Disusun Oleh :
1.
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tinjauan Pustaka
Akibatnya, saat terjadi gempa di sekitar wilayah Selat Sunda atau di Selatan
Jawa Barat, meskipun jaraknya ratusan kilometer, namun guncangannya akan
tetap terasa di ibu kota. Sehingga,Jakarta harus tetap mewaspadai ancaman
datangnya gempa yang berkekuatan besar.
Di masa lalu, tercatat beberapa kali pernah terjadi gempa bumi besar
mengguncang Jakarta.Apalagi saat gempa yang menimbulkan vibrasi atau
getaran periode panjang, maka karakter tanah di Jakarta akan mengamplifikasi
getaran, sehingga guncangan lebih kuat. Ada faktor lain, yaitu vibrasi periode
panjang karena lapisan yang tebal itu bisa memiliki kemampuan mengampliffikasi
guncangan, sehingga guncangan di Jakarta bisa diperbesar.
2.3 Konstruksi Enginereed dan Non-enginereed
Rekayasa struktur bangunan tahan gempa merupakan salah satu cara yang
dapat dilakukanmanusia untuk mengantisipasi pengaruh-pengaruh yang dapat
ditimbulkan oleh bencana gempa, agar kerugian material dan jatuhnya korban
jiwa dapat ditekan seminimal mungkin. Rekayasa struktur bangunan di daerah
rawan gempa, memerlukan filosofi dan antisipasi yang tepat dengan
menggunakan spesifikasi atau peraturan yang berlaku. Di Indonesia, syarat-syarat
minimum untuk prosedur perencanaan struktur bangunan tahan gempa telah
tercantum di dalam beberapa peraturan yang berlaku.
Pada dasarnya, bangunan-bangunan yang ada dapat dibagi menjadi dua
kategori berdasarkan proses perencanaan dan pelaksanaannya, yaitu engineered
construction dan non-engineered construction. Engineered construction adalah
bangunan yang direncanakan berdasarkan perhitungan struktur, dan dilaksanakan
atau dibangun di bawah pengawasan para Ahli Bangunan. Sebagai contoh adalah
struktur bangunan gedungbertingkat, struktur jembatan dan jalan layang, fasilitas
pembangkit tenaga listrik atau tenaga nuklir, dan bendungan. Bangunan-bangunan
ini pada umumnya menggunakan bahan-bahan dan sistem struktur yang modern,
seperti beton bertulang dan baja. Non-engineered construction adalah bangunan
yang dibangun secara spontan berdasarkan kebiasaan tradisional setempat, dan
pelaksanaannya tidak dibantu Arsitek atau Ahli Bangunan, melainkan mengikuti
cara-cara yang diperoleh dari hasil pengamatan tingkat laku bangunan sejenis
yang mengalami gempa bumi di masa lalu. Non-engineered construction
mencakup bangunan tradisional, bangunan tembokan (bata, batu, batako) yang
memakai perkuatan (kolom dan balok praktis) maupun yang tidak memakai
perkuatan, bangunan kayu dan bambu, bangunan beton bertulang sederhana,
bangunan rangka baja sederhana.
Bangunan non-engineered construction dapat dibagi menjadi dua
katergori. Yang termasuk kategori pertama adalah, bangunan yang dibangun
menurut tradisi dan disesuaikan dengan budaya dan bahan bangunan yang tersedia
di daerah tersebut. Bangunan yang termasuk kategori ini pada umumnya disebut
bangunan tradisional. Bangunan tradisional pada umumnya mempunyai ketahanan
yang cukup baik terhadap gempa. Pola permukiman manusia, cara-cara
tradisional, serta bahan bangunan yang dipakai untuk bangunan tradisional pada
suatu wilayah merupakan bukti dari keselerasan hidup berdampingan secara
harmonis antara manusia dengan dengan alam. Kearifan tradisional, pengalaman
dan keahlian yang berkembang selama berabad-abad, mampu menghasilkan karya
bangunan tradisional yang tahan terhadap pengaruh gempa. Bangunan tradisional
ini lambat laun hilang dan digantikan dengan bangunan non-engineered
construction yang termasuk kategori kedua yaitu bangunan rumah tinggal
sederhana atau bangunan komersial yang dibangun oleh pemilik bangunan atau
tukang-tukang setempat, tanpa mendapatkan bantuan dari Arsitek atau Ahli
Bangunan. Bangunan-bangunan tersebut terutama mencakup bangunan tembokan
(bata, batu, batako) atau bangunan beton bertulang sederhana. Bangunan-
bangunan tersebut pada umumnya dibangun dengan tidak memperhatikan prinsip-
prinsip yang diperlukan agar memiliki ketahahan yang baik terhadap gempa.
Bangunan non-engineered construction kategori yang kedua ini
merupakan bangunan yang paling banyak dibangun di negara-negara berkembang
termasuk di Indonesia. Di Indonesia bangunan-bangunan ini banyak dijumpai di
daerah permukiman penduduk, baik yang berada di perkotaan maupun pedesaan.
Dari pengalaman gempa yang terjadi di Indonesia, kegagalan atau kehancuran
struktur dari bangunan kategori kedua inilah yang sering menimbulkan korban
jiwa dan kerugian harta benda.
BAB III
ANALISA
3.1 Analisa Gempa Di Kota Jakarta
Analisa ini menggunakan Aplikasi Spektra Persamaan respon spektrum
desain dimana aplikasi ini diperoleh dari korelasi antara parameter-parameter
diagram respon spektrum untuk percepatan gempa di permukaan tanah
berdasarkan SNI 03-1726-2012 dengan diagram respon spektrum percepatan
rooftop akibat gempa di permukaan tanah.
BAB IV
KESIMPULAN & SARAN
4.1. Kesimpulan
DAFTAR PUSTAKA
Yudha Maulana. (Sabtu, 18 Des 2021).
https://apps.detik.com/detik/https://apps.detik.com/detik/https://news.detik.com/
berita-jawa-barat/d-5860798/sepanjang-2021-indonesia-25-kali-diguncang-
gempa-118-orang-meninggal
Kompas.com2016.https://regional.kompas.com/read/2016/01/09/21331451/
Gempa.Vulkanik.Sertai.11.Letusan.Gunung.Bromo.?page=all
Kompas.com.2021. https://www.kompas.com/tren/read/2021/01/22/061126365/gempa-
magnitudo-70-guncang-talaud-simak-analisis-lengkap-bmkg?page=all
https://id.wikipedia.org/wiki/Gempa_bumi_tektonik
https://id.wikipedia.org/wiki/Gempa_vulkanik