Anda di halaman 1dari 3

Khutbah I

‫ َوَأ ْشهَ ُد َأ ْن اَّل‬،‫ان‬ ‫هّٰلِل‬


ِ ‫صحْ بِ ِه َوتَابِ ِع ْي ِه َعلَى َم ِّر ال َّز َم‬ َ ‫ َو َعلَى آلِ ِه َو‬، َ‫صاَل ةُ َوال َّساَل ُم َعلَى ُم َح َّم ٍد َسيِّ ِد َولَ ِد َع ْدنَان‬ َّ ‫ َوال‬،‫ك ال َّديَّا ِن‬ ِ ِ‫الح ْم ُد ِ ْال َمل‬ َ
ُ‫ َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن َسيِّ َدنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُهُ الَّ ِذيْ َكانَ ُخلُقُه‬،‫ك لَهُ ْال ُمنَـ َّزهُ َع ِن ْال ِج ْس ِميَّ ِة َو ْال ِجهَ ِة َوال َّز َما ِن َو ْال َم َكا ِن‬ َ ِ ْ
‫ي‬ ‫ر‬ َ
‫ش‬ ‫اَل‬ ‫ه‬ ‫د‬
َُ َ ُْ‫ح‬ ‫و‬ ‫هللا‬ ‫اَّل‬ ‫ِإلهَ ِإ‬
‫ َواَل تَ ُسبُّوا الَّ ِذ ْينَ يَ ْد ُعوْ نَ ِم ْن ُدوْ ِن‬:‫ ْالقَاِئ ِل فِي ِكتَابِ ِه ْالقُرْ آ ِن‬،‫ص ْي ُك ْم َونَ ْف ِسي بِتَ ْق َوى هللاِ ال َمنَّا ِن‬ ِ ْ‫ فَإنِّي ُأو‬،‫ ِعبَا َد الرَّحْ مٰ ِن‬،ُ‫ْالقُرْ آنَ َأ َّما بَ ْعد‬
َ ِ‫هّٰللا ِ فَيَ ُسبُّوا هّٰللا َ َع ْد ًو ۢا بِ َغي ِْر ِع ْل ۗ ٍم َك ٰذل‬
َ‫ك زَ يَّنَّا ِل ُك ِّل اُ َّم ٍة َع َملَهُ ۖ ْم ثُ َّم اِ ٰلى َربِّ ِه ْم َّمرْ ِج ُعهُ ْم فَيُنَبُِّئهُ ْم بِ َما َكانُوْ ا يَ ْع َملُوْ ن‬

Jamaah Jumat rahimakumullah, Pada momentum Jumat ini, mari kita bersama-sama menguatkan
keimanan dan ketakwaan kepada Allah swt. Iman dan takwa yang kita miliki ini merupakan sebuah
anugerah yang tidak semua umat manusia memilikinya. Kita harus bersyukur, walaupun terpaut jarak
yang jauh dan beda zaman dengan Nabi Muhammad sebagai pembawa risalah ilahiyah, namun kita
dianugerahkan kesempatan hidup dalam Islam, sebagai agama samawi pamungkas yang sempurna dan
agama yang diridhoi oleh Allah swt. Hal ini ditegaskan dalam Qur’an surat Al-Maidah ayat 3:

‫ْت لَ ُك ُم ااْل ِ سْاَل َم ِد ْينً ۗا‬ ُ ‫اَ ْليَوْ َم اَ ْك َم ْل‬


ُ ‫ت لَ ُك ْم ِد ْينَ ُك ْم َواَ ْت َم ْم‬
ِ ‫ت َعلَ ْي ُك ْم نِ ْع َمتِ ْي َو َر‬
ُ ‫ضي‬

Artinya: “Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, dan telah Aku cukupkan nikmat-Ku
bagimu, dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu”

Jamaah Jumat rahimakumullah, Manisnya Islam yang kita rasakan saat ini tidak akan bisa lepas dari jasa,
wasilah, dan lembutnya dakwah yang disampaikan Wali Songo di penjuru nusantara ini. Mereka mampu
memasukkan nilai-nilai Islam sebagai agama Rahmatan lil Alamin pada budaya dan tradis bangsa
Indonesia. Mereka mampu meyakinkan para leluhur kita dengan dakwah penuh hikmah yang memang
sudah dicontohkan oleh nabi Muhammad saw dan juga sudah ditegaskan serta diperintahkan oleh Allah.
Hal ini termaktub dalam Surat An-Nahl:125:

َ‫ض َّل ع َْن َسبِ ْيلِ ٖه َوه َُو اَ ْعلَ ُم بِ ْال ُم ْهتَ ِد ْين‬ َ َّ‫ك بِ ْال ِح ْك َم ِة َو ْال َموْ ِعظَ ِة ْال َح َسنَ ِة َو َجا ِد ْلهُ ْم بِالَّتِ ْي ِه َي اَحْ َس ۗنُ اِ َّن َرب‬
َ ‫ك ه َُو اَ ْعلَ ُم بِ َم ْن‬ َ ِّ‫ع اِ ٰلى َسبِ ْي ِل َرب‬
ُ ‫اُ ْد‬

Artinya: “Serulah (manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan hikmah dan pengajaran yang baik, dan
berdebatlah dengan mereka dengan cara yang baik. Sesungguhnya Tuhanmu, Dialah yang lebih
mengetahui siapa yang sesat dari jalan-Nya dan Dialah yang lebih mengetahui siapa yang mendapat
petunjuk”. Dalam ayat ini, kita harus memahami bahwa penting berdakwah dengan cara yang baik.
Karena hal baik yang didakwahkan dengan cara tidak baik, tentu tidak akan mendapatkan hasil yang baik.
Dalam konteks dakwah di Indonesia, kita harus menyadari bahwa Indonesia memiliki keragaman suku,
budaya, tradisi, bahasa, dan agama. Sehingga menjadi kewajiban bagi umat Islam untuk mengedepankan
dakwah dengan hikmah di tengah kebhinekaan Indonesia yang menjadi takdir dan sunnatullah. Toleransi
menjadi kunci terciptanya kehidupan yang damai. Perbedaan-perbedaan yang ada di tengah-tengah
kehidupan bermasyarakat tidak boleh menjadi pemicu konflik akibat arogansi dan prinsip merasa paling
benar sendiri. Perbedaan-perbedaan yang ada, sudah seharusnya menjadi kekuatan untuk bersama
membangun kehidupan yang harmonis penuh dengan toleransi serta tidak saling menyakiti dan
menyalahkan keyakinan dan kepercayaan orang lain. Allah swt berfirman dalam Qur’an surat Al-
An’am: 108

َ ِ‫َواَل تَ ُسبُّوا الَّ ِذ ْينَ يَ ْد ُعوْ نَ ِم ْن ُدوْ ِن هّٰللا ِ فَيَ ُسبُّوا هّٰللا َ َع ْد ًو ۢا بِ َغي ِْر ِع ْل ۗ ٍم ك َٰذل‬
َ‫ك زَ يَّنَّا ِل ُكلِّ اُ َّم ٍة َع َملَهُ ۖ ْم ثُ َّم اِ ٰلى َربِّ ِه ْم َّمرْ ِج ُعهُ ْم فَيُنَبُِّئهُ ْم بِ َما كَانُوْ ا يَ ْع َملُوْ ن‬

Artinya: “Dan janganlah kamu memaki sesembahan yang mereka sembah selain Allah, karena mereka
nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa dasar pengetahuan. Demikianlah, Kami jadikan
setiap umat menganggap baik pekerjaan mereka. Kemudian kepada Tuhan tempat kembali mereka, lalu
Dia akan memberitahukan kepada mereka apa yang telah mereka kerjakan.”

Jamaah Jumat rahimakumullah, Ayat ini secara khusus ditujukan kepada kita, umat Islam, tentang
bagaimana seharusnya kita bersikap menghadapi sesembahan orang di luar Islam. Ayat ini diturunkan
saat suatu ketika orang-orang Islam mencaci-maki berhala, sesembahan orang-orang kafir, kemudian
mereka dilarang Allah melalui nabi untuk tidak memaki-maki itu. Dalam kisah yang diriwayatkan oleh
'Abd ar-Razzaq dari Qatadah ini, Allah melarang kaum Muslimin memaki berhala yang disembah kaum
musyrik untuk menghindari makian terhadap Allah dari orang-orang musyrik. Karena mereka adalah
orang-orang yang tidak mengetahui sifat-sifat Allah dan sebutan-sebutan yang seharusnya diucapkan
untuk-Nya. Maka bisa terjadi mereka mencaci-maki Allah dengan kata-kata yang menyebabkan
kemarahan orang-orang mukmin. Dari ayat ini kita bisa mengambil hikmah bahwa kita dilarang
melakukan perbuatan yang bisa menimbulkan perbuatan yang memunculkan akibat buruk lainnya. Kita
juga dilarang melakukan sesuatu yang menyebabkan orang-orang di luar Islam semakin tambah menjauhi
kebenaran Islam. Allah memberikan penjelasan bahwa Dia menjadikan setiap umat menganggap baik
perbuatan mereka sendiri. Hal ini berarti bahwa ukuran baik dan tidaknya sesuatu perbuatan atau
kebiasaan, adakalanya timbul dari penilaian manusia sendiri. Apakah itu merupakan perbuatan atau
kebiasaan yang turun-temurun ataupun perbuatan serta kebiasaan yang baru saja timbul.

Jamaah Jumat rahimakumullah, Dalam konteks kebinekaan yang ada di Indonesia, Islam hadir dalam
kesejukan dan mampu membuat perombakan besar dalam tatanan kehidupan di nusantara. Perubahan ini
tidak terjadi secara instan atau serta merta. Butuh waktu bagi Wali Songo untuk memasukkan nilai-nilai
Islam. Akselerasi dakwah pun akhirnya dilakukan dengan menjadikan tradisi sebagai salurannya. Media
gamelan, seni wayang, dan berbagai tradisi bangsa Indonesia mampu diwarnai dengan keislaman dan
ketauhidan dengan tidak serta merta langsung menyalahkan sepenuhnya tetapi juga tidak membenarkan
semuanya. Dakwah yang dicontohkan Wali Songo mampu mengganti muatan-muatan tradisi lokal yang
bertentangan dengan ajaran dasar Islam, tanpa memicu polemik dan konflik terlebih penentangan yang
mengakibatkan pertumpahan darah. Kita pun wajib bersyukur karena keberhasilan dakwah Wali Songo
dan toleransi bangsa Indonesia yang mampu terjaga sampai saat ini, menjadikan Indonesia percontohan
dunia dalam kerukunan. Banyak tempat ibadah yang berdekatan bahkan berdampingan di Indonesia dan
umatnya hidup rukun dan damai. Keragaman dan kedamaian seperti ini sangat langka ditemukan di
berbagai penjuru dunia.

Jamaah Jumat rahimakumullah, Dengan kondisi damai seperti ini, kita bisa merasakan sendiri ketenangan
dan kekhusuan beribadah tanpa ada gangguan konflik dan peperangan. Anugerah ini harus kita syukuri
dengan menjaga serta meningkatkan toleransi pada setiap perbedaan. Jangan karena ulah segelintir orang
yang merasa paling benar sendiri, kita ikut-ikutan bertindak intoleran dan terprovokasi sehingga
memunculkan ketidakharmonisan dalam kehidupan bermasyarakat. Semoga Allah swt senantiasa
memberikan perlindungan dan hidayah-Nya kepada kita semua sehingga kita mampu menyelaraskan
antara Islam, tradisi, dan toleransi dalam kehidupan kita sehari-hari. Amin

،‫السـ ِم ْي ُع ْال َعلِي ِْم‬


َّ ‫ َوتَقَب ََّل هللاُ ِمنِّ ْي َو ِم ْن ُك ْم تِالَ َوتَهُ ِإنَّهُ هُـ َو‬،‫ت َوالـ ِّذ ْك ِر ْال َح ِكي ِْم‬
ِ ‫ َونَفَ َعنِ ْي َوِإيَّا ُك ْم بِ َما فِ ْي ِه ِمنَ اَأْليَا‬،‫َري ِْم‬
ِ ‫بَارَكَ هللاُ لِ ْي َولَ ُك ْم فِ ْي ْالقُرْ َأ ِن ْالك‬
ُ ْ ْ
‫وا ْستَغفِرُوْ هُ ِإنَّهُ ه َُو ال َغفوْ ُر ال َّر ِح ْي ُم‬. َ

Khutbah II
‫صلِّ ْي َوُأ َسلِّ ُم َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد ْال ُمصْ طَفَى‪َ ،‬و َعلَى آلِ ِه َوَأصْ َحابِ ِه َأ ْهـ ِل ْال َوفَا‪َ .‬أ ْشـهَ ُد َأ ْن اَّل إلـهَ ِإاَّل هللاُ َوحْـ َدهُ اَل َشـ ِر ْي َ‬ ‫هّٰلِل‬
‫ك لَهُ‪،‬‬ ‫اَ ْل َح ْم ُد ِ َو َكفَى‪َ ،‬وُأ َ‬
‫ص ْي ُك ْم َونَ ْف ِس ْي بِتَ ْق َوى هللاِ ْال َعلِ ِّي ْال َع ِظي ِْم َوا ْعلَ ُموْ ا َأ َّن هللاَ َأ َم َر ُك ْم بَِأ ْم ٍر َع ِظي ٍْم‪،‬‬ ‫َوَأ ْشهَ ُد َأ َّن َسيِّ َدنَا ُم َح َّمدًا َع ْب ُدهُ َو َرسُوْ لُهُ َأ َّما بَ ْعدُ‪ ،‬فَيَا َأيُّهَا ْال ُم ْسلِ ُموْ نَ ‪ُ ،‬أوْ ِ‬
‫ٰ‬
‫صــلِّ‬ ‫صلُّوا َعلَ ْي ِه َو َسلِّ ُموا تَ ْسلِي ًما‪ ،‬اَللّهُ َّم َ‬ ‫ُصلُّونَ َعلَى النَّبِ ِّي‪ ،‬يَا َأيُّهَا الَّ ِذينَ آ َمنُوا َ‬ ‫ال‪ِ :‬إ َّن هللاَ َو َماَل ِئ َكتَهُ ي َ‬ ‫َري ِْم فَقَ َ‬‫صاَل ِة َوال َّساَل ِم َعلَى نَبِيِّ ِه ْالك ِ‬ ‫َأ َم َر ُك ْم ِبال َّ‬
‫بَار ْك َعلَى َسـيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى آ ِل َسـيِّ ِدنَا‬ ‫صـليْتَ َعلَى َسـيِّ ِدنَا ِإبْـ َرا ِه ْي َم َو َعلَى آ ِل َسـيِّ ِدنَا ِإبْـ َرا ِه ْي َم َو ِ‬ ‫َّ‬ ‫آل َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد كَمَا َ‬ ‫َعلَى َسيِّ ِدنَا ُم َح َّم ٍد َو َعلَى ِ‬
‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ْ‬ ‫ّ‬ ‫ٰ‬ ‫ْ‬
‫ْؤ‬
‫ت وال ُمـ ِمنِ ْينَ‬ ‫ْ‬ ‫َ‬ ‫ٌ‬ ‫ٌ‬ ‫َّ‬ ‫َ‬
‫آل َسيِّ ِدنَا ِإب َْرا ِه ْي َم‪ ،‬فِ ْي العَال ِم ْينَ ِإنكَ َح ِميْـد َم ِجيْـد‪ .‬اللهُ َّم اغفِـرْ لِل ُم ْسـلِ ِم ْينَ َوال ُم ْسـلِ َما ِ‬ ‫ار ْكتَ َعلَى َسيِّ ِدنَا ِإب َْرا ِه ْي َم َو َعلى ِ‬
‫َ‬ ‫ُم َح َّم ٍد َك َما بَ َ‬
‫ت‪ ،‬اللهم ا ْدفَ ْع َعنَّا ْالبَاَل َء َو ْالغَاَل َء َو ْال َوبَا َء َو ْالفَحْ شَا َء َو ْال ُم ْن َك َر َو ْالبَ ْغ َي َوال ُّسيُوْ فَ ْال ُم ْختَلِفَةَ َوال َّشدَاِئ َد َو ْال ِم َحنَ ‪ ،‬مَا‬ ‫ت اَأْلحْ يَا ِء ِم ْنهُ ْم َواَأْل ْم َوا ِ‬ ‫َو ْال ُمْؤ ِمنَا ِ‬
‫إْل‬ ‫ْ‬ ‫ْأ‬ ‫ك َعلَى ُكـ ِّل َشـ ْي ٍء قَ ِد ْي ٌر ِعبَا َد هللاِ‪َّ ،‬‬ ‫ً‬ ‫ْ‬
‫َان ال ُم ْسـلِ ِم ْينَ عَا َّمة‪ِ ،‬إنَّ َ‬ ‫ْ‬ ‫ً‬ ‫ظَهَ َر ِم ْنهَا َو َما بَطَنَ ‪ِ ،‬م ْن بَلَ ِدنَا هَ َذا خَا َّ‬
‫ان‬ ‫إن هللاَ يَ ُم ُر بِالعَ ْد ِل َوا حْ َسـ ِ‬ ‫صة َو ِم ْن بُلـد ِ‬
‫َر َوالبَ ْغ ِي‪ ،‬يَ ِعظُ ُك ْم لَ َعلَّ ُك ْم تَ َذ َّكرُوْ نَ ‪ .‬فَاذ ُكرُوا هللاَ ْال َع ِظ ْي َم يَ ْذ ُكرْ ُك ْم َولَ ِذ ْك ُر هللاِ َأ ْكبَ ُر‬ ‫َوِإ ْيتَا ِء ِذي ْالقُرْ بَى ويَ ْنهَى ع َِن الفَحْ شَا ِء َو ْال ُم ْنك ِ‬

Anda mungkin juga menyukai