Anda di halaman 1dari 9

TUGAS ILMU PENGETAHUAN ALAM

MAKALAH PEMISAHAN CAMPURAN

Disusun Oleh : Gina Syamjulas


Kelas : VII-2
Guru Bidang : Dra.Faizzah

SMPN 8 PEKANBARU
TAHUN 2020

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Industri kimia melibatkan rangkaian proses untuk menghasilkan
suatu produk. Salah satu proses yang memegang peranan penting
adalah proses pemisahan. Sejalan dengan hal itu, berbagai teknologi
pemisahan telah diaplikasikan dan memiliki keunggulan masing–
masing.
Dalam Kimia dan teknik kimia, proses pemisahan digunakan
untuk mendapatkan dua atau lebih produk yang lebih murni dari suatu
campuran senyawa kimia. Sebagian besar senyawa kimia ditemukan
dialam dalam keadaan yang tidak murni. Biasanya, suatu senyawa
kimia berada dalam keadaan tercampur dengan senyawa lain. Untuk
beberapa keperluan seperti sintesis senyawa kimia yang memerlukan
bahan baku senyawa kimia dalam keadaan murni atau proses produksi
suatu senyawa kimia dengan kemurnian tinggi, proses pemisahan
perlu dilakukan. Proses pemisahan sangat penting dalam bidang teknik
kimia. Proses pemisahan suatu campuran dapat dilakukan dengan
berbagai metode. Metode pemisahan yang dipilih bergantung pada
fasa komponen penyusun campuran. Suatu campuran dapat berupa
campuran homogen (satu fasa) atau campuran heterogen (lebih dari
satu fasa). Untuk memberikan gambaran tentang proses-proses
pemisahan diindustri, akan dibahas secara singkat sejumlah proses
pemisahan.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa itu teknologi pemisahan pada industri kimia?
2. Apa manfaat dari proses pemisahan?
3. Apa saja proses pemisahan yang terdapat pada industri kimia?
4. Apa saja yang mempengaruhi proses pemisahan tersebut?

1.3 Tujuan Masalah


1. Agar mengetahui pengertian dari teknologi pemisahan pada industri
kimia
2. Agar mengetahui manfaat dari proses pemisahan
3. Agar mengetahui berbagai macam proses pemisahan yang terdapat
pada industri kimia
4. Agar mengetahui hal apa saja yang berpengaruh dalam proses
pemisahan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Proses Pemisahan Campuran


Campuran merupakan gabungan antara dua jenis zat atau lebih yang dijadikan menjadi satu.
Campuran memiliki dua jenis, yakni campuran heterogen dan homogen. Secara serdehana.
pemisahan campuran dapat diartikan sebagai proses memisahan antara dua jenis zat atau lebih agar
zat-zat tersebut terpisah dan menjadi zat tunggal dengan melakukan tindakan secara fisika maupun
kimia.
Proses pemisahan sendiri dapat diklasifikasikan menjadi proses pemisahan secara mekanis
atau kimiawi. Pemilihan jenis proses pemisahan yang digunakan bergantung pada kondisi yang
dihadapi. Pemisahan secara mekanis dilakukan kapan pun memungkinkan karena biaya operasinya
lebih murah dari pemisahan secara kimiawi. Untuk campuran yang tidak dapat dipisahkan melalui
proses pemisahan mekanis, proses pemisahan kimiawi harus dilakukan. Proses pemisahan suatu
campuran dapat dilakukan dengan berbagai metode. Metode pemisahan yang dipilih bergantung
pada fasa komponen penyusun campuran. Suatu campuran dapat berupa campuran homogen (satu
fasa)) atau campuran heterogen (lebih dari satu fasa). Suatu campuran heterogen dapat
mengandung dua atau lebih fasa: padat-padat, padat-cair, padat-gas, cair-cair, cairgas, gas-gas,
campuran padat-cair-gas, dan sebagainya.

2.2 Metode Pemisahan Campuran


Metode pemisahan merupakan suatu cara yang digunakan untuk memisahkan atau
memurnikan suatu senyawa atau sekelompok senyawa yang mempunyai susunan kimia yang
berkaitan dari suatu bahan, baik dalam skala laboratorium maupun skala industri. Metode pemisahan
bertujuan untuk mendapatkan zat murni atau beberapa zat murni dari suatu campuran, sering disebut
sebagai pemurnian dan juga untuk mengetahui keberadaan suatu zat dalam suatu sampel.
Berdasarkan tahap proses pemisahan, metode pemisahan dapat dibedakan menjadi dua
golongan, yaitu:
2.2.1 Metode Pemisahan Sederhana
Metode pemisahan sederhana adalah metode yang menggunakan cara satu tahap. Proses ini
terbatas untuk memisahkan campuran atau larutan yang relatif sederhana.
2.2.2 Metode Pemisahan Kompleks
Metode pemisahan kompleks memerlukan beberapa tahapan kerja, diantaranya penambahan
bahan tertentu, pengaturan proses mekanik alat, dan reaksi-reaksi kimia yang diperlukan. Metode ini
biasanya menggabungkan dua atau lebih metode sederhana. Contohnya, pengolahan bijih dari
pertambangan memerlukan proses pemisahan kompleks.
Keadaan zat yang diinginkan dan dalam keadaan campuran harus diperhatikan untuk
menghindari kesalahan pemilihan metode pemisahan yang akan menimbulkan kerusakan hasil atau
melainkan tidak berhasil. Beberapa faktor yang perlu diperhatikan antara lain :
1. Keadaan zat yang diinginkan terhadap campuran, apakah zat ada di dalam sel makhluk hidup,
apakah bahan terikat secara kimia, dan sebagainya.
2. Kadar zat yang diinginkan terhadap campurannya, apakah kadarnya kecil atau besar.
3. Sifat khusus dari zat yang diinginkan dan campurannya, misalnya zat tidak tahan panas,
mudah menguap, kelarutan terhadap pelarut tertentu, titik didih, dan sebagainya.
4. Standar kemurnian yang diinginkan. Kemurnian 100% memerlukan tahap yang berbeda
dengan 96%.
5. Zat pencemar dan campurannya yang mengotori beserta sifatnya.
6. Nilai guna zat yang diinginkan, harga, dan biaya proses pemisahan

2.3 Dasar-dasar Metode Pemisahan


Suatu zat dapat dipisahkan dari campurannya karena mempunyai perbedaan sifat. Hal ini
dinamakan dasar pemisahan. Beberapa dasar pemisahan campuran antara lain sebagai berikut :
1. Ukuran partikel
Bila ukuran partikel zat yang diinginkan berbeda dengan zat yang tidak diinginkan (zat
pencampur) dapat dipisahkan dengan metode filtrasi (penyaringan). Jika partikel zat hasil lebih kecil
daripada zat pencampurnya, maka dapat dipilih penyaring atau media berpori yang sesuai dengan
ukuran partikel zat yang diinginkan. Partikel zat hasil akan melewati penyaring dan zat
pencampurnya akan terhalang.
2. Titik didih
Bila antara zat hasil dan zat pencampur memiliki titik didih yang jauh berbeda dapat dipishkan
dengan metode destilasi. Apabila titik didih zat hasil lebih rendah daripada zat pencampur, maka
bahan dipanaskan antara suhu didih zat hasil dan di bawah suhu didih zat pencampur. Zat hasil akan
lebih cepat menguap, sedangkan zat pencampur tetap dalam keadaan cair dan sedikit menguap
ketika titik didihnya terlewati. Proses pemisahan dengan dasar perbedaan titik didih ini bila dilakukan
dengan kontrol suhu yang ketat akan dapat memisahkan suatu zat dari campurannya dengan baik,
karena suhu selalu dikontrol untuk tidak melewati titik didih campuran.
3. Kelarutan
Suatu zat selalu memiliki spesifikasi kelarutan yang berbeda, artinya suatu zat mungkin larut
dalam pelarut A tetapi tidak larut dalam pelarut B, atau sebaliknya. Secara umum pelarut dibagi
menjadi dua, yaitu pelarut polar, misalnya air, dan pelarut nonpolar (disebut juga pelarut organik)
seperti alkohol, aseton, methanol, petrolium eter, kloroform, dan eter. Dengan melihat kelarutan suatu
zat yang berbeda dengan zat-zat lain dalam campurannya, maka kita dapat memisahkan zat yang
diinginkan tersebut dengan menggunakan pelarut tertentu.
4. Pengendapan
Suatu zat akan memiliki kecepatan mengendap yang berbeda dalam suatu campuran atau
larutan tertentu. Zat-zat dengan berat jenis yang lebih besar daripada pelarutnya akan segera
mengendap. Jika dalam suatu campuran mengandung satu atau beberapa zat dengan kecepatan
pengendapan yang berbeda dan kita hanya menginginkan salah satu zat, maka dapat dipisahkan
dengan metode sedimentasi atau sentrifugasi. Namun jika dalam campuran mengandung lebih dari
satu zat yang akan diinginkan, maka digunakan metode presipitasi. Metode presipitasi biasanya
dikombinasi dengan metode filtrasi.
5. Difusi
Dua macam zat berwujud cair atau gas bila dicampur dapat berdifusi (bergerak mengalir dan
bercampur) satu sama lain. Gerak partikel dapat dipengaruhi oleh muatan listrik. Listrik yang diatur
sedemikian rupa (baik besarnya tegangan maupun kuat arusnya) akan menarik partikel zat hasil ke
arah tertentu sehingga diperoleh zat yang murni. Metode pemisahan zat dengan menggunakan
bantuan arus listrik disebut elektrodialisis. Selain itu ada juga istilah elektroforesis, yaitu pemisahan
zat berdasarkan banyaknya nukleotida (satuan penyusun DNA) dapat dilakukan dengan
elektroforesis menggunakan suatu media agar yang disebut gel agarosa.
6. Adsorbsi
Adsorbsi merupakan penarikan suatu zat oleh bahan pengadsorbsi secara kuat sehingga
menempel pada permukaan dari bahan pengadsorbsi. Penggunaan metode ini diterapkan pada
pemurnian air dan kotoran renik atau organisme.

2.4 Jenis-jenis Metode Pemisahan


2.4.1 Filtrasi
Filtrasi atau penyaringan merupakan metode pemisahan untuk memisahkan zat padat dari
cairannya dengan menggunakan alat berpori (penyaring). Dasar pemisahan metode ini adalah
perbedaan ukuran partikel antara pelarut dan zat terlarutnya. Penyaring akan menahan zat padat
yang mempunyai ukuran partikel lebih besar dari pori saringan dan meneruskan pelarut.
Proses filtrasi yang dilakukan adalah bahan harus dibuat dalam bentuk larutan atau berwujud
cair kemudian disaring. Hasil penyaringan disebut filtrat sedangkan sisa yang tertinggal dipenyaring
disebut residu (ampas). Metode ini dimanfaatkan untuk membersihkan air dari sampah pada
pengolahan air, menjernihkan preparat kimia di laboratorium, Penyaringan dilaboratorium dapat
menggunakan kertas saring dan penyaring buncher.
Contoh alat yang digunakan dalam filtrasi adalah filtrasi pasir.

Prinsip kerja dari filter pasir yaitu cairan yang akan disaring mengalir dari atas ke bawah
menembus lapisan pasir karena gaya filtrasi. Partikel padat yang akan dipisahkan tertahan dalam
pasir. Media filter ini dapat dibersihkan dengan cara menyemprotnya dengan air dan udara
bertekanan secara periodik.
Misalnya, pada pembuatan santan kelapa. Santan kelapa dibuat dengan cara memisahkan
campuran santan, air, dan ampas kelapa dengan menggunakan saringan.

Dengan menggunakan saringan yang berpori-pori kecil, santan kelapa dapat melewati lubang
saringan dan ampas kelapa tertahan dalam saringan.
Daya filtrasi (jumlah cairan atau gas yang menerobos per satuan waktu) dipengaruhi oleh:
1. Luas Permukaan Filter
Jumlah filtrat per satuan waktu berbanding langsung dengan luas permukaan media filter.
Semakin besar luas media tersebut, semakin besar pula daya filtrasinya.
2. Viskositas Cairan
Semakin kecil viskositas cairan, semakin besar daya filtrasinya. Viskositas dapat dikurangi
dengan meningkatkan suhu, namun sering mengakibatkan penggembungan (swelling)
media filter, terjadinya proses korosi yang lebih cepat atau pelarutan kembali kristal-kristal.
3. Debit filtrasi
Dimana debit yang terlalu besar akan menyebabkan tidak berfungsinya filter secara efisien.
Sehingga proses filtrasi tidak dapat terjadi dengan sempurna, akibat adanya aliran air yang
terlalu cepat dalam melewati rongga diantara butiran media pasir. Hal ini menyebabkan
berkurangnya waktu kontak antara permukaan butiran media penyaring dengan air yang
akan disaring. Kecepatan aliran yang terlalu tinggi saat melewati rongga antar butiran
menyebabkan partikel–partikel yang terlalu halus yang tersaring akan lolos.

2.4.2 Kristalisasi
Kristalisasi merupakan metode pemisahan untuk memperoleh zat padat yang terlarut dalam
suatu larutan. Dasar metode ini adalah kelarutan bahan dalam suatu pelarut dan perbedaan titik
beku. Kristalisasi dapat terjadi sebagai pembentukan partikel-partikel padat dalam uap seperti pada
pembentukan salju sebagai pembekuan lelehan cair. Kristal dapat terbentuk karena suatu larutan
dalam keadaan atau kondisi lewat jenuh (supersaturated). Kondisi tersebut terjadinya karena pelarut
sudah tidak mampu melarutkan zat terlarutnya, atau jumlah zat terlarut sudah melebihi kapasitas
pelarut. Sehingga kita dapat memaksa agar kristal dapat terbentuk dengan cara mengurangi jumlah
pelarutnya, sehingga kondisi lewat jenuh dapat dicapai. Kristalisasi dapat memisahkan suatu
campuran tertentu dari larutan multi komponen sehingga didapat produk dalam bentuk kristal.

Proes kristalisasi dimulai dengan menambahkan senyawa yang akan dimurnikan dengan
pelarut panas sampai kelarutan senyawa tersebut berada pada level super jenuh. Pada keadaan ini,
bila larutan tersebut didinginkan, maka mlekul-molekul senyawa terlarut akan saling menempel,
tumbuh menjadi kristal-kristal yang akan mengendap di dasar wadah. Sementara kotoran-kotoran
yang terlarut tidak ikut mengendap.
Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses Kristalisasi
1. Kecepatan Kristalisasi
Kecepatan kristalisas meliputi pembentukan inti kristal. Terjadinya inti kristal dapat dipertinggi
dengan :
a. pendinginan yang cepat
b. pengadukan yang baik
c. memakai larutan yang murni
d. temperature yang tinggi
e. konsentrasi yang tinggi
2. Hasil Kristalisasi
Apabila proses kristalisasi berjalan cepat maka Kristal yang terjadi halus. Sebaliknya bila
proses kristalisasi berjalan lambat maka Kristal yang terbentuk kasar (besar).
3. Kemurnian dan Ukuran Kristal
Pada proses kristalisasi harus dihindarkan adanya pencucian Kristal yang dihasilkan. Hal ini
terutama bagi Kristal yang mudah larut dan Kristal yang bersifat hidroskopis. Lebih baik larutan
yang dihasilkan dibuat semurni mungkin sehingga pada kristalisasi akan diperoleh Kristal yang
lebih bersih.
4. Uniformity (Keseragaman Ukuran)
Kristal yang uniform diperoleh dengan menambahkan Kristal halus pada larutan lewat jenuh.
Kristal yang uniform akan memberikan keseragaman terhadap kristal. Disamping itu, Kristal
yang uniform menunjukkan bahwa proses pembuatannya sangat teliti sehingga akan lebih
menarik.

2.4.3 Destilasi
Destilasi merupakan metode pemisahan untuk memperoleh suatu bahan yang berwujud cair
yang terkotori oleh zat padat atau bahan lain yang mempunyai titik didih yang berbeda. Destilasi
merupakan suatu perubahan cairan menjadi uap dan uap tersebut didinginkan kembali menjadi
cairan. Unit operasi destilasi merupakan metode yang digunakan untuk memisahkan komponen-
komponennya yang terdapat dalam salah satu larutan atau campuran dan bergantung pada distribusi
komponen-komponen tersebut antara fasa uap dan fasa cair. Syarat utama dalam operasi
pemisahan komponen-komponen dengan cara destilasi adalah komposisi uap harus berbeda dengan
komposisi cairan dengan terjadi keseimbangan larutan-larutan, dengan komponen-komponennya
cukup dapat menguap.

Proses pemisahan yang dilakukan adalah bahan campuran dipanaskan pada suhu diantara
titik didih bahan yang diinginkan. Dengan cara distilasi, komponen zat penyusun campuran yang
memiliki titik didih lebih rendah akan menguap terlebih dahulu, uap dilewatkan pada tabung
pengembun (kondensor). Uap yang mencair ditampung dalam wadah. Bahan hasil pada proses ini
disebut destilat, sedangkan sisanya disebut residu. Contoh destilasi adalah proses penyulingan
minyak bumi, pembuatan minyak kayu putih, dan memurnikan air minum.
Adapun faktor – faktor yang mempengaruhi diantaranya yaitu suhu atau pemanasan, tekanan,
kelelahan alat, kesalahan kalibrasi dan lain – lain. Faktor yang paling berpengaruh dalam proses
distilasi adalah suhu atau pemanasan. Jika pemanasan terlalu besar dikhawatirkan akan
terjadi flooding (banjir). Ciri dari flooding itu sendiri adalah tertahannya cairan di atas kolom, pada
saat terjadi flooding transfer massa yang dihasilkan tidak maksimal. Ketika terjadi flooding, cairan
tidak dapat mengalir ke bawah lagi, tetapi akan terakumulasi atau bahkan dapat ikut terbawa ke atas
oleh uap, sehingga proses distilasi harus segera dihentikan. Apabila pemanasan kecil proses
pemisahan akan berlangsung lama, akan tetapi hasil atau konsentrasi yang diperoleh akan lebih baik
dan mendekati sempurna dikarenakan proses pemisahan dan pendinginan berlangsung sempurna.

2.4.4 Evaporasi (Penguapan)


Evaporasi merupakan suatu proses penguapan sebagian dari pelarut sehingga didapatkan
larutan zat cair pekat yang konsentrasinya lebih tinggi. Tujuan dari evaporasi itu sendiri yaitu untuk
memekatkan larutan yang terdiri dari zat terlarut yang tak mudah menguap dan pelarut yang mudah
menguap. Dalam kebanyakan proses evaporasi , pelarutnya adalah air. Evaporasi tidak sama
dengan pengeringan, dalam evaporasi sisa penguapan adalah zat cair, kadang-kadang zat cair yang
sangat viskos, dan bukan zat padat. Pada proses penguapan, larutan dipanaskan sampai zat
pelarutnya (air) menguap dan meninggalkan zat terlarut (garam). Proses pemisahan dengan cara
penguapan ini dapat terjadi karena zat terlarut (garam) memiliki titik didih yang lebih tinggi daripada
zat pelarutnya (air).
Faktor yang mempengaruhi dari proses evaporasi adalah sebagai berikut:
1. Suhu
Walaupun cairan dapat dievaporasi di bawah suhu titik didihnya, namum proses
penguapannya akan lebih cepat bila suhu di sekitarnya lebih tinggi bila dibandingkan dengan
titik didihnya. Hal ini terjadi karena evaporasi akan menyerap kalor laten yang ada
disekelilingnya.
2. Kelembaban udara
Semakin kering udara (sedikitnya kandungan air dalam udara) maka proses penguapan akan
lebih cepat terjadi.
3. Sifat cairan
Cairan yang memiliki titik didih yang rendah akan lebih cepat terevaporasi jika dibandingkan
dengan cairan yang memiliki titik didih yang tinggi.
4. Tekanan
Semakin besar tekanan yang dialami maka proses evaporasi akan lebih lambat, begitu juga
sebaliknya.

2.4.5 Ekstraksi
Ekstraksi adalah suatu proses pemisahan suatu zat berdasarkan perbedaan kelarutannya
terhadap dua cairan tidak saling larut yang berbeda, biasanya air dan yang lainnya pelarut organik.

Beberapa tahap dalam ekstraksi yaitu


Mencampur bahan ekstraksi dengan pelarut dan membiarkannya saling berkontak. Dalam
hal ini terjadi perpindahan massa dengan cara difusi pada bidang antarmuka bahan ekstraksi
dan pelarut. Dengan demikian terjadi ekstraksi yang sebenarnya yaitu pelarutan ekstraksi.
Memisahkan larutan ekstrak dari rafinat, kebanyakan dengan cara penjernihan atau filtrasi.
Mengisolasi ekstrak dari larutan dan mendapatkan kembali pelarut, umumnya dilakukan dengan
menguapkan pelarut. Dalam hal-hal tertentu, larutan ekstrak dapat langsung diolah lebih lanjut
atau dioalh setelah dipekatkan.
Faktor-faktor yang harus diperhatikan sebagai berikut:
1. Ukuran partikel
Ukuran partikel mempengaruhi laju ekstraksi dalam beberapa hal. Semakin kecil
ukurannya, semakin besar luas permukaan antara padat dan cair sehingga laju
perpindahannya menjadi semakin besar.
2. Zat pelarut
Larutan yang akan dipakai sebagai zat pelarut seharusnya merupakan pelarut pilihan yang
terbaik dan viskositasnya harus cukup rendah agar dapat dapat bersikulasi dengan
mudah.
3. Temperatur
Kelarutan zat terlarut (pada partikel yang diekstraksi) di dalam pelarut akan naik
bersamaan dengan kenaikan temperatur untuk memberikan laju ekstraksi yang lebih
tinggi.
4. Pengadukan fluida
Pengadukan pada zat pelarut penting karena akan menaikkan proses difusi, sehingga
menaikkan perpindahan material dari permukaan partikel ke zat pelarut.
BAB III
CONTOH APLIKASI

3.1 Pemanfaatan Metode Pemisahan


Pada proses pemisahan suatu campuran ada yang memerlukan metode pemisahan, ada pula
yang dikombinasi lebih dari satu jenis metode. Berikut ini beberapa contoh pemanfaatan metode
pemisahan dengan menggunakan metode pemisahan tertentu.

Anda mungkin juga menyukai