Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
ILUSTRASI PEMBUKA
PT PLN
PT Perusahaan Listrik Negara (PLN) sebagai badan usaha milik negara yang
berbentuk perusahaan perseroan (Persero) berkewajiban untuk menyediakan tenaga
listrik bagi kepentingan umum dengan tetap memperhatikan, tujuan perusahaan yaitu
menghasilkan keuntungan sesuai dengan Undang-Undang No. 19/2000. Neraca PT
PLN (Persero) menempatkan aset tetap, sebagai bagian dari aset tidak lancar di
bagian paling atas, Saldo Aset Tetap-net per 31 Desember 2010 dan 2009 masing-
masing sebesar Rp210.651.868 juta dan Rp207.666.612 juta. Aset tetap PT PLN
merupakan aset yang bernilal paling besar dan paling penting yang dimiliki
perusahaan tersebut, yaitu sebesar 57% per 31 Desember 2010 dan 62% per 31
Desember 2009 dari total aset yang dimiliki PT PLN (Persero). Wewenang
pengelolaan aset tetap berwujud berada sepenuhnya pada kebijakan PT PLN Pusat.
Namun, suatu aset tetap berwujud tidak dapat digunakan secara terus-menerus
karena memiliki batas waktu penggunaan tertentu hingga suatu saat tidak dapat
dimanfaatkan lagi.
PENDAHULUAN
Aset tetap dan properti investasi merupakan komponen dari aset tidak lancar. Aset
tetap merupakan komponen aset yang paling besar nilainya di dalam Laporan Posisi
Keuangan sebagiaan besar perusahaan, terutama perusahaan padat modal seperti
perusahaan manufaktur PSAK 6 (Revisi 2011) memberikan panduan mengenai
definisi, pengakuan, pengukuran, penyajian, dan pengungkapan terkait aset tetap.
Sedangkan pengaturan untuk properi terdapat dalam PSAK 13 (Revisi 2011).
KERANGKA BAB
ASET TETAP
Definisi
Aset tetap adalah aset berwujud yang:
1. dimiliki untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa,
untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk tujuan administrative; dan
2. diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode.
Berdasarkan definisi di atas terdapat beberapa hal penting terkait aset tetap, yaitu:
Aset tetap adalah aset berwujud, yaitu mempunyai bentuk fisik (seperti tanah,
bangunan), berbeda dengan paten atau merek dagang yang tidak mempunyai
bentuk fisik (merupakan aset takberwujud).
Aset tetap mempunyai tujuan penggunaan khusus, yaitu digunakan dalam
produksi atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak
lain, atau untuk tujuan. administratif. Aset seperti tanah yang dimiliki
perusahaan dengan tujuan untuk dijual, bukan merupakan aset tetap.
Aset tetap termasuk ke dalam aset, tidak lancar, karena diharapkan akan
digunakan untuk lebih dari 1 (satu) periode akuntansi.
Contoh dari aset tetap adalah tanah, bangunan, peralatan, dan kendaraan
digunakan entitas dalam kegiatan operasionalnya dan bukan ditujukan untuk dijual
kembali dalam kegiatan normal perusahaan. Apabila entitas membeli tanah dengan
tujuan akan dijual kembali karena entitas meyakini tanah tersebut akan mengalami
peningkatan nilai, maka tanah tersebut bukan merupakan aset tetap, tetapi merupakan
properti investasi (PSAK 13; Properti Investasi). Jika entitas bergerak di bidang jual
beli mobil, maka mobil yang diperoleh entitas dengan tujuan untuk dijual kembali
merupakan persediaan (PSAK 14: Persediaan), bukan aset tetap.
Pengakuan
Sebagaimana pengakuan untuk aset lainnya, biaya perolehan aset tetap harus diakui
sebagai aset jika dan hanya jika:
1. besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan aset
tersebut akan mengalir ke entitas; dan
2. biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.
Ini merupakan prinsip pengakuan umum untuk aset tetap. Prinsip ini
diterapkan pada saat pengakuan awal aset, pada saat ada bagian tertentu dari aset
yang diganti, dan jika ada pengeluaran tertentu yang terjadi terkait dengan aset
tersebut selama masa manfaatnya. Jika pengeluaran tersebut menimbulkan manfaat
ekonomis di masa depan, maka dapat diakui sebagai aset.
Pengukuran Awal
Suatu aset tetap yang memenuhi kualifikasi untuk diakui sebagai aset pada awalnya
harus diukur sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan aset tetap meliputi berikut ini.
1. Harga perolehannya, termasuk bea impor dan pajak pembelian yang tidak
Boleh dikreditkan setelah dikurangi diskon pembelian dan potongan-
Potongan lainnya.
2. Biaya-biaya yang dapat diatribusikan secara langsung untuk membawa aset
Ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap digunakan sesuai dengan
keinginan dan maksud manajemen
3. Estimasi awal biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi
lokasi aset.
Contoh biaya yang dapat diatribusikan secara langsung adalah:
1. biaya imbalan kerja (seperti yang telah didefinisikan dalam PSAK 24:
Imbalan Kerja) yang timbul secara langsung dari pembangunan atau akuisisi
aset tetap:
2. biaya penyiapan lahan untuk pabrik;
3. biaya penanganan (handling) dan penyerahan awal;
4. biaya perakitan dan instalasi
5. biaya pengujian aset apakah aset berfungsi dengan baik, setelah dikurangi
hasil neto penjualan produk yang dihasilkan sehubungan dengan pengujian
tersebut (misalnya, contoh yang diproduksi dari peralatan yang sedang diuji);
dan
6. komisi professional.
Apabila entitas memiliki aset tetap dan atas kepemilikan aset tetap tersebut,
terdapat kewajiban bagi entitas untuk membongkar atau memindahkan atau
merestorasi aset tetap tersebut pada akhir masa manfaatnya. Dalam ISAK 9
Perubahan atas Kewajiban Aktivitas Purna-Operasi, Restorasi, dan Kewajiban
Serupa, kewajiban tersebut diartikan sebagai aktivitas purna-operasi
(decommissioning), restorasi, dan kewajiban yang serupa". Estimasi awal biaya
pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset tersebut
merupakan salah satu komponen biaya perolehan aset tetap jika biaya tersebut
menimbulkan liabilitas yang diakui sebagai provisi sesuai PSAK 57: Provisi,
Liabilitas Kontinjensi, dan Aset Kontinjensi.
Pada saat perolehan aset tetap tersebut, maka harus diestimasi dan dihitung
nilai kininya (present value) dari biaya sehubungan dengan pembongkaran dan
pemindahan aset tetap dan biaya restorasi aset tetap tersebut. Nilai tersebut kemudian
ditambahkan pada biaya perolehan aset tetap. Total biaya perolehan, termasuk
estimasi biaya pembongkaran dan pemindahan aset tetap dan biaya restorasi aset
tetap, akan disusutkan selama estimasi masa manfaatnya.
Sebagai ilustrasi, PT ABC menyewa kantor dengan masa sewa 5 tahun pada
tahun 2015 dan mengeluarkan biaya Rp1 miliar untuk merenovasi kantor tersebut.
Perjanjian sewa mengharuskan PT ABC untuk merestorasi kantor yang disewanya
tersebut ke kondisi semula pada akhir masa sewa. PT ABC mengestimasi total biaya
restorasi sekitar Rp120.000.000 dan tingkat diskonto sebesar 6%.
Biaya dekorasi kantor tersebut adalah Rp1 miliar ditambah estimasi biaya
untuk mendekorasi kantor tersebut, yaitu Rp120.000.000+(1+6%) = Rp89.670.000.
Jadi, dekorasi kantor yang diakui di laporan posisi keuangan PT ABC adalah
Rp1.809.670.000.
Ada kalanya entitas membangun sendiri aset tetapnya. untuk pendanaan
pembangunan tersebut, perusahaan dapat memperoleh pinjaman dan dari pinjaman
tersebut terdapat biaya pinjaman yang harus ditanggung entitas. Apakah biaya
pinjaman tersebut dapat dikapitalisasi (menambah harga perolehan aset tetap).
Perlakuan akuntansi untuk biaya pinjaman diatur dalam PSAK 26: Biaya
Pinjaman. Menurut PSAK 26, biaya pinjaman yang dapat diatribusikan secara
langsung dengan perolehan, konstruksi, atau produksi aset kualifikasian adalah
bagian dari biaya perolehan aset tersebut. Apa yang dimaksud dengan aset
kualifikasian? Aset kualifikasian (qualifying asset) adalah aset yang membutuhkan
suatu periode waktu yang substansial agar siap untuk digunakan atau dijual dengan
maksudnya.
Berikut adalah beberapa aset yang dapat memenuhi kriteria aset kualifikasian,
yaitu:
1. persediaan;
2. pabrik manufaktur;
3. fasilitas pembangkit listrik;
4. aset takberwujud;
5. properti investasi.
Pinjaman umum:
Wesel bayar dengan tingkat bunga 15% Rp 3 miliar
Obligasi dengan tingkat bunga Rp 3,6 miliar
* Total beban bunga yang dibayarkan selama tahun 2015 = Rp.288.000.000 + Rp.
810.000.000 = Rp.1.098.000.000
Tanah Rp 700.000.000
Bangunan 1.000.000.000
Mesin 300.000.000
Total Rp. 2.000.000.000
Pengukuran Setelahnya
Untuk aset tetap, setelah pengakuan awal entitas harus memilih model biaya (cost
model) atau model revaluasi (revaluation model) sebagai kebijakan akuntansinya.
Model yang dipilih oleh entitas harus diterapkan terhadap "seluruh aset tetap dalam
kelompok yang sama". Kebijakan tersebut "tidak perlu diterapkan untuk semua aset
tetap yang dimiliki perusahaan”.
Beberapa contoh kelompok aset adalah:
1. tanah;
2. tanah dan bangunan;
3. mesin;
4. kapal;
5. pesawat udara;
6. kendaraan bermotor;
7. perabotan; dan
8. peralatan kantor.
Model Biaya
Dalam model biaya, setelah diakui sebagai aset maka suatu aset tetap dicatat sebesar
biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai
aset.
Sebagai contoh, PT Berlian membeli Peralatan dengan biaya perolehan Rp1
miliar, pada tanggal 2 Januari 2015. Entitas mengestimasi umur manfaat Peralatan
tersebut adalah 10 tahun, tanpa nilai sisa. Entitas menggunakan metode penyusutan
garis lurus. Pada tanggal 31 Desember, diestimasi terdapat rugi penurunan nilai
Peralatan sebesar Rp20 juta.
Model Revaluasi
Setelah diakui sebagai aset, suatu aset tetap yang nilai wajarnya dapat diukur secara
andal harus dicatat pada jumlah revaluasian, yaitu nilai wajar pada tanggal revaluasi
dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi penurunan nilai yang terjadi
setelah tanggal revaluasi.
Revaluasi harus dilakukan dengan keteraturan yang cukup reguler untuk
memastikan bahwa jumlah tercatat tidak berbeda secara material dari jumlah yang
ditentukan dengan menggunakan nilai wajar pada tanggal neraca. Standar tidak
mengharuskan revaluasi dilakukan setiap tahun. Frekuensi revaluasi bergantung pada
pergerakan nilai wajar dari aset tetap.
Apa yang dimaksud dengan nilai wajar? Menurut PSAK 16, nilai wajar adalah
jumlah yang dipakai untuk mempertukarkan suatu aset antara pihak-pihak yang
berkeinginan dan memiliki pengetahuan memadai dalam suatu transaksi dengan wajar
(arm's length transaction).
Nilai wajar dari aset tetap, seperti tanah, bangunan, pabrik, dan peralatan,
biasanya ditentukan melalui penilaian yang dilakukan oleh penilai. Namun, entitas
dapat mengestimasi nilai wajar menggunakan pendekatan penghasilan atau biaya
pengganti yang telah disusutkan (depreciated replacement cost approach).
Sebagai ilustrasi, PT XYZ membeli sebuah peralatan dengan spesifikasi
khusus seharga Rp400 juta pada tanggal 1 Januari 2015. Karena mesin tersebut
mempunyai spesifikasi khusus maka tidak terdapat pasar aktifnya. Estimasi masa
manfaat mesin tersebut adalah 4 tahun. PT XYZ memilih untuk menggunakan model
revaluasi. Pada tanggal 31 Desember 2015, biaya penggantian peralatan baru yang
serupa dengan peralatan yang dimiliki PT XYZ tersebut adalah Rp600 juta.
Mesin tersebut sudah berumur 1 tahun dan sisa umurnya adalah 3 tahun atau
3/4 dari estimasi total masa manfaatnya, maka estimasi nilai wajarnya adalah 3/4 x
Rp600 juta = Rp450 juta.
Selisih lebih nilai wajar dari nilai tercatat aset tetap dicatat di akun surplus
revaluasi, yang merupakan komponen pendapatan komprehensif lainnya. Jika suatu
aset tetap direvaluasi. maka terdapat 2 alternatif perlakuan untuk akumulasi
penyusutan aset tetap, adalah sebagai berikut.
1. Disajikan kembali secara proposional dengan perubahan dalam jumlah
tercatat bruto dari aset sehingga jumlah tercatat aset setelah revaluasi sama
dengan jumlah revaluasian. Metode ini sering digunakan apabila aset
direvaluasi dengan cara memberi indeks untuk menentukan biaya pengganti
yang telah disusutkan.
2. Dieliminasi terhadap jumlah tercatat bruto dari aset dan jumlah tercatat neto
setelah eliminasi disajikan kembali sebesar jumlah revaluasian dari aset
tersebut. Metode ini sering digunakan untuk bangunan.
Berikut adalah contoh penerapan metode revaluasi. PT B memiliki Peralatan dengan
biaya perolehan Rp1,56 miliar yang diperoleh pada tanggal 1 Desember 2014. Masa
manfaat Peralatan tersebut adalah 6 tahun, tanpa nilai sisa. PT B memilih metode
revaluasi untuk Peralatan tersebut. Pada tanggal 31 Desember 2015 nilai wajar
Peralatan tersebut adalah Rp1,6 miliar.
Tanggal Akun Debet Kredit
1 jan Peralatan Rp.1.560.000.000
2014 Kas Rp.1.560.000.000
31 Des Beban penyusutan Rp.260.000.000
2014 Akm penyusutan Rp.260.000.000
(1.560.000.000/6 tahun
=260.000.000)
31 Des Beban penyusutan Rp.260.000.000
2015 Akm penyusutan Rp.260.000.000
(1.560.000.000/6 tahun
=260.000.000)
Nilai buku peralatan per 31 desember 2015 = RP 1.560 juta – (Rp 260 juta × 2 tahun)
= Rp 1.040 juta = Rp 560 juta
Metode Proporsional
Metode Eliminasi
Kondisi 1
Aset tetap dengan biaya perolehan Rp 100.000 dan akumulasi penyusutan RP
110.000 dilakukan revaluasi dan menghasilkan nilai Rp 130.000.
Kondisi 2
Aset tetap dengan biaya perolehan Rp 200.000 dan akumulasi penyusutan Rp 110.000
dilakukan revaluasi dan menghasilkan nilai Rp 130.000. sebelumnya pernah revaluasi
dengan penurunan Rp 30.000.
Kondisi 4
Aset tetap dengan biaya perolehan Rp 200.000 dan akumulasi penyusutan Rp.110.000
dilakukan revaluasi dan menghasilkan nilai Rp. 70.000, sebelumnya pernah
direvaluasi dengan surplus Rp. 8.000.
Pada tahun 1, beban penyusutan adalah sebesar Rp800 juta + 50 tahun = Rp16 juta.
Di tahun-tahun berikutnya besarnya beban penyusutan tergantung dari revaluasi yang
dilakukan entitas.
Penyusutan tahunan:
Tahun 1- Rp800.000.000 + 50 tahun = Rp 16.000.000
Tahun 2- Rp920.000.000+ 49 tahun = Rp18.776.000
Tahun 3- Rp920.000.000 +49 tahun = Rp18.776.000
Tahun 4- Rp1.040.000.000+ 47 tahun = Rp22.128.000
Tahun 5- Rp1.040.000.000+ 47 tahun = Rp22.128.000
Tahun 6- Rp1.200.000.000+ 45 tahun = Rp26.667.000
Surplus revaluasi:
Akhir tahun 1:
Nilai tercatat bangunan Rp800.000.000 - Rp16.000.000 Rp784.000.000
Nilai wajar adalah Rp920.000.000
Saldo ditransfer ke surplus revaluasi adalah Rp920.000.000 - Rp784.000.000
= Rp136.000.000
Akhir tahun 3:
Nilai tercatat bangunan adalah Rp920.000.000-(Rp18.776.000×2) =
Rp882.448.000 Nilal wajar adalah Rp1.040.000.000
Saldo ditransfer ke surplus revaluasi adalah Rp1.040.000.000 -
Rp882.448.000
= Rp157.552.000
Akhir tahun 5:
Nilai tercatat bangunan adalah Rp1.040.000.000-(Rp22.128.000x2) =
Rp995.744.000
Nilai wajar adalah Rp1.200.000.000
Saldo ditransfer ke surplus revaluasi adalah Rp1.200.000.000-
Rp995.744.000=Rp204.256.000
Saldo surplus revaluasi yang diakui secara bertahap ke saldo laba adalah:
Tahun 1- nil
Tahun 2- Rp18.776.000 - Rp 16.000.000 Rp2.776.000
Tahun 3- Rp18.776.000 - Rp 16.000.000 = Rp2.776.000
Tahun 4- Rp22.128.000 - Rp 16.000.000 Rp6.128.000
Tahun 5- Rp22.128.000- Rp16.000.000 Rp6.128.000
Tahun 6- Rp26.667.000- Rp 16.000.000 Rp 10.667.000
Penyusutan
Setiap bagian dari aset tetap yang memiliki biaya perolehan cukup signifikan
terhadap total biaya perolehan seluruh aset harus disusutkan secara terpisah. Contoh:
komponen-komponen dari pesawat terbang seperti badan pesawat dan mesin pesawat
memiliki biaya perolehan yang cukup signifikan dan juga umur manfaat yang
terbatas.
Sebagai contoh, PT Anugerah membeli sebidang tanah beserta bangunan dengan
masa manfaat 50 tahun dengan harga perolehan Rp1,25 miliar. Bangunan tersebut
mempunyai beberapa komponen yang nilainya signifikan dengan masa manfaat yang
berbeda. Berikut adalah komponen-komponen tersebut dengan alokasi harga
perolehan masing-masing, dan beban penyusutan yang dihitung menggunakan
metode garis lurus.
Entitas harus mengestimasi nilai residu dan umur manfaat dari aset tetap
untuk menentukan besaran penyusutan tiap periode. Umur manfaat adalah:
1. suatu periode di mana aset diharapkan akan digunakan oleh entitas; atau
2. jumlah produksi atau unit serupa yang diharapkan akan diperoleh dari aset
tersebut oleh entitas.
Umur manfaat aset tetap dapat lebih pendek dari umur fisiknya, misalnya karena
manajemen dari entitas mempunyai kebijakan untuk melepaskan aset tetap setelah
jangkawaktu tertentu. Berikut adalah faktor-faktor yang harus dipertimbangkan dalam
menentukan umur manfaat dari setiap aset.
1. Prakiraan daya pakai dari aset yang bersangkutan. Daya pakai atau daya
guna tersebut dinilai dengan merujuk pada prakiraan kapasitas atau
kemampuan fisik aset tersebut untuk menghasilkan sesuatu.
2. Prakiraan tingkat keausan fisik, yang bergantung pada faktor pengoperasian
aset tersebut seperti jumlah penggiliran (shift) penggunaan aset dan program
pemeliharaan aset dan perawatannya, serta perawatan dan pemeliharaan aset
pada saat aset tersebut tidak digunakan (menganggur).
3. Keusangan teknis dan keusangan komersial yang diakibatkan oleh
perubahan atau peningkatan produksi, atau karena perubahan permintaan
pasar atas produk atau jasa yang dihasilkan oleh aset tersebut.
4. Pembatasan penggunaan aset karena aspek hukum atau peraturan tertentu,
seperti berakhirnya waktu penggunaan sehubungan dengan sewa.
Sedangkan yang dimaksud dengan nilai residu aset adalah jumlah yang
diperkirakan akan diperoleh entitas saat ini dari pelepasan aset, setelah dikurangi
taksiran biaya pelepasan, jika aset tersebut telah mencapai umur dan kondisi yang
diharapkan pada akhir umur manfaatnya.
Terdapat beberapa alternatif metode penyusutan, yaitu:
1. metode garis lurus;
2. metode saldo menurun;
3. metode jumlah unit.
Ayat jurnal untuk mencatat penjualan mesin tersebut adalah sebagai berikut.
Penyajian
Aset tetap disajikan di laporan posisi keuangan (laporan perubahan ekuitas) di bagian
aset tidak lancar. Contoh dari penyajian aset tetap tersebut dapat dilihat pada Laporan
Keuangan PT Semen Gresik (Persero) Tbk. dan Anak Perusahaan per 31 Desember
2010 dan 2009 berikut ini.
Pengungkapan
Laporan keuangan mengungkapkan, untuk setiap kelompok aset tetap, antara lain:
1. dasar pengukuran yang digunakan dalam menentukan jumlah tercatat bruto;
2. metode penyusutan yang digunakan;
3. umur manfaat atau tarif penyusutan yang digunakan;
4. jumlah tercatat bruto dan akumulasi penyusutan (dijumlahkan dengan
akumulasi rugi penurunan nilai) pada awal dan akhir periode; dan
5. rekonsiliasi jumlah tercatat pada awal dan akhir periode yang menunjukkan:
a. penambahan,
b. b. aset yang diklasifikasi sebagai tersedia untuk dijual atau termasuk
dalam kelompok yang akan dilepaskan yang diklasifikasikan sebagai
tersedia untuk dijual sesuai dengan paragraf 45 atau pelepasan lainnya,
c. akuisisi melalui kombinasi bisnis,
d. peningkatan atau penurunan akibat dari revaluasi sesuai paragraf 31, 39,
dan 40 serta dari rugi penurunan nilai yang diakui atau di-jurnal pembalik
secara langsung pada ekuitas sesuai PSAK 48,
e. rugi penurunan nilai yang diakui dalam laporan laba rugi komprehensif
sesuai PSAK 48,
f. rugi penurunan nilai yang di-jurnal pembalik dalam laporan laba rugi
komprehensif sesuai PSAK 48, jika ada,
g. penyusutan,
h. selisih nilai tukar neto yang timbul dalam penjabaran laporan keuangan
dari mata uang fungsional menjadi mata uang pelaporan yang berbeda,
termasuk penjabaran dari kegiatan usaha luar negeri menjadi mata uang
pelaporan dari entitas pelapor, dan
i. perubahan lain.
Laporan keuangan juga mengungkapkan, antara lain:
1. keberadaan dan jumlah restriksi atas hak milik, dan aset tetap yang
dijaminkan untuk utang;
2. jumlah pengeluaran yang diakui dalam jumlah tercatat aset tetap yang
sedang dalam pembangunan:
3. jumlah komitmen kontraktual dalam perolehan aset tetap; dan
4. jumlah kompensasi dari pihak ketiga untuk aset tetap yang mengalami
penurunan nilai, hilang atau dihentikan yang dimasukkan dalam laporan
laba rugi komprehensif, jika tidak diungkapkan secara terpisah pada
laporan laba rugi komprehensif. Pemilihan metode penyusutan dan
estimasi umur manfaat aset adalah hal-hal yang memerlukan
pertimbangan. Oleh karena itu, pengungkapan metode yang digunakan
dan estimasi umur manfaat atau tarif penyusutan memberikan informasi
bagi pengguna laporan keuangan dalam me-review kebijakan yang dipilih
manajemen dan memungkinkan perbandingan dengan entitas lain. Untuk
alasan yang serupa, juga perlu diungkapkan:
a. penyusutan, apakah diakui dalam laporan laba rugi komprehensif
atau diakui sebagai bagian dari biaya perolehan aset lain, selama
suatu periode; dan
b. akumulasi penyusutan pada akhir periode.
Sesuai dengan PSAK 25, entitas mengungkapkan sifat dan dampak perubahan
estimasi akuntansi yang berdampak material pada periode berjalan atau diperkirakan
berdampak material pada periode berikutnya. Untuk aset tetap, pengungkapan
tersebut dapat muncul dari perubahan estimasi dalam:
1. nilai residu;
2. estimasi biaya pembongkaran, pemindahan atau restorasi suatu aset tetap;
3. umur manfaat; dan
4. metode penyusutan.
Jika aset tetap disajikan pada jumlah revaluasian, hal yang harus diungkapkan antara
lain :
1. tanggal efektif revaluasi;
2. apakah penilai independen dilibatkan;
3. metode dan asumsi signifikan yang digunakan dalam mengestimasi nilai wajar
aset;
4. penjelasan mengenai nilai wajar aset yang ditentukan secara langsung
berdasar harga: yang dapat diobservasi (observable prices) dalam suatu pasar
aktif atau transaksi pasar terakhir yang wajar atau diestimasi menggunakan
teknik penilaian lainnya;
5. untuk setiap kelompok aset tetap, jumlah tercatat aset seandainya aset tersebut
dicatat dengan model biaya; dan
6. surplus revaluasi, yang menunjukkan perubahan selama periode dan
pembatasan -pembatasan distribusi kepada pemegang saham.
Sesuai dengan PSAK 48, suatu entitas mengungkapkan informasi penurunan nilai
aset tetap sebagai tambahan informasi yang disyaratkan.
Informasi berikut relevan dengan kebutuhan pengguna laporan keuangan,
sehingga entitas juga dianjurkan melakukan pengungkapan atas:
1. jumlah tercatat aset tetap yang tidak dipakai sementara;
2. jumlah tercatat bruto dari setiap aset tetap yang telah disusutkan penuh dan
masih digunakan:
3. jumlah tercatat aset tetap yang dihentikan dari penggunaan aktif dan tidak
diklasifikasikan sebagai tersedia untuk dijual; dan
4. jika model biaya digunakan, nilai wajar aset tetap apabila berbeda secara
material dari jumlah tercatat.
Berikut adalah contoh dari pengungkapan aset tetap PT Semen Gresik (Persero)
Tbk. dan Anak Perusahaan di Laporan Keuangan 2010.
PROPERTI INVESTASI
Definisi
Menurut PSAK 13 (Revisi 2011). properti investasi adalah properti (tanah atau
bangunan atau bagian dari suatu bangunan atau kedua-duanya) yang dikuasai (oleh
pemilik atau lessee/ penyewa melalui sewa pembiayaan) untuk menghasilkan rental
atau untuk kenaikan nilai atau kedua-duanya, dan tidak untuk:
1. digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau jasa atau untuk tujuan
administratif; atau
2. dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari.
Sedangkan contoh aset yang bukan merupakan properti investasi adalah sebagai
berikut.
1. Properti yang dimaksudkan untuk dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari atau
sedang dalam proses pembangunan atau pengembangan untuk dijual. Contoh
properti yang diperoleh secara eksklusif dengan maksud untuk dijual dalam
waktu dekat atau untuk pengembangan dan dijual kembali.
2. Properti dalam proses pembangunan atau pengembangan atas nama pihak
ketiga.
3. Properti yang digunakan sendiri. Ini merupakan aset tetap.
4. Properti dalam proses konstruksi atau pengembangan yang di masa depan
digunakan sebagai properti investasi. PSAK 16: Aset Tetap berlaku untuk
properti tersebut hingga proses pembangunan atau pengembangan selesai.
5. Properti yang disewakan kepada entitas lain dengan cara sewa pembiayaan.
Bagaimana jika properti tersebut dapat terdiri atas bagian yang dikuasai untuk
menghasilkan rental atau untuk kenaikan nilai (memenuhi definisi properti investasi)
dan bagian lain dimiliki untuk digunakan dalam proses produksi atau untuk
menghasilkan barang atau jasa atau untuk tujuan administratif (sesuai definisi
properti digunakan sendiri)? Apabila bagian properti tersebut dapat dijual secara
terpisah atau dapat disewakan kepada pihak lain secara terpisah melalui sewa
pembiayaan, maka entitas harus mencatat kedua bagian itu secara terpisah. yaitu
bagian pertama sebagai properti investasi dan bagian kedua sebagai aset tetap.
Namun jika bagian tersebut tidak dapat dijual secara terpisah, maka klasifikasi
properti tersebut ditentukan oleh bagian yang jumlahnya signifikan. Misalkan, bagian
yang digunakan dalam proses produksi atau persediaan barang-barang atau jasa atau
untuk tujuan administratif tidak signifikan, maka seluruh properti tersebut
diklasifikasikan sebagai properti investasi.
Dalam beberapa kasus lainnya, entitas dapat menyediakan tambahan jasa kepada
para penghuni properti yang dimilikinya. Apabila jasa tersebut tidak signifikan
terhadap keseluruhan perjanjian (arrangement), maka entitas memperlakukan properti
tersebut sebagal properti investasi. Contohnya adalah ketika pemilik bangunan suatu
kantor menyediakan jasa keamanan dan pemeliharaan bangunan kepada penyewa
yang menghuni bangunan. Jasa keamanan dan pemeliharaan gedung bukanlah jumlah
yang signifikan dibandingkan uang sewa yang dibayarkan penghuni bangunan.
Namun dalam kasus yang lain, jasa yang disediakan tersebut dapat bernilai cukup
signifikan. Sebagai contoh, apabila entitas memiliki dan mengelola hotel, dan apabila
jasa yang diberikan kepada para tamu hotel merupakan jumlah yang signifikan dari
keseluruhan biaya yang dibayarkan oleh tamu hotel, maka properti tersebut termasuk
properti yang digunakan sendiri dan bukan properti investasi.
Sebagai contoh, PT Global dan anak perusahaannya memiliki properti sebagai
berikut.
1. Tanah yang dimiliki PT Global, yang dibeli dengan tujuan untuk dijual
kembali apabila harganya meningkat.
2. Bangunan kosong milik PT Global dan disewakan sebagai sewa operasi.
3. Properti yang dimiliki PT Duta, anak perusahaan PT Global (yang merupakan
perusahaan real estat), yang akan dijual perusahaan sebagai bagian dari
aktivitas bisnisnya.
4. Properti PT Global yang digunakan dalam proses produksi.
5. Hotel yang dimiliki PT Royal, anak perusahaan PT Global lainnya, dan PT
Royal memberikan jasa keamanan untuk barang milik tamu hotelnya.
Pengakuan
Biaya perolehan properti investasi harus diakui sebagai aset jika dan hanya jika:
1. besar kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan
akan mengalir ke entitas; dan
2. biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.
Pengukuran Awal
Pada saat pengukuran awal, properti investasi yang memenuhi kualifikasi untuk
diakui sebagai aset harus diukur sebesar biaya perolehan. Biaya perolehan tersebut
meliputi harga pembelian dan setiap pengeluaran yang dapat diatribusikan secara
langsung. Pengeluaran yang dapat diatribusikan secara langsung termasuk, misalnya,
biaya jasa hukum, pajak penjualan, dan biaya transaksi lainnya.
Jika entitas memperoleh properti investasi dengan cara kredit dan pembayaran
untuk aset melampaui jangka waktu kredit normal, maka perbedaan antara total
pembayaran dengan nilai tunainya diakui sebagai beban bunga selama periode kredit
(kecuali memenuhi kriteria untuk dikapitalisasi sesuai PSAK 26: Biaya Pinjaman).
Model Biaya
Perlakuan akuntansi setelah perolehan dengan menggunakan model biaya sama
seperti model biaya di aset tetap yang telah dijelaskan di bagian sebelumnya, yaitu
dicatat sebesar biaya perolehan dikurangi akumulasi penyusutan dan akumulasi rugi
penurunan nilai aset. Pengaturan untuk penghitungan penyusutan juga sama dengan
aset tetap.
Model Nilai Wajar
Berbeda dengan model revaluasi, model nilai wajar dalam properti investasi harus
diterapkan untuk seluruh properti investasi, bukan hanya untuk kelompok tertentu
saja. Kecuali dalam kondisi tertentu yang akan dijelaskan di bawah. Perbedaan
lainnya dengan model revaluasi adalah selisih yang timbul dari penyesuaian ke nilai
wajar langsung diakui dalam laporan laba rugi komprehensif dan tidak dilakukan
penghitungan penyusutan apabila entitas memilih menggunakan model nilai wajar.
Setelah pengakuan awal, entitas yang memilih menggunakan model nilai
wajar mengukur seluruh properti investasi berdasarkan nilai wajar. Apabila hak atas
properti yang dimiliki oleh lessee melalui sewa operasi diklasifikasi sebagai properti
investasi maka entitas tidak mempunyai pilihan, harus menerapkan model nilai wajar.
Dalam beberapa kasus yang jarang terjadi, mungkin terdapat bukti yang jelas
bahwa nilai wajar properti investasi tidak dapat ditentukan secara andal, yaitu dalam
kondisi jika, dan hanya jika, transaksi pasar serupa jarang terjadi dan alternatif
estimasi andal nilai wajar (sebagai contoh, berdasarkan proyeksi arus kas diskontoan)
tidak tersedia. Dalam kasus tersebut maka entitas menerapkan model biaya
berdasarkan PSAK 16 untuk properti investasi tersebut. Nilai residu dari properti
investasi harus diasumsikan nol, dan untuk semua property investasi lainnya tetap
diukur berdasarkan nilai wajar.
Penghentian Pengakuan
Properti investasi dihentikan pengakuannya pada saat pelepasan atau ketika properti
investasi tersebut tidak digunakan lagi secara permanen dan tidak memiliki manfaat
ekonomis di masa depan. Pelepasan properti investasi dapat dilakukan dengan cara
dijual atau disewakan secara sewa pembiayaan.
Apabila satu properti investasi memiliki beberapa bagian dengan nilai yang
signifikan, maka penyusutan tiap bagian tersebut dilakukan secara terpisah. Jika
dilakukan penggantian untuk suatu bagian dari properti investasi tersebut, maka
entitas mengakui biaya penggantian untuk bagian yang diganti tersebut di dalam
jumlah tercatat suatu aset tersebut dan jumlah tercatat dari bagian aset yang diganti
tidak diakui lagi. Namun, jika bagian yang diganti tersebut bukan merupakan bagian
yang disusutkan secara terpisah, maka biaya penggantian yang terjadi dapat
digunakan sebagai indikasi untuk menentukan berapa jumlah biaya bagian yang
diganti tersebut.
Untuk properti investasi yang dicatat dengan menggunakan model nilai wajar,
mungkin saja sulit untuk menentukan berapa nilai wajar yang harus dikurangi untuk
bagian yang diganti. Dalam kasus tersebut, maka alternatif pengakuannya adalah
dengan memasukkan biaya penggantian ke dalam jumlah tercatat aset tersebut dan
kemudian menentukan kembali nilai wajar dari aset tersebut.
Laba atau rugi yang timbul dari pelepasan properti investasi merupakan
selisih antara hasil neto dari pelepasan dengan jumlah tercatat aset, dan diakui dalam
laporan laba rugi komprehensif dalam periode terjadinya penghentian. Kecuali
apabila pelepasan properti investasi dilakukan melalui jual-sewa balik, maka
pengakuan keuntungan atau kerugian yang timbul mengikuti PSAK 30: Sewa.
Sama seperti pelepasan aset tetap, jika pembayaran atas properti investasi
ditangguhkan maka imbalan yang diterima pada awalnya diakui sebesar setara harga
tunai dan selisih antara jumlah nominal dari imbalan dan nilai yang setara dengan
harga tunai diakui sebagai pendapatan bunga.
Transfer
Apabila tujuan dari penggunaan aset mengalami perubahan maka perlu dilakukan
transfer klasifikasi. Transfer ke atau dari properti investasi dilakukan jika, dan hanya
jika, terdapat perubahan penggunaan yang ditunjukkan sebagai berikut.
1. Dimulainya penggunaan oleh pemilik. Maka perlu ditransfer dari properti
investasi menjadi properti yang digunakan sendiri.
2. Dimulainya pengembangan untuk dijual. Dalam hal ini terjadi perubahan dari
properti investasi menjadi persediaan.
3. Berakhirnya pemakaian oleh pemilik dan aset tersebut digunakan untuk tujuan
rental atau kenaikan nilai atau keduanya. Perubahan ini menyebabkan transfer
dari properti yang digunakan sendiri menjadi properti investasi.
4. Dimulainya sewa operasi ke pihak lain dari sebelumnya digunakan untuk
dijual, maka ditransfer dari persediaan menjadi properti investasi.
5. Berakhirnya pembangunan atau pengembangan dan akan digunakan untuk
tujuan properti investasi. Untuk kasus ini ditransfer dari properti yang sedang
dibangun atau dikembangkan (dicakup di PSAK 16) menjadi properti
investasi.
Penyajian
Properti investasi disajikan sebagai bagian dari aset tidak lancar di dalam laporan
posisi keuangan. Berikut adalah ilustrasi penyajian properti investasi di Laporan
Posisi Keuangan PT Semen Gresik (Persero) Tbk. dan anak perusahaan per 31
Desember 2010 dan 2009.
Pengungkapan
Entitas mengungkapkan antara lain sebagai berikut.
1. Apakah entitas tersebut menerapkan model nilai wajar atau model biaya.
2. Jika menerapkan model nilai wajar, apakah, dan dalam keadaan bagaimana,
hak atas properti yang dikuasai dengan cara sewa operasi diklasifikasikan dan
dicatat sebagai properti investasi.
3. Apabila pengklasifikasian ini sulit dilakukan, kriteria yang digunakan untuk
membedakan properti investasi dengan properti yang digunakan sendiri dan
dengan properti yang dimiliki untuk dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari.
4. Metode dan asumsi signifikan yang diterapkan dalam menentukan nilai wajar
dari properti investasi, yang mencakup pernyataan apakah penentuan nilai
wajar tersebut didukung oleh bukti pasar atau lebih banyak berdasarkan faktor
lain (yang harus diungkapkan oleh entitas tersebut) karena sifat properti
tersebut dan keterbatasan data pasar yang dapat diperbandingkan.
5. Sejauh mana penentuan nilai wajar properti investasi (yang diukur atau
diungkapkan dalam laporan keuangan) didasarkan atas penilaian oleh penilai
independen yang diakui dan memiliki kualifikasi profesional yang relevan
serta memiliki pengalaman mutakhir di lokasi dan kategori properti investasi
yang dinilai. Apabila tidak ada penilaian seperti itu, hal tersebut harus
diungkapkan.
6. Jumlah yang diakui dalam laporan laba rugi komprehensif untuk:
a) penghasilan rental dari properti investasi;
b) beban operasi langsung (mencakup perbaikan dan pemeliharaan) yang timbul
dari properti investasi yang menghasilkan penghasilan rental selama periode
tersebut;
c) beban operasi langsung (mencakup perbaikan dan pemeliharaan) yang timbul
dari properti investasi yang tidak menghasilkan pendapatan rental selama
periode tersebut; dan rugi
d) perubahan kumulatif dalam nilai wajar yang diakui dalam laporan laba
komprehensif atas penjualan properti investasi dari sekelompok aset yang
mana model biaya digunakan ke kelompok yang menggunakan model nilai
wajar.
7. Eksistensi dan jumlah pembatasan atas realisasi dari properti investasi atau
pembayaran penghasilan dan hasil pelepasan.
8. Kewajiban kontraktual untuk membeli, membangun atau mengembangkan
property investasi atau untuk perbaikan, pemeliharaan atau peningkatan
Jika entitas tidak dapat menentukan nilai wajar properti investasi secara andal,
entitas mengungkapkan:
1. uraian properti investasi;
2. penjelasan mengapa nilai wajar tidak dapat ditentukan secara andal; dan
3. apabila mungkin, kisaran estimasi di mana nilai wajar kemungkinan besar
berada.
Berikut adalah ilustrasi pengungkapan dalam catatan ataslaporan keuangan PT.Semen
Gresik (persero)Tbk. Dan anak perusahaan di lapporan keuangan tahun 2010.
g. Properti Investasi
Properti investasi terdiri dari tanah,bangunan dan prasarana, yang dikuasai anak
perusahaan (KIG) untuk menghasilkan rental atau untuk kenaikan nilai atau kedua-
keduanya, dan tidak untuk digunakan dalam produksi atau penyediaan barang atau
jasa untuk tujuan administrator atau dijual dalam kegiatan usaha sehari-hari. Properti
investasi dinyatakan sebesar biaya perolehan termasuk biaya transaksi dikurangi
akumulasi penyusutan dan penurunan nilai, kecuali tanah yang tidak disusutkan.
Jumlah tercatat termasuk bagian biaya penggantian dari properti investasi yang ada
pada saat terjadinya biaya. Jika kriteria pengakuan terpenuhi, dan tidak termasuk
biaya harian penggunaan properti investasi.
Penyusutanbangunan dan prasarana dihitung dengan menggunakan metode
garis lurus selama umur manfaat aset antara 10 dan 20 tahun.
Properti investasi dihentikan pengakuannya pada saat pelepasan atau ketika
properti investasi tersebut tidak digunakan lagi secara permanen dan tidak memiliki
manfaat ekonomis di masa depan yang dapat diharapkan pada saat pelepasannya.
Transfer keproperti investasi dilakukan jika,dan hanya jika, terdapat
perubahan penggunaan yang ditunjukkan dengan berakhirnya pemakaian oleh
pemilik, dimulainya sewa operasi ke pihak lain atau selesainya pembangunan atau
pengembangan. Transfer dari properti investasi dilakukan jika, dan hanya jika,
terdapat perubahan penggunaan yang ditunjukkan dengan dimulainya penggunaan
oleh pemilik atau dimulainya pengembangan untuk dijual.
g. Investment property
The investment properties consist of land buildings and infrastructrur, which are held
by a subsidiary (KIG) to earn rentals or for capital appreciation or both, rather than
for use in the production or supply of goods or services or for administrative purposes
or sale in the ordinary course of business, Investment property is stated at cost
including transaction costs less accumulated depreciation and impairment losses,
except for land which is not depreciated. The carrying amount includes the cost of
replacing part of an existing investment property at the time that costs is incurred if
the recognition criteria are met; and excludes the costs of day to day servicing of an
investment property.
Depreciation of buildings and infrastructure is computed using the straight-
line method based on the estimated useful lives of the assets between 10 and 20 years.
Investment property is derecognized when either it has been disposed of or
when the investment property is permanently withdrawn from use and no future
benefit is expected from its disposal Gains or losses on the retirement or disposal of
an investment property are recognized in the statement of income in the year or
retirement or disposal.
Transfers are made to investment properties when, and only when, there is a
change in use, evidenced by the end of owner occupation, commencement of an
operating lease with another party or completion of construction or development.
Transfers are made from investment properties when, and only when, there is a
change in use, evidenced by commencement of owner occupation or commencement
of development with a view to sale.
31 Penambahan/ Pengurangan/ 31
Desember/ Additions Deductions Desember/
Desember Desember
31, 2009 31, 2010
Harga Acquistion
perolehan cost land
tanah buildings and
bangunan 4.554.527 - - 4.554.527 infrastructure
dan 33.026.946 6.579.991 (182.855) 39.424.082
prasarana
Akumulasi 37.581.473 6.579.991 (182.855) 43.978.609 Accumulated
penyusutan 19.937.715 2.298.861 (10.667) 22.225.909 Depreciation
bangunan buildings
dan and
prasarana infrastructure
Nilai buku 19.937.715 2.298.861 (10.667) 22.225.909 Net book
bersih 17.643.758 21.752.700 value
MUTASI
MOVEMENT
31 Penambahan/ Pengurangan/ 31
Desember/ Additions Deductions Desember/
Desember Desember
31, 2009 31, 2010
Harga Acquistion
perolehan cost land
tanah buildings and
bangunan 4.554.527 - - 4.554.527 infrastructure
dan 26.839.670 6.345.072 (157.796) 33.026.946
prasarana
Akumulasi 31.394.197 6.345.072 (157.796) Accumulated
37.581.473
penyusutan 17.630.499 2.369.019 (61.803) 19.937.715
Depreciation
bangunan buildings
dan and
prasarana infrastructure
Nilai buku 17.630.499 2.369.019 (61.803) 19.937.715 Net book
bersih 13.763.698 17.643.758 value
Tampilan 7.1 pengungkapan dalam catatan atas laporan keuangan PT semen gresik
(persero) tbk. 2010
IKHTISAR PEMBELAJARAN
1. Aset tetap adalah aset berwujud yang dimiliki untuk digunakan dalam produksi
atau penyediaan barang atau jasa, untuk direntalkan kepada pihak lain, atau untuk
tujuan administratif; dan diharapkan untuk digunakan selama lebih dari satu periode,
sedangkan properti investasi adalah properti (tanah atau bangunan atau bagian dari
suatu bangunan atau kedua-duanya). yang dikuasai (oleh pemilik atau fessee/penyewa
melalui sewa pembiayaan) untuk menghasilkan rental atau untuk kenaikan nilai atau
kedua- duanya, dan tidak untukc (a) digunakan dalam produksi atau penyediaan
barang atau jasa atau untuk tujuan administratif; atau (b) dijual dalam kegiatan usaha
sehari-hari.
2. Aset tetap dan properti investasi diakui sebagai aset jika dan hanya jika besar
kemungkinan manfaat ekonomis di masa depan berkenaan dengan aset tersebut akan
mengalir ke entitas; dan biaya perolehan aset dapat diukur secara andal.
3. Pengukuran biaya perolehan awal aset tetap dan properti investasi adalah
mencakup harga perolehannya dan semua biaya yang dapat diatribusikan secara
langsung untuk membawa aset ke lokasi dan kondisi yang diinginkan agar aset siap
digunakan sesuai dengan keinginan dan maksud manajemen. Komponen biaya
perolehan awal aset tetap juga termasuk estimasi awal biaya pembongkaran dan
pemindahan aset tetap dan restorasi lokasi aset.
4. Pengukuran setelahnya dari aset tetap dapat menggunakan model biaya historis
atau model revaluasi, sedangkan untuk properti investasi menggunakan model biaya
historis atau model nilai wajar.
5. Aset tetap dan properti investasi disajikan di laporan posisi keuangan di bagian aset
tidak lancar. PSAK 16: Aset Tetop dan PSAK 13: Properti Investasi mensyaratkan
beberapa pengungkapan terkait dengan aset tersebut.
PERTANYAAN
1. Jelaskan apa yang dimaksud dengan aset tetap dan bagaimana materialias
memengaruhi konsep aset tetap tersebut!
2. PT ABC membeli sebidang tanah yang akan digunakan untuk membangun pabrik
untuk kegiatan operasional perusahaan. Bagaimana klasifikasi tanah tersebut dalam
laporan posisi keuangan perusahaan? Jika tujuan PT ABC adalah untuk menjual
kembali tanah tersebut untuk medapatkan keuntungan dari kenaikan harga, apakah
klasifikasi tanah tersebut dalam laporan posisi keuangan akan berbeda?
3. Jelaskan definisi properti investasi dan bagaimana perlakuan akuntansinya!
4. Apakah model revaluasi dalam PSAK 16 sama dengan model nilai wajar yang
diatur di PSAK 13? Jelaskan!
5. Kapan properti investasi dihentikan pengakuannya (dikeluarkan dari laporan posisi
keuangan)?
PILIHAN GANDA
1. PT Royal membeli pesawat jet untuk digunakan top manajemen entitas. Harga
perolehan pesawat jet tersebut adalah Rp1 miliar, Pesawat jet tersebut diestimasi akan
digunakan selama 7 tahun, namun terdapat komponen utama dari pesawat jet tersebut
yang mempunyai masa manfaat yang berbeda sebagai berikut: mesin mempunyai
masa manfaat 5 tahun dan ban pesawat akan diganti tiap 2 tahun. Pesawat jet tersebut
akan disusutkan menggunakan metode garis lurus selama….
a. 7 tahun masa manfaat 7 tahun untuk sisa harga
b. 5 tahun masa manfaat untuk mesin, 2 tahun masa manfaat untuk ban, dan
perolehan
c. 2 tahun masa manfaat dengan alasan konservatisme
d. 5 tahun masa manfaat yang merupakan masa manfaat rata-rata
3.Manakah perlakuan akuntansi untuk surplus revaluasi yang sesuai dengan PSAK
16?
a. Dikredit ke saldo laba
b. Dipindahkan ke laporan laba rugi komprehensif sebesar selisih antara biaya
penyusutan yang dihitung menggunakan biaya historis dan yang dihitung
berdasarkan nilai revaluasi
c. Didebit ke aset tetap yang direvaluasi dan dikredit ke surplus revaluasi
(bagian dari pendapatan komprehensif lainnya)
d. Dibebankan langsung ke laporan laba rugi komprehensif tahun berjalan
5. Transfer dari properti investasi menjadi aset tetap hanya dapat dilakukan jika....
a. hanya dapat dilakukan jika entitas memilih menggunakan metode nilai wajar
b. terdapat perubahan tujuan penggunaan aset tersebut
c. merupakan diskresi dari entitas
d. entitas tidak diperbolehkan melakukan reklasifikasi tersebut
LATIHAN
Latihan 7.1
Pada tanggal 1 Oktober 2015, PT Melati menukarkan 2.000 lembar saham treasuri
untuk sebidang tanah, yang akan digunakan untuk pembangunan pabrik perusahaan.
Saham tersebut mempunyai nilai nominal Rp2.000 per lembar, harga perolehan
saham treasuri tersebut adalah Rp6.000 per lembar, dan pada tanggal pertukaran
harga saham tersebut adalah Rp9.000 per lembar. Entitas meruntuhkan bangunan
lama yang ada di atas tanah tersebut dan menjual puing sisa bangunan tersebut serta
mendapat Rp16 juta dari penjualan tersebut.
Diminta: Berapa nilai bangunan yang dikapitalisasi entitas?
Latihan 7.2
PT Pelita membeli kendaraan dari salah satu diler mobil, Harga resmi (list price)
kendaraan tersebut adalah Rp700 juta. Diler memberikan diskon 15% dari harga
resmi dan tambahan diskon 2% dari harga neto jika entitas membayar tunai dalam
jangka waktu 30 hari. Pajak penjualan mobil sebesar Rp10 juta dan entitas membayar
biaya tambahan sebesar Rp6 juta untuk tambahan aksesori di kendaraan.
Diminta: Berapa biaya perolehan kendaraan yang harusnya dicatat PT Pelita?
Latihan 7.3
PT Jernih menukar mesin yang dimiliki entitas dengan mesin lain. Mesin lama
mempunyai biaya perolehan Rp800 juta dan nilai buku Rp420 juta. Entitas
menyerahkan kas sebesar Rp560 juta terkait penukaran tersebut. Mesin lama
mempunyai nilai wajar Rp300 juta.
Diminta: Buatlah jurnal untuk mencatat pertukaran tersebut, apabila pertukaran
tersebut mempunyai substansi konersial!
Latihan 7.4
Manakah dari aset berikut yang merupakan properti investasi?
1. Entitas memiliki pabrik yang tidak lagi dipergunakan dan akan dijual oleh
perusahaan.
2. Tanah yang dibeli karena adanya potensi kenaikan harga di masa yang akan
datang.
3. Gedung perkantoran baru yang dimiliki sebuah entitas yang bergerak di industri
keuangan yang digunakan sebagai kantor pusat entitas tersebut. Gedung tersebut baru
saja dibeli di pusat Jakarta dan mempunyai potensi kenaikan harga yang signifikan.
Latihan 7.5
PT Lunar mempunyai properti investasi dengan biaya perolehan sebesar Rp1,2 miliar,
yang diperoleh pada tanggal 1 Januari 2012. Pada tanggal 31 Desember 2014 dan 31
Desember 2015. nilai wajar properti investasi tersebut masing-ma sebesar Rp1,26
miliar dan Rp1.19 miliar. Entitas mengestimasi masa manfaat properti investasi
tersebut selama 20 tahun.
Diminta: berapa beban yang diakui PT Lunar di dalam laporan laba rugi
komprehensif yang berakhir 31 desember 2015, berdasarkan model biaya historis
maupun model nilai wajar?
SOAL
Soal 7.1
Pada tanggal 2 Januari 2015, PT Perdana membeli sebidang tanah dengan biaya
perolehan Rp1,6 miliar. Tanah tersebut akan digunakan untuk lokasi pembangunan
pabrik baru entitas. Di atas tanah tersebut terdapat bangunan yang diruntuhkan, dan
setelah itu proses pembangunan pabrik baru tersebut dimulai dan selesai pada tanggal
30 Desember 2015. Biaya-biaya yang timbul selama periode berjalan adalah sebagai
berikut.
Peruntuhan bangunan lama Rp. 400.000.000
Biaya arsitek Rp. 500.000.000
Biaya legal terkait dengan pembelian tanah Rp. 60.000.000
Biaya konstruksi Rp. 3.600.000.000
(Sisa puing bangunan yang diruntuhkan dijual dengan harga Rp20.000.000)
Diminta:
Hitung berapa nilai tanah dan bangunan yang harus diakui entitas di dalam laporan
keuangannya!
Soal 7.2
Pada tanggal 1 Februari 2015, PT Nuansa membeli sebidang tanah untuk membangun
gedung kantor entitas seharga Rp 1,42 miliar tunai. PT Nuansa memulai konstruksi
gedung kantor barunya pada tanggal 1 Februari 2015. Berikut adalah pengeluaran
yang terjadi untuk konstruksi tersebut.
Tanggal pengeluaran
1 maret 2015 Rp. 1.080.000.0001
1 april 2015 Rp. 1.296.000.000
1mei 2015 Rp. 1.800.000.000
1 juli 2015 Rp. 3.600.000.000
Gedung kantor tersebut selesai dibangun dan siap untuk digunakan pada tanggal 1
Agustus 2015. Untuk mendanai konstruksi tersebut, entitas meminjam dari bank
sebesar Rp2 miliar dengan tingkat bunga 9% dan jangka waktu pinjaman 3 tahun.
Selain dari pinjaman khusus untuk melakukan konstruksi tersebut, entitas juga
memiliki pinjaman lain (yang timbul pada tanggal 2 Januari 2013) sebesar Rp800 juta
dengan tingkat bunga 12% dan jangka waktu 5 tahun.
Diminta:
1. Berapa biaya bunga yang dapat dikapitalisasi?
2. Hitung berapa biaya perolehan dari gedung kantor tersebut!
Soal 7.3
Pada tanggal 1 November 2015, PT Perdana membeli tambang emas sekaligus hak
untuk melakukan penambangan dari entitas lain. Biaya perolehan pada tanggal
tersebut sebesar Rp6 miliar. Hak melakukan penambangan tersebut disertai dengan
kewajiban entitas untuk mengembalikan lokasi penambangan ke kondisi yang
memenuhi kriteria ramah lingkungan, 10 tahun yang akan datang. Estimasi biaya
untuk melakukan hal tersebut pada tanggal 31 Oktober 2025 adalah Rp2.4 miliar.
Tingkat diskonto yang dipergunakan entitas adalah 10%.
Diminta:
Jelaskan dan sertakan perhitungan Anda mengenai bagaimana seharusnya perlakuan
akuntansi terkait transaksi tersebut!
Soal 7.4
Kemilau memiliki 3 properti investasi, dengan informasi sebagai berikut.
Ketiga properti tersebut diperoleh pada tahun 2011 dengan masa manfaat 20 tahun.
Entitas memilih menggunakan model nilai wajar untuk properti investasinya.
Diminta:
Berapa keuntungan atau kerugian yang diakui entitas di dalam laporan keuangan yang
berakhir 31 Desember 2015?
Soal 7.5
PT Ceria membeli suatu aset yang memenuhi kriteria sebagai properti investasi pada
tanggal 1 Januari 2014. Biaya perolehan properti investasi tersebut adalah Rp1 miliar
dan masa manfaat 10 tahun. Pada tanggal 31 Desember 2015, nilai wajar properti
investasi tersebut adalah Rp1,08 miliar. Pada tanggal 2 Januari 2016.
Diminta:
properti investasi tersebut dijual dengan harga Rp1,06 miliar. Buatlah ayat jurnal
untuk mencatat penjualan properti investasi tersebut pada tanggal 2 Januari 2016.
apabila entitas menggunakan model biaya historis dan model nilai wajar!