Anda di halaman 1dari 9

Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry)

Volume 4, Nomor 1, Mei 2016

AKTIVITAS ANTIOKSIDAN FRAKSI n-BUTANOL EKSTRAK KULIT


TERONG BELANDA (Solanum betaceum Cav.) SECARA IN VITRO DAN
IDENTIFIKASI SENYAWA GOLONGAN FLAVONOIDNYA
Ni Putu Widayanti1*, Ni Made Puspawati1,2, I Nyoman Suarsana3, I.A.R. Astiti Asih2, Wiwik
Susanah Rita1,2
1
Program Studi Magister Kimia Terapan, Universitas Udayana, Denpasar, Bali-Indonesia
2
Jurusan Kimia FMIPA, Universitas Udayana, Bukit Jimbaran, Bali-Indonesia
3
Fakultas Kedokteran Hewan, Universitas Udayana, Denpasar, Bali-Indonesia
*wida.yantisp@gmail.com

ABSTRAK: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui aktivitas antioksidan secara in vitro
dan mengidentifikasi golongan senyawa flavonoid yang terkandung dalam fraksi n-butanol
ekstrak kulit terong belanda. Uji aktivitas antioksidan dilakukan dengan metode DPPH.
Pemisahan dan pemurnian fraksi aktif n-butanol dilakukan dengan kromatografi kolom
menggunakan silika gel yang dielusi dengan n-butanol-etil asetat-asam asetat 10% (2:7:1)
dan diidentifikasi dengan spektrofotometer UV-Vis dan FTIR. Fraksi n-butanol memiliki
aktivitas antioksidan yang kuat dengan nilai IC50 sebesar 69,89 mg/L. Empat senyawa
flavonoid (isolat A, C, H, dan J) berhasil diisolasi dan diidentifikasi sebagai golongan flavon,
flavonol dan isoflavon. Senyawa tersebut dipercaya memiliki aktivitas antioksidan.

Kata kunci: Solanum betaceum Cav., aktivitas antioksidan, fraksi n-butanol, flavonoid

ABSTRACT: The present study was conducted to determine in vitro antioxidant activity and
ctivity and to identify flavonoid class of compounds present in n-butanol active fraction of
Terong Belanda (Solanum betaceum cav.) peel extract. Antioxidant activity test was
performed by DPPH (1,1-diphenyl-2-pycrylhidrazyl) method. Separation and purification of
n-butanol active fraction were done using silica gel column chromatography eluted with n-
butanol-ethyl acetate-acetic acid 10% (2:7:1) and identified by UV-Vis and FTIR
spectrophotometer. n-Butanol fraction had strong antioxidant activity with IC50 value by
69.89 mg/L. Four flavonoids (A, C, H, and J isolates) were isolated and identified as flavone,
flavonol and isoflavone. This compounds are believed to be responsible for their antioxidant
activity.

Keywords: Solanum betaceum Cav., antioxidant activity, n-butanol fraction, flavonoid.

1. PENDAHULUAN bermanfaat dan perlu dikembangkan sebagai


tanaman obat adalah tanaman terong
Indonesia yang terletak di kawasan belanda (Solanum betaceum Cav.). Tanaman
iklim tropis sangat kaya dengan terong belanda yang juga dikenal dengan
keanekaragaman hayati (biodiversity) sebutan tamarillo tersebar di daerah Bali,
berupa tanaman. Beberapa tumbuhan telah Jawa Barat dan Sumatera Utara [1].
dikenal oleh masyarakat sebagai tanaman Jus terong belanda juga diketahui
obat. Namun, keberadaan tanaman obat berpotensi sebagai antioksidan karena
belum dieksplorasi dan dimanfaatkan secara mampu menghambat produksi dari reseptor
maksimal. Salah satu tanaman yang LDL dalam sel hati. Jus buah terong belanda

30
Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) ISSN 2302-7274
Volume 4, Nomor 1, Mei 2016

(Cyphomandra betaceae) dilaporkan mampu seperangkat alat kromatografi kolom dan


menurunkan kadar kolesterol total darah kromatografi lapis tipis, lampu UV, penguap
pada tikus putih [2]. Ekstrak etanol biji vakum putar (rotary vacuum evaporator),
terong belanda (Solanum betaceum, syn) spektrofotometer UV-Vis dan
dilaporkan mampu menghambat reaksi spektrofotometer FTIR.
peroksidasi lemak pada plasma darah tikus
Wistar [3]. Buah terong belanda sangat kaya 2.2 Metode
nutrisi dan senyawa kimia yang dibutuhkan Ekstraksi dan Partisi
oleh tubuh diantaranya vitamin (A, B1, B2, Buah terong belanda (Solanum
B6, C dan E), karoten, karbohidrat, protein, betaceum Cav.) yang diperoleh dari
lemak, serat, magnesium, fosfor, kalsium, Kintamani, Bangli dibersihkan kemudian
senyawa fenol dan senyawa flavonoid [4,5]. dikupas dan diambil bagian kulit buahnya.
Berdasarkan uji skrining fitokimia Sebanyak 1 kg kulit buah terong belanda
pendahuluan terhadap fraksi n-butanol dipotong kecil-kecil dan dihaluskan dengan
ekstrak kulit terong belanda diketahui positif blender.
mengandung senyawa golongan terpenoid, Ekstraksi dilakukan dengan cara
fenol, flavonoid dan saponin. Senyawa maserasi menggunakan pelarut etanol teknis
flavonoid merupakan salah satu senyawa selama ± 24 jam. Selanjutnya filtrat disaring
metabolit sekunder yang berperan sebagai dan ampasnya dimaserasi kembali. Filtrat
antioksidan karena terbukti bermanfaat yang diperoleh kemudian dikumpulkan dan
dalam mencegah kerusakan sel akibat stres diuapkan dengan rotary vacuum evaporator
oksidatif. Aktivitas antioksidan yang sampai diperoleh ekstrak pekat etanol.
dimiliki oleh senyawa flavonoid dapat Ekstrak pekat etanol selanjutnya
dimanfaatkan untuk pencegahan penyakit ditambahkan air dan etanol yang telah
degeneratif. Tujuan penelitian ini adalah dilarutkan dengan rasio 7:3. Etanolnya
untuk mengetahui aktivitas antioksidan kemudian diuapkan sehingga diperoleh
secara in vitro dan mengidentifikasi ekstrak airnya.
golongan senyawa flavonoid yang Ekstrak air selanjutnya dipartisi dalam
terkandung dalam fraksi n-butanol ekstrak tiga tahapan sebagai berikut. Pertama, partisi
kulit terong belanda yang berpotensi sebagai dilakukan dengan menggunakan n-heksan
antioksidan. sehingga diperoleh ekstrak air dan ekstrak n-
heksan (EH). Tahap kedua, ekstrak air
2. PERCOBAAN dipartisi kembali dengan menggunakan
kloroform sehingga diperoleh ekstrak air
2.1 Bahan dan Peralatan dan ekstrak kloroform (EK). Tahap terakhir,
Bahan-bahan yang digunakan adalah ekstrak air dipartisi kembali dengan n-
buah terong belanda yang masih segar dan butanol dan diperoleh ekstrak n-butanol
sudah matang, etanol, n-heksan, n-butanol, (EB). Ekstrak n-butanol selanjutnya
kloroform, etil asetat, metanol, kristal DPPH dievaporasi sehingga diperoleh ekstrak
(1,1-diphenyl-2-pycrylhidrazyl), kalium kental n-butanol. Ekstrak kental n-butanol
bromida, asam klorida pekat, natrium selanjutnya diuji dengan uji fitokimia.
hidroksida, asam asetat, aluminium klorida,
asam borat, natrium asetat, akuades, silika Penentuan Kandungan Total Flavonoid
gel 60 H dan silika gel GF254, bufer natrium Penentuan kandungan total flavonoid
karbonat dan kalium klorida. pada fraksi n-butanol dilakukan dengan
Peralatan yang digunakan adalah metode spektrofotometri menggunakan
seperangkat peralatan gelas, toples kaca, reagen aluminium klorida. Sebanyak 2 mL
neraca analitik, blender, pisau, botol vial, larutan sampel ditambahi dengan 2 mL
aluminium foil, kertas saring, pipet mikro, aluminium klorida 2%. Campuran larutan
centrifuge, pipet kapiler, pipet volume, tersebut selanjutnya divortex selama 20

31
Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) ISSN 2302-7274
Volume 4, Nomor 1, Mei 2016

menit dan diinkubasi selama 24 menit. beberapa campuran fase gerak yang lain
Selanjutnya serapan diukur pada panjang dengan cara kromatografi lapis tipis untuk
gelombang 415 nm. Kandungan flavonoid mengetahui fraksi yang relatif murni secara
dinyatakan dengan kesetaraan pembanding KLT.
baku kuersetin [6]. Masing-masing isolat yang telah
dilarutkan dalam metanol selanjutnya diukur
Uji Aktivitas Antioksidan secara In Vitro serapannya dengan spektrofotometer UV-
Sebanyak 1,0 mL larutan sampel Vis panjang gelombang 250-500 nm.
dengan berbagai konsentrasi (10; 25; 50; 75; Kedudukan gugus hidroksi pada inti
dan 100 mg/L) ditambahi 1,0 mL DPPH flavonoid dapat diketahui dengan
(1,1-diphenyl-2-pycrylhidrazyl) 0,004% dan menambahkan pereaksi geser berupa
etanol sebanyak 2,0 mL. Campuran tersebut natrium hidroksida, aluminium klorida,
divortex dan didiamkan selama 30 menit asam klorida, natrium asetat, dan asam
kemudian serapan diukur dengan borat. Selain dengan spektrofotometer UV-
spektrofotometer UV-Vis pada panjang Vis, identifikasi isolat juga dilakukan
gelombang 517 nm [7]. dengan spektrofotometer FTIR sebagai uji
konfirmasi [8].
Pemisahan dan Pemurnian
Untuk melihat profil kromatografi dari
fraksi n-butanol, digunakan cara 3. HASIL DAN PEMBAHASAN
kromatografi kolom dan kromatografi lapis Berdasarkan hasil uji fitokimia, fraksi
tipis. Proses elusi dilakukan dengan cairan n-butanol positif mengandung senyawa
pengembang yang memberikan pemisahan flavonoid. Analisis kuantitatif menunjukkan
terbaik. bahwa kandungan total flavonoid pada
- Fase diam yang digunakan : Silika gel fraksi n-butanol sebesar 6,80 ppm. Analisis
60 total kandungan senyawa flavonoid dihitung
- Fase gerak yang digunakan : n-butanol- sebagai ekuivalen kuersetin dalam % (b/b)
etil asetat-asam asetat 10% (2:7:1) sebesar 0,68%. Hasil pengukuran tersebut
Masing-masing eluat yang telah menunjukkan kadar < 1% b/b sehingga
ditampung dalam botol sebanyak 3 mL senyawa flavonoid golongan kuersetin pada
selanjutnya dianalisis dengan kromatografi fraksi n-butanol ekstrak kulit terong belanda
lapis tipis. termasuk ke dalam komponen penyusun
- Fase diam : Silika gel GF254 minor. Hal ini mengindikasikan bahwa
- Fase gerak : n-butanol-etil asetat-asam terdapat senyawa golongan flavonoid selain
Asetat 10% (2:7:1) kuersetin pada sampel.
- Pendeteksi : Sinar UV 254/366 nm. Hasil penentuan aktivitas antioksidan
dengan metode DPPH menunjukkan bahwa
Identifikasi Senyawa Flavonoid fraksi n-butanol memiliki nilai IC50 sebesar
Identifikasi senyawa golongan 69,89 mg/L. Senyawa yang memiliki nilai
flavonoid dilakukan dengan mengamati IC50 yang berkisar antara 50-100 mg/L
warna fluorosensi dari masing-masing eluat tergolong senyawa antioksidan yang
di bawah sinar UV. Eluat yang memiliki memiliki aktivitas yang kuat. Dengan
pola pemisahan noda yang sama demikian, fraksi n-butanol ekstrak kulit
digabungkan sehingga diperoleh beberapa terong belanda memiliki aktivitas
fraksi. antioksidan yang kuat [9].
Masing-masing fraksi diuapkan dan
diuji dengan pereaksi flavonoid berupa test
Willstatter, NaOH 10% dan Bate-Smith dan
Metcalfe. Fraksi yang positif flavonoid
selanjutnya diuji kemurniannya dengan

32
Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) ISSN 2302-7274
Volume 4, Nomor 1, Mei 2016

Isolasi terhadap fraksi n-butanol metanol memberikan serapan maksimum


dengan menggunakan fase gerak n-butanol: pada panjang gelombang 250,80 nm (pita
etil asetat : asam asetat 10% (2:7:1) II), 290,40 nm (bahu) dan 331,00 nm (pita I)
menghasilkan 10 (sepuluh) kelompok fraksi sehingga menunjukkan bahwa senyawa
(FA, FB, FC, FD, FE, FF, FG, FH, FI dan FJ). tersebut adalah golongan flavon (apigenin)
Kromatogram disajikan pada Gambar 1. [8]. Penambahan natrium hidroksida
menunjukkan pergeseran batokromik
sebesar 48,2 nm pada pita I tanpa adanya
penurunan intensitasnya, hal ini
menunjukkan adanya OH-4’ bebas.
Terbentuknya pita baru pada panjang
gelombang 264,20 nm menunjukkan adanya
OH-7 bebas. Penambahan natrium asetat-
asam borat menunjukkan pergeseran
batokromik sebesar 21,2 nm pada pita I dan
sebesar 8,4 nm pita II yang mengindikasikan
adanya ortodihidroksi pada cincin B yaitu
OH-4’ dan OH-5’. Penambahan aluminium
klorida menunjukkan pergeseran sebesar
A B C D E F G H I J
25,4 nm pada pita I dan 14,2 nm pada pita II
mengarah adanya ortodihidroksi pada cincin
Gambar 1. Kromatogram hasil KLT A yaitu atom C-6 dan C-7 atau C-7 dan C-8.
penggabungan Penambahan aluminium klorida-asam
klorida tidak memberikan pergeseran baik
pada pita I maupun pada pita II. Berdasarkan
Hasil KLT penggabungan data tersebut di atas, maka senyawa tersebut
menunjukkan bercak yang terlihat di bawah mengarah pada struktur 6,7,4’,5’
lampu UV dengan panjang gelombang 366 tetrahidroksi flavon atau 7,8,4’,5’
nm berfluoresensi hijau dan biru muda yang tetrahidroksi flavon.
diduga mengandung senyawa flavonoid Serapan yang hampir serupa juga
golongan flavon dan flavanon yang tidak diberikan oleh isolat FC dalam metanol yaitu
mengandung 5-OH, misalnya 5-O-glikosida, pada panjang gelombang 250,80 nm (pita
flavonol yang mengandung 3-OH bebas dan II), 289,60 nm (bahu) dan 330,20 nm (pita I)
disertai atau tanpa 5-OH bebas dan isoflavon sehingga menunjukkan bahwa senyawa
yang tidak mengandung 5-OH bebas [8]. tersebut adalah golongan flavon (apigenin)
Dari sepuluh fraksi tersebut, hanya [8]. Penambahan natrium hidroksida pada
empat fraksi yang memiliki noda tunggal isolat Fc memberikan pergeseran
dan positif flavonoid yaitu fraksi A, C, H batokromik sebesar 50,6 nm pada pita I dan
dan J dengan memberikan perubahan warna sebesar 9,2 nm pada pita II, hal ini
kuning, oranye dan coklat kemerahan menunjukkan adanya OH-4’ bebas.
setelah diuji dengan pereaksi flavonoid. Penambahan natrium asetat menunjukkan
Setelah dilakukan identifikasi dengan tidak terjadi pergeseran baik pada pita I
mengamati warna fluorosensi masing- maupun pita II. Namun, penambahan
masing isolat, selanjutnya dilihat pergeseran natrium asetat disertai asam borat
batokromik dari empat isolat yang telah menunjukkan terjadinya pergeseran
murni secara KLT yang disajikan pada batokromik sebesar 18,6 nm pada pita I dan
Tabel 1 dan Gambar 2. sebesar 7,6 nm pada pita II yang
mengindikasikan adanya gugus
Karakterisasi isolat FA dengan ortodihidroksi pada cincin B yaitu pada
spektrofotometer UV-Vis dengan pelarut posisi C nomor 4’ dan 5’. Penambahan

33
Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) ISSN 2302-7274
Volume 4, Nomor 1, Mei 2016

aluminium klorida ternyata hanya Tabel 1. Data Pergeseran Panjang Gelombang


memberikan pergeseran batokromik sebesar Serapan Maksimum Masing-masing Isolat
6,8 nm pada pita I dan tidak memberikan Isolat/pereaksi Pita I Pita II
pergeseran pada pita II. Hal yang serupa (nm) (nm)
juga terjadi pada penambahan pereaksi geser Isolat FA
aluminium klorida dan asam klorida yang Metanol 331,00 250,80
hanya memberikan pergeseran pada pita II. Metanol + NaOH 379,20 264,20
Dari data spektrum UV tersebut, isolat Fc Metanol + NaOAc 330,20 251,00
mengarah pada struktur senyawa 4’,5’ Metanol + NaOAc + H3BO3 352,20 259,20
dihidroksi flavon. Metanol + AlCl3 356,40 265,00
Isolat FH memberikan serapan Metanol + AlCl3 + HCl 331,00 250,80
Isolat FC
maksimum pada panjang gelombang 331,00
Metanol 330,20 250,80
nm (pita I) dan 262,60 nm (pita II) sehingga Metanol + NaOH 380,80 260,00
menunjukkan bahwa senyawa tersebut Metanol + NaOAc 329,40 250,80
adalah golongan flavonol (3-OH Metanol + NaOAc + H3BO3 348,80 258,40
tersubstitusi) [8]. Pada isolat FH terjadi Metanol + AlCl3 337,00 250,80
pergeseran batokromik sebesar 59,2 nm (pita Metanol + AlCl3 + HCl 331,00 249,80
I) dan 3,4 nm (pita II) setelah dilakukan Isolat FH
penambahan natrium hidroksida, hal ini Metanol 331,00 262,60
menunjukkan adanya OH-4’ bebas. Metanol + NaOH 390,20 266,00
Penambahan natrium asetat memberikan Metanol + NaOAc 331,80 262,60
pergeseran batokromik sebesar 0,8 nm pada Metanol + NaOAc + H3BO3 352,20 262,60
pita I dan tidak memberikan pergeseran pada Metanol + AlCl3 331,80 271,80
Metanol + AlCl3 + HCl 331,00 269,40
pita II serta memiliki kekuatan yang
Isolat FJ
berkurang dengan bertambahnya waktu, hal Metanol 327,60 248,20
ini mengindikasikan adanya gugus yang Metanol + NaOH 375,80 266,80
peka terhadap basa yang diduga adalah Metanol + NaOAc 329,40 248,20
gugus ortodihidroksi pada posisi C nomor 3 Metanol + NaOAc + H3BO3 351,20 257,40
dan 4’. Keberadaan gugus hidroksi pada C Metanol + AlCl3 334,40 250,80
nomor 3 semakin memperkuat dugaan Metanol + AlCl3 + HCl 327,60 248,20
senyawa flavonol pada isolat FH.
Penambahan natrium asetat dan asam borat
memberikan pergeseran batokromik sebesar Dari spektrum UV-Vis tersebut, isolat FH
21,2 nm pada pita I dan tidak memberikan diduga mengandung senyawa 3,5,4’,5’
pergeseran pada pita II yang tetrahidroksi flavonol.
mengindikasikan adanya gugus Karakterisasi isolat FJ dalam pelarut
ortodihidroksi pada cincin B posisi C nomor metanol memberikan pita serapan berupa
4’ dan 5’. Penambahan aluminium klorida pita I yang terletak pada panjang gelombang
tidak dapat mendeteksi keberadaan gugus 327,60 nm, pita II yang terletak pada
hidroksil baik pada cincin A maupun B panjang gelombang 248,20 nm dan bahu
karena hanya memberikan pergeseran yang terletak pada 295,60 nm sehingga
batokromik sebesar 0,8 nm pada pita I dan menunjukkan bahwa senyawa tersebut
9,2 nm pada pita II. Penambahan aluminium adalah golongan isoflavon [8]. Penambahan
klorida dan asam klorida menunjukkan tidak natrium hidroksida memberikan pergeseran
terjadi perubahan pada pita I yang batokromik sebesar 48,2 nm (pita I) dan
mempunyai nilai serapan yang sama dengan 18,6 nm (pita II) yang mengindikasikan
metanol dan memberikan pergeseran adanya gugus hidroksi pada posisi C nomor
batokromik sebesar 6,8 nm pada pita II 3’ dan 4’ [10]. Penambahan natrium asetat
sehingga mengarah pada dugaan adanya memberikan pergeseran batokromik sebesar
gugus hidroksi pada posisi C nomor 5. 1,8 nm pada pita I dan tidak memberikan

34
Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) ISSN 2302-7274
Volume 4, Nomor 1, Mei 2016

pergeseran pada pita II. Penambahan senyawa turunan flavon yang memiliki
natrium asetat dan asam borat menunjukkan aktivitas biologis serta memiliki efek
pergeseran batokromik sebesar 23,6 nm (pita farmakologis diantaranya sifat anti
I) dan 9,2 nm (pita II) yang mengindikasikan inflamasi, antikanker dan antioksidan.
keberadaan gugus ortodihidroksi pada cincin Sedangkan senyawa isoflavon diketahui
A yaitu pada C nomor 6 dan 7 atau 7 dan 8. berpotensi dalam mencegah penuaan dini sel
Penambahan aluminium klorida hanya dan penyakit degeneratif [14,15].
memberikan pergeseran batokromik sebesar
6,8 nm (pita I) dan 2,6 nm (pita II) dan tidak
memberikan pergeseran pada saat
penambahan asam klorida. Penambahan
pereaksi geser tersebut tidak dapat (A) Pita I
mendeteksi keberadaan gugus 3’,4’- Pita II
dihidroksi isoflavon yang kemungkinan
disebabkan oleh cincin B yang memiliki
sedikit atau tidak adanya konjugasi dengan
gugus kromofor utama [10]. Dari spektrum
UV-Vis tersebut, isolat FJ diduga
mengandung senyawa 6,7,3’,4’ tetrahidroksi
isoflavon atau 7,8,3’,4’ tetrahidroksi
isoflavon. (B)
Pita Pita I
Serapan maksimum yang terjadi pada Pita II
II
panjang gelombang yang ditunjukkan oleh
pita II disebabkan oleh adanya transisi
elektronik dari yang menunjukkan
keberadaan gugus kromofor tunggal seperti
ikatan C=O [11,13]. Sedangkan serapan
maksimum yang terjadi pada panjang
gelombang yang ditunjukkan oleh pita I
disebabkan oleh adanya eksitasi elektron (C)
dari yang menunjukkan keberadaan
gugus kromofor C=C terkonjugasi [12].
Keberadaan senyawa flavonoid pada Pita II
Pita I
maing-masing isolat didasarkan pada hasil
spektrum UV-Vis dan penambahan pereaksi
geser serta didukung oleh data spektrum
FTIR. Puncak-puncak spektrum FTIR dari
keempat isolat tersebut memberikan
petunjuk adanya gugus OH pada 3527,80- (D
3313,71 cm-1, gugus ester C=O pada
1751,36-1714,72 cm-1 dan gugus C=C Pita I
aromatik pada 1602,85-1585,00 cm-1 yang Pita II
merupakan gugus utama penyusun flavonoid
[11,13].
Kandungan senyawa flavonoid
golongan flavon, flavonol dan isoflavon
yang terdapat pada fraksi n-butanol ekstrak
kulit terong belanda diduga berkontribusi Gambar 2. Spektrum UV-Vis (A) isolat FA,
dalam menangkal radikal bebas sehingga (B) isolat FC, (C) isolat FH dan (D) isolat FJ.
bersifat antioksidan. Krisin merupakan

35
Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) ISSN 2302-7274
Volume 4, Nomor 1, Mei 2016

4. KESIMPULAN [5] Morton J. Tree Tomato. In: Fruits of


Warm Climate. Miami, FL, 1987, p
Fraksi n-butanol ekstrak kulit terong 437-440.
belanda memiliki aktivitas antioksidan yang [6] Chang C., Yang M., Wen H.C.J.
kuat dengan nilai IC50 sebesar 69,89 mg/L. Estimation of Total Flavonoid Content
Empat senyawa flavonoid berhasil diisolasi in Propolis by Two Complementary
dan diidentifikasi yaitu isolat FA diduga Colorinetric Methods. J. Food Drug
mengandung senyawa 6,7,4’,5’ tetrahidroksi Anal. 2002, 10: 178-182.
flavon atau senyawa 7,8,4’,5’ tetrahidroksi [7] Nurjanah, Abdulla A., Apriand A.
flavon, isolat FC mengandung senyawa 4’,5’ Aktivitas Antioksidan dan Komponen
dihidroksi flavon, isolat FH mengandung Bioaktif pada Keong Ipong-ipong
senyawa 3,5,4’,5’ tetrahidroksi flavonol dan (Fasciolaria salmo). J. Pengolahan
isolat FJ mengandung senyawa 6,7,3’,4’ Hasil Perikanan Indonesia, 2011,
tetrahidroksi isoflavon atau senyawa 14(1): 22-29.
7,8,3’,4’ tetrahidroksi isoflavon. [8] Markham K.R. Cara Mengidentifikasi
Flavonoid. (Terjemahan Kosasih
5. UCAPAN TERIMA KASIH Padmawinata). Penerbit ITB,
Bandung, 1988.
Pada kesempatan ini penulis
[9] Jun M.H.Y., Fong J., Wan X., Yang
menyampaikan terima kasih Bakrie Centre
C.S., Ho C.T. Comparison of
Foundation dan pihak lainnya yang telah
Antioxidant Activities of Isoflavones
memberikan dukungan selama penelitian
Form Kudzu Root (Puerarua labata
dan penulisan jurnal ini.
O). Journal Food Science Institute of
Technologist, 2003, 68: 2117-2122.
6. DAFTAR PUSTAKA
[10] Mabry T.J., Markham K.R., Thomas
[1] Kumalaningsih S., Suprayogi. M.B. The Systematic Identification of
Tamarillo (Terung Belanda), Tanaman Flavonoid. Springer-Verlag, New
Berkhasiat Penyedia Antioksidan York, 1970.
Alami. Trubus Agrisarana, Surabaya, [11] Sastrohamidjojo H. Spektroskopi.
2006. UGM Press, Yogyakarta, 2001.
[2] Syariah W.O., Usmar, Syukur R. [12] Fessenden R.J., Fessenden J.S. Kimia
Pengaruh Jus Buah Terong Belanda Organik, (Terjemahan Aloysius,
(Cyphomandra betaceae) terhadap H.A.). Jil. 1, Ed. 3, Airlangga, Jakarta,
Kadar Kolesterol Total Tikus Putih
1995.
(Rattus norvegicus) Jantan. J. Farmasi
dan Farmakologi, 2011, 15: 95-98. [13] Silverstein, Bassler, Morrill.
[3] Dewi N.W.O.A.C. Aktivitas Penyidikan Spektrometrik Senyawa
Antioksidan Senyawa Flavonoid Organik. (Terjemahan A.J. Hartomo,
Ekstrak Etanol Biji Terong Belanda Anny Victor Purba). Ed. 4, Erlangga,
(Solanum betaceum, syn) dalam Jakarta, 1986.
Menghambat Reaksi Peroksidasi [14] Manoharan S., Murugaraj M.P.,
Lemak pada Plasma Darah Tikus Nagarethinam B., Ramachandran S.,
Wistar. Cakra Kimia, 2014, 2: 7-16. Sekar K., Shamsul A.W.
Chemopreventive Potential of Chrysin
[4] Kumalaningsih S. Antioksidan Alami-
in 7,12-dimethylbenz(a)anthracene
Penangkal Radikal Bebas, Sumber,
Induced Skin Carcinogenesis in Swiss
Manfaat, Cara Penyediaan dan Albino Mice. Int.J.Res.Pharm.Sci. 2012,
Pengolahan. Trubus Agrisarana, 3:86-96.
Surabaya, 2006.

36
Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) ISSN 2302-7274
Volume 4, Nomor 1, Mei 2016

[15] Ren M.Q., Kuhn G., Wegner J., Chen


J. Isoflavones, Substance with Multi-
Biological and Clinical Properties.
Eur. J. Nutr. 2001, 40: 135-146

37
Cakra Kimia (Indonesian E-Journal of Applied Chemistry) ISSN 2302-7274
Volume 4, Nomor 1, Mei 2016

38

Anda mungkin juga menyukai