Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH PRAKTIKUM

STUDI KASUS RUMAH SAKIT DAN KLINIK


“URINARY TRACTUS INFECTION”

Dosen Pengampu

Yane Dila Keswara, M.Sc., Apt

Disusun Oleh

Kelas A3 (Kelompok 3)

Fitriani (1820353918)

Hadrah Arisca (1820353919)

PROFESI APOTEKER XXXVI


FAKULTAS FARMASI
UNIVERSITAS SETIA BUDI
SURAKARTA
2018/2019
BAB I

PENDAHULUAN

A. DEFINISI
Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang ditandai dengan
pertumbuhan dan perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih, yang dalam
keadaan normal air kemih tidak mengandung bakteri, virus, atau
mikroorganisme lain, meliputi infeksi di parenkim ginjal sampai kandung kemih
dengan jumlah bakteriuria yang bermakna. Infeksi pada saluran bawah termasuk
sistitis (kantung urin), uretritis (uretra), prostatitis (kelenjar prostat), dan
epididimitis. Infeksi saluran bagian atas melibatkan ginjal dan dikenal dengan
pielonefritis.

B. EPIDEMIOLOGI
ISK sering menyebabkan morbiditas dan dapat secara signifikan menjadi
mortalitas. Walaupun saluran kemih normalnya bebas dari pertumbuhan bakteri,
bakteri yang umumnya naik dari rektum dapat menyebabkan terjadinya ISK.
Ketika virulensi meningkat atau pertahanan inang menurun, adanya inokulasi
bakteri dan kolonisasi, maka infeksi pada saluran kemih dapat terjadi. Infeksi
saluran kemih (ISK) adalah salah satu penyakit infeksi yang paling dominan
yang memiliki beban finansial yang penting di tengah masyarakat. Di AS, ISK
bertanggung jawab atas lebih dari 7 juta kunjungan dokter setiap tahunnya.
Kurang lebih 15% dari semua antibiotik yang diresepkan untuk masyarakat di
AS diberikan pada ISK dan data dari beberapa negara Eropa menunjukkan level
yang setara. Di AS, ISK terhitung mencapai lebih dari 100,000 kunjungan
rumah sakit setiap tahunnya. Studi penelitian Global Prevalence Infection in
Urology (GPIU) terkini menunjukkan bahwa 10-12% pasien yang dimasukkan
ke rumah sakit dalam bangsal urologi, mengalami healthcare associated
infection. Penatalaksanaan infeksi berkaitan dengan pemberian antibiotika,
penggunaan antibiotika yang rasional dibutuhkan untuk mengatasi masalah
resistensi kuman. Data peta kuman di Indonesia saat ini masih terbatas di
lingkungan rumah sakit besar. Penggunaan antibiotik di negara-negara Eropa
yang berbeda mencerminkan peningkatan global dalam strain yang resisten.
Secara khusus yang dapat menjadi penyulit adalah semakin meningkatnya
resistensi terhadap antibiotik spektrum-luas, seperti misalnya fluoroquinolones
dan cephalosporins karena adanya konsumsi berlebihan dari dua grup ini dan
perkembangan paralel dari ko-resistensi terhadap antibiotik lain (collateral
damage).

C. PATOFISIOLOGI
Bakteri penyebab ISK biasanya berasal dari flora normal saluran cerna.
Penyebab utama dari ISK tidak kompleks adalah E.colli, lebih dari 85% dari
komunitas infeksi, diikuti dengan stapylococcus saprophytikus (stapylococcus –
coagulase-negatif), sebanyak 5-15%).
Gejala dan tanda klasik biasanya demam, kekakuan leher, belakang leher
dan punggung, tanda Brunzinski positif (fleksi kedua kaki dan paha akibat leher
yang ditekuk paksa) tanda kernig positif (ketidakmampuan meluruskan kaki
apabila berbaring pada punggung apabila ditekuk pada sudut kanan
tubuh).selanjtnya pasien dapat mengalami kejang, defisit fkus neurologik dan
hidrosefalus.
- PATOGENESIS
Pathogenesis bakteri uria asimptomatik dengan presentsi klinis ISK
tergantung dari patogenitas dan status pasien sendiri tau host.

Flora usus

Munculnya tipe uropatogenik

Barier pertahanan mukosa normal

FAKTOR PENJAMU (HOST)


VIRULENSI BAKTERI Sistitis
1. Memperkuat perlekatan ke sel uroepitel
2. Refluks vesiko ureter
3. Refluks intrarenal
Pielonefritis Akut 4. Tersumbatnya saluran kemih
5. Benda asing (kateter urin)

Perut ginjal Urosepsis

D. ETIOLOGI
Penyebab isk terbanyak adalah mikroorganisme yang berasal dari saluran
cerna yaitu mikroorganisme E.Colli. 90% kasus isk yang terjadi disebabkan oleh
E.Colli. mikroorganisme seperti Chlamydia dan mycoplasma dapat menyerang
pria dan wanita. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri tersebut hanya berada
didalam uretra dan sistem reproduksi. Chlamydia dan mycoplasma ditularkan
secara hubungan seksual. 10-20% dari isk akut disebabkan oleh stapylococus
saprophyticus koagulase negative dan 5% atau kurang disebabkan oleh
enterobacteriaceae lain atau enterococci.
Selain karena bakteri faktor lain yang masih bisa meningkatkan resiko
isk antara lain kehamilan, menopause, batu ginjal, memiliki banyak pasangan
dalam aktivitas seksual, penggunaan diafragma sebagai alat kontrasepsi
inflamasi atau pembesaran pada prostat kelainan pada uretra, imobilitas, kurang
masukan cairan dan kateterisasi urin.
Pada keadaan normal urin adalah steril. Umumnya isk disebabkan oleh
kuman gram negative. E.colli merupakan penyebab terbanyak baik pada yang
simptomatik maupun yang pada asimptomatik yaitu 70-90%. Enterobacteria
seperti proteus mirabilis (30% dari isk pada anak laki-laki tetapi kurang dari 5%
pada anak perempuan), klebsiela, pneumonia dan pseudomonas aeruginosa dapat
juga sebagai penyebab. Organism gram positif seperti streptococcus faecalis
(enterococus) staphylococcus epidermidis dan strepcocus firidans yang jarang
ditemukan. Pada uropati obstruktif dan kelainan struktur saluran kemih pada
anak laki-laki sering ditemukan spesies proteus. Pada isk nosokomial atau isk
kompleks lebih sering ditemukan kuman proteus dan pseudomonas

E. KLASIFIKASI

Klasifiksi infeksi saluran kemih sebagai berikut :


1. Kandung kemih (sistitis)
Sistitis (inflamasi kandung kemih) yang paling sering disebabkan oleh
menyebarnya infeksi dari uretra. Hal ini dapat disebabkan oleh aliran balik
irin dari utetra kedalam kandung kemih (refluks urtovesikal), kontaminasi
fekal, pemakaian kateter atau sistoskop.
2. Uretra (URETRITIS)
Uretritis adalah suatu infeksi yang menyebar naik yang di golongkan
sebagai gonoreal atau non gonoreal. Uretritis gonoreal disebabkan oleh
niesseria gonorhoeae dan ditularkan melalui kontak seksual. Uretritis non
gonoreal adalah uretritis yang tidak berhubungan dengan niesseria
gonorhoeae biasanya disebabkan oleh klamidia frakomatik atau urea
plasma urelytikum.
3. Ginjal (pielonefritis)
Pielonefritis infeksi traktus urinarius atas merupakan infeksi bakteri piala
ginjal, tubulus dan jaringan intertisial dari dalah satu atau kedua ginjal

Infeksi saluran kemih (ISK) pada usia lanjut dibedakan menjadi :


1. SK Uncomplicated (simple)
ISK sederhana yang terjadi pada penderita dengan saluran kencing tak
baik, anatomic maupun fungsional normal. ISK ini pada usia lanjut
terutamamengenai penderita wanita dan infeksi hanya mengenai mukosa
superficial kandung kemih.
2. ISK Complicated
3. Sering menimbulkan banyak masalah karena sering kali kuman penyebab
sulit diberantas, kuman penyebab sering resisten terhadap beberapa macam
antibiotika, sering terjadi bakterimia, sepsis, dan shock.

F. FAKTOR RESIKO
1. Jarang berkemih, bila pengeluaran urin terhambat karena misalnya
obstruksi, isk dapat lebih mudah terjadi.
2. Gangguan pengosongan kandung kemih, akibat obstruksi (batu ginjal),
disfungsi atau hipertropi prostat bisa mengakibatkan tetinggalnya residu
dimana kuman mudah berproliferasi.
3. Hygien pribadi kurang baik. Contoh penggunaan pembalut wanita.
4. Penggunaan kateter melalui senggam dan karena adanya infeksi local
(misal vaginitis) dapat mempermudah infeksi.
5. Penderita DM lebih peka untuk isk karena meningkatnya daya melekat
bakteri pada epitel saluran kemih akibat beberapa sebab tertentu.

G. GEJALA
Gejala klinis ISK sesuai dengan bagian saluran kemih yang terinfeksi sebagai
berikut:
1. Isk bagian bawah antara lain disuria, nokturia, berat suprapubik dan
hematuria kotor.
2. Isk bagian atas antara lain gejala nyeri panggul, demam, mual, muntah,
malaise.

H. MANIFESTASI KLINIK
Keadaan klinik infeksi saluran kemih meliputi menggigil, suhu badan
tinggi, pada beberapa orang terjadi disuria, demam, mual, muntah, hematuria,
nokturia, spasme pada area kandung kemih dan suprapubis, nyeri kosto-vertebral
yaitu, nyeri di belakang atau samping sekitar pinggang dan rasa panas ketika
berkemih.

I. DIAGONOSIS
Pemeriksaan lab yang dapat dilakukan untuk menunjang menegakkan
diagnosis ISK antara lain:
1. Urinalisis
a. Eritrosit, ditemukan eritrosit dalam urin(hematuria) dapat merupakan
penanda penyakit glomeruler dan non glomeruler. Penyakit non
glomeruler seperti batu saluran kemih dan ISK.
b. Leukosuria / piuria, merupakan salah satu petunjuk penting adanya
ISK. Piuria atau sedimen leukosit dalam urin di definisikan oleh
stamm, bila ditemukan paling sedikit 8000 leukosit per mili urin yang
tidak disentrifuse atau setara dengan 2-5 leukosit perlapangan
pandang besar pada urin yang disentrifuse. ISK dapat dipastikan bila
terdapat leukosit sebanyak >10 per mikroliter urin atau >10000 per
mili urin.
c. Hematuria, postif bila terdapat 5-10 eritrosit per LPB sedimen air
kemih.
d. Kristal dalam urin tidak di diagnosis untuk penyakit ginjal.
2. Bakteriologi
a. Jumlah mikroorganisme kurang dari 10000 per mili urin, pendapat
ini tidak dianggap infeksi sebenar benarnya
b. Jumlah antara 10.000-100000 mili urin. Mungkin berarti 1 infeksi
dalam saluran urin tafsiran harus didasarkan atas pemeriksaan lain.
c. >10.000 berarti infeksi, kalau ada infeksi jumlahnya biasanya lebih
dari 100.000 sering lebih dari 1jt/ml urin
3. Metode tes
a. Tes kimiawi
Yang paling sering dipakai adalah tes reduksi griess nitrate. Dasarnya
dalah sebagian besar mikroba kecuali enterococi mereduksi nitrat.
b. Tes plat-celup (dip-slide)
Penentuan jumlah mikroorganisme permili dilakukan dengan
membandingakan pola pertumbuhan mikroorganisme dengan
serangkaian gambar yang memperlihatkan keadaan kepadatan koloni
yang sesuai dengan jumlah mikroorganisme antara 1000 dan 10jt
dalam tiap mili urin yang diperiksa cara ini dilakukan karena murah
dan cukup adekuat, kekuranganya adalah mikroorganisme dan
kepekaanya tidak dapat diketahui.
c. Tes dipstick multistrip untuk WBC(tes esterase leukosit) dan nitrit
(tes griess untuk pengurangan nitrat). Tes esterase positif : maka
pasien mengalami piuria. Tes pengurangan nitrat, griess positif jika
terdapat bakteri yang mengurangi nitrat urin normal menjadi nitrit
d. Penyakit seksual (PMS) : uretritia akut akibat organism menular
secara seksual misal, Chlamidia tracomatis, neissiria gonorrhoeae,
dan herpes siplex
e. Tes tambahan: urogram intravena (IVU). Pielografi (IVP),
msistografi dan ultrasonografi juga dapat dilakukan untuk menetukan
apakan infeksi akibat dari abnormalitas tractus urinarius, adanya
batu, masa renal atau abses,hodronerosis atau hiperplasi prostat.
Urogram iv atau evaluasi ultrasonic, sistoskopi dan prosedur
urodinamik dapat dilakukan untuk mengidentifikasi penyebab
kambuhnya penyakit yang resisten.
4. Radiologi dan pemeriksaan peniunjang lainya
Pemerikaan radiologi pada ISK dimaksudkan untuk mengetahui adanya
batu atau kelainan anatomis yang merupakan faktor predisposisi ISK
pemeriksaan ini dapat berupa foto polos abdomen, pielonegrafi
intravena, demikian pula dengan pemeriksaan lainya misalnya
ultrasonografi.

J. TERAPI
Tujuan terapi pada pengobatan ISK adalah untuk mencegah atau
mengobati konsekuensi sistemik dari infeksi, untuk membunuh bakteri yang
menyerang, dan untuk mencegah terulangnya infeksi.
- Terapi Farmakologi
1. Idealnya, agen antimikroba yang dipilih harus dapat ditoleransi dengan
baik, dapat diabsorpsi, mencapai konsentrasi yang tinggi dalam urin, dan
memiliki spektrum aktivitas terbatas pada patogen yang diketahui atau
diduga.
2. Terapi ISK yang paling baik dilakukan adalah dengan mengkategorikan
jenis infeksi. Dalam memilih terapi antibiotik yang tepat, penting untuk
memperhitungkan tingkat resistensi E.coli dan patogen lain terhadap
antimikroba. Resistensi terhadap E.coli adalah setinggi 30% untuk
amoksisilin dan sefalosporin.
Tabel 1. Terapi Pengobatan ISK
Tabel 2 Terapi Empirik infeksi ISK
Gambar Algoritma terapi ISK pada pria

Di negara berkembang didapatkan resistensi kuman uropatogen yang


tinggi terhadap ampisilin, kotrimoksazol, dan kloramfenikol, sedangkan
sensitivitas sebagian besar kuman patogen dalam urin mendekati 96% terhadap
gentamisin dan seftriakson. Berbagai antibiotik dapat digunakan untuk
pengobatan ISK, baik antibiotik yang diberikan secara oral maupun parenteral,
seperti terlihat pada tabel 1 dan tabel 2.
Berikut ini adalah deskripsi beberapa agen antimikroba yang umumdigunakan
dalam terapi infeksi saluran kemih:
1. Siprofloksasin
Obat golongan kuinolon ini bekerja dengan menghambat DNA
gyrasesehingga sintesa DNA kuman terganggu. Siprofloksasin terutama
aktif terhadapkuman Gram negatif termasuk Salmonella, Shigella,
Kampilobakter, Neiseria, danPseudomonas.Obat ini juga aktif terhadap
kuman Gram positif seperti Str.pneumonia dan Str. faecalis, tapi bukan
merupakan obat pilihan utama untukPneumonia streptococcus (Anonim,
2008).
2. Trimetropim-Sulfametoksazol (kotrimoksazol)
Sulfametoksazol dan trimetoprim digunakan dalam bentuk
kombinasikarena sifat sinergisnya. Kombinasi keduanya menghasilkan
inhibisi enzimberurutan pada jalur asam folat (Anonim, 2008). Mekanisme
kerja sulfametoksazol dengan mengganggu sintesa asam folat bakteri dan
pertumbuhan lewat penghambat pembentukan asam dihidrofolat dari asam
para-amino benzoat. Dan mekanisme kerja trimetoprim adalah
menghambat reduksi asam dihidrofolat menjadi tetrahidrofolat (Tjay dan
Raharja, 2007).
3. Amoksisillin
Amoksisilin yang termasuk antibiotik golongan penisilin bekerja dengancara
menghambat pembentukan mukopeptida yang diperlukan untuk sintesis
dinding sel mikroba. Terhadap mikroba yang sensitif, penisilin akan
menghasilkan efek bakterisid (Tjay dan Rahardja, 2007). Amoksisillin
merupakan turunan ampisillin yang hanya berbeda pada satu gugus hidroksil
dan memiliki spektrum antibakteri yang sama. Obat ini diabsorpsi lebih baik
bila diberikan peroral dan menghasilkan kadar yang lebih tinggi dalam plasma
dan jaringan (Anonim, 2008).
4. Seftriakson
Seftriakson merupakan antibiotik golongan sefalosporin generasi ketiga.
Berkhasiat bakterisid dalam fase pertumbuhan kuman, berdasarkan
penghambatan sintesa peptidoglikan yang diperlukan kuman untuk
ketangguhan dindingnya (Tjay dan Rahardja, 2007). Seftriakson memiliki
waktu paruh yang lebih panjang dibandingkan sefalosprin yang lain sehingga
cukup diber ikan satu kali sehari. Obat ini diindikasikan untuk infeksi berat
seperti septikemia, pneumonia, dan meningitis (Anonim, 2008).
5. Gentamisin
Gentamisin merupakan aminoglikosida yang paling banyak digunakan.
Spektrum anti bakterinya luas, tetapi tidak efektif tehadap kuman anaerob
(Anonim, 2008).
6. Ampisilin
Ampisilin adalah antiseptik infeksi saluran kemih, otitis media, sinusitis,
bronkitis kronis, salmonelosis invasif dan gonore (Anonim, 2008).

- Terapi Non Farmakologi


1. Usahakan untuk buang air seni pada waktu bangun di pagi hari. Buang
air seni dapat membantu mengeluarkan bakteri dari kandung kemih yang
akan keluar bersama urin.
2. Minum air putih dalam jumlah yang banyak agar urine yang keluar juga
meningkat.
3. Hindari stress.
4. Jangan menahan untuk buang air kecil.
5. Menjaga dengan baik kebersihan sekitar organ intim dan saluran kencing.
6. Jika membersihkan kotoran, bersihkan dari arah depan ke belakang, agar
kotoran dari dubur tidak masuk ke saluran kemih.
7. Membersihkan organ intim dengan sabun khusus yang memiliki pH
balanced (seimbang).
8. Kurangi makanan yang banyak mengandung gula.
9. Ganti selalu pakaian dalam setiap hari. Gunakan pakaian dalam dari
bahan katun yang menyerap keringat agar tidak lembab.
BAB II

PEMBAHASAN KASUS

KASUS 3. URINARY TRACT INFECTION


Seorang pasien umur 21 tahun, dengan berat badan 55 kg datang ke RS dengan,nyeri
bagian panggul, setiap kali kencing pasien mengaku keluar darah. Pasien juga mengaku
mual muntah dan kepala cenut-cenut.
Diagnosa Dokter : Infeksi Saluran kemih
Riwayat keluarga
- Hipertensi
Riwayat penyakit terdahulu
Infeksi saluran Kemih
Memiliki penyakit maag
Riwayat penggunaan obat
Kotrimoxazol
Ibuprofen
Data pemeriksaan klinik
Suhu : 38,5o C
Nadi : 96 x
RR : 23 x
TD : 130/90 mmHg
Data Laboratorium :
Jenis Hasil
Pemeriksaan
WBC 20 x 103 /ml
Hb 8 g/Dl
RBC 17,1 x 106/ L
Ferritin 7 mcg/L
Serum Iron 37 mcmol/L
Albumin 1,3 g/L
Trombosit 100 cell/m3
Na 121 mEq/L
K 2,2 mEq/L
Glukosa darah 130 mg/Dl
sewaktu
Urea 15 mg/Dl
Creatinin 2,2 mg/Dl

Hasil Urinalisis
BJ 1.017
Warna Urine Kuning Keruh
Ph 8,5

Pasien telah diberikan Terapi


Infus RL 20 Tpm
Kotrimoxazol 3x1 tab
Ibuprofen tab 3x1 tab
Ketoprofen 2x1 tab

Pertanyaan :
1. Buatalah latar belakang singkat tentang patofisiologi dan farmakoterapi pada kasus
diatas?
2. Analisislah kasus diatas dengan metode SOAP, masukan database pasien ( Subyektif,
Obyektif)?
3. Apakah penggunaan obat-obat diatas sudah sesuai? Buatlah assessment dan
identifikasi, usulkan pengatasan problem medik?
4. Jelaskan terapi non farmakologi apa yang anda sarankan pada kasus diatas?
5. Monitoring apa sajakah yang harus dilakukan ?
PENYELESAIAN KASUS

FORM DATA BASE PASIEN


UNTUK ANALISIS PENGGUNAAN OBAT

Identitas Pasien

Nama :X No Rek medik : -


Tempat/tgl lahir : Dokter yg merawat : -
Umur : 21 tahun/ BB 55 Kg
Alamat :-
Ras :-
Pekerjaan :-
Sosial :-
Riwayat masuk RS : pasien datang ke RS dengan nyeri bagian panggul, setiap kali
kencing pasien mengaku keluar darah. Pasien juga mengaku mual-muntah dan kepala
cenat cenut .

Riwayat Penyakit Terdahulu : Infeksi saluran kemih dan memiliki penyakit maag

Riwayat Sosial : Pasien tidak mempunyai riwayat minum alkohol dan merokok. Salah
satu pegawai salon pasien mengatakan juga mengalami keluhan yang
sama.

Kegiatan Keterangan

Pola makan -
Ya/tidak
Vegetarian
Ya/tidak - batang/hari
Merokok
Ya/tidak
Meminum alkohol
Ya/tidak
Meminum obat herbal

Riwayat Alergi : -
Keluhan/Tanda

Tanggal Subyektif Obyektif

nyeri bagian panggul, setiap kali Hb : 8 g/Dl


kencing pasien mengaku keluar WBC : 20 x 103 /ml
darah, mual muntah dan kepala Suhu : 38,50C
cenut-cenut. Diagnosis : infeksi saluran kemih
(ISK)

Riwayat Penyakit Dan Pengobatan

NAMA PENYAKIT TANGGAL/TAHUN NAMA OBAT

Infeksi saluran Kemih Kotrimoxazol


penyakit maag Ibuprofen

Data Laboratorium :
Tanda vital
Parameter Hasil Nilai normal Keterangan

Suhu 38,5o C 36-37 ↑

Nadi (x/menit) 96 x 80-100 N

RR (x/menit) 23 x 20 ↑

Tekanan darah 130/90 mmHg 120/80 ↑


(mm/Hg)

parameter Hasil Normal Implementasi


WBC 20 x 103 /ml 3,5-10,0 x 103 /ml ↑
Hb 8 g/Dl 13 - 18 g/Dl ↓
RBC 17,1 x 106/ L 3,8-5,8 x 106/ L ↑
Ferritin 7 mcg/L 18-270 mcg/L ↓
Serum Iron 37 mcmol/L 11-29 mcmol/L ↑
Albumin 1,3 g/L 3,5-5 g% ↓
Trombosit 100 cell/m3 170-380 103/ mm3 ↓
Na 121 mEq/L 135-144 mEq/L ↓
K 2,2 mEq/L 3,6-4,8 mEq/L ↓
GDS 130 mg/Dl < 200 mg/dL Normal
Urea 15 mg/Dl 15-40 mg/dL Normal
Creatinin 2,2 mg/Dl 0,6-1,3 mg/dL ↑

Hasil Urinalisis
BJ 1.017 Normal
Warna Urine Kuning Keruh (bakteriuria)
Ph 8,5 Normal
Obat Yang Digunakan Saat Ini

No Nama Obat Indikasi Dosis Rute Interaksi ESO Outcome


pemberian
obat
1. Infus RL sumber elektrolit dan 20 TPM IV - Nyeri dada, Detak jantung Memenuhi
air untuk hidrasi. abnormal, Penurunan tekanan elektrolit tubuh
darah, Kesulitan bernapas
Batuk, Bersin-bersin, Ruam
Gatal-gatal, dan Sakit kepala

2. Kotrimoxazol Infeksi saluran kemih, 3x1 tab Oral Aspirin, mual, muntah, ruam, Gangguan Mengobati infeksi
tablet infeksi saluran napas, methotrexat darah(neutropenia,trombositopenia, yang terjadi
infeksi saluran cerna e, agranulositosis dan purpura) Reaksi
amiodarone, alergi, diare, stomatitis, glositis,
golongan anoreksia, artralgia, mialgia.
ACEI, Kerusakan hati seperti ikterus dan
golongan nekrosis hati; pankreatitis, kolitis
ARB terkait antibiotik, eosinofilia, batuk,
napas singkat, infiltrat paru,
meningitis aseptik, sakit kepala,
depresi, konvulsi, ataksia, tinitus.
Anemia megaloblastik karena
trimetoprim
gangguan elektrolit,kristaluria,
gangguan ginjal termasuk nefritis
interstisialis.

3. Ibuprofen tab Nyeri ringan sampai 3x1 tab Oral Aminogliko Umum: pusing, sakit kepala, Menurunkan
sedang antara lain nyeri sida: dispepsia, diare, mual, muntah, demam dan
pada penyakit gigi atau menurunkan nyeri abdomen, konstipasi, menghilangkan
pencabutan gigi, nyeri eksresi hematemesis, melena, perdarahan nyeri
pasca bedah, sakit aminoglikos lambung, ruam.
kepala, gejala artritis ida.
reumatoid, gejala
osteoartriti s,
gejala juvenile artritis
reumatoid, menurunkan
demam pada anak

5. Ketoprofen Nyeri dan radang pada 2x1 tab Oral pusing, sakit kepala, dispepsia, Menghilangkan
penyakit reumatik diare, mual, muntah, nyeri rasa nyeri
yang ringan dan abdomen, konstipasi, hematemesis,
gangguan otot skelet melena, perdarahan lambung, ruam.
lainnya, dan setelah
pembedahan
ortopedik; gout akut;
dismenorea.
ASSESMENT

Problem medik : ISK

Subyektif Obyektif Terapi Analisis/ Asessment DRP Plan Monitoring


Nyeri bagian WBC : 20 x Kotrimoksazole - Pasien sudah pernah - dosis tidak - dapat dilakukakan uji -monitoring nilai
panggul dan 103 /ml 3x1 tablet menerima pengobatan tepat kultur bakteri pada WBC
Urin terdapat Suhu : 38,5 C
o
Ibuprofen 3x1 kotrimoksazol untuk - terapi tidak urin secara berkala -monitoring fungsi
darah serta Urin kuning tablet mengatasi ISK tetapi tepat untuk menentukkan ginjal
mengalami keruh Ketoprofen 2x1 kambuh kembali, jenis bakteri yang -monitoring data
demam (bakteriuria) tablet sehingga terapi yang menginfeksi. lab urin seperti
diberikan dosisnya - terapi yang diberikan warna, berat
diturunkan. tetap cotrimoksazole jenis dan pH
- pasien mengeluh nyeri setengah tablet 1 kali -monitoring suhu
pada panggul, sudah sehari selama 6 bulan tubuh
pernah mendapat terapi karena merupakan -monitoring nyeri
ibuprofen setelah itu ISK kambuhan. secara berkala
diberikan penambahan - Untuk mengatasi
terapi ketoprofen tetapi demam dapat
pasien memiliki riwayat diberikan paracetamol
maag dan mengeluh 500 mg 3x1 karena
mual muntah serta lebih aman
ibuprofen dan dibandingkan
ketoprofen merupakan ibuprofen yang dapat
golongan NSAID yang menyebabkan
sama sehingga salah gangguan pada
satu dapat dihilangkan gastroenstestinal. Dan
atau diganti keduanya. untuk nyerinya dapat
diberikan etoricoxib
60 mg 1x sehari yang
merupakan golongan
selektif COX-2 yang
lebih aman pada
lambung.

Problem medik : Mual muntah

Subyektif Obyektif Terapi Analisis/ Asessment DRP Plan Monitoring


Mual muntah - - Pasien mengeluh mual Indikasi belum - Dapat -monitoring rasa
muntah tetapi belum diterapi direkomendasikan mual dan
mendapatkan terapi, dan diberikan terapi muntahnya.
memiliki riwayat penyakit yaitu mylanta tablet
maag, serta mungkin 3x sehari 1 tablet
diperburuk dengan untuk mengatasi rasa
penggunaan ibuprofen yang mual dan muntah.
memiliki es gangguan
gastrointestinal sehingga
dibutuhkan terapi untuk
mengatasi mual muntahnya.

Problem medik : anemia

Subyektif Obyektif Terapi Analisis/ Asessment DRP Plan Monitoring


Kepala cenut- Hb = 8 - Pasien mengeluh pusing hal Indikasi belum - diterapi dengan  monitoring
cenut Ferritin = 7 ini mungkin dikarenakan diterapi suplemen zat besi nilai Hb,
mcg/L nilai Hb dan ferritin pasien (ferro sulfat 300 mg 3 ferritin
rendah sehingga dibutuhkan kali sehari 1 tablet )
terapi untuk mengatasi
anemianya.
Care plan :

1. Pasien mengalami ISK yang sebelumnya pernah dialami pasien. Terapi yang
sudah diberkan ialah cotrimoksazol 3x sehari 1 tablet tetapi karena pada kasus
ini merupakan ISK yang kambuh kembali menurut regimen terapi ISK terapi
yang tepat ialah cotrimoksazol ½ tablet 1x sehari selama 6 bulan.
2. Pasien mengalami nyeri panggul serta demam yang merupakan subyektif dari
adanya ISK dan diberikan terapi ibuprofen 3x1 dan ketoprofen 3x1 yang
merupakan obat golongan NSAID yang memiliki efek samping pada
gangguan gastroentestinal sehingga dapat direkomendasikan terapi yang aman
untuk mengatasi demamnya yaitu paractamol 500 mg 3x1 dan etoricoxib 60
mg 1x sehari tablet yang merupakan golongan selektif cox-2 yang memiliki
efek samping yang lebih ringan pada gastroentestinal.
3. Pasien mengalami mual muntah dan belum diberikan terapi. Kemungkinan
terjadinya mual muntah adalah akibat dari penggunaan obat ibuprofen yang
dikonsumsi sebelumnya oleh pasien dan ditambah lagi mendapatkan terapi
ketoprofen yang merupakan sama-sama golongan NSAID yang dapat
menyebabkan gangguan gastroentestinal dan ditambah lagi dengan adanya
riwayat maag yang merupakan faktor penyebab terjadinya rasa mual-muntah
sehingga terapi yang tepat diberikan adalah mylanta tablet 3x sehari 1 tablet
untuk mengatasi rasa mual-muntah dan riwayat maag pasien.
4. Pasien mengalami pusing akibat dari penurunan nilai Hb dan ferritin yang
dapat menyebabkan anemia sehingga dibutuhkan terapi yang tepat yaitu ferro
sulfat 300 mg 3x1 yang merupakan suplemen besi yang dapat membantu
meningkatkan kadar Hb dan ferritin dan mengatasi anemianya.

Terapi non farmakologi

 Menjaga kebersihan alat reproduksi, sesekali menggunakan antiseptik untuk


mempersihkan organ intim.
 Memakai air yang bersih dan steril.
 Minum banyak air dan cairan.
 Hindari konsumsi minuman beralkohol, kopi dan makanan yang kaya rempah karena
dapat mengiritasi kandung kemih.
 Jangan menunda keinginan buang air kecil karena tindakan ini dapat membuat urin
tertahan didalam kandung kemih dalam waktu lebih lama sehingga mudah ditumbuhi
bakteri.
 Jika membersihkan kotoran bersihkan dari arah depan kebelakang agar kotoran dari
dubur tidak masuk ke saluran kemih.
 Cuci tangan dan alat kelamin sebelum dan sesudah melakukan hubungan seksual,
sebaiknya kencing terlebih dahulu sebelum melakukan hubungan seksual.

KIE :

1. Memberitahukan kepada pasien tentang penyakit urinary tractus infection, faktor resiko,
tanda dan gejala, sehingga dapat melaksanakan pengobatan baik.
2. Memberitahukan kepada pasien tentang manfaat pengobatan sehingga pasien harus patuh
dalam meminum obat.
3. Memberi motifasi kepada pasien mengenai kepatuhan pasien
4. Jangan menunda berkemih karena dapat menjaddi faktor resiko munculnya ISK.

Monitoring :

1. Jika setelah penggunaan antibiotik selama 2 minggu (14 hari) kemudian dilakukan
evaluasi terhadap terapi, yaitu dilakukan pemeriksaan terhadap kultur bakteri, jika masih
terdapat bakteri dengan jumlah >10.000 CFU/ml maka pemberian antibiotik perlu diganti.
2. Monitoring outcome terapi dan efek samping obat yang mungkin timbul selama terapi
dijalankan, jika efek samping dari obat yang digunakan tidak dapat ditoleransi maka obat
dapat diganti dengan obat lain yang masih satu golongan terapi.
3. Monitoring kadar WBC, Hb, RBC, Ferriti serta kadar elektrolit darah.
4. Monitoring fungsi ginjal seperti nilai serum kreatinin dan BUN
5. Memantau jika terjadi adanya komplikasi
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Infeksi saluran kemih (ISK) adalah infeksi yang ditandai dengan pertumbuhan dan
perkembangbiakan bakteri dalam saluran kemih, yang sering terjadi akibat dari kurangnya
menjaga kebersihan organ reproduksi dan menunda untuk pengeluaran air kemih.

Terapi yang sering digunakan ialah antibiotik salah satunya golongan kuinolon yaitu
cotrimoksazol 3x sehari 1 tablet. Dalam kasus ini ISK yang terjadi adalah kambuhan
sehingga terapi yang digunakan adalah cotrimoksazol ½ tablet dalam 1 hari selama 6 bulan
dan dibutuhkan kepatuhan pasien dalam meminum obat agar outcom terapi tercapai.
DAFTAR PUSTAKA

Dipiro, Joseph T., Talbert, Robert L., Yee, Gary C., Matzke, Gary R., Wells,Barbara G.,
Posey, L. Michael. 2012. Pharmacotherapy Handbook Ninth Edition. Medical, New
York.

Elin ,et al. 2008. ISO FARMAKOTERAPI. JAKARTA: ISFI

Tjay, T. H., & Rahardja, K. (2007). Obat-obat penting: khasiat, penggunaan danefek-efek
sampingnya. Elex Media Komputindo.

Tim Penyusun IONI. 2002. Informatorium Obat Nasional Indonesia. Depkes RI Direktorat
Jendral Pengawasan Obat dan Makanan. Jakarta: hal :301.

Anda mungkin juga menyukai