Anda di halaman 1dari 12

TUGAS RESUME

PROGRAM KESEHATAN/KEBIJAKAN DALAM MENANGGULANGI MASALAH


KESEHATAN UTAMA DI INDONESIA : PROGRAM PEMBINAAN KESEHATAN KOMUNITAS
(GIZI MASYARAKAT, PROGRAM DAN PENGEMBANGAN KOTA SEHAT DLL)

OLEH:

ENDAH SUMINAR

NIM :

2201140666

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KENDEDES MALANG

2022
PROGRAM PEMBINAAN KESEHATAN KOMUNITAS

1. Latar Belakang Program Pembinaan Kesehatan Komunitas

Sesuai dengan dengan amanat dari Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 yang
mengatur tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional, Kementerian Kesehatan
telah menyusun Rencana Strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019 yang
ditetapkan dalam Keputusan Menteri Kesehatan Nomor HK.02.02/MENKES/52/2015.
Menindaklanjuti hal tersebut, maka Direktur Jenderal Kesehatan Masyarakat menyusun
Rencana Aksi sebagai dasar atau acuan untuk unit sakter direktorat di lingkup Direktorat
Jenderal Kesehatan Masyarakat dalam melakukan kegiatan.

Rencana Aksi Program Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat merupakan


dokumen perencanaan kegiatan aksi dan unggulan yang memuat Program Kesehatan
Masyarakat dalam upaya meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat.

Rencana Aksi ini telah menyesuaikan dengan perubahan struktur organisasi


Kementerian Kesehatan yang ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan
Nomor 64 Tahun 2015 tentang Struktur Organisasi dan Tata Kerja Kementerian
Kesehatan.

2. Maksud Dan Tujuan Program Pembinaan Kesehatan Komunitas


a. Rencana Aksi Program Kesehatan Masyarakat ini dimaksudkan sebagai
acuan bagi penanggung jawab program lingkup Direktorat Jenderal Kesehatan
Masyarakat dalam pelaksanaan kegiatan.
b. Tujuan dari pelaksanaan Program Kesehatan Masyarakat Tahun 2015-2019
yaitu mendukung dan selaras dengan arah tujuan dari Kementerian Kesehatan
dalam “Meningkatkan Status Kesehatan Masyarakat”. Upaya peningkatan
status kesehatan masyarakat dilakukan pada semua siklus kehidupan (life of
cycle) dan upaya kesehatan yang berkelanjutan (continuum of care) yaitu pada
kelompok sasaran bayi, balita, anak sekolah, remaja, kelompok usia kerja,
maternal dan lansia.
A. GIZI MASYARAKAT
1. Indikator dan Target
Sasaran kegiatan adalah meningkatnya perbaikan gizi masyarakat. Indikator
pencapaian sasaran di tahun 2017 adalah :

a) Persentase ibu hamil Kurang Energi Kronik yang mendapat makanan tambahan
sebesar 65%;
b) Persentase ibu hamil yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) sebesar 90%;
c) Persentase bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI eksklusif sebesar
44%;
d) Persentase bayi baru lahir mendapat Inisiasi Menyusu Dini (IMD) sebesar 44%;
e) Persentase balita kurus yang mendapat makanan tambahan sebesar 80%; dan
f) Persentase remaja putri yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) sebesar
20%.
2. Penjelasan Indikator
b) Ibu hamil KEK yang mendapat makanan tambahan
1) Definisi Operasional
Ibu hamil dengan ukuran lingkar lengan atas (LiLA) < 23,5 cm yang
mendapat makanan tambahan dalam bentuk pabrikan atau bahan pangan
lokal yang diberikan minimal selama 90 Hari Makan Ibu (HMI) secara
berturut-turut.

2) Formula / Cara Perhitungan


Jumlah ibu hamil KEK yang mendapatkan makanan tambahan dibagi Jumlah
ibu hamil KEK yang ada di suatu wilayah pada periode tertentu dikali dengan
100%.

3) Sumber Data
Laporan Monitoring Puskesmas : SiGizi, Kohort ANC, Formulir pencatatan
pemberian makanan tambahan ibu hamil kurang energi kronik (KEK).

4) Waktu Pelaporan : setiap satu bulan sekali.


5) Penanggung Jawab Petugas
Gizi Puskesmas
6) Mekanisme Pelaporan
Data diperoleh secara online melalui website SiGizi dan Formulir pencatatan
pemberian makanan tambahan Ibu hamil kurang energi kronik (KEK).

c) Ibu hamil yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD)


1) Definisi Operasional
Ibu hamil yang mendapat Tablet yang mengandung Fe dan asam folat, baik
yang berasal dari Program (Tablet yang mengandung 60 mg elemental besi
dan 0.25 mg asam folat yang disediakan oleh pemerintah dan diberikan secara
gratis pada ibu hamil) maupun Mandiri (Tablet multivitamin dan mineral,
minimal mengandung elemental besi dan asam folat yang diperoleh secara
mandiri sesuai dengan anjuran) yang diberikan minimal 90 tablet selama
masa kehamilan (setiap bulannya mendapat 10 Tablet Tambah Darah).

2) Formula / Cara Perhitungan


Jumlah ibu hamil yang mendapat minimal 90 TTD dibagi Jumlah sasaran ibu
hamil yang ada di satu wilayah pada periode tertentu dikali dengan 100%.

3) Sumber Data
Laporan Monitoring Puskesmas : Kartu ibu, Kohort Antenatal Care (Kohort
Ibu), dan Buku KIA.

4) Waktu Pelaporan : setiap satu bulan sekali.


5) Penanggung Jawab
Petugas Gizi dan Bidan Puskesmas/RS

6) Mekanisme Pelaporan
Formulir monitoring bulanan ibu selama hamil dan jumlah TTD yang diterima
serta formulir pelaporan, mekanisme pelaporan melalui SiGizi.

d) Persentase bayi baru lahir yang mendapat IMD


1) Definisi Operasional
Proses inisiasi dimulai dari bayi baru lahir diletakkan segera setelah lahir
dengan posisi tengkurap di dada atau perut ibu minimal 1 jam sehingga kulit
bayi melekat pada kulit ibu.

2) Formula / Cara Perhitungan


Jumlah bayi baru lahir yang mendapat IMD dibagi Jumlah bayi baru lahir di
suatu wilayah pada periode tertentu dikali dengan 100%.
3) Sumber Data
Buku KIA, Kohort Bayi, Laporan IMD RS, Puskesmas rawat inap, Bidan Praktik
Mandiri, Kohort ibu.

4) Waktu Pelaporan :
Setiap 1 bulan dihitung secara kumulatif setahun.

5) Penanggung Jawab
Petugas Gizi dan Bidan Puskesmas.

6) Mekanisme Pelaporan
Pengiriman pelaporan secara online melalui SiGizi, dan laporan bulanan
kesehatan bayi dengan tingkat frekuensi pengamatan sebulan sekali.

e) Bayi usia kurang dari 6 bulan yang mendapat ASI Eksklusif


1) Definisi Operasional
Bayi yang mencapai umur 5 bulan 29 hari yang mendapat

ASI (Air Susu Ibu) tanpa diberikan makanan lain / pendamping pada bayi
selama 6 bulan dan dicatat melalui register pencatatan/Buku KIA/KMS (Kartu
Menuju Sehat).

2) Formula / Cara Perhitungan


Jumlah bayi yang mencapai umur 5 bulan 29 hari mendapat ASI Eksklusif
selama 6 bulan dibagi Jumlah seluruh bayi mencapai umur 5 bulan 29 hari
yang datang dan tercatat dalam register pencatatan/Buku KIA/KMS di suatu
wilayah pada periode tertentu dikali dengan 100%.

3) Sumber Data
Kohort bayi, SiGizi, dan SP2TP/ LB 3.

4) Waktu Pelaporan : Setiap 6 bulan (Februari dan Agustus).


5) Penanggung Jawab
Petugas Gizi dan Bidan Puskesmas

6) Mekanisme Pelaporan
Form ASI Eksklusif diisi setiap bulannya bersamaan dengan penimbangan di
Posyandu dan dikirim ke SiGizi Kab/Kota.

f) Balita kurus yang mendapat makanan tambahan


1) Definisi Operasional
Anak usia 6 sampai dengan 59 bulan 29 hari dengan status gizi kurus
(BB/PB atau BB/TB -3 SD sampai dengan < -2 SD) yang mendapat tambahan
asupan zat gizi di luar makanan utama dalam bentuk makanan tambahan
pabrikan yang diberikan minimal selama 90 hari secara berturut-turut.

2) Formula / Cara Perhitungan


Jumlah anak usia 6 sampai dengan 59 bulan 29 hari dengan status gizi kurus
(BB/PB atau BB/TB -3 SD sampai dengan < -2 SD) yang mendapat makanan
tambahan selama 90 hari dibagi Jumlah anak usia 6 sampai dengan 59 bulan
29 hari dengan status gizi kurus pada periode dan wilayah tertentu dikali
dengan 100%.

3) Sumber Data
Data hasil laporan pengiriman MP-ASI dari pusat, provinsi ke kabupaten serta
kabupaten ke puskesmas.

4) Waktu Pelaporan : setiap satu bulan sekali.


5) Penanggung Jawab Petugas
Gizi Puskesmas
6) Mekanisme Pelaporan
Data diperoleh secara online melaui SiGizi dengan frekuensi pengamatan
sebulan sekali dengan data yang dikumpulkan :

a. Jumlah seluruh balita kurus yang ada di wilayah tertentu pada bulan ini

b. Jumlah kasus balita kurus yang telah ditemukan dan diberikan makanan

g) Remaja putri yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD)


1) Definisi Operasional
Remaja putri yang berusia 12-18 tahun yang bersekolah di SLTP dan SLTA
/ sederajat yang mendapat tablet yang mengandung Fe dan asam folat,
baik yang berasal dari Program (Tablet yang mengandung 60 mg elemental
besi dan 0.25 mg asam folat yang disediakan oleh pemerintah dan diberikan
secara gratis pada remaja putri) maupun Mandiri (Tablet multivitamin dan
mineral, minimal mengandung elemental besi dan asam folat yang diperoleh
secara mandiri sesuai dengan anjuran) minimal 13 tablet setiap bulan (1
tablet setiap minggu dan 1 tablet setiap hari selama 10 hari masa haid,
minimal 4 bulan).

2) Formula / Cara Perhitungan


Jumlah remaja putri yang mendapat Tablet Tambah Darah (TTD) minimal
13 butir dalam sebulan dibagi Jumlah remaja putri di suatu wilayah pada
periode tertentu dikali 100%.

3) Sumber Data
Laporan Monitoring Puskesmas : LB3 SP2TP, laporan UKS termasuk
laporan TTD mandiri, dan SiGizi Puskesmas.

4) Waktu Pelaporan : Setiap 6 bulan sekali.


5) Penanggung Jawab Petugas
Gizi Puskesmas
6) Mekanisme Pelaporan
Data diperoleh secara online dengan frekuensi pengamatan sebulan sekali
dengan data yang dikumpulkan :

a. Jumlah remaja putri 12-18 tahun yang bersekolah di SLTP dan SLTA
yang ada di wilayah tertentu; dan
b. Jumlah remaja putri yang mendapat TTD.
Data diperoleh secara online melalui komdat pusdatin, email dan aplikasi SIP
(Sistem Informasi Puskesmas) sesuai dengan mekanisme data yang dibentuk.

B. PENGEMBANGAN KOTA SEHAT


a. Pengertian
Kota sehat adalah suatu kondisi kota atau kabupaten yang bersih, nyaman, aman, dan
sehat untuk dihuni penduduk yang dicapai melalui terselenggaranya penerapan beberapa
tatanan dan kegiatan yang terintegrasi yang disepakati oleh masyarakat dan pemerintah
daerahnya.
b. Dasar Hukum Kota Sehat
1) PERMENDAGRI dan Menteri Kesehatan Nomor : 34 Tahun 2005 Nomor :
138/Menkes/PB/VIII/2005 tentang Penyelenggaraan Kabupaten/Kota sehat
2) UU Nomor : 32 Tahun 2004tentang Pemerintahan Daerah
3) UU Nomor: 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan
4) UU Nomor: 25 Tahun 2004 Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional
c. Tujuan dan Sasaran Kota Sehat
• Tujuan : tercapainya kondisi Kabupaten untuk hidup dengan bersih, nyaman, aman
dan sehat untuk dihuni dan bekerja
• Sasaran : Terlaksananya program kesehatan, terbentuknya forum masyarakat yang
mampu menjalin kerjasama, terselenggaranya upaya peningkatan lingkungan fisik,
sosial dan budaya, terwujutnya kondisi yang kondusif bagi masyarakat untuk
menigkatkan produktifitas
d. Model Kota Sehat
 Dinas PU : Kawasan Permukiman, Sarana dan Prasarana umum
 Dinas Perhubungan : Kawasan sarana lalu lintas yang tertib dan Pelayanan
Transportasi
 Pertambangan : Kawasan Pertambangan sehat
 Dinas Kehutanan : Kawasan Hutan sehat
 Dinas Koperindag : Kawasan Industri dan Perkantoran sehat
 Kantor Pariwisata : Kawasan Pariwisata sehat
 Dinas Pertanian : Ketahanan Pangan dan Gizi
 Dinas Kesehatan : Kehidupan Masyarakat Sehat yang Mandiri
 Dinas Pemberdayaan Masyarakat : Kehidupan sosial Yang sehat

e. Ciri-Ciri Kota Sehat


 Pendekatan tergantung permasalahan yang dihadapi
 Berasal dari kebutuhan masyarakat, dikelola oleh masayarakat, sedangkan
pemerintah sebagai fasilitator.
 Mengutamakan pendekatan proses daripada target
 kegiatan didasarkan kesepakatan dari masyarakat
 Pendekatannya juga merupakan master plan Kota.
 Pemkab merupakan partner
 Kegiatan dicapai melalui proses dan komitmen pimpinan daerah
 harus terintegrasi kondisi fisik, ekonomi, dan budaya setempat.
f. Tatanan Kota Sehat
 Kawasan Permukiman, Sarana dan Prasarana Umum
 Kawasan Sarana Lalu Lintas Tertib & Pelayanan Transportasi
 Kawasan Industri & Perkantoran yang Sehat
 Kawasan Kawasan Pariwisata Sehat
 Kawasan Pertambangan Sehat
 Kawasan Hutan Sehat
 Kehidupan Masyarakat Sehat yang Mandiri
 Ketahanan Pangan dan Gizi
 Kehidupan Sosial yang Sehat.
g. Klasifikasi dan Kriteria Penghargaan Kab/Kota Sehat
 Klasifikasi Kab/Kota Sehat : Pemantapan, Pembinaan, dan Pengembangan
 Klasifikasi ditentukan berdasarkan jumlah tatanan yang dipilih
 Kriteria tatanan
 Kegiatan dalam tatanan
 Berfungsinya Forum Kabupaten Sehat, FKDS, dan Pokja tingkat Desa
 Berfungsinya Tim Teknis Kabupaten
1) Penghargaan “SWASTI SABA” diklasifikasikan atas 3 katagori :
 Penghargaan PADAPA (Pemantapan) dari MENKESMinmal 2 tatanan
 WIWERDA (Pembinaan) dari MENKES3 – 4 tatanan
 Penghargaan WISTARA (Pengembangan) dari PRESIDEN> 5 tatanan
 Penghargaan “WISTARA” diberikan pada taraf pengembangan
2) KotaSalatiga
“ healthy cities for better life “
 Program greenschool
 Program pengendalian merokok ditempat kerja
 Program keluarga mandiri kelola sampah
 Program konservasi air dan penghijauan
 Program pemberantasan sarang nyamuk (PSN)
h. Program/Kegiatan Pemberdayaan Masyarakat Dalam Mendukung Terwjudnya Kota
Sehat
 SANIMAS (Sanitasi Berbasis Masyarakat)
 GERDU SEHATI (Gerakan Terpadu menuju Masyarakat Sehat Sejati)
 REPLIKASI KOTA SEHAT
 GERDAMAS PSN (Gerakan Pemberdayaan Masyarakat dalam Pemberantasan
Sarang Nyamuk DB)
 Bulan Bhakti Gotong Royong
 BANGUN PRAJA (Gerakan Masyarakat dalam Kebersihan Lingkungan)
 Sistem Manajemen Pembangunan Partisipatif (SMPP), peningkatan peran serta
masyarakat dalam penyediaan infrastruktur
 Kelurahan Siaga, peningkatan peran serta masyarakat terhadap penurunan angka
kematian ibu melhirkan
 UKS – Usaha Kesehatan Sekolah, peningkatan kesehatan pla hidup bersih dan
sehat siswa serta masyarakat lingkungan sekolah
 P2WKSS, peningkatan peran wanita dalam peningkatan kesejahteraan keluarga.

C. UKM (UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT)


a. Pengertian

UKM (UPAYA KESEHATAN MASYARAKAT) adalah setiap kegiatan


yang dilakukan oleh pemerintah dan atau masyarakat serta swasta, untuk
memelihara dan meningkatkan kesehatan serta mencegah dan menanggulangi
timbulnya masalah kesehatan di masyarakat.

UKM mencakup upaya-upaya promosi kesehatan, pemeliharaan


kesehatan, pemberantasan penyakit menular, penyehatan lingkungan, dan
penyediaan sanitasi dasar, perbaikan gizi masyarakat, pengamanan sediaan
farmasi dan alat kesehatan, pengamanan penggunaan zat aditif (bahan tambahan
makanan) dalam makanan dan minuman, pengamanan narkotika, psikotropika,
zat adiktif dan bahan berbahaya, sesrta penanggulangan bencana dan bantuan
kemanusiaan

b. Strata UKM
1) UKM PRIMER
UKM PRIMER adalah UKM tingkat dasar, yaitu yang mendayagunakan
ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan dasar yang ditujukan kepada
masyarakat. Ujung tombak penyelenggara UKM PRIMER adalah
Puskesmas yang didukung secara lintas sektor dan didirikan sekurang-
kurangnya satu di setiap kecamatan. Puskesmas bertanggungjawab atas
masalah kesehatan di wilayah kerjanya
Tiga fungsi utama Puskesmas : (1) pusat penggerak Sekurang-
kurangnya ada enam jenis pelayanan tingkat dasar yang harus
dilaksanakan oleh Puskesmas, yakni promosi kesehatan; kesehatan ibu
dan anak, dan keluarga berencana; perbaikan gizi; kesehatan lingkungan;
pemberantasan penyakit menular; dan pengobatan dasar
Peran aktif masyarakat dan swasta dalam penyelenggaraan UKM
PRIMER diwujudkan melalui berbagai upaya yang dimulai dari diri sendiri,
keluarga sampai dengan upaya kesehatan bersama yang bersumber
masyarakat (UKBM).
2) UKM SEKUNDER

UKM SEKUNDER adalah UKM tingkat lanjutan, yaitu yang


mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan spesialistik
yang ditujukan kepada masyarakat. Penanggungjawab UKM SEKUNDER
adalah Dinkes Kab/Kota yang didukung secara lintas sektor.

Dinkes Kab/Kota mempunyai dua fungsi utama, yaitu fungsi manajerial


dan fungsi teknis kesehatan. Fungsi manajerial mencakup perencanaan,
pelaksanaan dan pengendalian, serta pengawasan dan
pertanggungjawaban penyelenggaraan pembangunan kesehatan di
Kab/Kota. Fungsi teknis kesehatan mencakup penyediaan pelayanan
kesmas tingkat lanjutan, yakni dalam rangka melayani kebutuhan rujukan
Puskesmas

3) UKM TERSIER
UKM TERSIER adalah UKM tingkat unggulan, yaitu yang
mendayagunakan ilmu pengetahuan dan teknologi kesehatan
subspesialistik yang ditujukan kepada masyarakat. Penanggungjawab
UKM TERSIER adalah Dinkes Provinsi dan Kementerian Kesehatan yang
didukung secara lintas sektor.
Dinkes Provinsi dan Kementerian Kesehatan mempunyai dua
fungsi, yaitu fungsi manajerial dan fungsi teknis kesehatan. Fungsi
manajerial mencakup perencanaan, pelaksanaan dan pengendalian, serta
pengawasan dan pertanggungjawaban penyelenggaraan pembangunan
kesehatan di provinsi/nasional. Fungsi teknis kesehatan mencakup
penyediaan pelayanan kesmas tingkat unggulan, yakni dalam rangka
melayani kebutuhan rujukan dari Kab/Kota dan Provinsi
Dalam melaksanakan fungsi teknis kesehatan, Dinkes Provinsi
dan Kementerian Kesehatan perlu didukung oleh berbagai pusat
unggulan yang dikelola oleh sektor kesehatan dan sektor pembangunan
lainnya

Anda mungkin juga menyukai