Anda di halaman 1dari 12

Implementasi Kebijakan Transparansi Keuangan Di Daerah

Edah Jubaedah «

IMPLEMENTASI KEBIJAKAN TRANSPARANSI KEUANGAN DI DAERAH

Edah Jubaedah
Dosen STIA LAN Bandung, Jl.Cimandiri No.34-38 Bandung

Policy Implementation of Local Government Financial Transparency

Abstract

The concept of transparency in government finance has been established during recent decades as an instrument in the
fight against organizational and individual irregularities such as corruption, fraud, and financial scandals as well as
promoting good governance in such organizations as local government bodies. The laws governing access to the financial
information held by the local government authorities are mainly aimed at increasing the transparency of governmental
budget. However in practice, it seems that local government organizations often remain reluctant to freely and voluntarily
reveal their financial information. Local governments still cope with several barriers in implementing financial tranparency
policy.
Key words: policy implementation, local government, financial transparency

A. PENDAHULUAN terhadap informasi tersebut masyarakat dapat


Salah satu isu sentral yang menjadi sorotan dari lebih berperan serta dalam melakukan
berbagai kalangan dan diduga menjadi penyebab pengawasan terhadap penggunaan anggaran
dari tinggi tingkat korupsi di lingkungan birokrasi negara. Dengan makin terbukanya transparansi
di tanah air adalah praktek-praktek pengelolaan dan ruang partisipasi bagi masyarakat,
keuangan publik khususnya di pemerintah daerah akuntabilitas pengelolaan keuangan di daerah
yang tidak transparan. Pemberian kewenangan semakin meningkat pula.
kepada daerah untuk mengurus urusannya Pertanyaanya sekarang adalah, mengapa
sendiri yang disertai dengan pendanaannya, transparansi dalam keuangan daerah dewasa ini
ternyata berimplikasi terhadap makin sangat penting? Bagaimana penerapan prinsip
meningkatnya kasus korupsi di daerah. Hal ini transparansi dalam keuangan daerah itu
misalnya terlihat dari hasil laporan BPK yang ditegaskan dalam rumusan peraturan perundang-
mengindikasikan adanya kerugian negara dalam undangan sebagai payung kebijakannya.
laporan keuangan terutama di pemerintah daerah Bagaimana potret transparansi keuangan daerah
di seluruh Indonesia. Misalnya data tahun 2006 yang mencerminkan pengimplementasian
menunjukkan bahwa kerugian negara mencapi kebijakan transparansi termasuk salah satunya
nilai Rp 6 triliun, kerugian tersebut terdapat pada Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang
1.127 temuan pada laporan penggunaan anggaran Keterbukaan Informasi Publik? Apa hambatan
kabupaten, kota, dan provinsi di seluruh tanah air. pemerintah daerah dalam mewujudkan
Selain itu pada tahun yang sama BPK juga transparansi dalam pengelolaan keuangan
menemukan pemborosan dalam pelaksanaan publiknya? Untuk menjawab pertanyaan-
anggaran di sejumlah daerah dengan total nilai Rp pertanyan tersebut maka artikel ini mencoba
16,99 triliun. Hal tersebut terjadi salah satunya untuk menganalisis konsep, kebijakan dan
dikarenakan oleh pengelolaan keuangan daerah penerapan prinsip transparansi dalam keuangan
mulai dari perencanaan sampai dengan daerah.
pengawasannya masih kurang transparan.
Melihat fenomena tersebut maka kemudian
pemerintah melakukan upaya reformasi B. TRANSPARANSI DALAM ADMINISTRASI
keuangan daerah, dengan menerbitkan sejumlah PUBLIK
peraturan perundang-undangan sebagai payung Literatur menyebutkan bahwa konsep
kebijakan pengelolaan keuangan di daerah. Salah transparansi berkaitan dengan administrasi
satu fokus dari reformasi tersebut adalah publik khususnya keuangan publik merupakan
pemberian akses yang lebih besar kepada suatu konsep yang mendapat perhatian cukup
masyarakat terhadap informasi publik mengenai penting beberapa tahun ini. Perkembangan
data keuangan daerah. Hipotesisnya adalah konsep ini sangat dipengaruhi oleh permasalahan
bahwa apabila masyarakat memiliki akses terkini yang dihadapi organisasi baik organisasi

288 Jurnal Ilmu Administrasi +


Volume VIII +
No. 3 +
Desember 2011
Implementasi Kebijakan Transparansi Keuangan Di Daerah
» Edah Jubaedah

publik maupun swasta dan sejalan dengan Dalam konteks pemerintahan, transparansi
perkembangan konsep tata kelola menurut Ball (2009) memiliki tiga makna, yaitu: (1)
kepemerintahan yang baik (good governance). sebagai nilai atau norma perilaku untuk
Menurut Pasquier dan Villeneuve (2007) serta Ball memerangi korupsi, (2) sebagai keterbukaan
(2009) konsep transparansi sering dikaitkan pemerintah dan organisasi, dan (3) sebagai suatu
dengan upaya untuk memerangi tindakan- kompleksitas dan terutama berhubungan dengan
tindakan penyimpangan baik yang dilaksanakan analisis kebijakan publik dan program. Dalam
secara organisasional maupun individual seperti pengertian pertama, transparansi merupakan
korupsi, kolusi dan nepotisme. Konsep ini pun prinsip yang harus dijunjung oleh pemerintah
disebut-sebut sebagai suatu aspek yang untuk meningkatkan akuntabilitas, kepercayaan
diperlukan untuk menciptakan tata kelola serta tata kelola kepemerintahannya dan hal ini
kepemerintahan yang baik. dapat diwujudkan apabila masyarakat memiliki
Transparansi oleh beberapa pakar diartikan informasi yang memadai yang dimiliki
sebagai suatu konsep yang luas yang dapat pemerintah. Sedangkan dalam pengertian kedua,
diterapkan dalam berbagai bidang. Misalnya, transparansi berkaitan dengan proses tata kelola
transparansi organisasi, transparansi akuntansi yang dilaksanakan oleh pemerintah, kemudahan
dan anggaran, transparansi tindakan dan untuk mengakses dan menggunakan informasi
tanggung jawab pemerintah, transparansi bank, pemerintah. Adapun dalam makna yang ketiga,
transparansi dokumen, dan lain sebagainya. transparansi berkaitan dengan komponen
Transparansi menurut Florini (1998, dalam kebijakan publik yang lebih baik.
Pasquier dan Villeneuve, 2007) diartikan sebagai Berdasarkan uraian yang telah disampaikan,
”the opening up of the internal organizational processes konsep transparansi pada dasarnya berkaitan
and decisions to third parties, whether or not these third dengan keterbukaan organisasi untuk
parties are involved in the organization”. Dengan membiarkan pihak-pihak di luar organisasi dapat
demikian transparansi organisasi berkaitan upaya mengetahui proses-proses internal yang terjadi
organisasi untuk membuka diri baik menyangkut dalam organisasi. Mekanisme untuk mewujudkan
proses-proses internal maupun keputusan- transparansi tersebut menurut Finel dan Lord
keputusan organisasi kepada pihak-pihak (1999) dilaksanakan melalui mekanisme
eksternal, terlepas apakah pihak eksternal tersebut keterbukaan informasi apakah dalam bentuk
terlibat atau tidak terlibat dalam organisasi. kebebasan pers, dengar pendapat pemerintah
Dalam konteks negara sebagai organisasi, Finel yang terbuka, atau adanya lembaga swasya
dan Lord (1999: 316) mengartikan transparansi masyarakat yang diberikan insentif untuk
sebagai berikut: mengungkapkan informasi yang objektif tentang
Transparency as legal, political, and institutional pemerintah. Keterbukaan informasi oleh berbagai
structures that make information about the internal pakar sering dikaitkan dengan kemudahan
characteristics of a government and society available to masyarakat untuk mengakses dan menggunakan
actors both inside and outside of the domestic political informasi yang dimiliki oleh pemerintah.
system. Transparency allows outsiders to discern a Keterbukaan informasi dalam organisasi
variety of important factors including relative khususnya pemerintah sering digunakan dengan
capabilities, risk aversion or acceptance, interests, and menggunakan istilah yang beragam. Oltman
intentions. (2009) mengidentifikasi beberapa istilah yang
Dengan demikian maka menurut Finel dan digunakan tersebut antara lain “free dissemination
Lord transparansi dalam pemerintah merupakan of information, access to information and knowledge
suatu struktur hukum, politis dan institusional resources, freedom of information, freedom of access to
dimana pemerintah menciptakan ketersediaan information, right to have access to all expressions of
informasi tentang berbagai aspek dalam knowledge, creativity, and intellectual activity, freedom
pemerintahan dan masyarakat baik bagi pihak of information access, information disclosure, right-to-
internal maupun eksternal. Dengan adanya know. Di Indonesia istilah tersebut disebut dengan
transparansi tersebut maka pihak-pihak eksternal keterbukaan informasi publik.
dapat melihat berbagai faktor penting dalam Dalam konsep keterbukaan informasi menurut
pemerintahan baik kapasitas, keengganan atau Garsten dan Montoya (2008) maka arus informasi
penerimaan, kepentingan dan tujuan-tujuan merupakan suatu hal yang sangat penting untuk
pemerintah. Berdasarkan pengertian ini pula menciptakan transparansi. Dengan adanya arus
maka transparansi berkaitan erat dengan informasi itulah maka organisasi pemerintah
ketersediaan informasi yang dimiliki oleh mengembangan berbagai hubungan dengan
pemerintah yang dapat diakses dan digunakan masyarakat perseorangan ataupun kelompok
baik oleh masyarakat maupun dunia usaha. serta dengan dunia usaha. Dalam era masyarakat

Jurnal Ilmu Administrasi +


Volume VIII +
No. 3 +
Desember 2011 289
Implementasi Kebijakan Transparansi Keuangan Di Daerah
Edah Jubaedah «

informasi dewasa ini yang ditandai dengan komunikasi secara elektronik mapun
semakin pesatnya perkembangan teknologi nonelektronik.
informasi dan komunikasi, maka akses Dalam kaitan dengan keterbukaan informasi
masyarakat terhadap berbagai informasi menjadi dan akses informasi organisasi pemerintah, maka
semakin mudah. informasi yang dimaksud disini adalah berbagai
bentuk informasi yang dihasilkan dan dimiliki
Oleh karena itulah dalam konsep keterbukaan oleh lembaga pemerintah. Informasi publik
informasi ada dua konsep yang berkaitan yaitu menurut rumusan UNESCO (dalam Fitzgerald,
konsep akses informasi dan konsep informasi itu 2010) adalah ”Publicly accessible information, the use
sendiri. Konsep akses informasi menurut Jaeger of which does not infringe any legal right, or any
dan Burnett (dalam Oltman, 2009) adalah “the obligation of confidentiality”. Dengan kata lain
presence of a robust system through which information informasi publik adalah informasi yang dapat
is made available to citizens and others”. Akses diakses secara publik, yang penggunaannya tidak
informasi berkaitan dengan ketersediaan suatu akan melanggar hukum hak milik ataupun
sistem dimana informasi menjadi tersedia bagi keharusan atas kerahasiaannya.
masyarakat dan pihak lainnya. Sistem tersebut Berdasarkan rumusan tersebut Uhlir (dalam
menurut merek dapat bersifat fisik, intelektual Fitzgerald, 2010) berpendapat bahwa informasi
ataupun sosial. Karena itu ditegaskan bahwa akses publik adalah berbagai informasi di luar lingkup
informasi merupakan suatu gabungan antara hak cipta atau perlindungan hukum, dan berbagai
komponen fisik, intelektual dan sosial yang bentuk dan jenis informasi yang dihasilkan oleh
mempengaruhi ketersediaan informasi bagi lembaga pemerintah di berbagai tingkatan yang
orang lain. berkaitan dengan pelaksanaan tugas-tugasnya.
Pada umumnya menurut Fox (2007) ada dua Berdasarkan batasan tersebut maka informasi
pendekatan yang dapat dipilih oleh masyarakat publik dapat dikategorikan berdasarkan sifatnya,
untuk dapat mengakses informasi dari organisasi kepentingan dan audiennya, serta nilai
pemerintah. Pertama, pendekatan yang disebut ekonominya. Menurut sifatnya informasi publik
dengan proactive dissemination, yaitu pemerintah dapat dibedakan antara administrative information
memberikan informasi tentang berbagai aktivitas dan non-administrative information. Administrative
yang dilaksanakan dan kinerja yang dihasilkan information adalah berbagai jenis informasi tentang
untuk dapat diketahui oleh masyarakat tanpa prosedur administrasi ataupun penjelasannya
harus diminta. Pendekatan kedua disebut dengan atau informasi lainnya yang berkaitan dengan
demand-driven access yang merujuk kepada fungsi kepemerintahan. Sedangkan non-
komitmen lembaga pemerintah untuk administrative information mencakup informasi
menanggapi permintaan masyarakat terhadap yang berkaitan dengan pihak luar dan
suatu informasi atau dokumen khusus yang tidak dikumpulkan atau dihasilkan oleh publik pada
dapat atau tidak boleh diakses. Instrumen yang saat publik melaksanakan fungsinya. Contoh
dapat digunakan untuk menciptakan akses informasi ini adalah informasi tentang
informasi seperti ini misalnya melalui adanya lingkungan, statistik, geografi, kepariwisataan,
undang-undang yang mengatur tentang hal ini. kesehatan, ilmu pengetahuan dan lain sebagainya.
Misalnya dalam kasus di Indonesia sekarang Sedangkan menurut kepentingan dan audiennya
ditetapkan Undang-undang Keterbukaan informasi publik dapat berbentuk informasi yang
Informasi Publik. memiliki kepentingan umum yang diperlukan
Konsep terkait lainnya dengan keterbukaan oleh semua orang ataupun informasi kepentingan
informasi publik adalah konsep informasi itu khusus yang diperlukan oleh orang perorangan
sendiri. Informasi dalam konteks komunikasi atau kelompok tertentu. Adapun berdasarkan
organisasi sering artikan sebagai suatu substansi nilai ekonominya informasi publik terdiri dari
yang mengalir dalam organisasi. Informasi sering informasi yang dihasilkan dan digunakan oleh
pula diartikan sebagai data yang memiliki arti. sektor swasta ataupun dikembangkan langsung
Informasi sering diartikan sebagai keterangan, oleh lembaga pemerintah sendiri maupun melalui
pernyataan, gagasan, dan tanda-tanda yang kerjasama dengan swasta.
mengandung nilai, makna, dan pesan, baik data, Informasi yang dihasilkan dan dimiliki oleh
fakta maupun penjelasannya yang dapat dilihat, organisasi pemerintah menurut Saxby (dalam
didengar, dan dibaca yang disajikan dalam Fitzgerald, 2010) paling tidak memiliki dua fungsi
berbagai kemasan dan format sesuai dengan yakni pertama sebagai bahan untuk membuat
perkembangan teknologi informasi dan kebijakan publik yang baik dan merumuskan
strategi-strategi implementasinya yang efektif,

290 Jurnal Ilmu Administrasi +


Volume VIII +
No. 3 +
Desember 2011
Implementasi Kebijakan Transparansi Keuangan Di Daerah
» Edah Jubaedah

dan sebagai bahan bagi masyarakat untuk terlibat tugasnya. Kedua, transparansi ditujukan untuk
dalam berbagai aktivitas pelayanan publik yang meningkatkan hubungan antara pemerintah
dilaksanakan oleh pemerintah, dan kedua dengan masyarakatnya, terutama untuk
menyediakan data yang diperlukan oleh membangun kepercayaan (trust) dari masyarakat.
masyarakat. Ketiga, transparansi dibutuhkan sebagai alat
untuk meningkatkan keterlibatan masyarakat
dalam pengembangan dan pelaksanaan kebijakan
C. P E R A N T R A N S P A R A N S I D A L A M publik. Diasumsikan bahwa untuk meningkatkan
ADMINISTRASI PUBLIK partisipasi aktif masyarakat dalam tata kelola
Salah satu pertanyaan yang sering diajukan kepemerintahan negaranya maka masyarakat
berkaitan dengan perkembangan konsep harus memiliki akses terhadap informasi baik dari
transparansi dan keterbukaan informasi publik segi kualitas maupun kuantitasnya. Dengan
adalah mengapa kedua konsep tersebut perlu demikian transparansi merupakan suatu a sine
diterapkan dalam administrasi publik? Mengapa qua non condition bagi tata kelola kepemerintahan
transparansi dan keterbukaan informasi publik yang baik dan partisipasi aktif masyarakat.
harus dijadikan suatu nilai atau norma dalam Sehubungan peran transparansi dan
praktek penyelenggaraan administrasi publik saat keterbukaan informasi dalam membangun
ini? kepercayaan dan akuntabilitas publik, salah satu
Menurut Etzioni (2010) ada berbagai sudut teori yang dianggap memberikan penjelasan yang
pandang tentang peran atau manfaat konsep logis tentang peran transparansi dan keterbukaan
transparansi dan keterbukaan informasi publik. informasi publik dalam administrasi publik
Dalam realita dunia ekonomi, konsumen adalah teori agensi atau disebut dengan Agency
mengendalikan arah bidang perekonomian Theory. Teori agensi atau disebut juga dengan teori
dengan menggunakan kekuasaan mereka untuk Principle-Agent banyak digunakan dalam berbagai
memilih usaha apa yang akan berhasil dan akan literatur yang mengkaitkan transparansi dengan
gagal. Agar kedaulatan konsumen ini berjalan fenomena korupsi. Jenson dan Meckling (dalam
efektif maka konsumen harus mengetahui ciri-ciri Ng'ongo, 2010) mendefinisikan hubungan agency
dari barang atau jasa yang akan mereka beli. sebagai berikut:
Untuk itulah maka produsen suatu produk atau ... a contract relationship between one or more persons
jasa perlu memberikan informasi tentang ciri-ciri (the principals) who engage another person(s) (the
produk yang dihasilkannya. Teori transparansi agent) to perform some services on their behalf which
menurut Etzioni mengasumsikan bahwa dengan involves delegating some decisions making authority to
adanya keterbukaan informasi seperti itu akan the agent. If both parties to the relationship are utility
memungkinkan konsumen untuk membuat maximizers, there is good reasons to believe that the
pilihan-pilihan, memberikan penghargaan agent will not always act ini the best interest of the
kepada perusahaan yang menyediakan produk principal.
yang diinginkan dan sebaliknya melemahkan Berdasarkan teori tersebut maka dalam
perusahaan-perusahaan yang tidak melakukan konteks administrasi publik dalam suatu negara
keterbukaan informasi produknya. Sebagaimana demokrasi maka organisasi pemerintah atau pun
ditegaskan oleh Susanna Kim Ripken (dalam juga aparatur pemerintah disebut sebagai agen
Etzioni, 2010) bahwa setiap individu dapat sedangkan rakyat merupakan pemilik (principal)
mengatur urusan ekonomi mereka sendiri dan yang memberikan kewenangan kepada
dengan diberikannya informasi yang memadai, pemerintah untuk mengurus urusan-urusan yang
maka individu dapat membuat penilaian sendiri dibutuhkan oleh rakyat seperti pelayanan publik.
terhadap setiap resiko dan manfaat dari transaksi Untuk melaksanakan urusan-urusan tersebut,
ekonomi. organisasi ataupun aparatur pemerintah
Sementara itu dalam konteks administrasi diberikan kewenangan untuk mengambil
publik, transparansi dan keterbukaan informasi keputusan atas nama rakyat sebagai pemilik
publik diyakini sebagai konsep yang berperan kedaulatan. Namun berdasarkan definisi Jenson
penting dalam tata kelola kepemerintahan. dan Meckling tersebut tidak selamanya organisasi
Pasquier dan Villeneuve (2007) mengidentifikasi ataupun aparatur pemerintah dalam
tiga rasionalisasi perlunya organisasi melaksanakan tugasnya memperhatikan
memperhatikan prinsip transparansi ini. Pertama, kepentingan rakyat sebagai pemilik (principal),
transparansi merupakan hal yang penting bagi malah sebaliknya lebih mementingkan
proses pertukaran informasi. Pemerintah kepentingannya sendiri. Alih-alih bertindak atas
membutuhkan informasi yang banyak dari nama atau kepentingan rakyat, organisasi atau
masyarakatnya untuk melaksanakan tugas- aparatur pemerintah kerap melakukan tindakan-

Jurnal Ilmu Administrasi +


Volume VIII +
No. 3 +
Desember 2011 291
Implementasi Kebijakan Transparansi Keuangan Di Daerah
Edah Jubaedah «

Transparansi

Korupsi Kepuasan

Kepercayaan

Gambar 1.
Hubungan antara Transparansi, Korupsi, Kepercayaan & Kepuasan
Sumber: Park dan Blenkinsopp (2011)

tindakan yang tidak sesuai dengan tujuan dalam yang dilakukan oleh pemerintah dalam bentuk
berbagai bentuk penyelewengan kewenangan. korupsi. Hubungan antara transparansi dan
Permasalahan yang timbul dalam hubungan korupsi digambarkan oleh Park dan Blenkinsopp
antara pemilik dan agen menurut teori ini adalah (2011) pada Gambar 1.
timbulnya fenomena apa yang disebut dengan Hasil penelitian Park dan Blenkinsopp (2011)
information asymmetry atau asimetri informasi dengan menggunakan model hubungan tersebut
antara rakyat sebagai principal dan pemerintah membuktikan bahwa transparansi berperan
sebagai agent. Pemenang hadiah Nobel Joseph sebagai variabel moderator dalam hubungan
Stiglitz (dalam Brito & Perrault, 2009) menyatakan antara korupsi dan kepuasan publik. Transparasi
bahwa asimetri informasi terjadi bila salah satu secara signifikan akan mengurangi tindakan-
pihak dalam suatu transaksi memiliki lebih tindakan korupsi yang dilakukan oleh pemerintah
banyak informasi dari para pihak lainnya yang namun meningkatkan kepercayaan publik.
berpotensi terhadap kurang optimalnya kondisi Sebaliknya korupsi dalam mengurangi
pasar. Dalam teori klasik ekonomi menurut Brito kepercayaan publik. Pemerintah yang
dan Perrault (2009) keuntungan bersama dalam dipersepsikan oleh publik sebagai transparan
perdagangan didasarkan pada ide bahwa setiap memiliki tingkat kepercayaan dan kepuasan yang
pihak yang terlibat dalam transaksi tersebut tinggi. Transparansi ini diukur oleh Park dan
mengetahui dengan pasti apa yang mereka Blenkinsopp (2011) melalui persepsi publik
dapatkan dan nilainya lebih tinggi dari pada terhadap proyek-proyek pembangunan yang
mereka tidak melakukan transaksi tersebut serta dilakukan pemerintah, dimana setiap proses
memungkinkan kedua belah pihak memperoleh pelaksanaan proyek secara transparan terbuka
manfaat dari transaksi tersebut. Namun dalam untuk publik, publik dapat melihat dengan jelas
kenyataannya tidaklah selalu demikian, bahkan perkembangan dan situasi yang terjadi selama
kerap salah satu pihak memiliki lebih banyak proyek berlangsung, dan pemerintah
informasi sementara pihak yang lain justru menyediakan informasi yang memadai kepada
sebaliknya kekurangan informasi. Karena salah publik tentang pelaksanaan proyek-proyeknya.
satu pihak kekurangan informasi atau adanya Karena sebagaimana dinyatakan oleh Britto dan
asimetri informasi, maka salah satu pihak dan Peraault (2009) bahwa transparansi dalam
biasanya pihak principal tidak dapat mengawasi administrasi publik pada dasarnya adalah proses
kinerja dari pihak agen. dimana pemerintah membuka informasi baik
Permasalahan asimetri informasi tersebut secara substantif dan jujur tentang kinerja
terjadi pula dalam konteks hubungan antara pemerintah kepada piha-pihak yang perlu
pemerintah sebagai agent dan rakyat sebagai mengetahuinya. Karena itu menurutnya maka
principal. Fenomena asimetri informasi inilah transparasi dalam pemerintah harus bersifat
yang menyebabkan terjadinya korupsi di mandatori artinya harus ada kebijakan yang
lingkungan pemerintah. Karena rakyat mengharuskan organisasi-organisasi pemerintah
kekurangan informasi maka rakyat tidak dapat untuk bersikap transparan dan terbuka terhadap
sepenuhnya mengawasi kinerja pemerintah. informasi tentang aktivitas dan kinerja yang
Untuk mengatasi masalah ini maka transparansi sudah dicapai oleh pemerintah. Karena dengan
dan keterbukaan informasi diyakini sebagai adanya transparansi dan keterbukaan informasi
konsep yang berperan untuk mencegah terjadinya seperti itu maka publik akan memandang
asimetri informasi dan tindakan penyimpangan pemerintah lebih akuntabel dan memungkinkan

292 Jurnal Ilmu Administrasi +


Volume VIII +
No. 3 +
Desember 2011
Implementasi Kebijakan Transparansi Keuangan Di Daerah
» Edah Jubaedah

publik untuk berpartisipasi lebih besar lagi dalam 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara
pengawasan kegiatan-kegiatan pemerintah. Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah
secara lebih tegas lagi mengamanatkan
Pemerintah untuk menyelenggarakan Sistem
D. KEBIJAKAN TRANSPARANSI DALAM Informasi Keuangan Daerah secara nasional,
KEUANGAN DAERAH dengan tujuan salah satunya untuk menyajikan
Transparansi khususnya dalam keuangan informasi Keuangan Daerah secara nasional,
daerah menurut Mardiasmo (2002) berkaitan sehingga informasi tersebut merupakan data
dengan keterbukaan pemerintah dalam membuat terbuka yang dapat diketahui, diakses, dan
kebijakan-kebijakan keuangan daerah sehingga diperoleh masyarakat. Adapun informasi yang
dapat diketahui dan diawasi oleh DPRD dan berkaitan dengan Sistem Informasi Keuangan
masyarakat. Transparansi pengelolaan keuangan Daerah mencakup (a) APBD dan laporan realisasi
daerah pada akhirnya akan menciptakan APBD provinsi, kabupaten, dan kota; (b) neraca
horizontal accountability antara pemerintah daerah Daerah; (c) laporan arus kas; (d) catatan atas
dengan masyarakatnya sehingga tercipta laporan Keuangan Daerah; (e) Dana
pemerintahan daerah yang bersih, efektif, efisien, Dekonsentrasi dan Dana Tugas Pembantuan; (f)
akuntabel, dan responsif terhadap aspirasi dan laporan keuangan Perusahaan Daerah; dan (g)
kepentingan masyarakat. Dengan demikian data yang berkaitan dengan kebutuhan fiskal dan
transparansi dalam pengelolaan keuangan daerah kapasitas fiskal Daerah. Sementara itu dalam UU
penting karena tidak saja sebagai perwujudan No. 14 Tahun 2008 tentang KIP hanya disebutkan
komitmen daerah untuk menuju demokratisasi di bahwa informasi yang wajib diumumkan oleh
tingkat lokal, juga sebagai dasar bagi akuntabilitas badan publik adalah salah satunya informasi
publik, pengawasan terhadap pengelolaan dan mengenai laporan keuangan, serta informasi yang
penyimpangan penggunaan keuangan negara wajib tersedia setiap saat yang berkaitan dengan
atau korupsi, menumbuhkan kepercayaan keuangan adalah “rencana kerja proyek termasuk
masyarakat serta meningkatkan partisipasi di dalamnya perkiraan pengeluaran tahunan
masyarakat mulai dari perencanaan, pelaksanaan Badan Publik”.
sampai dengan pengawasan pengelolaan Dari perbandingan tersebut dapat kita
keuangan daerah. simpulkan bahwa sebenarnya peraturan
Amanah perlunya transparansi dalam perundang-undangan yang berkaitan dengan
keuangan daerah termuat dalam berbagai pemerintahan daerah khususnya menyangkut
peraturan perundang-undangan baik yang keuangan daerah telah lebih spesifik mengatur
langsung maupun tidak langsung berkaitan informasi apa saja yang dapat diketahui, diakses
dengan pengelolaan keuangan daerah. Bahkan dan diperoleh masyarakat sebagai bukti wujud
jauh sebelum UU KIP ditetapkan pada tahun 2008, transparansi. Kemudian dijelaskan lebih lanjut
transapransi telah disebutkan sebagai salah satu dalam Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 tahun
prinsip atau asas dalam pengelolaan keuangan 2010 tentang Standar Layanan Informasi Publik
daerah. Sebagai contoh kebijakan-kebijakan dalam dalam pasal 11 bahwa informasi keuangan
bentuk Undang-undang yang mengamanatkan termasuk kedalam salah tu informasi yang wajib
perlunya penerapan prinsip transparansi dalam disediakan dan diumumkan secara berkala.
keuangan daerah dapat diungkapkan dalam Tabel Adapun informasinya berupa ringkasan laporan
1. keuangan yang sekurang-kurangnya terdiri atas
Berdasarkan tabel tersebut jelas bahwa rencana dan laporan realisasi anggaran, neraca,
sebelum pemerintah menerbitkan Undang- laporan arus kas dan catatan atas laporan
undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang keuangan yang disusun sesuai dengan standar
Keterbukaan Informasi Publik yang dapat akuntansi yang berlaku dan daftar aset dan
dianggap sebagai payung kebijakan penegakkan investasi. Selanjutnya dalam pasal 13 disebutkan
prinsip transparansi dalam tata kelola bahwa informasi keuangan juga diklasifikasikan
pemerintahan termasuk di dalamnya keuangan sebagai informasi yang wajib tersedia setiap saat
daerah, prinsip transparansi tersebut sudah diatur yang isinya berupa anggaran Badan Publik secara
dalam kebijakan-kebijakan sebelumnya. UU umum maupun anggaran secara khusus unit
Nomor 32 Tahun 2004 sebagai payung kebijakan pelaksana teknis serta laporan keuangannya
otonomi daerah di tanah air telah menegaskan Berdasarkan gambaran matriks peraturan
bahwa dalam penyelenggaraan pemerintahan di perundang-undangan tersebut dapat disimpulkan
daerah dilaksanakan dengan berdasarkan prinsip bahwa sebenarnya pemerintah telah memberikan
keterbukaan, atau dengan kata lain transparansi. payung kebijakan bagi penerapan prinsip
Bahkan dalam Undang-undang Nomor 33 Tahun transparansi khususnya dalam keuangan daerah.

Jurnal Ilmu Administrasi +


Volume VIII +
No. 3 +
Desember 2011 293
Implementasi Kebijakan Transparansi Keuangan Di Daerah
Edah Jubaedah «

Tabel 1. Matriks Kebijakan yang Mengatur Penerapan Prinsip Transparansi dalam Keuangan Daerah
Peraturan Perundang-undangan Pasal Uraian
Undang-undang No. 32 Tahun Pasal 20 Salah satu asas umum penyelenggaraan pemerintahan
2004 tentang Pemerintahan adalah asas keterbukaan
Daerah Pasal 27 (2) Selain mempunyai kewajiban sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), kepala daerah mempunyai kewajiban juga untuk
memberikan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah
kepada Pemerintah, dan memberikan laporan keterangan
pertanggungjawaban kepada DPRD, serta menginfor-
masikan laporan penyelenggaraan pemerintahan daerah
kepada masyarakat.
Undang-undang Nomor 13 Pasal 3 Keuangan Negara dikelola secara tertib, taat pada peraturan
Tahun 2003 tentang Keuangan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan,
Negara dan bertanggung jawab dengan memperhatikan rasa
keadilan dan kepatutan
UU No. 33 Tahun 2004 Pasal 66 Keuangan Daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan
Perimbangan Keuangan antara perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan,
Pemerintah Pusat dan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan keadilan,
Pemerintahan Daerah kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat
Pasal 101 Pemerintah menyelenggarakan Sistem Informasi Keuangan
Daerah secara nasional, dengan tujuan ... (b) menyajikan
informasi Keuangan Daerah secara nasional
Pasal 102 (3) Informasi yang berkaitan dengan Sistem Informasi Keuangan
Daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), mencakup (a)
APBD dan laporan realisasi APBD provinsi, kabupaten, dan
kota; (b) neraca Daerah; (c) laporan arus kas; (d) catatan atas
laporan Keuangan Daerah; (e) Dana Dekonsentrasi dan Dana
Tugas Pembantuan; (f) laporan keuangan Perusahaan
Daerah; dan (g) data yang berkaitan dengan kebutuhan fiskal
dan kapasitas fiskal Daerah
Pasal 103 Informasi yang dimuat dalam Sistem Informasi Keuangan
Daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 101 merupakan
data terbuka yang dapat diketahui, diakses, dan diperoleh
masyarakat.
PP No 58 Tahun 2005 Tentang Pasal 4 (1) Keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan
Pengelolaan Keuangan Daerah perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan,
dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas
keadilan, kepatutan, dan manfaat untuk masyarakat.
Permendagri No 59 Tahun 2007 Pasal 116 (4a) Untuk memenuhi asas tansparansi, Kepala daerah wajib
tentang Pedoman Pengelolaan menginformasikan substansi Perda APBD kepada
Keuangan Daerah masyarakat yang telah diundangkan dalam lembaran daerah.
Undang-undang Nomor 14 Pasal 9 (2c) Informasi publik yang wajib disediakan dan diumumkan
Tahun 2008 tentang kepada publik adalah informasi mengenai laporan keuangan
Keterbukaan Informasi Publik Pasal 11 butir Badan publik wajib menyediakan informasi publik setiap saat
d yang meliputi … (d) rencana kerja proyek termasuk di
dalamnya perkiraan pengeluaran tahunan Badan Publik.

Pertanyaan selanjutnya adalah implementasi publik khususnya berkaitan dengan pengelolaan


kebijakan transparansi dalam keuangan daerah? keuangan daerah sudah ada. Hal ini setidaknya
terlihat dari adanya kemauan pemerintah untuk
membuat payung kebijakan sebagai dasar bagi
E. POTRET TRANSPARANSI KEUANGAN organisasi pemerintah untuk membangun
DAERAH transparansi dalam bidang keuangan. Kebijakan
Berdasarkan uraian tersebut terlihat bahwa yang dianggap paling baru dan jelas adalah
kemauan pemerintah untuk mewujudkan Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang
transparansi dalam penyelenggaraan administrasi Keterbukaan Informasi Publik. Pertanyaan

294 Jurnal Ilmu Administrasi +


Volume VIII +
No. 3 +
Desember 2011
Implementasi Kebijakan Transparansi Keuangan Di Daerah
» Edah Jubaedah

selanjutnya adalah bagaimana Misalnya pada tahap pembahasan, pemerintah


pengimplementasian kebijakan tersebut, daerah menyediakan dan memberikan akses
khususnya berkaitan dengan transparansi terhadap informasi atau dokumen seperti
pengelolaan keuangan daerah? Beberapa kajian rencana kerja dan anggaran (RKA) satuan kerja
yang dilakukan baik oleh lembaga-lembaga perangkat daerah dan dokumen rancangan
swadaya masyarakat bekerja sama dengan anggaran pendapatan dan belanja daerah
lembaga-lembaga nasional ataupun internasional (RAPBD). Begitu pula dalam tahap
memperlihatkan bahwa implementasi prinsip perencanaan, ketersediaan dan akses terhadap
transparansi dalam pengelolaan keuangan daerah informasi tentang arah kebijakan dan program
masih belum sepenuhnya dapat dilakukan. kegiatan yang diberikan oleh pemerintah
Misalnya dalam laporan Governance daerah kepada masyarakat sudah ada.
Decentralization Survey (dalam Pattinasarany dan Transparansi anggaran dalam tahap
Kusuma, 2007) yang merupakan hasil kajian pelaksanaan pun dinilai sangat tinggi yang
tentang Transparansi, Partisipasi, dan Pelayanan yang dibuktikan dengan ketersediaan
Publik di Kabupaten P2TPD pada tahun 2006 atau dokuman anggaran seperti dokumen ABPD
sebelum undang-undang KIP disahkan, b) Dalam tahapan pertanggungjawaban
memperlihatkan masih sulitnya masyarakat anggaran, tingkat transparansi keuangan
untuk dapat mengakses dokumen yang berkaitan pemerintah daerah cenderung lebih rendah.
dengan APBD. Bahkan dari 26 daerah yang dikaji, Hal ini terlihat dari kurang tersedia dan kurang
ada beberapa daerah yang tidak memberikan dapat diaksesnya dokumen-dokumen pada
akses terhadap dokumen tersebut. tahap pertanggungjawaban anggaran, seperti
Kemudian setelah undang-undang KIP dokumen Informasi Laporan
diterbitkan pada tahun 2008, studi yang dilakukan Pertanggungjawaban Pemerintah Daerah
oleh lembaga internasional The Asia Foundation (ILPPD). Padahal pembuatan dokumen ini
bekerja sama dengan Seknas FITRA pada tahun merupakan amanat dari Peraturan Pemerintah
2009 di 41 kabupaten/kota di Indonesia, masih No. 3 Tahun 2007 tentang Laporan
juga menunjukkan sulitnya implementasi Penyelenggaraan Pemerintah Daerah. Studi ini
kebijakan transparansi khususnya tentang memperlihatkan bahwa masih adanya
anggaran daerah. Studi ini mencoba mengukur kecenderungan pemerintah daerah untuk
tingkat transparansi pengelolaan anggaran daerah menutup informasi yang terkait dengan
yang diukur dari ketersediaan dokumen- pertanggungjawaban kepada masyarakat.
dokumen anggaran dan akses terhadap berbagai c) Dari 41 daerah yang dikaji, masih cukup
dokumen anggaran yang dikelola oleh pemerintah banyak pemerintah daerah yang tidak
daerah tersebut. Melalui kajian ini maka diketahui membuat dokumen anggaran yang
sejauh mana transparansi pemerintah daerah dibutuhkan, seperti dokumen perencanaan
dalam menyediakan dan membuka akses penganggaran.
informasi pada setiap tahapan perencanaan d) Akses yang diberikan pemerintah daerah
penganggaran secara sistematis. Adapun kepada masyarakat masyarakat untuk
dokumen-dokumen anggaran yang dikaji mendapatkan informasi dokumen anggaran
meliputi 20 dokumen yang dianggap penting masih atas dasar permintaan baik dengan
untuk melihat kinerja pemerintah daerah dalam menggunakan mekanis formal maupun
membuka akses dokumen anggaran, mulai dari informal. Selain itu akses terhadap dokumen-
dokumen pada tahap perencanaan, pembahasan, dokumen perencanaan dan penganggaran
pelaksanaan dan pertanggungjawabanan masih menghadapi kendala birokrasi.
perencanaan, pembahasan, pelaksanaan sampai e) Pemerintah daerah belum dapat membangun
dengan pertanggung jawaban anggaran (dalam keterbukaan akses terhadap dokumen
Laporan Kinerja Pengelolaan Keuangan Daerah anggaran secara sistematis, hal ini ditandai
2009, The Asia Foundation & Seknas Fitra: 2010). dengan belum adanya mekanisme yang jelas
Beberapa temuan menarik dari studi ini yang yang dibuat oleh pemerintah daerah untuk
secara umum menggambarkan transparansi memperoleh akses terhadap dokumen-
pemerintah daerah dalam bidang keuangan dokumen anggaran tersebut.
adalah sebagai berikut (dalam Laporan Kinerja f) Pemerintah daerah masih belum memiliki
Pengelolaan Keuangan Daerah 2009, The Asia sistem pengarsipan dokumen perencanaan dan
Foundation & Seknas Fitra: 2010: 35-40): penganggaran yang memadai.
a) Dalam tahapan perencanaan, pembahasan dan
pelaksanaan anggaran di sebagian besar Berdasarkan indikator-indikator ketersediaan
daerah yang dikaji cenderung lebih transparan. dokumen dan akses terhadap dokumen anggaran,

Jurnal Ilmu Administrasi +


Volume VIII +
No. 3 +
Desember 2011 295
Implementasi Kebijakan Transparansi Keuangan Di Daerah
Edah Jubaedah «

kajian ini dari 41 pemerintah daerah membuat pemenuhan permintaan harus menunggu
suatu pemeringkatan kinerja transparansi keputusan pimpinan badan publik, tidak adanya
keuangan daerah. Tiga daerah yang dinilai surat rekomendasi dari Dinas Kesbanglinmas dan
memiliki kinerja transparansi anggaran yang petugas surat tidak berada di tempat
terbaik adalah Kota Pare-pare, disusul oleh Kota (http://kebebasaninformasi.org).
Padang Panjang, Kabupaten Sleman, Kota Penelitian lain yang dilakukan oleh
Pontianak, dan Kota Pekalongan. Sedangkan Kristiansen, Dwiyanto, Pramusinto dan Putranto
pemerintah daerah yang dinilai memiliki kinerja (2009) di 6 daerah yaitu Kota Yogyakarta,
transparansi anggaran terendah adalah Kota Kabupaten Gunung Kidul, Kota Mataram,
Banjar, Kabupaten Malang, Kabupaten Cilacap, Kabupaten Bima, Kota Gorontalo dan Kabupaten
Kabupaten Pasuruan dan Kabupaten Bondowoso. Pohuwatu, yang mengkaji transparansi anggaran
Laporan lain yang kurang lebih juga di pemerintah daerah tersebut. Penelitian yang
menunjukkan sulitnya pengimplementasian menggunakan pendekatan kualitatif ini salah
transparansi khususnya dalam keuangan daerah, satunya menemukan bahwa memang pada
adalah laporan hasil uji akses informasi publik umumnya di daerah yang dikaji pemerintah
setelah diterbitkannya UU KIP, yang dibuat oleh daerah melakukan publikasi tentang informasi
Freedom of Information Network Indonesia pada anggaran mereka, hanya saja informasinya masih
bulan Desember 2010 (http:// sangat bersifat umum. Meskipun beberapa daerah
kebebasaninformasi.org). Misalnya dalam laporan sudah berinovasi untuk mempublikasikan
tersebut disebutkan hasil uji akses yang dilakukan informasi APBD misalnya secara online melalui
oleh Indonesian Parliamentary Center (IPC) di 10 internet, namun para jurnalis dan LSM masih
daerah yaitu Sumatera Barat, Bengkulu, Serang, mengeluhkan bahwa situs yang memuat
Garut, Jawa Tengah, Malang, Pontianak, Bali, NTB informasi APBD tersebut tidak dapat diakses.
dan Sulawesi Tengah, dari 347 permintaan Mereka juga mengeluhkan bahwa publikasi
informasi yang diajukan hanya 29% yang diterima anggaran yang dilakukan oleh pemerintah daerah
oleh instansi pemerintah daerah. Selebihnya hanya menyangkut informasi yang bersifat positif.
permohonan tersebut ditolak atau bahkan Berkaitan dengan keterbukaan proses
diabaikan. Dari 71% permintaan informasi yang penganggaran dan akses masyarakat terhadap
ditolak atau diabaikan termasuk di dalamnya informasi anggaran, penelitian ini juga
yang paling banyak adalah permintaan informasi menemukan adanya perbedaan antar daerah
mengenai dokumen keuangan daerah seperti (Kristiansen, Dwiyanto, Pramusinto & Putranto:
APBD dan dokumen terkait. Malang tercatat 2009). Di pemerintah daerah yang berada di
sebagai daerah yang paling banyak menolak wilayah perkotaan seperti Yogyakarta dan
informasi, karena dari 102 permintaan informasi Mataram, ketersediaan informasi anggaran yang
hanya 32 permintaan yang diterima. Begitu pila di detil lebih banyak, namun aksesnya hanya
Serang dari 109 permintaan informasi, hanya terbatas diberikan kepada para peneliti yang
sebanyak 20 permintaan informasi yang diterima, membutuhkan. Sementara di pemerintah daerah
selebihnya diabaikan (53) dan ditolak (36). Bahkan yang berada di wilayah pedesaan seperti Gunung
yang cukup memprihatinkan yang ditunjukkan Kidul, Bima, dan Pohuwatu jarang sekali
dalam laporan tersebut adalah banyaknya mempublikasikan informasi anggarannya.
permintaan informasi tentang peraturan Meskipun demikian, baik di daerah yang bersifat
perundang-undangan yang ditolak, padahal perkotaan maupun pedesaan, akses informasi
dalam Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 terhadap anggaran yang lebih detil seperti
tentang KIP, informasi tersebut dikategorikan dokumen Rencana Anggaran Satuan Kerja (RASK)
sebagai informasi yang wajib tersedia setiap saat. masih sulit diperoleh.
Uji akses UU KIP yang dilakukan oleh IPC di 10 Hasil-hasil temuan tersebut memang tidak
daerah tersebut mencatat berbagai alasan dapat menggambarkan secara keseluruhan potret
penolakan terhadap permintaan informasi. transparansi anggaran di seluruh pemerintah
Bahkan yang paling banyak penolakan terhadap daerah di tanah air. Namun paling tidak, kajian-
permintaan informasi tersebut tanpa disertai kajian tersebut memperlihatkan suatu fakta
dengan penjelasan atau keterangan yang jelas. bahwa transparansi anggaran daerah yang
Alasan lain yang juga diberikan oleh daerah yang diwujudkan dalam bentuk keterbukaan informasi
dikaji terhadap permintaan tersebut adalah bahwa dan akses terhadap informasi, masih cukup sulit.
informasi yang diminta tersebut tidak dapat Meskipun saat ini berbagai instrumen kebijakan
diberikan kepada individu. Alasan-alasan lain sudah diterbitkan untuk memperkuat
yang cukup banyak dicatat oleh tim uji akses ini perwujudan transparansi khususnya dalam
antara lain data yang diminta tidak dimiliki, bidang anggaran. Dengan demikian pertanyaan

296 Jurnal Ilmu Administrasi +


Volume VIII +
No. 3 +
Desember 2011
Implementasi Kebijakan Transparansi Keuangan Di Daerah
» Edah Jubaedah

kita selanjutnya adalah mengapa kebijakan yang lain dikhawatirkan menimbulkan dampak sosio-
mengatur transparansi anggaran di daerah belum psikologis yang negatif di kalangan aparat. Alih-
dapat diimplementasikan? Faktor-faktor apa yang alih bersikap terbuka, aparat ada kemungkinan
dihadapi yang menjadi kendala pemerintah akan cenderung bersikap tertutup. Hal in
daerah untuk membuka informasi dan misalnya terungkap dalam acara acara public
memberikan akses kepada masyarakat terhadap hearing yang dilakukan oleh Departemen
informasi anggarannya? Komunikasi dan Informatika tentang "Kesiapan
Badan Publik dan peranan Humas dalam
implementasi UU no.14/2008 tentang
F. FAKTOR PENGHAMBAT IMPLEMENTASI Keterbukaan Informasi Publik" di Jakarta tahun
KEBIJAKAN TRANSPARANSI 2009, bahwa ada kekhawatiran Badan Publik
KEUANGAN DAERAH bahwa UU KIP akan menyeret mereka ke dalam
Meskipun pemerintah secara tegas sudah sanksi hukum bila tak mampu menyediakan
mengatur penerapan prinsip transparansi dalam informasi kepada publik.
keuangan daerah sebagaimana yang tercantum Ketiga, belumnya jelasnya batasan-batasan
dalam berbagai peraturan perundang-undangan transparansi, dalam hal ini berkaitan dengan
yang sudah disajikan pada matriks sebelumnya, sejauh mana dan bagaimana instansi publik harus
namun pada kenyataannya banyak kalangan yang menyampaikan informasi dan data yang
menilai prinsip tersebut belum sepenuhnya dimilikinya. Hal ini semakin membingungkan
diterapkan. Nampaknya pemerintah daerah ketika berbicara soal informasi yang dikecualikan
sebagai implementor kebijakan menghadapi sebagaimana yang diatur dalam UU No. 14 Tahun
berbagai hambatan untuk menerapkan prinsip 2008 tentang KIP yang mengatur tentang
transparansi tersebut dalam pengelolaan informasi yang dikecualikan. Karena itu tidak
keuangan daerah. Hasil penelitian kajian yang menutup kemungkinan perbedaan persamaan
dilakukan oleh Zetra (2009) di 10 SKPD di delapan persepsi diantara institusi pemerintahan
Kabupaten/Kota di Sumatera Barat pada tahun mengenai informasi yang akan disampaikan ke
2008 dan 2009, memperlihatkan masih sulitnya publik atau informasi yang dikecualikan. Apalagi
bagi aparatur di daerah menyampaikan laporan menurut Pasquier dan Villeneuve (2007) bahwa
keuangan pemerintah daerah secara transparan transparansi merupakan konsep yang sangat
dan akuntabel, tepat waktu dan disusun umum yang dapat diterapkan dalam berbagai
mengikuti standar akuntansi pemerintahan. bidang seperti transparansi organisasi,
Secara umum Solihin (2007) mengidentifikasi transparansi keuangan, transparansi tindakan-
beberapa faktor yang menjadi kendala dalam tindakan dan tanggung jawab pemerintah dan
penerapan prinsip transparansi dalam tata juga transparansi dokumen.
kepemerintahan di daerah. Pertama faktor Hambatan keempat atau terakhir adalah masih
lemahnya komitmen, pemahaman dan rendahnya kesadaran masyarakat akan hak dan
kemampuan aparat untuk melakukan kewajiban mengenai akses terhadap informasi.
transparansi. Hal ini dapat dilihat bahwa Apalagi survei yang dilakukan oleh suatu LSM
meskipun pemerintah sudah menerbitkan SatuDunia sebagai organisasi yang concern pada
berbagai kebijakan yang berkaitan dengan isu pertukaran informasi dan pengetahuan pada
keharusan instansi pemerintah termasuk tanggal 22-25 April 2010 di Jakarta untuk
aparatnya untuk secara proaktif menyampaikan mengetahui sejauh mana masyarakat mengetahui
data dan informasi kepada masyarakat, namun bahwa pada bulan Mei 2010 ini UU 14/2008
dalam prakteknya masyarakat baru dapat tentang KIP diberlakukan, masih ada responden
memperoleh informasi itu apabila mengajukan yang tidak mengetahui tentang hal tersebut.
surat permohonan. Itu pun kerap membutuhkan Mengenai pemberlakukan UU 14/2008 tentang
waktu yang cukup lama untuk memenuhinya. KIP, 57% responden menyatakan tidak tahu
Kedua, faktor belum semua peraturan yang bahwa UU KIP akan diberlakukan pada bulan Mei
memuat ketentuan mengenai transparansi 2010,bahkan 4% menyatakan tidak peduli.
dilengkapi dengan ketentuan mengenai Sementara responden yang sudah mengetahui
sanksinya. Aturan tentang sanksi hukum apabila undang-undang tersebut sebanyak 39%.
aparat pemerintah tidak mau bersikap transparan Apabila dirangkumkan faktor-faktor
memang menimbulkan situasi yang dilematis. Di penghambat tersebut maka dapat diklasifikasikan
satu sisi adanya sanksi hukum ini dapat menjadi empat empat faktor, yaitu faktor perilaku,
mempertegas dan memperjelas upaya-upaya faktor institusional, faktor politis dan faktor sifat
penegakkan prinsip transparansi, namun di sisi organisasi. Faktor-faktor penghambat tersebut
tentunya akan berimplikasi terhadap sejauh mana

Jurnal Ilmu Administrasi +


Volume VIII +
No. 3 +
Desember 2011 297
Implementasi Kebijakan Transparansi Keuangan Di Daerah
Edah Jubaedah «

perilaku transparansi diterapkan dalam suatu Ball, Carolyn. 2009. What is Transparency. Public
organisasi. Integrity, Fall 2009, vol. 11, no. 4, pp. 293–307.
Bolivar, Manuel Pedro Rodriguez, Perez, Carmen Caba,
& Hernandez, Antonio M. Lopez. 2006. Cultural
Context and Governmental Digital Reporting,
G. PENUTUP
International Review of Administrative Science,
Transparansi merupakan prinsip yang 72(2): 269-290.
diyakini saat ini dapat memperkuat upaya Buckwalter, Neal D. 2010. Transparency in Government: A
demokratisasi dan penyelenggaraan Search for Clarity, 22nd Annual Conference of the
pemerintahan yang baik (good governance) serta Association for Budgeting and Financial
meningkatkan kepercayaan publik terhadap Management, Omaha Nebraska, 7 – 9 Oktober
badan-badan publik khususnya pemerintah. 2010.
Interaksi pemerintah, swasta dan masyarakat Direktorat Urusan Pemerintahan Daerah Direktorat
sebagai pilar-pilar governance dalam mengelola Jenderal Otonomi Daerah Departemen Dalam
Negeri. 2007. Panduan Operasional Program
atau mengurus berbagai kepentingan publik akan
Prakarsa Pembaruan Tata Pemerintahan Daerah
sinergi apabila terjadinya pertukaran informasi (P2TPD), Volume 2, Pelembagaan Transparansi
yang seimbang di antara ketiganya. dan Partisipasi.
Transparansi khususnya dalam keuangan Etzioni, Amitai. 2010. Is Transparency the Best
daerah merupakan salah satu instrumen yang Disinfectant? The Journal of Political Philosophy,
sementara ini dipercayai dapat meningkatkan Oxford: Blackwell Publishing Ltd.
efektivitas dan efisiensi pengelolaan keuangan Finel, Bernard I, dan Lord, Kristin M. 1999. The Suprising
daerah. Komitmen untuk mewujudkan Logic of Transparency, International Studies
transparansi keuangan daerah berdasarkan Quarterly, Vol. 43, No. 2 (June), pp. 315-339.
Finklestein, Neal D (ed). 2005. Transparency in Public
beberapa pengalaman di negara maju
Policy: Great Britain and the United Stated, London:
dimanifestasikan melalui adanya kebijakan- Palgrave Macmillan.
kebijakan yang memberikan kebebasan kepada Florini, Ann M. 2002. Increasing Transparency in
publik untuk mengakses informasi yang dimiliki Government, International Journal on World Peace,
oleh badan-badan publik. Begitu pula halnya di XIX: 3 (September): 3 – 37.
Indonesia, komitmen untuk mewujudkan Fox, Jonathan. 2007. The Uncertain Relationship Between
transparansi keuangan daerah dituangkan dalam Transparency and Accountability, Development in
peraturan perundang-undangan baik yang Practice, Volume 17, Numbers 4–5, August.
Freedom of Information Network Indonesia. 2010.
langsung maupun tidak langsung mengatur
Catatan Akhir Tahun Implementasi UU No.
penerapan prinsip transparasi dalam keuangan
14/2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik
daerah. (KIP) di Indonesia.
Adanya kebijakan-kebijakan yang Fung, Archon, Graham, Mary dan Weil, David. 2007.
menguatkan penerapan prinsip keuangan daerah Full Disclosure: The Politics, Perils and Promise of
membawa sejumlah implikasi baik terhadap Targeted Transparency, Cambridge: Cambridge
kelembagaan, budaya organisasi, University Press.
ketatalaksanakan maupun sumber daya manusia Gregorczuk, Helen. 2005. FOI – A Damp Squib or a Culture
aparatur yang harus ditindaklanjuti agar Change in the making? Open Government: a Journal
on Freedom of Information, Volume 1 Issue 2.
keberadaan kebijakan tersebut menjadi lebih
Grimmelikhuijsen, Stephan & Welch, Eric W. 2010. A
efektif. Apalagi pengalaman di lapangan Theoritical Framework for Government Transparency:
menunjukkan masih adanya sejumlah hambatan Factors Affecting Disclosure of Environmental
yang dihadapi pemerintah dalam upaya Information of Local Government in The Netherlands,
menegakkan prinsip transparansi dalam 14th IRSPM Conference, Berne, 7 9 April 2010.
keuangan daerah. Henriques, Adrian. 2007. Corporate Truth: The Limits to
Transparency, London: Eartscan.
Komisi Transparansi dan Partisipasi Kabupaten Lebak.
REFERENSI 2010. Laporan Kinerja Tahun 2010.
Anderson, Kjell. 2008. Transparency and Accountability in Lathrop, Daniel dan Ruma, Laurel (ed). 2010. Open
Science and Politics: The Awareness Principle, Government: Collaboration, Tranparency, and
London: Palgrave Macmillan. Participation in Practice, California: O'Reilly Media
Andersson, Kjell, Drottz-Sjöberg, Britt-Marie, Espejo, Inc.
Raul, Fleming, Patricia Ann dan Wene, Clas-Otto. Lembaga Studi Pers dan Pembangunan. 2006. Laporan
2006. Models of Transparency and Accountability in Studi Pemetaan Kesiapan Badan Publik dalam
the Biotech Age, Bulletin of Science Technology Memenuhi Hak Masyarakat Atas Informasi.
Society, 26; 46-56. Maddison, Sarah, dan Denniss, Richard. 2009. An
Introduction to Australian Public Policy: Theory and
Practice, Cambridge: Cambridge University Press.

298 Jurnal Ilmu Administrasi +


Volume VIII +
No. 3 +
Desember 2011
Implementasi Kebijakan Transparansi Keuangan Di Daerah
» Edah Jubaedah

Meijer, Albert. 2009. Understanding Modern Transparency, Solihin, Dadang. 2007. Mewujudkan Keuangan Negara
International Review of Administrative Science, yang Transparan, Partisipatif dan Akuntabel,
75(2): 255-269. http://www.slideshare.net/DadangSolihin/me
Montoya, Monica Lindh dan Garsten, Christina. 2008. wujudkan-keuangannegara-yang-transparan-
Introduction: examining the politics of transparency. partisipatif-dan-akuntabel (diakses tanggal 22
Dalam Transparency in A New Global Order: Februari 2009)
Unveiling Organizational Visions, Editor Monica The Asia Foundation dan Seknas Fitra. 2010. Laporan
Lindh Montoya & Christina Garsten, Kinerja Pengelolaan Anggaran Daerah 2009: Study
Massachusetts: Edward Elgar Publishing Ltd. di 41 Kabupaten/Kota di Indonesia.
Ng'ongo, Jackline. 2010. Promoting Transparency in Public Uhlir, Paul. 2010. Policy Guidelines for the Development and
Service in Kenya, Case Western Reserve University. Promotion of Governmental Public Domain
Oliver, Richard W. 2004. What is Transparency, New Information, dalam Access To Public Sector
York: McGraw-Hill. Information: Law, Technology & Policy, Volume 1,
Oltman, Shannon M. 2009. Information Access. Brian Fitzgerald (ed), Sydney: Sydney University
Bloomingtong: School of Library & Information Press.
Science Indiana University, Undang-undang No. 32 Tahun 2004 tentang
http://bpm.slis.indiana.edu/scholarship/ Pemerintahan Daerah.
oltmann_paper.pdf, diunduh tanggal 17 Undang-undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Desember 2010. Keuangan Negara.
Park, Heungsik & Blenkinsopp, John. 2011. The Roles of Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang
Transparency and Trust in the Relationship between Keterbukaan Informasi Publik.
Corruption and Citizen Satisfaction, International Undang-undang Nomor 14 Tahun 2008 tentang
Review of Administrative Science, 77(2): 254-274. Keterbukaan Informasi Publik.
Pasquier, Martial & Villeneuve, Jean-Patrick. 2007. UU Nomor 33 Tahun 2004 Perimbangan Keuangan
Organizational barriers to transparency: a typhology antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan
and analysis of organizational behaviour tending to Daerah.
prevent or restrict access to information, International Zetra, Aidinil. 2009. Strategi Pengembangan Kapasitas
Review of Administrative Sciences 2007; 73; 147. SDM Pemerintah Daerah dalam Mewujudkan
Peraturan Komisi Informasi Nomor 1 Tahun 2010 Transparansi dan Akuntabilitas Pengelolaan Keuangan
tentang Standar Pelayanan Informasi Publik. Daerah, http://www.bpk.go.id/
Peraturan Komisi Informasi Nomor 2 Tahun 2010 web/files/2009/07/270609-aidinil-zetra.pdf,
tentang Prosedur Penyelesaian Sengketa diunduh 12 November 2010.
Informasi Publik.
Peraturan Menteri Dalam Negeri No 59 Tahun 2007
tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah.
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 35 Tahun 2010
tentang Pedoman Pengelolaan Pelayanan
Informasi dan Dokumentasi di Lingkungan
Kementerian Dalam Negeri dan Pemerintahan
Daerah.
Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 Tentang
Pengelolaan Keuangan Daerah.
Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 61
Tahun 2010 tentang Pelaksanaan Undang-undang
Nomor 14 Tahun 2008 tentang Keterbukaan
Informasi Pubik.
Piotrowski, Suzane J. & Ryzin, Gregg Van. 2005. Desire
for Transparency: Dimensions and Determinants of
Attitudes Toward Governmental Transparency, 8th
Public Management Research Conference,
University of Southern California, September 29
Oktober 2005.
Piotrowski, Suzanne J. 2007. Governmental Transparency
in the Path of Administrative Reform, Albany: State
Universiry of New York Press.
Rodan, Garry. 2004. Transparency Authoritarian Rule in
Southeast Asia: Singapore and Malaysia, London:
Routledge Curzon.
Saxby, Stephen. 2010. UK Public Sector Information and
Re-Use Policy: A 2008 Analysis, dalam Access To
Public Sector Information: Law, Technology & Policy,
Volume 1, Brian Fitzgerald (ed), Sydney: Sydney
University Press.

Jurnal Ilmu Administrasi +


Volume VIII +
No. 3 +
Desember 2011 299

Anda mungkin juga menyukai