menimbulkan kurangnya rasa percaya (keluarga terhadap tenaga kesehatan
jiwa profesional).

c. Sosial budaya
Stress yang menumpuk dapat menunjang terhadap awitan skizofrenia dan
gangguan psikotik tetapi tidak diyakini sebagai penyebab utama gangguan.
Seseorang yang merasa diasingkan dan kesepian dapat menyebabkan
timbulnya waham
2. Faktor Presipitasi
a. Biologi
Stress biologi yang berhubungan dengan respon neurologik yang
maladaptif termasuk:
1) Gangguan dalam putaran umpan balik otak yang mengatur proses
informasi.
2) Abnormalitas pada mekanisme pintu masuk dalam otak yang
mengakibatkan ketidakmampuan untuk secara selektif menanggapi
rangsangan.
b. Stres lingkungan
Stres biologi menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang
berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan terjadinya
gangguan perilaku. Stres dan kecemasan akan meningkat bila terjadi
penurunan stabilitas keluarga, perpisahan dengan orang yang paling
penting, atau diasingkan dari kelompok.
c. Biokimia
Penelitian tentang pengaruh dopamine, inorefinefrin,zat halusinogen
diduga berkaitan dengan orientasi realita.
d. Psikologi
Intensitas kecemasan yang ekstrim dan menunjang disertai terbatasnya
kemampuan mengatasi masalah memungkinkan berkurangnya orientasi
realita.

C. Tanda dan Gejala


1. Kognitif :
a. Tidak mampu membedakan nyata dengan tidak nyata
b. Individu sangat percaya pada keyakinannya
c. Sulit berfikir realita
d. Tidak mampu mengambil keputusan
2. Afektif
a. Situasi tidak sesuai dengan kenyataan
b. Afek tumpul
3. Prilaku dan Hubungan Sosial
a. Hipersensitif
b. Hubungan interpersonal dengan orang lain dangkal
c. Depresif
d. Ragu-ragu
e. Mengancam secara verbal
f. Aktifitas tidak tepat
g. Streotif
h. Impulsif
i. Curiga
4. Fisik
a. Higiene kurang
b. Muka pucat
c. Sering menguap
d. BB menurun
e. Nafsu makan berkurang dan sulit tidur

D. Rentang Respon
Adapun rentang respon manusia terhadap stress yang menguraikan tentang respon
gangguan adaptif dan maladaptive dapat dijelaskan sebagai berikut :
Pikiran Logis Distorsi Pikiran Respon maladaptif
- Persepsi akurat. - Ilusi - Gangguan proses
- Emosi konsisten - Reaksi emosi pikir/delusi/waham
dengan pengalaman. berlebihan atau - Halusinasi
- Perilaku sesuai kurang - Sulit berespon emosi
- Berhubungan sosial. - Prilaku aneh - Perilaku disorganisasi
- Menarik diri - Isolasi sosial
Dari rentang respon neurobiologis diatas dapat dijelaskan bila individu merespon
secara adaptif maka individu akan berfikir secara logis. Apabila individu berada
pada keadaan diantara adaptif dan maladaptive kadang – kadang pikiran
menyimpang atau perubahan isi pikir terganggu. Bila individu tidak mampu
berfikir logis dan pikiran individu mulai menyimpang maka ia akan berespon
secara maladaptive dan ia akan mengalami gangguan isi pikir : waham curiga.

E. Fase Halusinasi
Proses terjadinya waham dibagi menjadi enam yaitu :
1. Fase Lack of Human need
Waham diawali dengan terbatasnya kebutuhn-kebutuhan klien baik secara
fisik maupun psikis. Secar fisik klien dengan waham dapat terjadi pada orang-
orang dengan status sosial dan ekonomi sangat terbatas. Biasanya klien sangat
miskin dan menderita. Keinginan ia untuk memenuhi kebutuhan hidupnya
mendorongnya untuk melakukan kompensasi yang salah. Ada juga klien yang
secara sosial dan ekonomi terpenuhi tetapi kesenjangan antara Reality dengan
selft ideal sangat tinggi. Misalnya ia seorang sarjana tetapi menginginkan
dipandang sebagai seorang dianggap sangat cerdas, sangat berpengalaman dn
diperhitungkan dalam kelompoknya. Waham terjadi karena sangat pentingnya
pengakuan bahwa ia eksis di dunia ini. Dapat dipengaruhi juga oleh rendahnya
penghargaan saat tumbuh kembang ( life span history ).
2. Fase lack of self esteem
Tidak ada tanda pengakuan dari lingkungan dan tingginya kesenjangan
antara self ideal dengan self reality (kenyataan dengan harapan) serta dorongan
kebutuhan yang tidak terpenuhi sedangkan standar lingkungan sudah
melampaui kemampuannya. Misalnya, saat lingkungan sudah banyak yang
kaya, menggunakan teknologi komunikasi yang canggih, berpendidikan tinggi
serta memiliki kekuasaan yang luas, seseorang tetap memasang self ideal yang
melebihi lingkungan tersebut. Padahal self reality-nya sangat jauh. Dari aspek
pendidikan klien, materi, pengalaman, pengaruh, support system semuanya
sangat rendah.
3. Fase control internal external
Klien mencoba berfikir rasional bahwa apa yang ia yakini atau apa-apa
yang ia katakan adalah kebohongan, menutupi kekurangan dan tidak sesuai
dengan kenyataan. Tetapi menghadapi kenyataan bagi klien adalah sesuatu
yang sangat berat, karena kebutuhannya untuk diakui, kebutuhan untuk
dianggap penting dan diterima lingkungan menjadi prioritas dalam hidupnya,
karena kebutuhan tersebut belum terpenuhi sejak kecil secara optimal.
Lingkungan sekitar klien mencoba memberikan koreksi bahwa sesuatu yang
dikatakan klien itu tidak benar, tetapi hal ini tidak dilakukan secara adekuat
karena besarnya toleransi dan keinginan menjaga perasaan. Lingkungan hanya
menjadi pendengar pasif tetapi tidak mau konfrontatif berkepanjangan dengan
alasan pengakuan klien tidak merugikan orang lain.
4. Fase environment support
Adanya beberapa orang yang mempercayai klien dalam lingkungannya
menyebabkan klien merasa didukung, lama kelamaan klien menganggap
sesuatu yang dikatakan tersebut sebagai suatu kebenaran karena seringnya
diulang-ulang. Dari sinilah mulai terjadinya kerusakan kontrol diri dan tidak
berfungsinya norma ( Super Ego ) yang ditandai dengan tidak ada lagi
perasaan dosa saat berbohong.
5. Fase comforting
Klien merasa nyaman dengan keyakinan dan kebohongannya serta
menganggap bahwa semua orang sama yaitu akan mempercayai dan
mendukungnya. Keyakinan sering disertai halusinasi pada saat klien
menyendiri dari lingkungannya. Selanjutnya klien lebih sering menyendiri dan
menghindar interaksi sosial ( Isolasi sosial ).
6. Fase improving
Apabila tidak adanya konfrontasi dan upaya-upaya koreksi, setiap waktu
keyakinan yang salah pada klien akan meningkat. Tema waham yang muncul
sering berkaitan dengan traumatik masa lalu atau kebutuhan-kebutuhan yang
tidak terpenuhi ( rantai yang hilang ). Waham bersifat menetap dan sulit untuk
dikoreksi. Isi waham dapat menimbulkan ancaman diri dan orang lain. Penting
sekali untuk mengguncang keyakinan klien dengan cara konfrontatif serta
memperkaya keyakinan relegiusnya bahwa apa-apa yang dilakukan
menimbulkan dosa besar serta ada konsekuensi sosial.

F. Penatalaksanaan
1. Farmakoterapi
Tatalaksana pengobatan skizoprenia paranoid mengacu pada penatalaksanaan
skizoprenia secara umum antara lain :
a. Anti Psikotik
Jenis – jenis obat antipsikotik antara lain :
1) Chlorpromazine
Untuk mengatasi psikosa, premedikasi dalam anestesi, dan
mengurangi gejala emesis. Untuk gangguan jiwa, dosis awal 3 x
25mg, kemudian dapat ditingkatkan supaya optimal, dengan dosis
tinggi 1000mg/hari secara oral.
2) Trifluoperazine
Untuk terapi gangguan jiwa organic, dan gangguan psikotik menarik
diri, dosis awal 3 x 1mg, dan bertahap dinaikkan sampai 50mg/hari.
3) Haloperidol
Untuk ansietas, ketegangan, psikosomatik, psikosis , dan mania,
dosis awal 3 x 0,5mg sampai 3mg.
b. Anti Parkinson
1) Triheksipenydil (Artane)
Untuk semua bentuk parkinsonisme dan untuk menghilangkan reaksi
ekstrapiramidal akibat obat. Dosis yang digunakan 1-15mg/hari.
2) Difenhidramin
Dosis yang diberikan 10-400mg/hari.
c. Anti Depresan
1) Amitriptylin
Untuk gejala depresi, depresi oleh karena ansietas, dan keluhan
somatic. Dosis 75-300mg/hari.
2) Imipramin
Untuk depresi dengan hambatan psikomotorik, dan depresi neurotic.
Dosis awal 25mg/hari, dosis pemeliharaan 50-75mg/hari.
d. Anti Ansietas
Anti ansietas digunakan untuk mengontrol ansietas, kelainan
somatroform, keluhan disosiatif, kelainan kejang, dan untuk meringankan
sementara gejala-gejala insomnia dan ansietas. Obat-obat yang termasuk
anti ansietas antara lain :
- Fenobarbital 16-320mg/hari
- Meprobamat 200-2400mg/hari
- Klordiazepoksida 15-100mg/hari
2. Psikoterapi
Elemen penting dalam psikoterapi adalah menegakkan hubungan saling
percaya. Terapi individu lebih efektif daripada terapi kelompok. Terapis tidak
boleh mendukung ataupun menentang waham, dan tidak boleh terus menerus
membicarakan tentang wahamnya. Terapis harus tepat waktu, jujur, dan
membuat perjanjian seteratur mungkin. Tujuan yang dikembangkan adalah
hubungan yang kuat dan saling percaya dengan klien. Terapis perlu
menyatakan kepada klien bahwa keasyikan dengan wahamnya akan
menegangkan diri mereka sendiri dan mengganggu kehidupan konstruktif. Bila
klien mulai ragu-ragu dengan wahamnya, terapis dapat meningkatkan tes
realistis.
Terapis harus bersikap empati terhadap pengalaman internal klien dan
harus mampu menampung semua ungkapan perasaan klien sehingga mampu
menghilangkan ketegangan klien. Dalam hal ini tujuannya adalah membantu
klien memiliki keraguan terhadap persepsinya. Saat klien menjadi kurang
kaku, perasaan kelemahan dan inferioritasnya yang menyertai depresi, dapat
timbul. Pada saat klien membiarkan perasaan kelemahan memasuki terapi,
suatu hubungan terapeutik positif telah ditegakkan dan aktifitas terapeutik
dapat dilakukan.
3. Terapi keluarga
Pemberian terapi perlu menemui atau mendapatkan keluarga klien, sebagai
sekutu dalam proses pengobatan. Keluarga akan memperoleh manfaat dalam
membantu ahli terapi dan membantu perawatan klien.
III. Pohon Masalah
Pohon masalah yang muncul:
Kerusakan Komunikasi Verbal  
   
       
Perubahan Isi Pikir : Waham    
      
                        
Harga Diri Rendah (HDR)
Regimen Terapeutik In
Efektif

Koping Keluarga In Efektif

Masalah keperawatan yang mungkin muncul pada pasien dengan


waham.diantaranya:
1. Perilaku kekerasan
2. Perubahan isi pikir : waham.
3. Menarik diri.
4. Gangguan konsep diri : harga diri rendah.
Data yang perlu dikaji pada pasien dengan halusinasi, yaitu:
1. Data Subjektif
Klien mengungkapkan sesuatu yang diyakininya ( tentang agama, kebesaran,
kecurigaan, keadaan dirinya) berulang kali secara berlebihan tetapi tidak
sesuai kenyataan.
Pertanyaan yang dapat digunakan untuk mengkaji waham :
a. Apakah pasien memiliki pikiran/isi pikir yang berulang-ulang
diungkapkan dan menetap?
b. Apakah pasien takut terhadap objek atau situasi tertentu, atau apakah
pasien cemas secara berlebihan tentang tubuh atau kesehatannya?
c. Apakah pasien pernah merasakan bahwa benda-benda disekitarnya aneh
dan tidak nyata?
d. Apakah pasien pernah merasakan bahwa ia berada diluar tubuhnya?
e. Apakah pasien pernah merasa diawasi atau dibicarakan oleh orang lain?
f. Apakah pasien berpikir bahwa pikiran atau tindakannya dikontrol oleh
orang lain atau kekuatan dari luar?
g. Apakah pasien menyatakan bahwa ia memiliki kekuatan fisik atau
kekuatan lainnya atau yakin bahwa orang lain dapat membaca pikirannya?
Data Objektif
Klien tampak tidak mempunyai orang lain, curiga, bermusuhan, merusak (diri,
orang lain, lingkungan), takut, kadang panik, sangat waspada, tidak tepat
menilai lingkungan / realitas, ekspresi wajah klien tegang, mudah tersinggung
IV. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan isi pikir: Waham

V. RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN


STRATEGI PELAKSANAAN (SP) PASIEN WAHAM
SP 1 PASIEN
1. Identifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi
2. Bicarakan konteks realita
3. Latih pasien untuk memenuhi kebutuhannya
4. Masukkan ke dalam jadwal kegiatan pasien
SP 2 PASIEN
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (Sp 1)
2. Identifikasi potensi/kemampuan yang dimiliki
3. Pilih dan latih potensi/kemampuan yang dimiliki
4. Masukkan ke dalam jadual kegiatan pasien

SP 3 PASIEN
1. Evaluasi kegiatan yang lalu (Sp1 & Sp2)
2. Pilih kemampuan lain yang dapat dilakukan
3. Pilih dan latih potensi kemampuan lain yang dimiliki
4. Masukkan ke dalam jadual kegiatan pasien

STRATEGI PELAKSANAAN (SP) KELUARGA


SP 1 KELUARGA
1. Identifikasi masalah keluarga dalam merawat pasien
2. Jelaskan proses terjadinya waham
3. Jelaskan tentang cara merawat pasien waham
4. Latih (simulasi) cara merawat
5. RTL keluarga/jadual untuk merawat pasien
SP 2 KELUARGA
1. Evaluasi kemampuan Sp 1
2. Latih keluarga cara merawat (langsung ke pasien)
3. Susun RTL keluarga

SP 3 KELUARGA
1. Evaluasi kemampuan keluarga
2. Evaluasi kemampuan pasien
3. RTL keluarga : follow up dan rujukan

N PERENCANAAN
DIAGNOSA
O TUJUAN KRITERIA EVALUASI INTERVENSI
1 Perubahan isi TUM : a. Setelah ... X 1. Bina hubungan saling
pikir : Klien dapat interaksi klien : percaya dengan klien
waham mengontrol a. Mau menerima a. Beri salam
wahamnya kehadiran b. Perkenalkan diri,
TUK : perawat Tanyakan nama,
1. Klien dapat disampingnya serta nama
membina b. Mengatakan mau panggilan yang
hubungan menerima disukai
saling bantuan perawat c. Jelaskan tujuan
percaya c. Tidak interaksi
dengan menunjukkan d. Yakinkan klien
perawat tanda-tanda dalam keadaan
curiga aman dan
d. Mengijinkan perawat siap
duduk disamping menolong dan
mendampinginya
e. Yakinkan bahwa
kerahasiaan klien
akan tetap terjaga
f. Tunjukkan sikap
terbuka dan jujur
g. Perhatikan
kebutuhan dasar
dan bantu pasien
memenuhinya
TUK : b. Setelah ... X 2. Bantu klien untuk
Klien dapat interaksi Klien : mengungkapkan
mengidentifikasi a. Klien perasaan dan
perasaan yang menceritakan pikirannya
muncul secara ide-ide dan a. Diskusikan
berulang dalam perasaan yang dengan klien
pikiran klien muncul secara pengalaman yang
berulang dalam dialami selama
pikirannya ini termasuk
hubungan dengan
orang yang
berarti,
lingkungan kerja,
sekolah, dsb
b. Dengarkan
pernyataan klien
dengan empati
tanpa mendukung
atau menentang
pernyataan
wahamnya
c. Katakan perawat
dapat memahami
apa yang
diceritakan klien
TUK : 1.3 Setelah.........X 3. Bantu klien
Klien dapat …..interaksi klien mengidentifikasi
mengidentifikasi a. Dapat kebutuhan yang
stresor atau menyebutkan tidak terpenuhi serta
pencetus kejadian sesuai kejadian yang
wahamnya dengan urutan menjadi faktor
waktu serta pencetus wahamnya
harapan atau a. Diskusikan
kebutuhan dasar dengan klien
yang tidak tentang kejadian-
terpenuhi seperti kejadian
harga diri, rasa traumatik yang
aman, dsb menimbulkan
b. Dapat rasa takut,
menyebutkan ansietas maupun
hubungan antara perasaan tidak
kejadian dihargai
traumatik b. Diskusikan
kebutuhan tidak kebutuhan atau
terpenuhi dengan harapan yang
wahamnya belum terpenuhi
c. Diskusikan cara-
cara mengatasi
kebutuhan yang
tidak terpenuhi
dan kejadian
traumatik
d. Diskusikan
dengan klien
antara kejadian-
kejadian tersebut
dengan
wahamnya
TUK 1.4 Setelah ... X 4. Bantu klien
Klien dapat interaksi klien mengidentifikasi
mengidentifikasi menyebutkan keyakinan yang
wahamnya perbedaan salam tentan situasi
pengalaman nyata yang nyata (bila klien
dengan pengalaman sudah siap)
wahamnya a. Diskusikan
dengan klien
pengalaman
wahamnya tanpa
berargumentasi
b. Katakan kepada
klien akan
keraguan perawat
tehadap
pernyataan klien
c. Diskusikan
dengan klien
respon perasaan
terhadap
wahamnya
d. Diskusikan
frekuensi,
intensitas dan
durasi terjadinya
waham
e. Bantu klien
membedakan
situasi nyata
dengan situasi
yang
dipersepsikan
salah oleh klien
TUK 1.5 Setelah ... X 5. Diskusikan tentang
Klien dapat interaksi klien pengalaman-
mengidentifikasi menjelaskan pengalaman yang
konsekuensi gangguan fungsi tidak menguntungkan
dari wahamnya hidup sehari-hari sebagai akibat dari
yang diakibatkan wahamnya seperti :
ide-ide atau a. Hambatan dalam
pikirannya yang berinteraksi
tidak sesuai dengan dengan keluarga,
kenyataan seperti : Hambatan dalam
a. Hubungan interaksi dengan
dengan keluarga orang lain dalam
b. Hubungan melakukan
dengan orang aktivitas sehari-
lain hari.
c. Aktivitas sehari- b. Ajak klien
hari melihat bahwa
d. Pekerjaan waham tersebut
e. Sekolah adalah masalah
f. Prestasi, dsb yang
membutuhkan
bantuan dari
orang lain.
c. Diskusikan
dengan klien
tentang orang
atau tempat ia
dapat meminta
bantuan apabila
wahamnya timbul
atau sulit di
kendalikan

TUK 1.6 Setelah ...X interaksi 6. Diskusikan hobi atau


Klien dapat klien melakukan aktivitas yang
melakukan aktivitas yang disukainya
teknik distraksi konstruktif sesuai a. Anjurkan klien
sebagai cara dengan minatnya memilih dan
menghentikan yang dapat melakukan
pikiran yang menglihkan fokus aktivitas yang
terpusat pada klien dari wahamnya membutuhkan
wahamnya perhatian dan
keterampilan
b. Ikut sertakan
klien dalam
aktivitas fisik
yang
membutuhkan
perhatian sebagai
pengisi waktu
luang
c. Libatkan klien
pada topik-topik
yang nyata
d. Anjurkan klien
untuk
bertanggung
jawab secara
personal dalam
mempertahankan
atau
meningkatkan
kesehatan dan
pemulihannya
e. Beri penghargaan
bagi setiap upaya
klien yang positif
TUK 1.7 Setelah ... X 7. Diskusikan
Klien mendapat interaksi keluarga pentingnya peran
dukungan dapat menjelaskan keluarga sebagai
keluarga tentang cara pendukung untuk
mempraktekkan cara mengatasi waham
merawat klien a. Diskusikan
waham potensi keluarga
untuk membantu
klien mengatasi
waham
b. Jelaskan pada
keluarga tentang
1) Pengertian
waham
2) Tanda gejala
waham
3) Penyebap
dan akibat
waham
4) Cara
merawat
klien waham
c. Latih keluarga
cara merawat
waham
d. Tanyakan
perasaan
keluarga setelah
mencoba cara
yang dilatih
e. Beri pujian pada
keluarga atas
keterlibatannya
merawat klien di
rumah
TUK 1.8 Setelah ... X 8. Diskusikan dengan
Klien dapat interaksi dengan klien tentang
memanfaatkan klien, dapat manfaat dan
obat dengan mendemonstrasikan kerugian tidak
baik penggunaan obat minum obat
dengan baik a. Pantau klien saat
1.9 Setelah ... X penggunaan obat,
interaksi klien beri pujian jika
menyebutkan klien
akibat berhenti menggunakan
minum obat tanpa obat dengan
konsultasi dengan benar
dokter b. Diskusikan
akibat klien
berhenti minum
obat tanpa
konsultasi
dengan dokter.
c. Anjurkan klien
untuk konsultasi
kepada perawat
atau dokter jika
terjadi hal-hal
yang tidak
diinginkan.

VI. EVALUASI
Proses yang berkelanjutan untuk menilai efek dari tindakan keperawatan pada
pasien atau kemampuan, hasil yang diharapkan dari pasien yang mengalami
waham setelah diberikan tindakan keperawatan.
Pasien mampu:
A. Mengungkapkan keyakinannya sesuai dengan kenyataan
B. Berkomunikasi sesuai dengan kenyataan
C. Menggunakan obat dengan benar dan patuh
DAFTAR PUSTAKA

Budi Anna Keliat. 2011. Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Jakarta: EGC
Direja, A. Herman.2011. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Jiwa.Yogyakarta : Nuha Medika
Fitria, Nita. 2009. Prinsip Dasar dan Aplikasi Penulisan Laporan Pendahuluan dan Strategi 
Hibbert, Allison. 2008. Rujukan Cepat Psikiatri. Jakarta: EGC
Keliat, B.A. 2010. Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: EGC.
Maramis, W.f. 2005. Catatan Ilmu Kedokteran Jiwa. Ed. 9 Surabaya: Airlangga University
Pelaksanaan Tindakan  Keperawatan (LP dan SP). Jakarta : Salemba Medika.
Yosep, I. 2009. Keperawatan Jiwa. Bandung : Refika Aditama

Anda mungkin juga menyukai