DI JAWA TENGAH
(Studi Kasus Kabupaten Batang dan Pati)
ABSTRACT
The research purposes are to analyze the performance of Coastal Community
Economic Empowerment Program and to analyze the strategy of coastal community
economic empowerment that appropriate to the need of coastal community. The research
locus are Batang Regency and Pati Regency. Batang regency is the location of Coastal
Community Economic Empowerment Program Implementation namely Coastal Women
Empowerment Program, while Pati regency as the location of Salt Farmers Empowerment.
The research result show that the performance of Coastal Economic Empowerment
Program in Central Java Province were assessed as good and appropriate to the need of
coastal community, although part of the program were assessed not really appropriate to
the need of coastal community. Only few of local government had budget allocation for
coastal community economic empowerment assistance program. The foward strategy of
coastal community economic empowerment program are to dig the community’s real need,
to socialize that it’s need of community awareness to be empower, to do training, to
facilitate market acces and bussiness facilities, and to assist the empowerment program by
local government.
Keywords: Economic Empowerment, Coastal Community, Strategy of Empowerment
Program
Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol.12 No.2 – Desember 2014 187
pengolah, dan kelompok masyarakat langsung mengikutsertakan atau bahkan
nelayan buruh. dilaksanakan oleh masyarakat yang
Menurut Prijono, S. Onny dan menjadi sasaran dan menggunakan
Pranarka, A.M.W (1996), pemberdayaan pendekatan kelompok
adalah proses kepada masyarakat agar Setiap kelompok masyarakat
menjadi berdaya, mendorong atau tersebut membutuhkan upaya
memotivasi individu agar mempunyai pemberdayaan khusus sesuai dengan
kemampuan atau keberdayaan untuk kelompok, usaha, dan aktivitas ekonomi
menentukan pilihan hidupnya dan mereka. Pemberdayaan masyarakat
pemberdayaan harus ditujukan pada tangkap misalnya, mereka membutuhkan
kelompok atau lapisan masyarakat yang sarana penangkapan dan kepastian wilayah
tertinggal. Sementara menurut Profesor tangkap. Berbeda dengan kelompok
Gunawan Sumodiningrat yang dikutip masyarakat tambak, yang mereka butuhkan
Riant Nugroho (2008), untuk melakukan adalah modal kerja dan modal investasi,
pemberdayaan perlu tiga langkah yang begitu juga untuk kelompok masyarakat
berkesinambungan: Pemihakan, artinya pengolah dan buruh. Kebutuhan setiap
perempuan sebagai pihak yang kelompok yang berbeda tersebut,
diberdayakan harus dipihaki daripada laki- menunjukkan keanekaragaman pola
laki, Penyiapan, artinya pemberdayaan pemberdayaan yang akan diterapkan untuk
menuntut kemampuan perempuan untuk setiap kelompok. Penelitian yang
bisa ikut mengakses, berpartisipasi, dilakukan oleh Fedriansyah (2008)
mengontrol, dan mengambil manfaat, mengenai evaluasi kinerja Program
Perlindungan, artinya memberikan proteksi Pemberdayaan Ekonomi Masyarakat
sampai dapat dilepas. Pesisir (PEMP) di Kecamatan Tugu,
Pelaksanaan pemberdayaan Semarang menunjukkan bahwa
masyarakat, harus dilakukan melalui implementasi program dilihat dari sisi
beberapa kegiatan: pertama, menciptakan input, output, outcomes, keuntungan dan
suasana atau iklim yang memungkinkan dampaknya ternyata belum sesuai dengan
potensi masyarakat berkembang yang diharapkan.
(enabling). kedua, memperkuat potensi Dengan demikian program
atau daya yang dimiliki oleh masyarakat pemberdayaan untuk masyarakat pesisir
(empowering). ketiga, memberdayakan haruslah dirancang dengan sedemikian
mengandung pula arti melindungi. di rupa dengan tidak menyamaratakan antara
sinilah letak titik tolaknya yaitu bahwa satu kelompok dengan kelompok lainnya
pengenalan setiap manusia, setiap anggota apalagi antara satu daerah dengan daerah
masyarkat, memiliki suatu potensi yang pesisir lainnya. Pemberdayaan masyarakat
selalu dapat terus dikembangkan. artinya, pesisir haruslah bersifat bottom up dan
tidak ada masyarakat yang sama sekali open menu, namun yang terpenting adalah
tidak berdaya, karena kalau demikian akan pemberdayaan itu sendiri yang harus
mudah punah Kartasasmita (1996). Untuk langsung menyentuh kelompok masyarakat
memberdayakan masyarakat diperlukan sasaran. Oleh karena itu, Penelitian ini
pendekatan utama adalah bahwa bertujuan untuk menganalisis kinerja
masyarakat tidak dijadikan sebagai obyek program pemberdayaan ekonomi
melainkan subyek dari berbagai upaya masyarakat pesisir di Kabupaten Pati dan
pembangunan oleh karena itu Kartasasmita Batang dan menganalisis strategi
(1997) upaya pemberdayaan harus terarah pemberdayaan ekonomi masyarakat pesisir
(targeted), program pemberdayaan harus yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat
188 Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol.12 No.2 – Desember 2014
pesisir di kabupaten Pati dan Kabupaten jenis dan pelaksanaan program
Batang. pemberdayaan, kesesuaian program.
Teknik pengumpulan data
METODE PENELITIAN dilakukan melalui berbagai teknik dan
Penelitian ini adalah penelitian tahapannya, yakni: 1) Pra Survei dan
terapan non eksperimen bersifat deskriptif observasi lapangan, 2) Survei dengan
kualitatif dan evaluatif. Jenis penelitian wawancara menggunakan pertanyaan-
yang digunakan ini, akan berpengaruh dan pertanyaan yang terstruktur dalam
menentukan variable atau obyek maupun kuesioner, 3) Wawancara mendalam
pokok persoalan yang akan diteliti dan dengan partisipan kunci, 4) Diskusi
sekaligus menentukan subyek sebagai terbatas dan terarah (FGD/Focus Group
sumber data serta penentuan rincian Discution). Selanjutnya data dianalisis
instrumen penelitian yang terkait dengan secara deskriptif kualitatif dan kuantitatif.
permasalahan dan tujuan penelitian
(Arikunto, Suharsini 2002). HASIL DAN PEMBAHASAN
Penelitian dilaksanakan di dua 1. Kinerja Program Pemberdayaan
kabupaten yaitu Kabupaten Pati dan Ekonomi Masyarakat Pesisir
Batang pada bulan April sampai dengan a. Karakteristik Masyarakat Pesisir
Juli 2013. Pengambilan lokasi sampel 1) Umur Responden
ditentukan secara purposif berdasarkan Sebaran umur responden
pertimbangan keberadaan program penelitian di Kabupaten Pati terbanyak
pemberdayaan baik dari Pusat maupun adalah umur 36 - 40 tahun yaitu
Propinsi yang dianggap dapat mewakili sebanyak 8 (delapan) orang atau
beberapa jenis program pemberdayaan sebesar 26 %, diikuti umur 41 – 45
yang ada. Pada masing-masing lokasi tahun yaitu sebanyak 23 % dan 46 – 50
diambil 30 responden penerima program tahun, sebanyak 17%. Sementara di
pemberdayaan. Masing-masing 10 Kabupaten Batang adalah sebaran
responden untuk indepth interview dan 10 umur responden penelitian di
responden untuk Focus Group Discussion Kabupaten Batang terbanyak adalah
(FGD) yang terdiri dari: (1) Stake holder umur 46 - 50 tahun yaitu sebesar 30 %
pengelolaan masyarakat pesisir di lokasi dari seluruh responden, diikuti umur
penelitian (2) Masyarakat pesisir yang 41–45 tahun yaitu sebanyak 26,67 %
tergabung dalam kelompok nelayan atau dan 51 – 55 tahun, sebanyak 16,67%.
kelompok wanita nelayan. (3) SKPD yang Berdasarkan data tersebut menunjuk-
terkait dengan kewenangannya dengan kan bahwa rata-rata responden masih
pengelolaan ekonomi masyarakat pesisir. berada pada umur produktif. Menurut
Jenis data yang diperlukan menurut Van den ban dan Hakwiks (1999), Usia
pendekatan sumbernya adalah data tenaga kerja yang produktif berumur
sekunder dan data primer. Data sekunder 16-64 tahun, sedangkan pada usia 65
ini, seperti dokumen perencanaan dari ke atas sudah dikatakan usia lanjut.
Bappeda Kabupaten Pati dan Batang, data Usia produktif sangat berpengaruh
kegiatan produktif kegiatan dan pembinaan tehadap kinerja seseorang terutama
kelompok nelayan produksi dan pemasaran dilihat dari faktor fisik dan kematangan
hasil olahan. Data primer, di antaranya: dalam berpikir. Pada umur muda fisik
karakteristik responden (umur, pendidikan, masih kuat dan bisa melakukan banyak
pekerjaan utama, pendapatan, perilaku), pekerjaan.
Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol.12 No.2 – Desember 2014 189
2) Pendidikan Responden tertinggi adalah diatas Rp 4.000.000
Sebaran tingkat pendidikan sebanyak 16,67% responden,
responden penelitian di Kabupaten Pati pendapatan terendah adalah kurang
terbesar adalah tamatan SMA sebesar dari Rp. 1.000.000 sebanyak 13,33%
36,67%, diikuti SD sebesar 27,67%, responden. Frekuensi tertinggi dari
tidak tamat SD dan setingkat SMP penghasilan responden sebesar Rp
sebesar 13,33 %, perguruan tinggi 1.500.000 – Rp.1.999.000 sebanyak
sebesar 10%. Sebaran tingkat 26,67% responden, dengan tingkat
pendidikan responden penelitian di rata-rata pendapatan sebesar Rp
Kabupaten Batang terbesar adalah 2.628.074. Sementara di Kabupaten
tidak tamat SD sebesar 36,67%, tamat Batang tertinggi adalah diatas Rp
SD sebesar 30,00%, tamat SLTP 4.000.000 sebanyak 13,33%
sebesar 16,67 %, tidak sekolah sebesar responden, pendapatan terendah adalah
13,33% dan tamat SLTA sebesar 3,335 kurang dari Rp. 1.000.000 sebanyak
dari seluruh jumlah responden. 6,67% responden. Frekuensi tertinggi
3) Pekerjaan Utama dari penghasilan responden sebesar Rp
Sebaran pekerjaan utama 1.500.000 – Rp.1.999.000 sebanyak
reponden penelitian di Kabupaten Pati 33,33% responden, dengan tingkat
adalah sebagai petani garam sekaligus rata-rata pendapatan sebesar Rp
petani tambak, yaitu sebesar 36,67%, 2.331.666. Berdasarkan kondisi
diikuti pekerjaan utama sebagai tersebut pada kedua lokasi rata-rata
nelayan sebesar 20%, ibu rumah tangga masih belum memenuhi standar
sebesar 16,67%, petani sebanyak kebutuhan hidup layak (KHL) sehingga
13,33%, perangkat desa sebesar 6,67%, dengan waktu luang 3-4 jam masih
guru dan pedagang sebesar 3,33%. terdapat peluang untuk meningkatkan
Sebaran pekerjaan utama reponden pendapatan.
penelitian di Kabupaten Batang yang 5) Perilaku responden yang
terbesar adalah sebagai pengolah dan mendukung program
pedagang ikan asap, yaitu sebesar pemberdayaan
33,33%, diikuti pekerjaan utama Dukungan masyarakat dalam
sebagai ibu rumah tangga sebesar pelaksanaan program pemberdayaan
23,33%, pedagang sebesar 16,67%, ekonomi di wilayah pesisir tercermin
pembuat terasi sebesar 13,33%, petani dari respon masyarakat yang dalam hal
sebesar 6,67%, nelayan dan peternak ini diwakili oleh responden penelitian
masing-masing sebesar 3,33%. di Kabupaten Pati (Tabel 1) dan
4) Pendapatan Responden Kabupaten Batang (Tabel 2)
Pendapatan per bulan
responden penelitian di kabupaten Pati
190 Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol.12 No.2 – Desember 2014
Tabel 1. Perilaku responden di Kabupaten Pati yang mendukung program
pemberdayaan
Sangat Tidak
No Uraian Mendukung
Mendukung Mendukung
1 Respon terhadap
70.00 30.00 00.00
perbaikan ekonomi
2 Respon terhadap 80.00 20.00 00.00
perbaikan teknologi
3 Respon terhadap 90.00 10.00 00.00
perubahan sosial
masyarakat
4 Partisipasi masyarakat 60.00 40.00 00.00
5 Motivasi masyarakat 70.00 30.00 00.00
Sumber : Data primer yang diolah (2013)
Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol.12 No.2 – Desember 2014 191
pemberdayaan masyarakat pesisir, semua petani garam di empat
> 80% responden menyatakan kecamatan yaitu Kecamatan Batangan,
sangat mendukung upaya / proses Juwana, Wedarijaksa dan Trangkil
perubahan sosial masyarakat desa sudah terdaftar sebagai kelompok
melalui program pemberdayaan penerima program. Besaran dana yang
masyarakat pesisir (4) partisipasi diberikan tidak sama tergantung dari
masyarakat sangat diperlukan luasan lahan tambak.
dalam mendukung keberhasilan Sampel penerima PUMP
pelaksanaan program Pengolahan dan Pemasaran Hasil
pemberdayaan masyarakat pesisir, Perikanan (P2HP) di Kabupaten Pati
> 50% responden menyatakan adalah Kelompok POKLAHSAR Tri
bahwa masyarakat memiliki Makaryo Lestari yang berdiri sejak
partisipasi yang sangat tinggi dalam tahun 2011 atau sudah 2 tahun dan
mendukung pelaksanaan program beranggotakan 33 orang. Kelompok ini
pemberdayaan masyarakat pesisir, sudah mendapat pelatihan dan bantuan
(5) 70% responden menyatakan peralatan pengolah makanan seperti
bahwa motivasi masyarakat desa kompor dan tabung gas, dandang,
dalam meningkatkan pendapatan kipas, penggorengan, alat presto (ikan
dan kesejahteraan melalui program kentring). Pelatihan yang dilakukan
pemberdayaan masyarakat pesisir. antara lain pembuatan nugget, krupuk,
b. Pelaksanaan Program Pemberdayaan presto. Saat ini kelompok sudah
Responden penelitian di memasarkan produk namun masih
Kabupaten Pati merupakan masyarakat terbatas dilingkup lokal meskipun
pesisir penerima Program demikian kelompok ini sudah mampu
Pemberdayaan Usaha Garam Rakyat melakukan kontunyuitas produksi
(PUGAR) dan PUMP. PUGAR karena sudah memiliki pasar.
dilaksanakan oleh Dirjen Kelautan Kelompok lain yang mendapat
Pesisir dan pulau-pulau kecil (KP3K) dana PUMP Perikanan Budidaya untuk
Kementerian Kelautan dan Perikanan, Kelompok Pembudidaya Ikan
dan Dinas Kelautan dan Perikanan (pokdakan), adalah di Desa Suko
Provinsi Jawa Tengah. Program Agung Kecamatan Batangan. Bantuan
PUGAR di Kabupaten Pati yang ini diberikan kepada kelompok sesuai
berupa bantuan langsung masyarakat dengan kebutuhan yang telah
untuk sarana dan prasarana, untuk disepakati bersama oeh anggota
sarana dipergunakan untuk berusaha kelompok. Pemberian bantuan pada
setiap hari seperti peralatan dan kelompok ini sepertinya belum sesuai
difokuskan untuk penggarap, kemudian dengan kondisi potensi wilayah yang
untuk prasarana dipergunakan untuk ada. Kasus yang terjadi adalah
pembuatan jalan produksi. PUGAR ini kelompok meminta bantuan untuk
dilaksanakan sejak tahun 2011, yang budidaya lele menggunakan kolam
dipergunakan fokusnya untuk terpal, pada kenyataannya menghadapi
peningkatan mutu garam dan fasilitasi permasalahan kegagalan produksi
pergudangan. Pada tahun 2012 seperti pakan mahal, air sulit sehingga
kegiatan yang dilaksanakan masih tidak ada kontinyuitas produksi.
sama. Sementara untuk tahun 2013 Program Pemberdayaan
digunakan untuk pengembangan Perempuan Pesisir di Kabupaten
teknologi ulir filter (TUF) dan hampir Batang dilaksanakan oleh Dirjen
192 Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol.12 No.2 – Desember 2014
Kelautan Pesisir dan pulau-pulau kecil (b) manajemen bisnis, (c) kapasitas
(KP3K) Kementerian Kelautan dan kelembagaan dan akses permodalan,
Perikanan, dan Dinas Kelautan dan (d) kebijakan pemberdayaan
Perikanan Provinsi Jawa Tengah. Studi perempuan pesisir di kabupaten.
kasus penelitian diambil untuk Sedangkan peralatan / sarana prasarana
pelaksanaan program Pemberdayaan produksi yang diberikan dari Dinas
Perempuan Pesisir di Kabupaten Kelautan dan Perikanan Provinsi Jawa
Batang yang dilaksanakan oleh Dirjen Tengah adalah berupa : peralatan
Kelautan Pesisir dan pulau-pulau kecil pengasapan ikan. Sarana prasarana
(KP3K) Kementerian Kelautan dan produksi yang diberikan program
Perikanan, dan Dinas Kelautan dan pemberdayaan perempuan pesisir dari
Perikanan Provinsi Jawa Tengah pada Kementrian Kelautan dan Perikanan
tahun 2011 yaitu di Desa Ujung negoro berupa, peralatan pembuatan terasi dan
Kecamatan Kandeman dan Njrakah peralatan-peralatan produksi lain.
Payung Kecamatan Tulis. c. Implementasi Program Pemberdayaan
Pelaksanaan Program Implementasi program
Pemberdayaan Perempuan Pesisir di pemberdayaan yang meliputi
Kabupaten Batang adalah melalui pengelolaan program, pendampingan,
pelatihan pembuatan makanan/produk kesesuaian program dengan kebutuhan
olahan ikan dan bantuan masyarakat dan keberlanjutan program
peralatan/sarana prasarana produksi menurut pendapat dari responden
makanan/produk olahan ikan. Pelatihan penerima program di Kabupaten Pati
pemberdayaan perempuan pesisir ditampilkan pada Tabel 3 dan di
berupa pelatihan mengenai : (a) Kabupaten Batang ditampilkan pada
pembuatan produk berbahan baku ikan, Tabel 4.
Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol.12 No.2 – Desember 2014 193
Pada kedua lokasi : berupa tidak adanya kepastian harga
kesesuaian implemantasi program dasar garam saat panen raya,
pemberdayaan dilihat dari sisi rendahnya harga garam, kualitas dan
pendampingan program, kesesuaian posisi tawar petani, d) Aspek
program dengan kebutuhan kelembagaan: berupa lemahnya
masyarakat dan keberlanjutan organisasi kelompok, minimnya
program menurut sebagian besar bimbingan teknis (pelatihan) bagi
responden penerima program sudah petambak garam, e) Aspek
sesuai yang ditunjukkan dari lebih permodalan: lemahnya permodalan,
dari 56 % responden menyatakan kapasitas dan permodalan petani
sesuai, sementara untuk rendah.
pengelolaan program Di Kabupaten Batang
pemberdayaan ditingkat desa di permasalahan dan hambatan yang
Kabupaten Batang 53 % umumnya masih ditemui selama ini
menyatakan belum sesuai. Salah dalam program pemberdayaan
satu alasan karena responden perempuan pesisir adalah: a)
menganggap ada kelompok yang Pengetahuan dan ketrampilan para istri
selalu mendapatkan bantuan nelayan masih sangat kurang dalam
dikarenakan kedekatan dengan memproduksi hasil olahan perikanan,
aparat desa dan bantuan yang b) Para istri nelayan mayoritas hanya
diberikan pada akhirnya menjadi mengandalkan hasil tangkapan
milik perorangan (seringkali ketua nelayan, c) Kurangnya dukungan akses
kelompok) dan bukan menjadi penguatan kelembagaan dan akses
milik kelompok. Pada kasus lain permodalan yang berpihak pada
ada pihak Pemerintah Desa yang masyarakat dan usaha berbasis
tidak mengetahui sejauhmana kelompok, d) Minimnya strategi
program dan siapa penerimanya teknologi informasi, komunikasi dan
dikarenakan Program dari Pusat edukasi yang pro kegiatan
seringkali langsung ditujukan pemberdayaan
kepada kelompok penerima dan b. Strategi Pemberdayaan Ekonomi
tidak melibatkan peran Pemerintah Masyarakat Pesisir
Desa. Untuk mengatasi permasalahan yang
2. Analisis Strategi Pemberdayaan dihadapi masyarakat pesisir di
Ekonomi Masyarakat Pesisir Kabupaten Pati terutama petambak
a. Permasalahan dan Kebutuhan garam, langkah-langkah diambil
Pemberdayaan Ekonomi sebagai berikut :
Di Kabupaten Pati 1) Aspek infrastruktur meliputi:
permasalahan dan hambatan yang pada redesain tata letak lahan garam,
umumnya masih ditemui selama ini pembuatan saluran induk
oleh petani garam diantaranya sebagai pemasukan air laut, normalisasi
berikut : a) Aspek infrastruktur: berupa saluran tambak dan pembuatan
pendangkalan saluran penyuplai air sarana jalan transportasi garam
laut, sarana dan prasarana produksi 2) Aspek produksi meliputi:
yang kurang memadai, b) Aspek penyediaan sarana dan prasarana
produksi : berupa produktivitas lahan dasar, peningkatan kapasitas SDM
yang belum optimal, kadar NaCl garam dan kelembagaan, peningkatan
yang masih rendah, c) Aspek tata niaga kualitas garam dengan SNI,
194 Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol.12 No.2 – Desember 2014
pelatihan dan pendampingan alih diharapkan dapat memotivasi
teknologi melalui demplot lahan kelompok perempuan untuk terlibat
lahan tambak garam aktif dalam kegiatan, memastikan
3) Aspek tata niaga: sosialisasi perempuan dapat mengakses semua
kegiatan usaha yang adil dan kegiatan, mendorong perempuan
berkelanjutan, pendirian lembaga pesisir untuk dapat memegang
intermediasi antara produsen, kontrol kegiatan agar lebih percaya
distributor dan konsumen garam, diri dalam pengambilan keputusan,
regulasi penatausahaan garam, mendorong perempuan pesisir
identifikasi dan analisis mata rantai untuk meningkatkan kapasitas
tata niaga garam dalam pengelolaan dan pengolahan
4) Aspek kelembagaan: melaksanakan sumberdaya, memanfaatkan
diklat tenaga pendamping dan strategi komunikasi, informasi dan
penyuluh, pelatihan manajemen edukasi yang berwawasan gender.
pemasaran/keuangan dan akses 2) Melakukan program penguatan
kepada permodalan, pembinaan usaha berbasis kelompok.
usaha garam dan kualitas produksi Pengembangan program
kepada petambak garam serta pembangunan yang berbasis
pengolahan pasca panen. perikanan dan kelautan yang
5) Aspek permodalan: fasilitasi terpadu dengan kegiatan lainnya
peningkatan kerjasama antar seperti wisata bahari merupakan
lembaga jasa keuangan dalam peluang besar bagi aktualisasi
penyediaan kredit lunak, peran wanita nelayan
meningkatkan kualitas dan
kapasitas pelaku usaha garam KESIMPULAN DAN SARAN
Sementara, untuk mengatasi KESIMPULAN
permasalahan yang dihadapi 1. Kinerja Program Pemberdayaan :
masyarakat wanita nelayan di pesisir a) Karakteristik responden penerima
Kabupaten Batang, maka langkah- program: umur responden rata-rata
langkah diambil sebagai berikut : masih masih berada pada umur
1) Berbagai program pembangunan ke produktif, tingkat pendidikan
depan perlu menyediakan responden di Kabupaten Pati terbesar
kesempatan kepada wanita nelayan adalah tamatan SMA dan SD,
untuk memiliki peluang yang sementara di Batang terbesar tidak
sejajar dengan pria antara lain tamat SD dan SD, pekerjaan utama
dengan merekrut tim kerja yang sebagian besar responden di Kabupaten
seimbang gender sehingga isu-isu Pati adalah sebagai petani garam
perempuan dapat terwakili, sekaligus petani tambak, di Kabupaten
melakukan analisis kebutuhan yang Batang sebagai pengolah dan pedagang
partisipatif melibatkan perempuan ikan asap.
dan laki-laki untuk menentukan b) Perilaku responden di kedua lokasi
rencana aksi yang sesuai dengan sangat mendukung dalam pelaksanaan
kebutuhan dan potensi sumber daya program-program pemberdayaan yang
alam setempat; mendorong ada dilihat dari respon terhadap
perempuan pesisir yang potensial perbaikan ekonomi dan teknologi dan
untuk menjadi penggerak terhadap perubahan sosial yang rata-
masyarakat dimana mereka rata diatas 60 %, demikian pula untuk
Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol.12 No.2 – Desember 2014 195
tingkat partisipasi dan motivasi 2. Strategi Pemberdayaan Ekonomi
masyarakat dalam pelaksanaan Masyarakat Pesisir :
program yang ada. a) Penggalian kebutuhan riil masyarakat
c) Di Kabupaten Pati, tingkat kesesuaian b) Sosialisasi tentang diperlukannya
pengelolaan program pemberdayaan kesadaran masyarakat untuk berupaya
ditingkat desa rata-rata >65%, memperbaiki taraf hidupnya, dan
Pendampingan program >65%, memecahkan persoalannya sendiri.
Kesesuaian program dengan kebutuhan Program pemberdayaan pemerintah
masyarakat sebesar 70 %, hanya membantu memfasilitasi
keberlanjutan program sudah sesuai masyarakat.
sebanyak 63 %. Di Kabupaten Batang c) Pelaksanaan pelatihan untuk
pengelolaan program pemberdayaan meningkatkan ketrampilan dan
ditingkat desa hanya 23 % yang pengetahuan
menyatakan sudah sesuai, d) Fasilitasi peralatan kerja/produksi dan
pendampingan program sudah cukup akses permodalan
baik 76 % menyatakan sudah sesuai, e) Pemetaan pemasaran produk dan
63 % responden kesesuaian program distribusi pemasaran
dengan kebutuhan masyarakat, f) Fasilitasi pendampingan kegiatan
sementara keberlanjutan program dalam program pemberdayaan
menurut 56 % responden sudah sesuai. masyarakat dan pendampingan dana
d) Meskipun sebagian besar masyarakat dari pemerintah kabupaten/kota
penerima program pemberdayaan
usaha garam rakyat menyatakan SARAN
program pemberdayaan sesuai dengan 1. Pemerintah pusat dan pemerintah
kebutuhan masyarakat, namun masih daerah (provinsi / kabupaten / kota)
terdapat bantuan peralatan berupa unit harus bekerjasama dan bersinergi
pengolah garam yang tidak sesuai dalam melaksanakan program
dengan kebutuhan masyarakat petani pemberdayaan ekonomi masyarakat
garam, sehingga saat ini peralatan tidak pesisir.
digunakan oleh masyarakat penerima 2. Pemerintah daerah mengkoordinasikan
bantuan. program pemberdayaan masyarakat
e) Sebagian besar masyarakat penerima pesisir dengan melibatkan : Bappeda,
bantuan program pemberdayaan Dinas Kelautan Perikanan,
perempuan pesisir menyatakan bahwa Bapermades, Bagian Perekonomian,
bantuan program sesuai dengan Dinas Perindustrian dan Perdagangan,
kebutuhan masyarakat dan sampai saat Dinas Koperasi dan UMKM
ini peralatan masih dipergunakan 3. Pemberdayaan ekonomi masyarakat
dalam proses produksi. pesisir dilaksanakan secara terpadu/
f) Terdapat petugas pendamping desa terintegrasi dengan program yang
(fasilitator) pada program lengkap meliputi :
pemberdayaan petani garam di a. Perencanaan kegiatan terpadu oleh
kabupaten Pati, namun tidak terdapat pemangku kepentingan (Bappeda,
petugas pendamping (fasilitator) pada Bapermades, Dinas Kelautan
program pemberdayaan perempuan Perikanan, Dinas Koperasi
pesisir di kabupaten Batang. UMKM, Dinas Perindustrian dan
2. perdagangan, Bagian
Perekonomian)
196 Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol.12 No.2 – Desember 2014
b. Pelaksanaan kegiatan oleh dinas yang sudah ada koordinasi Bagian
utama dan pendukung Perekonomian dan Dinas Koperasi.
c. Fasilitasi pendampingan berupa e. Penyediaan akses pasar dan
tenaga dan/dana prediksi pengembangan pasar oleh
d. Penyediaan permodalan kerjasama Disperindagkop
dengan lembaga keuangan mikro
DAFTAR PUSTAKA
Jurnal Litbang Provinsi Jawa Tengah, Vol.12 No.2 – Desember 2014 197