Anda di halaman 1dari 25

REFERAT

UNIVERSAL PRECAUTION

Oleh :
CHARIZMA NIZANIA PANCASAKTI PUTRI PERMANA
202110330311066

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG


FAKULTAS KEDOKTERAN
2021
BAB I
PENDAHULUAN

1.3 Latar Belakang


Meningkatnya kasus infeksi, baik wabah maupun kejadian luar biasa membuat
fasilitas pemberi layanan kesehatan, salah satunya rumah sakit wajib memberikan
pelayanan yang bermutu, akuntabel, transparan terhadap masyarakat, khususnya terhadap
jaminan keselamatan pasien atau patient safety. 
Infeksi merupakan invasi tubuh oleh patogen atau mikroorganisme yang mampu
menyebabkan sakit (Potter dan Perry, 2005). Sedang infeksi di lingkungan kesehatan atau
Healthcare Associated Infections (HAIs) atau yang dikenal juga dengan infeksi
nosocomial merupakan infeksi yang terjadi pada pasien selama perawatan di rumah sakit
atau fasilitas kesehatan lainnya. Infeksi tersebut tidak ditemukan atau tidak sedang
berinkubasi pada saat pasien masuk. Termasuk dalam definisi ini adalah infeksi yang
didapat di rumah sakit namun baru bermanifestasi setelah pasien keluar. Selain pada
pasien, HAIs dapat terjadi pada tenaga kesehatan dan staf rumah sakit.
Dunia telah menyampaikan kebijakannya dalam upaya pencegahan dan
pengendalian infeksi ini melalui konsep yang disampaikan oleh World Health
Organization (WHO), serta beberapa lembaga internasional yang bergerak di bidang
kesehatan, seperti Center for Disease Control and Prevention (CDC) dan International
Federation of Infection Control (IFIC). Adapun konsep tersbut diuraikan dalam bentuk
pedoman –pedoman yang kemudian menjadi acuan dalam penyusunan kebijakan
pencegahan dan pengendalian infeksi akibat HAIs sesuai dengan situasi, kondisi dan
tahapan proses oleh berbagai negara, termasuk Indonesia. Kebijakan Kementerian
Keseahatan terkait program PPI di rumah sakit adalah sebagai berikut :
1. Semua rumah sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lainnya harus melaksanakan
Pencegahan dan Pengendalian Infeksi
2. Pelaksanaan PPI yang dimaksud sesuai dengan Pedoman Manajerial Pencegahan dan
Pengendalian Infeksi di Rumah Sakit dan FasilitasPelayanan Kesehatan Lainnya dan
pedoman PPI lainnya yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan RI.
3. Untuk itu, rumah sakit diminta untuk membentuk Komite PPI dan Tim PPI yang
langsung berada dibawah koordinasi Direktur.
4. Komite dan tim tersebut memiliki tugas, fungsi dan kewenangan yang jelas sesuai
pedoman ini
5. Rumah sakit wajib memiliki Infection Prevention Control Nurse (IPCN) yang purna
waktu yang pada penjelasan tugasnya dalam bekerja IPCN dapat dibantu beberapa
IPCLN (Infection Prevention and Control Link Nurse) dari tiap unit, terutama yang
berisiko terjadinya infeksi. Adapun ketentuan dari IPCN adalah IPCN yang bekerja
purna waktu, dengan ratio 1 (satu) IPCN untuk tiap 100 - 150 tempat tidur di rumah
sakit.

Di Indonesia, rumah sakit sebagai salah satu bagian sistem pelayanan kesehatan
secara garis besar memberikan pelayanan untuk masyarakat berupa pelayanan medik,
pelayanan penunjang medik, rehabilitasi medik, dan pelayanan perawatan. Pelayanan
tersebut dilaksanakan melalui unit gawat darurat, unit rawat jalan, dan unit rawat inap.
Rumah sakit menjadi salah satu sumber infeksi terbesar dalam dunia kesehatan,
dimana infeksi dapat berasal dari pasien, petugas, maupun pengunjung dengan obyek
yang terkontaminasi berupa darah, saliva, sputum, cairan nasal, cairan dari luka, urin dan
eksresi. Infeksi nosokomial yang paling umum terjadi adalah infeksi luka operasi (ILO).
Hasil penelitian terdahulu menunjukkan bahwa angka kejadian ILO pada RS di Indonesia
bervariasi antara 2-18% dari keseluruhan prosedur pembedahan (Jeyamohan, 2010).
Oleh karena itu, guna menekan terjadinya infeksi, diperlukan adanya kemampuan
petugas kesehatan dalam menjalankan metode Universal Precaution atau yang dalam
istilah Indonesia dikenal dengan kewaspadaan universal. Kewaspadaan universal
merupakan suatu cara penanganan baru untuk meminimalkan pajanan darah dan cairan
tubuh dari semua pasien tanpa memperdulikan status infeksi. Dasar kewaspadaan umum
ini meliputi, pengelolaan alat kesehatan, cuci tangan guna mencegah infeksi silang,
pemakaian alat pelindung diantaranya sarung tangan untuk mencegah kontak dengan
darah serta cairan infeksius yang lain, pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah
perlukaan, dan pengelolaan limbah.
1.2 Tujuan
1. Mahasiswa mampu mengetahui serta memahami konsep pengetahuan tentang
universal precaution.
2. Mahasiswa mampu melakukan memakai sarung tangan, cuci tangan, memakai
dan melepas APD, memakai gown operasi
3. Mahasiswa mengetahui dan mampu melaksanakan universal
precaution/standard precaution
4. Mahasiswa mampu dan terampil mencuci tangan dengan cara Fuerbringer
5. Mahasiswa mampu dan terampil memakai sarung tangan secara steril
6. Mahasiswa mampu dan terampil menjaga sterilitas alat dan medan operasi
7. Mahasiswa mengetahui dan mampu memilih jenis antiseptik yang digunakan

1.3 Manfaat
Manfaat penulisan referat ini yaitu diharapkan dapat menambah pemahaman serta
memperluas wawasan bagi penulis ataupun pembaca mengenai konsep Universal
Precaution dan mampu terampil mencuci tangan dengan cara Fuerbringer, terampil
memakai sarung tangan secara steril, menjaga sterilitas alat dan medan operasi, dan
mampu memilih jenis antiseptik yang digunakan.
BAB II
ISI

2.1 Universal Precaution


Kewaspadaan universal (Universal precaution) adalah suatu tindakan
pengendalian infeksi yang dilakukan oleh seluruh tenaga kesehatan untuk mengurangi
resiko penyebaran infeksi dengan didasarkan pada prinsip bahwa darah dan cairan tubuh
dapat berpotensi menularkan penyakit, baik berasal dari pasien maupun petugas
kesehatan (Nursalam, 2007), atau dengan kata lain merupakan kewajiban untuk:
 memproteksi diri terhadap darah, cairan tubuh pasien yang potensial menularkan
infeksi.
 proteksi harus dilaksanakan secara konsisten dengan tidak pandang bulu pada
seluruh pasien (irrespective of diagnosis).
 tenaga medis harus berusaha memutus rantai infeksi.

STANDAR KEWASPADAAN
Penggunaan perlindungan pada saat terdapat kontak dengan cairan tubuh / darah.
Merupakan metoda untuk menekan terjadinya perpindahan mikroorganisma penyebab
infeksi antara :
1. Pasien ke Pasien
2. Pasien ke Tenaga Medis
3. Tenaga Medis ke Pasien

Komponen dari standar kewaspadaan, antara lain:


a. Alat Perlindungan Diri (APD)
Alat Pelindung Diri (APD) adalah alat yang mempunyai kemampuan untuk
melindungi seseorang dalam pekerjaan yang fungsinya mengisolasi tubuh tenaga
kerja dari bahaya di tempat kerja (Depnaker, 2006). Di lingkup kesehatan, APD
merupakan suatu peralatan khusus yang dikenakan oleh seseorang untuk melindungi
dirinya dari material infeksius.
Jenis APD meliputi :
1) Sarung tangan (untuk melindungi kedua tangan).
2) Gaun /apron (untuk melindungi kulit dan pakaian).
3) Jubah operasi (untuk melindungi kulit dan pakaian saat melakukan pembedahan
di dalam ruang operasi).
4) Masker atau respirator (untuk melindungi mulut atau hidung). Respirator
digunakan khusus untuk melindungi dari agen penyebab infeksi airborne disease.
5) Kaca mata goggles (untuk melindungi mata).
6) Pelindung wajah (face shields) untuk melindungi wajah, hidung dan mata.

Dalam menentukan APD, kita harus memperhatikan beberapa factor, di antaranya


adalah tipe paparan yang perlu diantisipasi (percikan atau sentuhan, kategori isolasi),
lamanya tugas yang akan dikerjakan, dan ukuran APD yang harus sesuai.
Prinsip penggunaan APD:
 Kenakan sebelum kontak dengan pasien, pada umumnya dikenakan sebelum
memasuki ruang perawatan pasien.
 Kenakan APD dengan hati-hati sehingga APD tersebut tidak menjadi media
transmisi infeksi.
 Lepas dan buang APD dengan hati-hati.
 Lepas sesegera mungkin setelah keluar dari ruang perawatan.
 Respirator dilepas di luar ruangan.
 Sesegera mungkin lakukan hand hygiene.

Komponen APD
1) Sarung tangan
Sarung tangan terbuat dari vinyl, latex, nitrile atau bahan lain. Jenisnya ada yang
dikemas dalam kondisi steril namun ada juga yang dikemas dalam konsidi non
steril. Sarung tangan ada yang hanya bisa digunakan sekali pakai dan ada juga
yang dapat dipakai ulang. Hal-hal yang perlu diperhatikan saat mengenakan
sarung tangan:
 Saat bekerja harus dimulai dari area yang paling bersih menuju ke area yang
paling kotor.
 Batasi menyentuh yang tidak perlu. Hal ini penting untuk melindungi diri
kita, orang lain dan lingkungan (jangan menyentuh wajah atau merapikan
APD dengan sarung tangan yang sudah terkontaminasi, jangan menyentuh
permukaan lingkungan kecuali memang diperlukan saat melakukan
perawatan pasien).
 Sarung tangan harus diganti apabila sudah tampak sangat kotor atau apabila
akan berpindah ke pasien yang lain.
 Jangan pernah mencuci ulang sarung tangan sekali pakai.
2) Gaun atau apron
Gaun atau apron ada yang hanya sekali pakai namun ada juga yang dapat dipakai
ulang. Pada prinsipnya gaun atau apron harus dapat melindungi dari penetrasi
cairan.
3) Jubah operasi
Selalu dikemas dalam kondisi steril. Hanya digunakan pada saat akan melakukan
tindakan pembedahan di dalam ruang operasi dan dikenakan dengan cara tertentu
guna menjaga sterilitas jubah operasi.
4) Pelindung wajah
 Masker : melindungi hidung dan mulut. Harus menutup dengan sempurna
seluruh hidung dan mulut untuk mencegah penetrasi cairan.
 Kaca mata goggles : melindungi mata. Harus menutup dengan sempurna
seluruh area sekitar mata. Kaca mata goggle tidak dapat digantikan oleh kaca
mata biasa.
 Face shields : melindungi wajah, hidung, mulut dan mata. Harus mencakup
dahi hingga bawah dagu dan melindungi area tepi wajah.
5) Pelindung saluran nafas
 Bertujuan untuk melindungi saluran nafas dari inhalasi droplet dan aerosol
(misal Mycobacterium tuberculosis).
 Jenis APD yang dapat digunakan sebagai pelindung saluran nafas :
Particulate respirators, Half- or full-face elastomeric respirators, Powered
air purifying respirators (PAPR).
Urutan dan cara pemakaian APD: (Gambar 1)
1. Gaun/apron
 Pilih tipe dan ukuran yang sesuai.
 Letakkan bagian yang terbuka di belakang badan.
 Pastikan daerah leher dan pergelangan tangan terlindung dengan baik.
 Jika gaun terlalu kecil, kenakan 2 gaun : gaun yang pertama tali di depan dan
gaun yang ke-2 tali di belakang.
2. Masker
 Letakkan masker menutupi hidung, mulut dan dagu.
 Eratkan kawat mengikuti lekuk batang hidung.
 Tali dengan erat di belakang kepala.
 Pastikan bahwa masker sudah menutup dengan sempurna.
3. Respirator
 Pilih respirator dan pastikan masih dalam kondisi baik.
 Letakkan menutupi hidung dan mulut.
 Eratkan kawat mengikuti lekuk batang hidung.
 Pasang dengan erat tali ke belakang kepala.
 Pastikan sudah terpasang dengan baik.
 Untuk mengecek bahwa sudah terpasang dengan baik maka saat kita
melakukan inspirasi respirator seharusnya akan kolaps. Lakukan ekspirasi
dan cek adalah kebocoran aliran udara keluar.
4. Sarung tangan
 Sarung tangan paling akhir dikenakan setelah APD yang lain.
 Pilih jenis dan ukuran yang sesuai.
 Masukkan tangan ke dalam sarung tangan.
 Rapikan sarung tangan hingga menutupi lengan gaun.
Gambar 1

Urutan dan cara melepas APD:


Lokasi APD yang terkontaminasi terletak pada bagian depan sebelah luar yang
memiliki risiko kontak dengan tubuh pasien, lingkungan maupun peralatan yang
terpapar material infeksius, sedangkan lokasi APD yang bersih terletak pada sisi
dalam, sisi belakang bagian luar, tali yang ada di sisi kepala bagian belakang.
Dengan kata lain lokasi APD yang bersih adalah area yang tidak memiliki risiko
kontak dengan organisme penginfeksi. APD dilepas di ruang anteroom.
1. Sarung tangan (gambar 2)
Gambar 2

2. Face shield atau kaca mata goggles (gambar 3)

Gambar 3
3. Gaun atau apron (Gambar 4)

Gambar 4

b. Cuci tangan
Priyono (Novitasari, dkk. 2018:226) menjelaskan mencuci tangan adalah kegiatan
membersihkan bagian telapak, punggung tangan, jari dan kuku jari, tujuannya agar
lebih bersih dari kotoran dan membunuh kuman penyebab penyakit yang dapat
merugikan kesehatan. Spesifiknya,tujuan mencuci tangan adalah untuk membuang
kotoran dan organisme yang menempel dari tangan dan untuk mengurangi jumlah
mikroba total pada saat itu.
a. Teknik mencuci tangan di luar ruang operasi
1. Hand antiseptic / Mencuci tangan
dengan handrub
Apabila tangan kita tidak tampak kotor
atau tidak tampak ada material
infeksius yang menempel di tangan,
cuci tangan cukup dilakukan dengan
hand rub, biasanya yang berbasis
alkohol. Direkomendasikan untuk : icu,
sebelum prosedur invasif seperti
kateterisasi.

2. Social handwashing
Jika terlihat kotor, bisa dilakukan
dengan mencuci tangan
menggunakan sabun dan air
mengalir. Biasanya dilakukan pada
aktivitas rutin, seperti mengukur
suhu, sebelum menghidangkan
makanan, sebelum makan, setelah
dari toilet.Caranya:
1) Basahi kedua tangan dengan air
mengalir
2) Gunakan sabun cair/batangan
pada seluruh permukaan tangan
3) Gosok kedua telapak tangan hingga timbul busa pada seluruh permukaan
tangan, telapak tangan kanan di atas punggung kiri dengan jari menyilang
dan sebaliknya
4) Lakukan juga dengan jari saling bertautan, putar/gosok kedua telapak
tangan
5) Gosok jempol kiri dengan arah memutar (rotasi) dengan tangan kanan
menggenggam jempol tangan kiri dan sebaliknya
6) Gosok dengan arah memutar, jari-jari tangan kanan menggenggam di
telapak tangan kiri dan sebaliknya
7) Bilas dengan air bersih mengalir
8) Keringkan tangan dengan handuk/tisu sekali pakai
9) Gunakan handuk/tisu untuk mematikan keran air.

b. Surgical hand disinfection (mencuci tangan sebelum operasi)


Membunuh hampir semua mikroorganisma transient dan resident dengan efek
sampai beberapa jam setelahnya. Direkomendasikan untuk : pembedahan

c. Penanganan Benda Tajam


 Jangan mematahkan benda tajam.
 Gunakan teknik yang aman.
 Buang di tempat khusus dan bertanda khusus.
 Tempat pembuangan benda tajam sebaiknya tidak diisi melebihi 3/4 dari
kapasitasnya.
 Hindari pemberian benda tajam dari tangan ke tangan dengan menunjukkan
ujung tajam ke arah penerima (paling aman gunakan kidney dish/nampan).
c. Penanganan Instrument
Kriteria instrument Spaulding:
- Non kritikal
 Kontak dengan kulit utuh
 Contoh: tensimeter, bed pasien, lantai ICU, toilet
 Desinfeksi tingkat rendah/ menengah
 Membunuh sebagian besar mikroorganisma
- Semi kritikal
 Kontak dengan mukosa utuh/ kulit yang luka
 Contoh: dokter gigi, ETT, endoscopy
 Desinfeksi tingkat tinggi
 Membunuh sebagian besar mikroorganisma kecuali beberapa spora
- Kritikal
 Kontak dengan di bawah kulit/ mukosa
 Contoh: instrumen bedah
 Sterilisasi
 Membunuh semua mikroorganisma

Perbedaan Antiseptik, Desinfektan, Sterilan


Antiseptik : membunuh sebagian besar kuman, selalu ditujukan untuk benda hidup
(kulit tangan, cuci tangan & luka)
Desinfektan : membunuh sebagian besar kuman, selalu ditujukan untuk benda mati
(instrumen, permukaan benda/lantai)
Sterilan : membunuh semua kuman termasuk spora, selalu ditujukan untuk benda
mati (instrumen)

d. Sanitasi Lingkungan
Semua pasien baik diketahui atau tidak, mesti dianggap berpotensi menularkan
penyakit. Maka dari itu dibutuhkan upaya sanitasi di lingkungan kesehatan yang
mencakup upaya-upaya yang bersifat fisik, seperti pembangunan sarana pengolahan
air limbah, penyediaan air bersih, fasilitas cuci tangan, masker, fasilitas pembuangan
sampah, serta pembersihan rutin lingkungan kesehatan, seperti ruangan inap, toilet,
ataupun meja operasi.

ASEPSIS DAN ANTISEPSIS


a. Asepsis
Asepsis ialah keadaan bebas dari mikroorganisme penyebab penyakit. Asepsis
dibagi menjadi dua, yaitu:
1. Aseptik medis
Aseptik medis adalah teknik atau prosedur yang dilakukan untuk mengurangi
jumlah mikroorganisme disuatu obyek, serta menurunkan kemungkinan
penyebaran dari mikroorganisme tersebut.
Contoh: mencuci tangan, mengganti lien ditempat tidur dan menggunakan cangkir
untuk obat.
2. Aseptik bedah
Dikenal juga sebagai teknik steril, termasuk prosedur yang digunakan untuk
membunuh mikroorganisme termasuk sporanya dengan cara mekanis atau termis
pada saat pembedahan akan dimulai.
Contoh: sterilisasi

b. Antiseptis
Antisepsis adalah segala usaha membunuh semua mikroorganisme dengan bahan
kimia. Sepsis adalah keadaan masuknya kuman / bakteri ke dalam aliran darah. Bahan
kimia yang digunakan adalah antiseptic.
Kegunaan antiseptic/desinfektan:
1. Mensucihamakan kulit sebelum operasi untuk mencegah infeksi
2. Mencuci tangan sebelum operasi untuk mencegah infeksi silang
3. Mencuci luka, terutama luka kotor
4. Mencegah infeksi pada perawatan luka
5. Untuk irigasi daerah – daerah terinfeksi
6. Mengobati infeksi lokal, misalnya pada mulut, telinga, tenggorokan dan kulit
7. Sterilisasi alat bedah (desinfektan)

MACAM ANTISEPTIK
1) Alkohol
2) Halogen dan senyawanya
a. Yodium
b. Povidon yodium (Polyvinyl pyrrolidone iodine)
c. Yodoform (Obat kuning)
d. Klorheksidin
3) Oksidansia
a. Kalium permanganat
b. Perhidrol
4) Logam berat dan garamnya
a. Merkuri klorida (sublimat)
b. Merkurokrom (obat merah)
5) Asam (asam borat)
6) Turunan fenol
a. Trinitrofenol (asam pikrat)
b. Heksaklorofen (pHisoHex)
7) Basa amonium kuartener (‘quats’) : Etakridin (rivanol)

Hal – hal yang dapat mempengaruhi daya kerja desinfektan / antiseptik :


1) Kebersihan
Adanya darah, nanah, minyak dan kotoran dapat melemahkan daya kerja larutan
antiseptik.
2) Kepekatan
Makin pekat larutan yang dipakai, makin kuat daya kerjanya, kecuali alkohol, yang
terkuat adalah konsentrasi 70 %. Akan tetapi beberapa bahan dapat merusak jaringan
pada konsentrasi yang tinggi.
3) Waktu
Beberapa kuman akan mati setelah 30 menit berada dalam larutan antiseptik, tetapi
ada pula yang baru mati setelah beberapa jam / hari.
4) Jenis mikroorganisme
Ada mirkoorganisme yang mudah sekali dibunuh dan ada sulit, seperti virus hepatitis,
basil TBC dan basil yang berspora.
5) Suhu
Suhu yang tinggi lebih mudah membunuh mikroorganisme, tetapi biasanya desinfeksi
digunakan pada suhu ruangan

BEKERJA DENGAN PRINSIP STERIL

Setiap tindakan pembedahan (operasi) harus selalu memperhatikan prinsip steril dari proses
operasi maupun pelaku / petugas yang mengoperasi, hal ini sangat penting untuk keberhasilan
dan kesembuhan luka operasi. Beberapa persiapan yang harus dilakukan pada pembedahan /
operasi adalah:

1. Persiapan
1) Melepaskan semua pakaian yang dipaka dari luar
2) Memakai perlengkapan pakaian (baju, sandal, masker dan topi) yang disediakan khusus
untuk digunakan di kompleks kamar operasi.
3) Tangan pembedah atau perawat yang melayani instrumen bedah harus didesinfeksi
menurut cara / metode Fuerbringer .
4) Mengenakan gaun bedah/jas operasi, dengan:
a. Mengenakan sendiri, atau
b. Dipakaikan oleh orang lain yang telah berpakaian steril
5) Mengenakan sarung tangan (handscoen) steril, dengan cara yang sama seperti memakai
gaun bedah diatas.

2. Persiapan lapangan operasi (untuk pasien)


1) Masa sebelum pembedahan (di ruangan)
a. Mandi
b. Cukur (skiren) di tempat – tempat berambut (saat ini beberapa centre sudah tidak
diwajibkan lagi atau bila diperlukan, dilakukan 1 jam sebelum operasi)
c. Cuci dengan sabun, antiseptik dan atau alkohol
2) Sesaat sebelum pembedahan: desinfeksi lapangan operasi
3) Setelah operasi selesai: penutupan luka
4) Masa pasca bedah di ruangan: perawatan luka operasi.
3. Persiapan kamar operasi
1) Melakukan pembersihan ruangan dengan obat – obat germicide dan desinfektan,
termasuk semua komponen yang ada dalam ruangan tersebut.
2) Menjaga ventilasi ruangan dengan filter sehingga pertukaran udara dengan pencemaran
dapat dicegah.
3) Mengatur penggunaan ruangan, sehingga ada jam – jam tertentu dimana ruangan
tersebut diistirahatkan dalam beberapa jam tiap hari, dalam keadaan steril / suci-hama.
4) Membersihkan kamar operasi, dengan:
a. Cairan desinfeksi (Lysol, karbol, atau formalin)
Yang dibersihkan termasuk dinding dan lantai.
b. Tablet formalin.
Tablet ini dibungkus dengan kain kasa dan diletakkan di sudut – sudut kamar
operasi.
c. Sinar ultraviolet.
Menggunakan lampu mirip lampu neon, yang diletakkan di tengah kamar operasi,
dan dihidupkan semalaman bila tidak ada orang di dalam kamar operasi. Besarnya
kekuatan lampu UV dapat ditentukan dengan patokan 1 –5 Watt / m2 ruangan .

Tindakan Antisepsis Di Kamar Operasi

a. Mencuci tangan sebelum tindakan operasi (cara Fuerbringer).


Larutan antiseptik yang sering digunakan antara lain : Hibiscrub, Betadine dan pHisoHex
(3). Cara ini lebih efektif dari pada sabun karena dapat membasmi lebih banyak kuman dan
menghemat waktu (3 – 5 menit).
1) Basahi tangan dan lengan dengan air matang / mengalir
2) Ambil sikat halus steril (direbus), celupkan dalam larutan sabun hijau, gosokkan ke
ujung jari/kuku dan sela jari, telapak tangan, punggung tangan, lengan (berputar)
sampai batas siku, dalam kedudukan lengan ke atas
3) Bilas dengan air
4) Ulangi penyikatan/ penggosokkan tersebut sampai 10 menit
5) Bilas dengan air sampai bersih, dibantu sikat
6) Bilas dengan larutan alkohol 70 %
7) Keringkan tangan dan lengan dengan handuk steril (2).

Gambar 7. Cara
mencuci tangan
(Fuerbringer)

b. Mengelap dengan handuk

Gambar 8. Mengelap dengan handuk

c. Mengenakan pakaian khusus kamar operasi


 Memasang baju / gaun operasi
1) Ambilah baju, angkat bagian leher dengan kedua tangan setinggi bahu,
sehingga bagian punggung bawah baju tidak tercemar, kemudian perlahan –
lahan bukalah lipatannya
2) Masukkan kedua tangan ke lubang lengan baju operasi dan biarkan (tunggu)
perawat sirkuler mengikatkan tali baju dari belakang. Jaga agar bagian yang
steril menghadap meja instrumen yang steril dan tertutup, sedangkan onsteril
menghadap anda.
3) Setelah baju operasi terpasang lengkap, usahakan agar tangan anda tidak
menyentuh bagian pakaian operasi bagian depan (dada, perut, tangan).
Gambar 9. Memasang baju operasi
 Memasang skort operasi pada orang lain
1) Instrumenter sudah memakai pakaian dan sarung tangan steril.
2) Pegang baju tersebut pada bagian leher, kemudian lepaskan ikatannya.
3) Balikkan pakaian sehingga bagian yang harus steril menghadap baju anda.
4) Pemakai memasukkan kedua lengannya kedalam lengan baju. Kemudian
segera dilepaskan, agar tangan anda tidak tercemar oleh baju, rambut dan
masker.

Gambar 10. Memasang skort operasi


d. Mengenakan sarung tangan (handscoon) steril
 Cara memasang sarung tangan pada diri sendiri
1) Dengan tangan
kiri, ambillah
sarung tangan
kanan dengan
memegang
bagian dalam
yang dilipatkan
keluar.
Kemudian
masukkan
tangan kanan. Setelah terpasang, lipatan tadi dibiarkan.
2) Dengan tangan kanan yang telah mengenakan sarung tangan, ambillah sarung
tangan kiri dengan cara mnyelipkan jari – jari tangan kanan dibawah lipatan,
kemudian masukkan jari – jari tangan kiri ke dalam sarung tangan.
3) Cuff baju (ujung lengan baju) harus masuk ke dalam sarung tangan tersebut.
Jempol tangan kiri menekan pergelangan lengan baju operasi, sementara
keempat jari lainnya menarik lipatan sarung tangan kanan sampai menutupi
cuff baju operasi, demikian juga sebaliknya.
4) Ingat anda sudah steril, maka harus hati – hati jangan sampai tercemar / ON
lagi!)
 Cara memasang sarung tangan untuk orang lain
1) Tangan kanan didahulukan
2) Pegang sarung tangan
setinggi pinggang, dengan
ibu jari ke arah dokter dan
lipatan cuff di atas jari – jari
anda.
3) Kemudian pemakai akan mendorong tangannya masuk ke dalam sarung
tangan
4) Lepaskan lipatan sarung tangan di atas cuff baju.
e. Tindakan terhadap pasien menjelang operasi (di meja operasi)
 Dilakukan oleh:
1) Ahli bedah / asistennya sebelum memakai gaun bedah
2) Perawat sirkuler (omloop), dengan menggunakan klem desinfeksi yang steril,
tanpa menyentuh daerah pembedahan dengan tangannya.
 Bahan standar yang digunakan untuk desinfeksi lapangan operasi yaitu:
1) Ether untuk melarutkan lemak dan kotoran
2) Larutan yodium-alkohol 3 % untuk mematikan kuman
3) Alkohol 70 % sebagai pembilas untuk mencuci yosium dari kulit, agar tidak
mengiritasi kulit.
 Cara melakukan desinfeksi:
1) Menggunakan klem desinfeksi yang steril, ambilah bola kasa steril, dibasahi
dengan larutan desinfektans
2) Dioleskan pada kulit lapangan operasi dari tengah ke tepi, berputar melebar
makin meluas dan berhenti sampai selebar / seluas yang dibutuhkan
3) Ganti dengan bola kasa baru
4) Untuk tiap macam desinfektans, diperlukan sedikitnya dua kali olesan
5) Setelah dilakukan tindakan asepsis-antisepsis, daerah yang tidak dioperasi /
disekeliling lapangan operasi ditutup dengan doek / laken (kain) yang steril.
f. Menjelang dan selama operasi berlangsung
Beberapa tindakan bedah, terutama bedah minor dilakukan dengan anestesi lokal.
Perawat sirkuler yang tidak berpakaian steril / perlengkapan steril membantu
menyediakan obat, mengambilkan kain / benda lainnya.
g. Cara memberikan obat
1) Menyiapkan obat, bila:
 Berbentuk serbuk, dilarutkan telebih dahulu.
 Sediaan ampul, dipatahkan lehernya.
 Berbentuk flakon, tutup karet flakon disterilkan terlebih dahulu, kemudian
disodorkan ampul / flakon obat pada dokter / asisten operasi. Sediaan flakon
diberikan dengan cara membalik flakon, sehingga tutupnya berada di bawah
dan dokter / asisten akan menyedot cairan obat tanpa menyentuh ampul /
flakon obat tersebut.
h. Cara memberikan benda steril yang berada dalam bungkusan plastik / kertas (jarum,
benang)
1) Perawat sirkuler mengoyak bungkus tanpa menyentuh isinya
2) Mendorong benda dalam bungkusan tadi sehingga menonjol keluar, seraya
menyodorkan pada operator / asisten yang akan mengambilnya tanpa menyentuh
pembungkus yang tidak steril.
i. Cara memberikan keperluan steril berupa kain / instrumen lain yang kurang pada saat
operasi berlangsung
1) Biasanya kain / instrumen tersebut berada dalam wadah steril berupa bak atau
tromol.
2) Perawat sirkuler menyodorkan bak / tromol yang telah dibuka tutupnya tanpa
menyentuh isi / bagian dalamnya.
3) Asisten akan mengambil kain / alat dengan alat bantu (biasanya korentang atau
klem), atau langsung dengan tangan tanpa meyentuh bagian luar wadah yang
tidak steril.
j. Cara memberikan benda kepada asisten
1) Perawat sirkuler menyiapkan wadah penampung yang dalamnya steril
2) Mengambilnya dengan korentang khusus dari meja instrumen
3) Memasukkannya ke dalam wadah steril.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Penerapan Kewaspadaan Universal atau Universal Precaution sangat penting bagi


petugas medis untung mengurangi risiko penyebaran infeksi, karena darah dan cairan tubuh
dapat berpotensi sebagai penularan penyakit baik berasal dari pasien maupun dari petugas medis.
Kewaspadaan itu meliputi penggunaan alat pelindung diri seperti sarung tangan, masker,
kacamata goggles, gown atau jubah bedah, pelindungan wajah, dan mencuci tangan dengan
langkah dan waktu yang tepat. Hal tersebut diharapkan dapat mengurangi dan mengendalikan
risiko penularan penyakit maupun infeksi.
DAFTAR PUSTAKA

 Asparini, RR. 2020. Modul Skill Universal Precaution Ilmu Bedah Blok
Neuromukuloskeletal.
 Budiana, I., Nggarang, KF. 2019. Jurnal Keperawatan Terpadu: Penerapan Teknik
Aseptik Pada Asuhan Keperawatan Di Ruang Bedah Rsud Kabupaten Ende. Vol 1, No 2.
Politeknik Kesehatan Kemenkes Kupang.
 Apriani, DGY. 2019. Jurnal Medika Usada: Tingkat Kepatuhan Tim Bedah Terhadap
Prinsip Asepsis Di Ruang Ok Igd RSUP Sanglah Denpasar. Vol 2, No 1.
 Akbar, H., Hadiansyah MI., Rahayu, EP.,et al. 2021. Sanitasi Rumah Sakit. Tasikmalaya.
 Putri, TPM., Waworuntu, OA., Rares, FES. 2019. Jurnal e-Biomedik: Pola Bakteri Aerob
yang Berpotensi Menyebabkan Infeksi Nosokomial di Ruang Instalasi Bedah Sentral
(IBS) RSUP Prof. Dr. R.D. Kandou Manado. Vol 7, No 1. Fakultas Kedokteran
Universitas Sam Ratulangi Manado.
 Yulianto, B. 2020. Perilaku Pengguna APD Sebagai Alternatif Meningkatkan Kinerja
Karyawan Yang Terpapar Bising Intensitas Tinggi. Scopindo Media Pustaka.

Anda mungkin juga menyukai