Anda di halaman 1dari 15

Paramita Vol. 22, No.

1 - Januari 2012: 1-130

PENDIDIKAN SEJARAH UNTUK MEMPERKUAT


PENDIDIKAN KARAKTER
S. Hamid Hasan
Jurusan Pendidikan Sejarah, Universitas Pendidikan Indonesia, Bandung
eshamidhasan@yahoo.com

ABSTRACT ABSTRAK

Character education is an attempt to address the Pendidikan karakter merupakan satu upaya un-
multidimensional crisis that is currently happen- tuk menangani permasalahan krisis multidimen-
ing. This is done by instilling the values in edu- sional yang saat ini terjadi. Hal ini dilakukan
cation. Curriculum Center formulate at least dengan penanaman nilai-nilai dalam pendidikan.
there are 18 values of character education, Pusat Kurikulum merumuskan paling tidak ada
namely religious, honesty, tolerance, discipline, 18 nilai pendidikan karakter, yakni religius, ju-
hard work, creative, independent, democratic, jur, toleransi, disiplin, kerja keras, kreatif,
curiosity, the spirit of nationalism, patriotism, mandiri, demokratis, rasa ingin tahu, semangat
recognize excellence, friendship / communicative, kebangsaan, cinta tanah air, menghargai pres-
love peace, likes to read, care for the environ- tasi, bersahabat/komunikatif, cinta damai, gemar
ment, social caring, and responsibility. In the membaca, peduli lingkungan, peduli sosial, dan
history education, these values can be integrated tanggung jawab. Di dalam pendidikan sejarah,
in the learning. History education has a role pro- nilai-nilai tersebut dapat diintegrasikan dalam
mote character education because it was strategi- pembelajaran. Pendidikan sejarah berperan
cally to establish character and civilization of the dalam pendidikan karakter karena pelajaran Se-
nation's dignity. It also serves to realize nation- jarah memiliki arti strategis dalam pembentukan
alism and patriotism. Strengthening the lessons watak dan peradaban bangsa yang bermartabat
of history as a character education can be applied serta dalam pembentukan manusia Indonesia
starting from the goal, the implementation of yang memiliki rasa kebangsaan dan cinta tanah
learning, materials, and media sources up to the air. Penguatan pelajaran sejarah sebagai pendidi-
assessment. kan karakter dapat diterapkan mulai dari tujuan,
pelaksanaan pembelajaran, materi, sumber dan
Keywords: character education, learning of his- media, sampai dengan penilaian.
tory.
Kata kunci: pendidikan karakter, pembelajaran
sejarah.

PENDAHULUAN adalah “the heart of education” (Klein,


1997). Apa yang dilakukan dalam
Pendidikan adalah kegiatan sosial- kegiatan pendidikan dalam memba-
budaya masyarakat dan bangsa yang ngun kualitas warganegara dan bangsa
sangat penting dan vital dalam mem- dapat dilihat dari kebijakan, perenca-
bangun dan mengembangkan kualitas naan dan pelaksanaan kurikulum.
warganegara dan bangsa untuk ke- Kebijakan kurikulum terus
hidupan masa kini dan yang akan menerus dikembangkan untuk men-
datang. Dalam setiap kegiatan pendidi- ja wa b peruba h an ya ng terjadi di
kan selalu ada kurikulum dn posisi ku- masyarakat dan bangsa. Perubahan-
rikulum dalam kegiatan pendidikan perubahan di masyarakat terjadi dari

81
Paramita Vol. 22 No. 1 - Januari 2012 [ISSN: 0854-0039]
Hlm. 81—95
Paramita Vol. 22, No. 1 - Januari 2012: 1-130

waktu ke waktu sesuai dengan di- dan sebagainya. Tradisi yang lama dan
namika kehidupan masyarakat dan berakar dalam tes sebagai alat untuk
bangsa sebagai konsekuensi dari mengetahui bayaknya pengetahuan
perkemba ngan kehidupan sosial- yang dimiliki seseorang menyebabkan
budaya-politik-ekonomi-agama, ilmu dimensi lain yang disebutkan tadi dan
dan pengetahuan, teknologi. Perubahan sukar diukur dengan tes menjadi tera-
tersebut menghendaki analisis tentang baikan. Berbagai ketetapan dan upaya
pengetahuan, ketrampilan, nilai dan si- untuk mengembalikan fungsi pendidi-
kap yang diperlukan masyarakat dan kan untuk mengembangkan keseluru-
bangsa sehingga mampu menjawab han potensi peserta didik terhalang
tantangan yang diakibatkan oleh pe- dalam realisasinya. Tujuan pendidikan
rubahan-perubahan tersebut. Analisis nasional yang jelas menggambarkan
tersebut disebut analisis kebutuhan kualitas keseluruhan dimensi manusia
(needs analysis) dan hasilnya menetap- dan kemanusiaan peserta didik tidak
kan pengetahuan, ketrampilan, nilai dan diindahkan dan hanya indah untuk di-
sikap yang sudah ada di masyarakat ungkapkan dalam pidato. Ujian Na-
untuk dipertahankan dan dilanjutkan sional dalam fungsinya yang sekarang
serta pengetahuan, ketrampilan, nilai, menjadi tonggak kokoh yang tak ter-
dan sikap “baru” yang perlu dikem- goyahkan dalam menegakkan ba-
bangkan dalam kehidupan warga ne- nyaknya pengetahuan sebagai indikator
gara, masyarakat dan bangsa. Mungkin, pendidikan, walau pun mengorbankan
pengetahuan, ketrampilan, nilai dan si- kemampuan lain dari aspek kehidupan
kap yang “baru” dapat berupa pengeta- manusia.
huan, ketrampilan, nilai, dan sikap yang Untuk itu diperlukan suatu tinda-
sudah ada dalam khasanah kehidupan kan tegas mengembalikan pendidikan
masyarakat di masa lalu tetapi dilu- pada jalurnya yang benar dan untuk itu
pakan atau bahkan ditinggalkan. Mung- maka Presiden menetapkan pendidikan
kin pula, pengetahuan, ketrampilan, budya dan karakter bangsa. Secara
nilai dan sikap yang “baru” tersebut resmi, pendidikan budaya dan karakter
berasal dari luar dan belum menjadi bangsa dicanangkan pada tanggal 14
milik masyarakat dan bangsa sebelum- Januari 2010 di dalam sarasehan Pen-
nya. didikan Budaya dan Karakter Bangsa.
Dalam wilayah Pendidikan Karak- Pada kesempatan tersebut berbagai un-
ter Bangsa, keterampilan, nilai dan sikap sur masyarakat diundang untuk menge-
yang dikembangkan kurikulum adalah mukakan pendapat dan saran mengenai
sesuatu yang sudah pernah dimiliki nilai-nilai yang perlu dikembangkan
masyarakat dan bangsa Indonesia tetapi dalam Pendidikan Budaya dan Karakter
dikesampingkan dan tidak menjadi ke- Bangsa (PBKB). Pada sarasehan tersebut
pedulian utama pendidikan. Kepe- dikemukakan semacam “kesepakatan
dulian terhadap pengetahuan yang ber- nasional” mengenai PBKB untuk
lebihan dan dijadikan indikator keber- mengembalikan bagian yang “hilang”
hasilan pendidikan telah menyebabkan dari pendidikan nasional sebagai
pendidikan mengabaikan dimensi lain bagian integral pendidikan nasional.
dari potensi manusia seperti aspek lain Pemikiran mengenai pentingnya
dari kemampuan kognitif, nilai dan si- pendidikan budaya dan karakter bangsa
kap, kemampuan berkomunikasi dan sudah banyak dikemukakan sebelum-
hidup berdampingan, kebiasaan belajar, nya. Pada berbagai seminar penulis
cinta tanah air, kebiasaan hidup sehat makalah ini telah mengemukakan

82
Paramita Vol. 22, No.Pendidikan
1 - JanuariSejarah untuk Memperkuat Pendidikan Karakter - S. Hamid Hasan
2012: 1-130

pentingnya pendidikan nilai-nilai bu- dan proses pembelajaran serta penilaian


daya dan karakter bangsa sebagaimana tetapi pada dasarnya program-program
yang dirumuskan dalam tujuan pen- tersebut mengandung hakekat pendidi-
didikan nasional. Dalam makalah yang kan budaya dan karakter bangsa.
disajikan pada Kongres Masyarakat Se- Sayangnya upaya-upaya tersebut teng-
jarah Indonesia tahun 2007 penulis telah gelam ketika berbenturan dengan indi-
mengemukakan bahwa pendidikan se- kator pengetahuan yang dijadikan tolok
jarah sudah seharusya ikut mengem- ukur keberhasilan pendidikan.
bangkan berbagai potensi kemanusiaan Oleh karena itu, pencanangan
yaitu “selain potensi intelektual pendidikan budaya dan karakter bangsa
manusia memiliki potensi emosi, sebagai bagian yang integral dari pen-
potensi berkomunikasi melalui simbol, didikan nasional adalah untuk mengem-
potensi minat, potensi spiritual, potensi balikan pendidikan ke jalurnya suatu
bermasyarakat, potensi kebudayaan, revitalisasi dan akomodasi dari berbagai
potensi ekonomi, dan sebagainya”. upaya yang telah dilakukan sebelum-
Pada Saraasehan Nasional 100 Tahun nya. Permasalahan yang dihadapi masih
Hari Kebangkitan Nasional, Mou DHD sama yaitu kokohnya pandangan yang
dan MSI Jatim di Surabaya pada bulan menempatkan pengetahuan di atas
Mei 2008 kembali penulis segala-galanya dan UN menjadi penjaga
mengemukakan pentingnya pendidikan kebijakan. Pengetahuan adalah sesuatu
sejarah dalam upaya membangun yang penting untuk dipelajari dan di-
karakter bangsa (nation and chracter miliki melalui kemampuan kognitif
building). Pikiran demikian telah pula mengingat tetapi pengetahuan harus
dikumenadangkan sejak paruh terakhir dijadikan bahan untuk mengembangkan
dekade 80-an abad yang lalu dalam kemampuan kognitif di atas mengingat
berbagai kesempatan. dan memahami (aplikasi, analiisis,
Gerakan pendidikan budaya dan evaluasi, kreatif). Kemampuan kognitif
karakter bangsa adalah program yang baru terjadi apabila mendapatkan
dicanangkan sebagai program 100 hari dorongan dan landasan dari kemauan
Kabinet Indonesia Bersatu 2009 – 2014. menerima, merespon, dan menilai dari
Meski pun demikian, pada masa sebe- kemampuan afektif dan sebaliknya se-
lumnya, secara de facto pekerjaan untuk buah nilai menjadi miliki seseorang dan
mengembangkan pendidikan budaya berkembang menjadi bagian dari cara
dan karakter bangsa telah dilakukan berpikir, bertindak, dan bersikap ber-
oleh berbagai unit di Departemen Pen- dasarkan pengetahuan, pemahaman,
didikan Nasional (sekarang Kemente- dan evaluasi dri kemampuan kognitif.
rian Pendidikan dan Kebudayaan), di Kemampuan psikomotorik memerlukan
berbagai unit di bawah koordinasi pengetahuan, kemampuan kognitif, ke-
Menko Kesra, dan masyarakat. Nama mampuan afektif untuk dikembangkan
yang diberikan memang beragam menjadi suatu kemampuan psikomo-
seperti beragamnya istilah yang diguna- torik pada tingkat mahir dan originali-
kan untuk pendidikan budaya dan pen- tas.
didikan karakter. Dalam literatur di In- Usaha baru pengembangann bu-
donesia peernah dikenal ada istilah Pen- daya dan karakter bangsa memang ha-
didikan Moral, Pendidikan Budi Pekerti, rus melawan arus kelompok pengambil
Pendidikan Civic: Manusia Baru Indo- kebijakan, pelaksana pendidikan, dan
nesia, dan sebagainya. Tentu saja ada juga masyarakat yang sudah terbiasa
berbagai variasi dalam tujuan, materi, dan bahkan terbuai oleh praktek pen-

83 83
Paramita Vol. 22, No. 1 - Januari 2012: 1-130

didikan selama ini dimana pendidikan Bangsa di Sekolah menjadi materi utama
disamakan dengan tes, pengukuran dalam bagian ini.
dan ujian serta pengukuran kemam- Dalam dokumen tersebut, budaya
puan intelektual terbatas pada jenjang diartikan sebagai keseluruhan sistem
kognitif mengingat dan memahami. berpikir, nilai, moral, norma dan keyaki-
nan (belief) manusia yang dihasilkan
masyarakat. Sistem berpikir, nilai,
KONSEP PENDIDIKAN KARAKTER moral, norma dan keyakinan itu adalah
hasil dari interaksi manusia dengan
Pengertian Pendidikan Karakter sesamanya dan lingkungan alamnya.
Sedangkan karakter dimaknai sebagai
Berbeda dari berbagai pengala- “watak, tabiat, akhlak, atau kepribadian
man kurikulum di Indonesia sebelum- seseorang yang terbentuk dari hasil in-
nya, pendidikan karater bangsa tidak ternalisasi berbagai kebajikan (virtues)
dimaknai sebagai pendidikan tentang yang diyakininya dan digunakannya
nilai, moral, karakter, budaya, atau pun sebagai landasan untuk cara pandang,
Pancasila. Pendidikan tentang nilai, berpikir, bersikap, dan bertindak. Keba-
moral, karater, budaya atau pun Pan- jikan terdiri atas sejumlah nilai, moral,
casila yang telah terjadi di masa lalu te- dan norma seperti jujur, berani bertin-
lah menghasilkan lebih banyak pengeta- dak, dapat dipercaya, hormat kepada
huan tentang nilai, moral, budaya, orang lain, dan sebagainya. Interaksi
karakter atau pun Pancasila. Pendidikan seseorang dengan orang lain menum-
karater bangsa menerapkan visi dan te- buhkan karakter masyarakat dan karak-
ori pendidikan nilai yang didasarkan ter bangsa”.
pada pandangan filosofi humanisme, Berdasarkan kedua pengertian
progresivisme, dan rekonstruksi sosial tersebut dan pengertian pendidikan
bukan “transfer of knowledge” yang y a n g d i n y a t a k a n d al a m U n d a n g -
digunakan pada masa lalu dan yang undang nomor 20 tahun 2003 tentang
mengkerdilkan pandangan filosofi esen- Sistem Pendidikan Nasional maka pen-
sialisme dan perenialisme. Pendekatan didikan budaya dan karakter bangsa
pengembangan kurikulum yang diartikan sebagai proses internalisasi
digunakan pun berbeda dari pemikiran serta penghayatan nilai-nilai budaya
“moral cognitive” yang dilahirkan Kol- dan karakter bangsa yang dilakukan
hberg sehingga tugas mengembangkan peserta didik secara aktif dibawah
karakter tidak menjadi beban mata pela- bimbingan guru, kepala sekolah dan
jaran tertentu tetapi menjadi tugas kuri- tenaga kependidikan serta diwujudkan
kulum secara utuh dan menyeluruh. dalam kehidupannya di kelas, sekolah,
Pusat Pengembangan Kurikulum dan masyarakat”.
dan Perbukuan (Puskurbuk) telah
mengembangkan konsep pendidikan
budaya dan karakter bangsa. Untuk Tujuan Pendidikan Karakter
mendapatkan alur pembahasan yang
tepat dan menempatkan posisi pendidi- Selanjutnya, dokumen terebut me-
kan sejarah dengan tepat pula dalam rumuskan tujuan pendidikan budaya
pendidikan budaya dan karakter bangsa dan karakter bangsa sebagai berikut:
maka dokumen resmi yang telah diter- mengembangkan potensi afektif pe-
bitkan Puskur dengan judul Pedoman serta didik sebagai manusia dan war-
Pengembangan Budaya dan Karakter ganegara yang memiliki nilai-nilai
budaya dan karakter bangsa; (2)

84
Paramita Vol. 22, No.Pendidikan
1 - JanuariSejarah untuk Memperkuat Pendidikan Karakter - S. Hamid Hasan
2012: 1-130

mengembangkan kebiasaan dan peri- pasal UUD 1945. Pendidikan budaya


laku peserta didik yang terpuji dan dan karakter bangsa bertujuan memper-
sejalan dengan nilai-nilai universal siapkan peserta didik menjadi warga
dan tradisi budaya bangsa yang re- negara yang lebih baik, yaitu warga ne-
ligius; (3) menanamkan jiwa ke-
gara yang memiliki kemampuan, ke-
pemimpinan dan tanggung jawab
peserta didik sebagai penerus bangsa;
mauan, dan menerapkan nilai-nilai Pan-
(4) mengembangkan kemampuan casila dalam kehidupannya sebagai
peserta didik menjadi manusia yang warga negara.
mandiri, kreatif, berwawasan kebang- Ketiga, nilai-nilai budaya, artinya
saan; (5) mengembangkan lingkungan adalah suatu kebenaran bahwa tidak
kehidupan sekolah sebagai lingkun- ada manusia yang hidup bermasyarakat
gan belajar yang aman, jujur, penuh yang tidak didasari oleh nilai-nilai bu-
kreativitas dan persahabatan, serta daya yang diakui masyarakat tersebut.
dengan rasa kebangsaan yang tinggi Nilai-nilai budaya tersebut dijadikan
dan penuh kekuatan (dignity).
dasar dalam memberi makna terhadap
(Puskur, Balitbang, 2010)
suatu konsep dan arti dalam komuni-
kasi antaranggota masyarakat tersebut.
Posisi budaya yang demikian penting
Nilai-Nilai Dalam Pendidikan Karak-
dalam kehidupan masyarakat mengha-
ter
ruskan budaya menjadi sumber nilai-
Nilai-nilai dalam Pendidikan nilai dari pendidikan budaya dan karak-
Karakter dikembangkan berdasarkan ter bangsa.
beberapa sumber, yakni agama, Pan- Keempat, tujuan pendidikan na-
casila, budaya, dan tujuan pendidikan sional. Tujuan pendidikan nasional
nasional. Pertama, faktor agama. adalah kualitas yang harus dimiliki
Masyarakat Indonesia adalah masyara- setiap warga negara Indonesia, dikem-
kat beragama. Oleh karena itu ke- bangkan oleh berbagai satuan pendidi-
hidupan individu, masyarakat, dan kan di berbagai jenjang dan jalur. Di
bangsa selalu didasari pada ajaran dalam tujuan pendidikan nasional ter-
agama. Secara politis kehidupan kene- dapat berbagai nilai kemanusiaan yang
garaan pun didasari pada nilai-nilai harus dimiliki seorang warga negara
yang berasal dari agama. Atas dasar Indonesia. Oleh karena itu, tujuan pen-
pertimbangan itu, maka nilai-nilai pen- didikan nasional adalah sumber yang
didikan budaya dan karakter bangsa paling operasional dalam pengem-
harus didasarkan pada nilai-nilai dan bangan pendidikan budaya dan karak-
kaidah yang berasal dari agama. ter bangsa dibandingkan ketiga sumber
Kedua, nilai-nilai Pancasila. Negara yang disebutkan di atas.
Republik Indonesia ditegakkan atas Berdasarkan keempat sumber/
prinsip-prinsip kehidupan kebangsaan landasan terebut maka nilai-nilai yang
dan kenegaraan yang disebut Pancasila. dapat dikembangkan kurikulum seko-
Pancasila terdapat pada Pembukaan lah KTSP adalah sebagai berikut: (1) re-
UUD 1945 dan dijabarkan lebih lanjut ligius, (2) jujur, (3) toleransi, (4) disiplin,
dalam pasal-pasal yang terdapat dalam (5) kerja keras, (6) kreatif, (7) mandiri,
UUD 1945 tersebut. Artinya, nilai-nilai (8) demokratis, (9) rasa ingin tahu, (10)
yang ada dalam Pancasila menjadi nilai- semangat kebangsaan, (11) cinta tanah
nilai yang mengatur kehidupan politik, air, (12) menghargai prestasi, (13) bersa-
hukum, ekonomi, kemasyarakatan, bu- habat/komuniktif, (14) cinta damai, (15)
daya, dan seni yang diatur dalam pasal- gemar membaca, (16) peduli

85 85
Paramita Vol. 22, No. 1 - Januari 2012: 1-130

lingkungan, (17) peduli sosial, dan (18) kelas satu SD atau tahun pertama dan
tanggung-jawab (Puskur, 2010) berlangsung paling tidak sampai kelas 9
Kedelapan belas nilai tersebut ti- atau kelas terakhir SMP. Pendidikan
dak bersifat mutlak harus dilaksanakan budaya dan karakter bangsa di SMA
secara keseluruhan dan serentak dalam adalah kelanjutan dari proses yang telah
kurikulum sekolah. Sekolah diberi kebe- terjadi selama 9 tahun.
basan untuk menambah nilai-nilai di Kedua, melalui semua mata
atas dengan nilai-nilai yang hidup di pelajaran, pengembangan diri, dan
masyarakat di mana suatu sekolah budaya sekolah mensyaratkan bahwa
berada dan sekolah juga memiliki kebe- proses pengembangan nilai-nilai
basan untuk mengurangi nilai di atas. budaya dan karakter bangsa dilakukan
melalui setiap mata pelajaran, dan
dalam setiap kegiatan kurikuler dan
Pembelajaran Pendidikan Karakter ekstra kurikuler.
Bangsa Ketiga, nilai tidak diajarkan tapi
dikembangkan mengandung makna
Sebagaimana telah dikemukakan bahwa materi nilai-nilai budaya dan
di atas, Pendidikan Karakter yang karakter bangsa bukanlah bahan ajar
dirancang Puskurbuk berbeda dari biasa. Artinya, nilai-nilai tersebut tidak
pendekatan yang pernah dilakukan dijadikan pokok bahasan yang
dalam kurikulum sebelumnya. Pendidi- dikemukakan seperti halnya ketika
kan Karakter tidak diajarkan sebagai mengajarkan suatu konsep, teori,
sebuah mata pelajaran dan juga bukan prosedur, atau pun fakta seperti dalam
sebuah konten yang dipelajari untuk mata pelajaran agama, bahasa
pengembangan kemampuan kognitif. Indonesia, PKn, IPA, IPS, matematika,
Materi Pendidikan Karakter adalah nilai pendidikan jasmani dan kesehatan,
dan pengembangannya diarahkan ke seni, ketrampilan, dan sebagainya.
kemampuan afektif (menerima, mere- Materi pelajaran biasa digunakan
spon, menilai, mengorganisasi, dan sebagai bahan atau media untuk
karakterisasi). Sesuai dengan sifat ma- mengembangkan nilai-nilai budaya dan
teri afektif maka nilai-nilai dalam Pen- karakter bangsa. Oleh karena itu guru
didikan Karakter tidak diajarkan atau tidak perlu mengubah pokok bahasan
ditransfer tetapi ditumbuhkan (inculcate) yang sudah ada tetapi menggunakan
pada diri peserta didik bersamaan den- materi pokok bahasan itu untuk
gan waktu mereka belajar suatu pokok mengembangkan nilai-nilai budaya dan
bahasan. Proses belajar setiap pengeta- karakter bangsa. Juga, guru tidak harus
huan dari setiap pokok bahasan diguna- mengembangkan proses belajar khusus
kan sebagai media untuk mengembang- untuk mengembangkan nilai. Suatu hal
kan nilai-nilai tersebut. yang selalu haruss diingat bahwa satu
Berikut ada lah prin sip ya ng aktivitas belajar dapat digunakan untuk
digunakan dalam Pendidikan Karakter: mengembangkan kemampuan dalam
Pertama, berkelanjutan mengandung ranah kognitif, afektif dan psikomotor.
makna bahwa proses pengembangan Konsekuensi dari prinsip ini nilai-
nilai-nilai budaya dan karakter bangsa nilai budaya dan karakter bangsa tidak
adalah sebuah proses panjang dimulai ditanyakan dalam ulangan ataupun
dari awal peserta didik masuk sampai ujian. Walaupun demikian, peserta
selesai dari suatu satuan pendidikan. didik perlu mengetahui pengertian dari
Sejatinya, proses tersebut dimulai dari suatu nilai yang sedang mereka tum-

86
Paramita Vol. 22, No.Pendidikan
1 - JanuariSejarah untuk Memperkuat Pendidikan Karakter - S. Hamid Hasan
2012: 1-130

buhkan pada diri mereka. Mereka tidak gai mata pelajaran merupakan salah
boleh berada dalam posisi tidak tahu satu mata pelajaran yang memiliki po-
dan tidak paham makna nilai terebut. tensi besar dalam mengembangkan pen-
Keempat, proses pendidikan dila- didikan karakter. Meski pun program
kukan peserta didik secara aktif. Prinsip sejarah merupakan salah satu bagian
ini menyatakan bahwa proses pendidi- dari orkestra pendidikan karakter, ma-
kan nilai-nilai budaya dan karakter teri pendidikan sejarah yang khas dan
bangsa dilakukan oleh peserta didik penuh dengan nilai memiliki paling
bukan oleh guru. Guru menerapkan memiliki potensi kuat untuk memper-
prinsip ”tut wuri handayani” dalam kenalkan kepada peserta didik tentang
setiap perilaku yang ditunjukkan bangsa dan aspirasinya di masa lampau.
peserta didik. Melalui pelajaran sejarah peserta didik
Diawali dengan perkenalan dapat melakukan kajian mengenai apa
terhadap pengertian nilai yang dan bila, mengapa, bagaimana, serta
dikembangkan maka guru menuntun akibat apa yang timbul dari jawaban
peserta didik agar secara aktif (tanpa masyarakat bangsa di masa lampau
mengatakan kepada peserta didik tersebut terhadap tantangan yang
bahwa mereka harus aktif tapi guru mereka hadapi serta dampaknya bagi
merencanakan kegiatan belajar yang kehidupan pada masa sesudah
menyebabkan siswa aktif merumuskan peristiwa itu dan masa kini. Materi pen-
pertanyaan, mencari sumber informasi didikan sejarah mampu mengembang-
dan mengumpulkan informasi dari kan potensi peserta didik untuk men-
sumber, mengolah informasi yang genal nilai-nilai bangsa yang diper-
sudah dimiliki, merekonstruksi data/ juangkan pada masa lalu, diper-
fakta/nilai, menyajikan hasil tahankan dan disesuaikan untuk ke-
rekonstruksi/proses pengembangan hidupan masa kini, dan dikembangkan
nilai) menumbuhkan nilai-nilai budaya lebih lanjut untuk kehidupan masa de-
dan karakter pada diri mereka melalui pan. Bangsa Indonesia masa kini beserta
berbagai kegiatan belajar yang terjadi di seluruh nilai dan kehidupan yang ter-
kelas, sekolah, dan tugas-tugas di luar jadi adalah hasil perjuangan bangsa
sekolah. Keempat prinsip pembelajaran pada masa lalu dan akan menjadi modal
tersebut menghendaki adanya berbagai untuk perjuangan kehidupan pada masa
perubahan dalam perencanaan, menatang.
pelaksanaan dan evaluasi hasil belajar. Materi sejarah memberikan infor-
masi mengenai keberhasilan dan kega-
galan bangsa dalam menjawab tan-
POTENSI PENDIDIKAN SEJARAH tangan zaman sehingga menjadi milik
DALAM PENDIDIKAN KARAKTER bangsa masa kini. Tindakan apa yang
dilakukan para pelaku sejarah yang ti-
Mata pelajaran Sejarah memiliki dak berhasil mencapai tujuan dan per-
arti strategis dalam pembentukan watak buatan apa yang mereka lakukan yang
dan peradaban bangsa yang bermarta- berhasil mencapai tujuan. Materi yang
bat serta dalam pembentukan manusia tercantum dalam cerita sejarah bukan
Indonesia yang memiliki rasa kebang- hanya cerita sukses tetapi juga cerita
saan dan cinta tanah air. Dengan karak- kegagalan. Keberhasilan dan kegagalan
ter materi yang dinyatakan dalam Pera- adalah hal yang terjadi dalam ke-
turan Mendiknas, pendidikan sejarah, hidupan nyata manusia. Kedua sisi ke-
baik sebagai bagian IPS mau pun seba- hidupan itu, keberhasilan dan kega-

87 87
Paramita Vol. 22, No. 1 - Januari 2012: 1-130

galan, menjadi pelajaran penting. De- dan berkembang di wilayah nusantara


ngan sifat materi yang demikian, dalam menjadi penyatu dalam gerak
mengembangkan pendidikan karakter, masyarakat. Tekad untuk mendirikan
materi pendidikan sejarah merupakan bangsa dan negara yang dimulai sejak
mengembangkan fungsi pendidikan se- tahun 1928 dilanjutkan dengan
jarah sebagai “bank of examples for solving perjuangan pada masa-masa berikutnya
present problems and chartering future ac- sampai dengan proklamasi
tion” (Wineburg, 2001) terkikis oleh sua- kemerdekaan oleh para pemimpin
sana batin bangsa dan keterbatasan ke- organisasi-organisasi baru ini,
bijakan pendidikan yang menempatkan kemudian dilanjutkan oleh Pemerintah
pengetahuan di atas segalanya dan seluruh anggota bangsa dari negara
Selanjutnya, sebagaimana yang Republik Indonesia. Oleh karena itu,
dikemukakan Prof. Dr. Sartono melalui materi pendidikan sejarah pe-
Kartodirdjo (1997), salah satu fungsi serta didik belajar mengenal bangsanya
belajar sejarah untuk mengenal siapa dan dirinya.
diri kita sebagai bangsa. Pengenalan Dalam membangun memori
jatidiri yang dikemukakan Sartono kolektif bangsa perlu pemikiran yang
sangat penting sebagaimana dikatakan lebih mendalam mengenai materi pen-
Cartwright (1999:44) bahwa "our personal didikan sejarah. Materi pendidikan se-
identity is the most important thing we pos- jarah akan mampu membangun memori
sess" dan kehilangan jatidiri berarti kehi- kolektif sebagai bangsa hasil belajar apa-
langan eksistensi bangsa. Sebagaimana bila ada proses identifikasi yang kuat
dikemukakan Cartwright identitas pri- dari peserta didik terhadap peristiwa
badi atau kelompok tersebut "defines who sejarah yang dipelajari. Untuk itu ada
and what we are. The way we feel about our- beberapa kriteria dalam memilih materi
selves, the way we express ourselves and the pendidikan sejarah: Pertama, identifikasi
way other people see us are all vital elements yang kuat terjadi apabila setiap peserta
in the composition of our individual person- didik merasakan adanya keterwakilan
ality". Dalam fungsi ini materi pendidik- nenek moyang dalam perjuangan mem-
an sejarah harus mampu mengembang- bangun bangsa ini sejak zaman yang
kan memori kolektif sebagai bangsa paling tua yang dapat diketahui dari
pada diri peserta didik. sumber sejarah yang tersedia. Secara
Bangsa Indonesia dilahirkan oleh sederhana hal in i t e rce rm in dari
para pemimpin bangsa yang peristiwa sejarah dari suatu unit peme-
mengembangkan kepemimpinan dan rintahan atau budaya. Unit pemerin-
mendapat legalitas dari masyarakat tahan mungkin saja pada satuan pro-
Nusantara. Para pemimpin bangsa pinsi atau jika mungkin pada satuan di
tersebut bukan berasal dari organisasi bawahnya (kabupaten/ kota atau
politik tradisional (kerajaan) yang telah bahkan kecamatan). Unit budaya di-
ada di nusantara tetapi keberadaan wakili oleh suku. Tentu saja kedua krite-
negara-negara Nusantara itu telah ria ini tidak harus digunakan secara
menjadi aspirasi dan inspirasi mereka terpisah atau pun keduanya harus ter-
untuk membangun sebuah negara dan penuhi. Apabila salah satu dari kriteria
bangsa. Mereka adalah pemimpin yang ini terpenuhi terutama unit pemerin-
m e n d a p a tk a n p e n ga k u a n s e b a g a i tahan maka hal tersebut dapat dianggap
pemimpin bangsa atas dasar organisasi cukup.
baru yaitu organisasi agama, ekonomi, Kedua, periode yang penting
politik, sosial, budaya yang menyebar dalam perwakilan itu adalah sejak ke-

88
Paramita Vol. 22, No.Pendidikan
1 - JanuariSejarah untuk Memperkuat Pendidikan Karakter - S. Hamid Hasan
2012: 1-130

bangkitan nasional. Periode ini penting peristiwa sejarah yang dipelajarri di SD


karena perjuangan pada masa ini lebih dengan yang di SMP: apakah meru-
merakyat, pemimpin perjuangan tidak pakan perluasan wilayah, penambahan
terpilih karena keturunan/darah tetapi peristiwa ataukah pendalaman. Perta-
lebih pada kemampuan, arah perjuan- nyaan ini harus dijawab dengan penuh
gan lebih jelas dan tegas pada pemben- kehati-hatian karena tingkat kemam-
tukan negara dan bangsa Indonesia. puan peserta didik SD kelas 1-4 berbeda
Ketiga, perlu keseimbangan dibandingkan dengan tingkat kemam-
peristiwa sejarah yang dipelajari peserta puan peserta didik SD kelas 5-6, dan
didik antara peristiwa yang terjadi di dapat dikatakan peserta didik kelas 5-6
wilayah tempat tinggalnya (dalam unit SD memiliki jenjang kemampuan ber-
propinsi atau di bawahnya) dengan pikir operasional yang sama dengan
peristiwa yang terjadi di daerah lain. anak SMP.
Pengkajian dan pemilihan tersebut ha- Sesuai dengan tiga konsep waktu
rus berani dalam menentukan berupa sejarah, materi pendidikan sejarah yang
penambahan atau penghapusan bercerita tentang perjuangan manusia di
peristiwa-peristiwa sejarah yang secara masa lampau harus memiliki potensi
tradisional ada pada kurikulum. untuk dipelajari dan diterapkan dalam
Keempat, peristiwa sejarah yang kehidupan masa kini. Pemanfaatan in-
terjadi di lingkungan propinsi, kabu- formasi yang diperoleh dari pendidikan
paten/ kota atau di bawahnya yang sejarah bagi kehidupan masa kini men-
dinytakan/dianggap sebagai peristiwa jadi sangat penting untuk memaksimal-
sejarah nasional memiliki prioritas un- kan potensi pendidikan sejarah sebagai
tuk dipilih tetapi peristiwa sejarah yang pelajaran bagi generasi masa kini, seba-
dinyatakan/dianggap sebagai peristiwa gaimana dinya taka n oleh Borries
sejarah lokal dapat dipilih untuk dijadi- (Stearns, Sexas dan Weinburg, 2000:
kan pokok bahasan tambahan apabila 247):
peristiwa sejarah tingkat nasional tidak/
belum diketahui. morally judge historical events according
Kelima, organisasi materi pendidi- to the standards of human and civil
rights; explain the situation in the world
kan sejarah di mulai dari peristiwa yang
today and find out the tendencies of
terjadi di lingkungan terdekat pada diri change; acknowledge the traditions, char-
peserta didik sampai ke tingkat nasional acteristics, values, and tasks of our nation
dan internasional. Materi pendidikan and society; values the preservation of
sejarah harus memberikan kesempatan historical relics and old buildings; inter-
kepada peserta didik untuk mengenal nalize basic democratic value.
masyarakat terdekatnya (dari tinjauan
historis) sampai kepada bangsanya dan Atas dasar apa yang telah dikemu-
ummat manusia (sejarah kota/ kakan jelas terlihat bahwa materi pen-
kabupaten, sejarah propinsi, sejarah na- didikan sejarah sangat potensial bahkan
sional). esensial untuk mengembangkan pen-
Berdasarkan kriteria yang dike- didikan budaya dan karakter bangsa.
mukakan di atas dirasakan perlu ada Untuk itu materi pendidikan sejarah
peninjauan ulang untuk pokok ba- harus berubah dari materi yang kaya
hasan/materi pokok pendidikan sejarah fakta tapi kering nilai menjadi materi
untuk SD/MI dan SMP/MTs. Penin- yang mencakup materi yang dapat
jauan ulang itu harus menjawab pertan- menjelaskan kenyataan kehidupan masa
yaan apa kaitan kesinambungan antara kini, arah perubahan yang sedang ter-

89 89
Paramita Vol. 22, No. 1 - Januari 2012: 1-130

jadi, tradisi, nilai, moral, semangat per- didikan dasar materi pendidikan sejarah
juangan yang hidup di masyarakat harus dijadikan materi pendidikan bagi
ketika suatu peristiwa sejarah terjadi seluruh anak bangsa yang mengikuti
dan masih diwarisskan hingga masa jenjang pendidikan dasar. Artinya, ma-
kini. Tentu saja pernyataan ini tidak teri pendidikan sejarah harus dipelajari
menidakkan potensi materi lain yang seluruh peserta didik selama 9 tahun
juga harus berama-sama pendidikan sehingga mereka memiliki memori
s e j a r a h be r u p a y a be r s a m a un t u k kolektif sebagai suatu bangsa yang cu-
mengembangkan pendidikan karakter. kup, berpikir dan bersikap sebagai war-
ganegara yang bertanggungjawab, ber-
sikap kreatif dan produktif, memiliki
REVITALISASI PENDIDIKAN SE- rasa ingin tahu dan kemampuan belajar
JARAH UNTUK PENDIDIKAN sepanjang hayat. Oleh karena itu, tujuan
KARAKTER pendidikan sejarah (dalam IPS)
memiliki tugas mengembangkan penge-
Sebagaimana dikemukakan di atas tahuan dasar tentang peristiwa sejarah
bahwa kebijakan kurikulum yang diten- di tanah air yang diperlukan untuk
tukan menempatkan pendidikan karak- membangun memori kolektif sebagai
ter sebagai pendidikan yang dilaksana- bangsa, memiliki wawasan dan cara
kan melalui semua mata pelajaran dan pandang sebagai satu bangsa, berke-
semua jenjang pendidikan (pendidikan mampuan untuk mengembangkan ke-
dasar, menengah, dan tinggi). Meski hidupan dirinya, masyarakat, dan bang-
pun demikian, pembahasan mengenai sanya dalam suatu kehidupan yang
peran pendidikan sejarah tetap diperlu- disiplin, produktif, bertangungjawab,
kan mengingat berbagai penyesuaian demokratis, dan sehat. Untuk itu maka
dan pengembangan dalam tujuan dan revitalisasi pendidikan sejarah meliputi
materi pendidikan sejarah harus dilaku- tujuan, materi pembelajaran, proses
kan. Lagipula pula posisi kurikulum pembelajaran, dan asesmen hasil belajar.
pendidikan sejarah pada jenjang pen-
didikan dasar dan menengah berbeda
mengingat fungsi dan tujuan pendidi- Tujuan Pendidikan Sejarah
kan dasar berbeda dari pendidikan me-
nengah. Tujuan pendidikan sejarah di pen-
Pada jenjang pendidikan dasar didikan dasar (SD/MI dan SMP/MTs)
pendidikan sejarah merupakan bagian untuk dapat mengembangkan nilai dan
dari pendidikan Ilmu Pengetahuan karakter bangsa pada peserta didik
Sosial, kedudukan ini sama dengan adalah: (1) Mengembangkan pengeta-
kedudukan di kurikulum SMK. Sedang- huan dan pemahaman tentang berbagai
kan di SMA, pendidikan sejarah men- peristiwa sejarah penting dan esensial
jadi mata pelajaran yang berdiri sendiri. untuk membangun memori kolektif se-
Perbedaan tersebut disebabkan oleh bagai bangsa; (2) Mengembangkan se-
perbedaan fungsi materi sejarah sebagai mangat kebangsaan; (3) Mengembang-
media pendidikan. Di jenjang pendidi- kan daya berpikir kronologis, kritis dan
kan dasar materi pendidikan sejarah kreatif; (4) Mengembangkan rasa ingin
memiliki peran yang sangat berat dalam tahu; (5) Preservasi kecemerlangan masa
memupuk rasa kebangsaan melalui lalu; (6) Membangun kejujuran, kerja
pengembangan “collective memory” seba- keras, dan tanggungjawab; (7)
gai bangsa. Selain itu, pada jenjang pen- mengembangkan nilai dan sikap

90
Paramita Vol. 22, No.Pendidikan
1 - JanuariSejarah untuk Memperkuat Pendidikan Karakter - S. Hamid Hasan
2012: 1-130

kepahlawanan, kepemimpinan dan jang SMA pendalaman suatu peristiwa


inspirasi; (8) mengembangkan persaha- sejarah sudah menjadi suatu keharusan.
b a t a n da n k e p e d u l i a n s os i a l ; ( 8 ) Melalui pendalaman terebut peserta
mengembangkan kemampuan berko- didik mampu menemukan nilai-nilai
munikasi; (9) mengembangkan kemam- dari suatu peristiwa sejarah. Mereka da-
puan mencari, mengolah, mengemas, pat memantapkan nilai tadi melalui
dan mengkomunikasikan informasi. diskusi kelas dan melakukan upaya in-
Pada pendidikan sejarah di SMA/ ternalisasi nilai-nilai.
MA tujuan pendidikan sejarah sudah
berkembang mengarah kepada pemaha-
man secara mendalam berbagai Materi Pendidikan Sejarah
p e r i s t i w a s e j a r a h y a n g d ia n g g a p
penting untuk membangun kemam- Tujuan pendidikan sejarah di jen-
puan berpikir kritis, kemampuan bela- jang pendidikan dasar memberikan
jar, rasa ingin tahu, kepedulian sosial rambu-rambu mengenai pemilihan
dan semangat kebangsaan. Sesuai den- peristiwa sejarah untuk menjadi pokok
gan kebijakan mengenai wajib belajar bahasan. Dengan rambu-rambu ini
sembilan tahun dan kenyataan bahwa maka peritiwa sejarah terpilih harus
hanya sebagian saja dari masyarakat memberikan keadaran kepada diri pe-
Indonesia yang mampu mengikuti pen- serta didik tentang bangsa ini, nilai-nilai
didikan di SMA maka pendidikan se- yang diperjuangkan bangsa, semangat
jarah di SMA sudaah lebih terarah persatuan yang mengalami berbagai
kepada persiapan bagi mereka yang tantangan dan hambatan tetapi selalu
akan melanjutkan ke perguruan tinggi. dapat diselesaikan dengan baik. Pemili-
Mereka yang mengikuti pendidikan se- han peristiwa itu harus dimulai dari
jarah adalah mereka yang dianggap peristiwa yang paling dekat dengan
memiliki perhatian dan minat khusus lingkungan peserta didik, meluas
terhadap sejarah. Pendidikan sejarah hingga ke peristiwa yang bersifat na-
tidak lagi menjadi pendidikan untuk sional.
semua peserta didik. Kedalaman pengetahuan dan pe-
Atas dasar pemikiran tersebut mahaman suatu peristiwa bukan tujuan
maka tujuan pendidikan sejarah di SMA utama tetapi keluasan cakupan
adalah: (1) Mengembangkan kemam- peristiwa adalah sangat penting. Mem-
puan berpikir kronologis, kritis dan bangun suatu memori kolektif bangsa
kreatif; (2) Membangun kepedulian harus memperhatikan keberimbangan
sosial; (3) Mengembangkan semangat peristiwa satu daerah dengan daerah
kebangsaan; (4) Membangun kejujuran, lainnya sehingga setiap warga men-
kerja keras, dan tanggungjawab; (5) genal adanya perjuangan daerah lain
Mengembangkan rasa ingin tahu; (6) dalam mendirikan, mempersatukan,
M e n g e m b a n g k a n n il a i d a n s i k a p dan mengembangkan kehidupan ke-
kepahlawanan serta kepemimpinan; (7) bangsaan (tidak lagi bersifat Jawa Sen-
mengembangkan kemampuan berko- tris sebagaimana yang terjadi pada saat
munikasi; (8) mengembangkan kemam- kini).
puan mencari, mengolah, mengemas, Pemilihan peristiwa sejarah untuk
dan mengkomunikasikan informasi. dijadikan pokok bahasan dalam kuriku-
Tentu saja jumlah butir tujuan bu- lum sejarah sudah lebih berdasarkan
kanlah suatu indikasi tingkat kedala- prinsip ketertarikan peserta didik pada
man atau kesulitan pelajaran. Pada jen- suatu peristiwa dan kebermaknaan

91 91
Paramita Vol. 22, No. 1 - Januari 2012: 1-130

suatu peristiwa dalam mengembangkan tersebut harus tetap menjamin keajegan


tujuan. Pokok bahasan tidak lagi men- organisasi horizontal dengan kelas lain
jadi daftar “entry” peristiwa sejarah dan mata pelajaraan lain serta keajegan
yang tersebar sedemikian banyak seba- vertikal.
gaimana layaknya sebuah encyclopedia. Kedua, memasukkan nilai Pendidi-
Peristiwa penting sejarah nasional dan kan Karakter dalam Rencana Pelak-
sejarah daerah haruslah dikemas dalam sanaan Pembelajaran (RPP) yang dikem-
“strand” yang dinamakan oleh bangkan guru sejarah. Format yang te-
Waterworth (2000: 19) sebagai kemasan lah digunakan oleh satuan pendidikan
yang "menampung atau memperluas dapat digunakan tetapi diperkaya de-
apresiasi peserta didik terhadap ngan menambah kolom nilai. Selanjut-
peristiwa sejarah yang dipelajarinya". nya perlu diingat bahwa dengan adanya
Atas dasar pemikiran tersebut nilai yang ditambahkan maka: (1) Tu-
maka peritiwa-peristiwa sejarah dike- juan pembelajaran dan materi pembela-
mas dalam “strands” sebagai berikut: (1) jaran harus diperkaya dengan pengua-
asal usul dan warisan bangsa indonesia saan nilai, (2) Proses pembelajaran
dan dunia; (2) tokoh dan hari besar (metoda dan langkah) yang dipilih ha-
bangsa; (3) kehidupan awal kenegaraan rus sesuai untuk mengembangkan nilai
masyarakat indonesia; (4) awal ke- melalui proses belajar siswa aktif de-
hidupan bangsa indonesia modern; (5) ngan pendekatan pembelajaran tidak
kelahiran negara dan bangsa indonesia langsung (indirect teaching).
modern; (6) perkembangan kehidupan Ketiga, melaksanakan pembela-
pemerintahan negara dan bangsa indo- jaran sesuai dengan RPP dengan mem-
nesia masa kini; (7) peran bangsa indo- perhatikan proses pembelajaran untuk
nesia dalam membangun masyarakat penguasaan ketrampilan dan inter-
dunia; (8) kehidupan bangsa indonesia nalisasi nilai. Keempat, melaksanakan
masa kini dan perannya dalam per- penilaian hasil belajar
damaian dunia.

Proses Pembelajaran
Integrasi Nilai Pendidikan Karakter
ke dalam Kurikulum SD/MI, SMP/ Sebagaimana telah dikemukakan
MTS, dan SMA/MA di atas, belajar aktif adalah konten kuri-
kulum yang termasuk dalam kategori
Pengintegrasian atau mungkin ketrampilan (intelektual dan psikomo-
lebih tepat disebut “alignment” adalah torik) dan nilai serta sikap. Konten ku-
suatu proses memperkaya mata pela- riulum dalam kedua kategori ini ber-
jaran Sejarah yang sedang dilaksanakan beda dari konten pengetahuan. Konten
dengan nilai dalam Pendidikan Karak- pengetahuan adalah konten yang dipe-
ter. Proses tersebut dilakukan melalui lajari tetapi sekaligus digunakan sebagai
langkah-langkah berikut: Pertama, me- wahana atau media untuk mengem-
masukkan nilai terpilih dari Pendidikan bangkan konten ketrampilan dan sikap
Karakter ketrampilan dalam silabus serta nilai. Dengan perkataan lain,
pelajaran IPS dan Sejarah Jika mata pe- ket iga ke lom pok kon ten te rs ebut
lajaran sejarah untuk masing-masing (pengetahuan, ketrampilan, nilai dan
kelas tersebut dilakukan oleh seorang sikap) terintegrasi dalam kegiatan pem-
guru maka proses memasukkan nilai belajaran dan dalam rancangan kuriku-
dilakukan secara individual tetapi guru lum, silabus dan RPP. Artinya, konten

92
Paramita Vol. 22, No.Pendidikan
1 - JanuariSejarah untuk Memperkuat Pendidikan Karakter - S. Hamid Hasan
2012: 1-130

yang dikategorikaan sebagai nilai dan awal sampai semster terakhir suatu
sikap hanya dapat dikembangkan de- satuan pendidikan atau bahkan satu jen-
ngan baik melalui pembelajaran me- jang pendidikan.
ngenai pengetahuan melalui aktivitas Nilai dan sikap yang perlu dikem-
belajar aktif tetapi dalam suatu proses bangkan untuk keberhasilan belajar ak-
pembelajaran tidak langsung (indirect tif terutama untuk jenjang belajar aktif
teaching). Dengan perkataan lain, ketika “autonomous” adalah rasa ingin tahu
terjadi proses pembelajaran mengenai (curiosity), sabar, inovatif, kreatif, dan
pengetahuan yang terkandung dalam mandiri. Nilai-nilai ini dikembangkan
sebuah peristiwa sejarah maka pada bersamaan (indirect teaching) ketika pe-
saat bersamaan dikembangkan penana- serta didik mempelajari materi pokok
man nilai dan sikap. bahasan yang terdapat pada sebuah
Sebagaimana dikatakan oleh Bor- SK/KD dan mengembangkan kemam-
well dan Eison (1991) dalam pengem- puan kognitif serta psikomotorik.
bangan pembelajaran ada 5 hal yang Pendekatan “curriculum based”
perlu diperhatikan, yaitu: atau “school based” menuntut implemen-
tasi kurikulum sebagai satu kesatuan
(1) student involvement beyond mere pelaksanaan guru di sekolah dalam satu
listening; (2) more emphasis on the devel- kesatuan. Guru di bawah pimpinan
opment of skills and less on transmittal of
kepala sekolah secara bersama-sama
information; (3) student involvement in
higher order thinking skills; (4) student (sebagai suatu “community of educators)
involvement in activities, such as reading, merencanakan implementasi kuriku-
discussing, writing; and (5) an emphasis lum, melaksanakan proses implementasi
on students’ exploration of values and di kelas-sekolah-masyarakat, dan dalam
attitudes. penilaian hasil belajar serta langkah tin-
dak lanjut. Implementasi kurikulum
Rancangan kurikulum, terutama yang berdasarkan “subject-based” secara
organisasi konten kurikulum harus terpisah dan dilakukan guru secara
memperhitungkan kelima hal di atas. terpisah pula, sebagaimana yang ba-
Untuk unsur pertama dikembangkan nyak dilaksanakan di sekolah pada saat
dalam bentuk proses pembelajaran. Se- sekarang, menimbulkan ancaman keti-
dangkan keempat unsur lain perlu se- dakberhasilan penerapan belajar aktif.
cara eksplisit tercantum dalam or- Lagipula, praktek semacam itu tidak
ganisasi konten kurikulum. bersesuaian dengan pengertian kuriku-
Pada pengembangan ini perlu lum yang dikemukakan di awal bagian
“interwoven” konten pengetahuan yang ini. Keberhasilan implementasi kuriku-
terdapat pada pokok bahasan/topik, lum sebagai satu kesatuan ide peda-
ketrampilan belajar aktif yang harus gogis pengembang kurikulum menjadi
dikembangkan dan nilai serta sikap. keharusan dalam kurikulum yang
Ketrampilan belajar aktif perlu dirinci mengembangkan konten ketrampilan,
sehingga pengembangan ketrampilan nilai, dan sikap. Pelaksanaan implemen-
itu dapat dilakukan pada semester awal tasi kurikulum sebagaimana yang ba-
dan dikembanglanjutkan pada semester nyak dilakukan pada saat sekarang
berikutnya. Sedangkan nilai dan sikap hanya sesuai untuk kurikulum yang
tidak dirinci dalam nilai dan sikap yang berfokus pada pengembangan konten
harus dikembangkan pada semester pengetahuan berupa hafalan dan pema-
awal dan lanjutan. Berbeda dari ketram- haman terhadap pengetahuan (tentang
pilan, sikap selalu dikembangkan dari fakta, istilah, kategori, definisi, penda-

93 93
Paramita Vol. 22, No. 1 - Januari 2012: 1-130

pat, prosedur, prinsip, generalisasi, te- sosial, budaya, ekonomi yang timbul
ori, teknik, metoda, kriteria, dan seba- dalam kehidupan keseharian
gainya). masyarakat dan bangsa; (7) memiliki
semangat kebangsaan dan
menerapkannya dalam kehidupan
Penilaian Hasil Belajar Sejarah kebangsaan. Untuk penilaian hasil bela-
jar karakter dapat digunakan berbagai
Perubahan dalam fungsi dan tu- alat seperti observasi, performance assess-
juan mata pelajaran sejarah memerlukan ment, dan port-folio assessment. Tes objek-
perubahan dalam asesmen hasil belajar. tif tidak dapat diunakan untuk hasil be-
Model “classroom assessment” digunakan lajar karakter.
sebagai pendekatan penilaian hasil bela-
jar mata pelajaran Sejarah. Model ini
menekankan pada “formative assessment” SIMPULAN
dengan tujuan penilaian adalah: Per-
tama. Menentukan aspek dari hasil bela- Berdasarkan uraian di atas maka
jar Sejarah yang sudah dan belum di- materi pendidikan sejarah baik sebagai
kuasai peserta didik sesudah suatu IPS mau pun sebagai mata pelajaran
proses pembelajaran. Kedua, umpan yang berdiri sendiri sangat penting dan
balik bagi peserta didik untuk memper- memiliki kontribusi tinggi terhadap
baiki hasil belajar yang kurang atau be- Pendidikan Budaya dan Karakter
lum dikuasai. Ketiga, umpan balik bagi Bangsa. Peran yang penting itu dilaku-
guru untuk memberikan bantuan bagi kan dengan mengubah berbagai aspek
peserta didik yang mengalami masalah terkait dengan tujuan dan materi pen-
dalam penguasaan pengetahuan, ke- didikan sejarah. Oleh karena itu, perlu
mampuan, nilai dan sikap. Keempat, um- perubahan dari penghafalan kata men-
pan balik bagi guru untuk memperbaiki jadi pengetahuan dan berpikir, dari
perencanaan pembelajaran berikutnya. jawa sentries, menjadi meliputi daerah
Apa yang dinilai dalam asesmen lain. Dari menerima pengetahuan, men-
hasil belajar sejarah baik dalam bentuk jadi pengembangan pengetahuan. Dari
pengetahuan, ketrampilan kognitif, tidak terkait dengan masa kini, menjadi
psikomotorik, nilai dn sikap perlu dapat diterapkan dalam kehidupan
dinyatakaan secara eksplisit: (1) sekarang. Kemudian dari belajar tentang
pengetahuan dan pemahaman tentang hasil menjadi belajar tentang manusia/
peristiwa sejarah lokal dan nasional; (2) masyarakat yang menghasilkan, serta
k e m a m p u a n m e n g k o m un i k a s i k a n perubahan dari kurang mengandung
pemahamannya mengenai peristiwa nilai, menjadi syarat dengan nilai.
sejarah dalam bahasa lisan dan tulisan;
(3) kemampuan menarik pelajaran/nilai
dari suatu peristiwa sejarah; (4) DAFTAR PUSTAKA
kemampuan menerapkan pelajaran/
nilai yang dipelajari dari peristiwa Hasan, S.H. 2007. “Pendidikan Sejarah un-
sejarah dalam kehidupan sehari-hari; (5) tuk Pengembangan Potensi Kemanu-
kemampuan melakukan kritik terhadap siaan Peserta Didik”. Makalah. Dike-
sumber dan mengumpulkan informasi mukakan pada Kongres Masyaraat
Sejarah Indonesia
dari sumber; (6) kemampuan berfikir
Jakubowski,C.T. 2002. ”Teaching World His-
historis dalam mengkaji berbagai tory: Problems and Promises Faced by
peristiwa sejarah dan peristiwa politik, Young Teachers”. World History Bulle-

94
Paramita Vol. 22, No.Pendidikan
1 - JanuariSejarah untuk Memperkuat Pendidikan Karakter - S. Hamid Hasan
2012: 1-130

tin. XVIII, 2. Levstik, L.S. 2000. “Articulating the Silences:


Borries, Bodo von. 2000. “Methods and Teachers’ and Adolescents’ Concep-
Aims of Teaching History in Europe: tions of Historical Significance”,
A Report on Youth and History”. dalam Stearns,P.N., P. Seixas, dan S.
Knowing Teaching & Learning History: Wineburg. Knowing Teaching and
National and International Perspectives Learning History: National and Interna-
(Eds. Stearns, P.N., Seixas,P., Wine- tional Perspectives, Knowing Teaching
burg,S.). New York: New York Uni- and Learning History: National and In-
versity Press ternational Perspectives.
Koblin, D. 1996. Beyond the Textbook: teaching Wineburg, S. 2000. Making Histrotical Sense,
history using documents and primary dalam Knowing Teaching and Learning
sources. Portsmouth, NH: Heinemann. History: National and International Per-
Pusat Pengembangan Kurikulum (2010). spectives. New York: New York Uni-
Pedoman Pengembangan Pendidikan versity Press
Budaaya dan Karakter Bangsa bagi Wineburg, S. 2001. Historical Thinking and
Sekolah. Jakarta: Kementrian Pendidi- Other Unnatural Acts: Charting the Fu-
kan Nasional ture of Teaching the Past. Philadelphia:
Temple University Press

95 95

Anda mungkin juga menyukai