Anda di halaman 1dari 9

BUKU JAWABAN UJIAN (BJU)

UAS TAKE HOME EXAM (THE)


SEMESTER 2021/22.1 (2021.2)

Nama Mahasiswa : YUNITA CLARA HUNYANG

Nomor Induk Mahasiswa/NIM : 043664755

Tanggal Lahir : 04 Juni 2001

Kode/Nama Mata Kuliah : EKSI 4205/Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank

Kode/Nama Program Studi : 54/ Ekonomi Manajemen

Kode/Nama UPBJJ : 50/Samarinda

Hari/Tanggal UAS THE : Sabtu, 25 Juni 2022

Tanda Tangan Peserta Ujian

Petunjuk

1. Anda wajib mengisi secara lengkap dan benar identitas pada cover BJU pada halaman ini.
2. Anda wajib mengisi dan menandatangani surat pernyataan kejujuran akademik.
3. Jawaban bisa dikerjakan dengan diketik atau tulis tangan.
4. Jawaban diunggah disertai dengan cover BJU dan surat pernyataan kejujuran akademik.

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN


UNIVERSITAS TERBUKA
Surat Pernyataan Mahasiswa Kejujuran Akademik

Yang bertanda tangan di bawah ini:

Nama Mahasiswa : YUNITA CLARA HUNYANG


NIM : 043664755
Kode/Nama Mata Kuliah : EKSI 4205/ Bank dan Lembaga Keuangan Non Bank
Fakultas : Fakultas Ekonomi
Program Studi : 54/ Ekonomi Manajemen
UPBJJ-UT : 50/Samarinda

1. Saya tidak menerima naskah UAS THE dari siapapun selain mengunduh dari
aplikasi THE pada laman https://the.ut.ac.id.
2. Saya tidak memberikan naskah UAS THE kepada siapapun.
3. Saya tidak menerima dan atau memberikan bantuan dalam bentuk apapun dalam
pengerjaan soal ujian UAS THE.
4. Saya tidak melakukan plagiasi atas pekerjaan orang lain (menyalin dan mengakuinya
sebagai pekerjaan saya).
5. Saya memahami bahwa segala tindakan kecurangan akan mendapatkan hukuman
sesuai dengan aturan akademik yang berlaku di Universitas Terbuka.
6. Saya bersedia menjunjung tinggi ketertiban, kedisiplinan, dan integritas akademik
dengan tidak melakukan kecurangan, joki, menyebarluaskan soal dan jawaban UAS
THE melalui media apapun, serta tindakan tidak terpuji lainnya yang bertentangan
dengan peraturan akademik Universitas Terbuka.

Demikian surat pernyataan ini saya buat dengan sesungguhnya. Apabila di kemudian hari
terdapat pelanggaran atas pernyataan di atas, saya bersedia bertanggung jawab dan
menanggung sanksi akademik yang ditetapkan oleh Universitas Terbuka.
Long Pahangai, 25 Juni 2022

Yang Membuat Pernyataan

YUNITA CLARA HUNYANG


LEMBAR JAWABAN

1. Akad dan Produk Bank Syariah di setiap negara berbeda-beda. Sebutkan dan jelaskan
bagaimana akad Bank Syariah di Indonesia !
Jawaban :
Akad Bank Syariah di Indonesia yaitu
a) Wadiah.
Akad penitipan batang atau uang antara pihak yang mempunyai barang atau uang dan pihak
yang diberi kepercayaan dengan tujuan untuk menjaga keselamatan, keamanan, serta
keutuhan barang atau uang.
Prinsip wadi'ah yang diterapkan adalah wadi'ah yad dhamanah yang diterapkan pada
produk rekening giro. Wadiah dhamananh berbeda dengan wadia'ah amanah. Dalam
wadia'ah amanah, pada prinsipnya harta titipan tidak boleh dimanfaatkan oleh yang dititipi.
Sementara itu, dalam hal wadi'ah yad dhamanah, pihak yang dititipi (bank) bertanggung
jawab atas keutuhan harta titipan sehingga ia boleh memanfaatkan harta titipan tersebut.
Ketentuan umum dari produk ini adalah :
✓ Keuntungan atau kerugian dari penyaluran dana menjadi hak milik atau ditanggung bank,
sedang pemilik dana tidak dijanjikan imbalan dan tidak menanggung kerugian. Bank
dimungkinkan memberikan bonus kepada pemilik dana sebagai suatu insentif untuk
menarik dana masyarakat tapi tiak boleh diperjanjikan di muka.
✓ Bank harus membuat akad pembukaan rekening yang isinya mencakup izin penyaluran
dana yang disimpan dan persyaratan lain yang disepakati selama tidak bertentangan
dengan prinsip syariah. Khusus bagi pemilik rekening giro, bank dapat memberikan buku
cek, bilyet giro, dan debit card.
✓ Terhadap pembukaan rekening ini bank dapat menggunakan penggantibiaya administrasi
untuk sekedar menutupi biaya yang benar-benar terjadi.
✓ Ketentuan-ketentuan lain yang berkaitan dengan rekening giro dan tabungan tetap
berlaku selama tidak bertenatangan dengan prinsip syariah.
b) Mudharabah
Akad kerjasama suatu usaha antara pihak pertama (malik, shahibul mal, atau bank syariah)
yang menyediakan seluruh modal dan pihak kedua ('amil, mudharib, atau nasabah) yang
bertindak selaku pengelola dana dengan kesepakatan yang dituangkan dalam akad,
sedangkan kerugian ditanggung sepenuhnya oleh Bank Syariah kecuali jika pihak kedua
melakukan kesalahan yang disengaja, lalai atau menyalahi perjanjian.
Dalam mengaplikasikan prinsip mudharabah, penyimpanan atau deposan bertindak sebagai
shahibul maal (pemilik modal) dan bank sebagai mudharib (pengelola). Dana tersebut
digunakan bank untuk melakukan murabahah atau ijarah seperti yang telah dijelaskan
terdahulu. Dapat pula dana tersebut digunakan bank untuk melakukan mudharabah kedua.
Hasil usaha ini akan dibagihasilkan berdasarkan nisbah yang disepakati. Dalam hal bank
menggunakannya untuk melakukan mudharabah kedua, maka bank bertanggung jawab
penuh atas kerugian yang terjadi.
Rukun mudharabah terpenuhi semua (ada mudharib-ada pemilik dana, ada usaha yang
dibagihasilkan, ada nisbah, dan ada ijab Kabul). Prinsip mudharabah ini diaplikasikan pada
produk tabungan berjangka dari deposito berjangka. Berdasarkan kewenangan yang
diberikan oleh pihak penyimpan dana, prinsip mudharabah terbagi dua yaitu : (1)
Mudharabah mutlaqah, (2) Mudharabah Muqayyadah
c) Musyarakah.
Akad kerjasama diantara dua pihak atau lebih untuk usaha tertentu yang masing-masing
pihak memberikan porsi dana masing-masing. Bentuk umum dari usaha bagi hasil adalah
musyarakah (syirkah atau syarikah). Transaksi musyarakah dilandasi adanya keinginan para
pihak yang bekerja sama untuk meningkatkan nilai aset yang mereka miliki secara bersama-
sama. Semua bentuk usaha yang melibatkan dua pihak atau lebih di mana mereka secara
bersama-sama memadukan seluruh bentuk sumber daya baik yang berwujud maupun yang
tidak berwujud.
Secara spesifik bentuk kontribusi dari pihak yang bekerja sama dapat berupa dana, barang
perdagangan (trading asset), kewirausahaan (entrepreneurship), kepandaian (skill),
kepemilikan (property), peralatan (equipment), atau intangible asset (seperti hak paten atau
goodwill), kepercayaan atau reputasi (credit worthiness) dan barang-barang lainnya yang
dapat dinilai dengan uang. Dengan meragkum seluruh kombinasi dari bentuk kontribusi
masing-masing pihak dengan atau tanpa batasan waktu menjadikan produk ini sangat
fleksibel. Ketentuan umum Pembiayaan Musyarakah adalah sebagai berikut:
➢ Semua modal disatukan untuk dijadikan modal proyek musyawarah dan dikelola
bersama-sama. Setiap pemilik modal berhak turut serta dalam menentukan kebijakan
usaha yang dijalankan oleh pelaksana proyek. Pemilik modal dipercaya untuk
menjalankan proyek musyarakah dan tidak boleh melakukan tindkan seperti:
➢ Menggabungkan dana proyek dengan harta pribadi.
➢ Menjalankan proyek musyarakah dengan pihak lain tanpa izin pemilik modal lainnya.
➢ Memberi pinjaman kepada pihak lain
➢ Setiap pemilik modal dianggap mengakhiri kerja sama apabila:
➢ Menarik diri dari perserikatan
➢ Meninggal dunia,
➢ Menjadi tidak cakap hukum
➢ Biaya yang timbul dalam pelaksanaan proyek dan jangka waktu proyek harus diketahui
bersama. Keuntungan dibagi sesuai porsi kesepakatan sedangkan kerugian dibagi sesuai
dengan porsi kontribusi modal.
➢ Proyek yang akan dijalankan harus disebutkan dalam akad. Setelah proyek selesai
nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati untuk
bank.
d) Murabahah.
Akad pembiayaan suatu barang dengan menegaskan harga belinya kepada pembeli dan
pembeli membayarnya dengan harga yang lebih sebagai keuntungan yang disepakati.
Murabahah (al-bai bi tsaman ajil) lebih dikenal sebagai murabahah saja. Murabahah berasal
dari kata ribhu (keuntungan), adalah transaksi jual belil di mana bank menyebut jumlah
keuntungannya. Bank bertindak sebagai penjual, sementara nasabah sebagai pembeli. Harga
jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan (marjin). Kedua belah pihak
harus menyepakati harga jual dan jangka waktu pembayaran. Harga jual dicantumkan dalam
akad jual beli dan jika telah disepakati tidak dapat berubah selama berlakunya akad. Dalam
perbankan murabahah selalu dilakukan dengan cara pembayran cicilan (bi tsaman ajil, atau
muajjal). Dalam transaksi ini barang diserahkan segera setelah akad, sementara pembayaran
dilakukan secara tangguh/cicilan.
e) Salam.
Akad pembiayaan suatu barang dengan cara pemesanan dan pembayaran harga yang
dilakukan terlebih dahulu dengan syarat tertentu yang disepakati. Salam adalah transaksi
jual beli di mana barang yang diperjualbelikan belum ada. Oleh karena itu, barang
diserahkan secara tangguh sementara pembayaran dilakukan secara tunai. Bank bertindak
sebagai pembeli, sementara nasabah sebagai penjual. Sekilas transaksi ini mirip jual beli ijon,
namun dalam transaksi ini kuantitas, kualitas, harga, dan waktu penyerahan barang harus
ditentukan secara pasti. Dalam praktik perbankan, ketika barang telah diserahkan kepada
bank, maka bank akan menjualnya kepada rekanan nasabah atau nasabah itu sendiri secara
tunai atau secara cicilan. Harga jual yang ditetapkan oleh bank adalah harga beli bank dari
nasabah ditambah keuntungan. Dalam hal ini bank menjualnya secara tunai biasanya disebut
dengan pembiayaan talangan (bridging financing). Sedangkan dalam hal bank menjualnya
secara cicilan.
Ketentuan umum Pembiayaan Salam adalah sebagai berikut:
✓ Pembelian hasil produksi harus diketahui spesifikasinya secara jelas seperti jenis,
macam, ukuran, mutu dan jumlahnya. Misalnya jual beli 100kg mangga harum manis
kualitas "A" dengan harga Rp. 5000/kg, akan diserahkan pada panen dua bulan
mendatang.
✓ Apabila hasil produksi yang diterima cacat atau tidak sesuai akad maka nasabah
(produsen) harus bertanggung jawab dengan cara antara lain mengambilkan dana
yang telah diterimanya atau mengganti barang yang sesuai dengan pesanan.
✓ Mengingat bank tidak menjadikan barang yang dibeli atau dipesannya sebagai
persediaan (inventory), maka dimungkinkan bagi bank untuk melakukan akad salam
kepada pihak ketiga (pembeli kedua), seperti BULOG, pedagang pasar induk atau
rekanan. Mekanisme seperti ini disebut sebagai paralel salam.
f) Istisna'.
Akad pembiayaan barang dalam bentuk pemesanan pembuatan barang tertentu yang
disepakati antara pemesan atau pembeli (mustashni') dan penjual atau pembuat (shani').
Produk istishna' menyerupai produk salam, tapi dalam istishna' pembayarannya dapat
dilakukan oleh bank dalam beberapa kali (termin) pembayaran. Skim istishna' dalam Bank
Syariah umumnya diaplikasikan pada pembiayaan manufaktur dan konstruksi. Ketentuan
umum Pembiayaan Istishna' adalah spesifikasi barang pesanan harus jelas seperti jenis,
macam ukuran, mutu dan jumlahnya. Harga jual yang telah disepakati dicantumkan daam
akad Istishna' dan tidak boleh berubah selama berlakunya akad. Jika terjadi perubahan dari
kriteria pesanan dan terjadi perubahan harga setelah akad ditandatangani, seluruh biaya
tambahan tetap ditanggung nasabah.
g) Ijarah.
Akad penyediaan dana dalam rangka memindahkan hak guna atau manfaat dari suatu
barang atau jasa berdasarkan transaksi sewa, tanpa diikuti dengan pemindahan
kepemilikian barang itu sendiri. Transaksi ijarah dilandasi adanya perpindahan manfaat. Jadi
pada dasarnya prinsip ijarah sama saja dengan prinsip jual beli, tapi perbedaannya terletak
pada objek transaksinnya. Bila pada jual-beli objek transaksinya adalah barang pada ijarah
objek transaksinya adalah jasa.
h) Ijarah Muntahiyah Bit Tamlik.
Akad penyediaan dana dalam rangka memindahkan hak guna atau manfaat dari suatu
barang atau jasa berdasarkan transaksi sewa dengan opsi pemindahan kepemilikan barang.
Pada akhir masa sewa, bank dapat saja menjual barang yang disewakannya kepada nasabah.
Karena itu dalam perbankan syariah dikenal ijarah muntahhiyah bittamlik (sewa yang diikuti
dengan berpindahnya kepemilikan). Harga sewa dan harga jual disepakati pada awal
perjanjian.
i) Qardh
Akad pinjaman dana kepada nasabah dengan ketentuan bahwa nasabah wajib
mengembalikan dana yang diterimanya pada waktu yang telah disepakati. Qardh adalah
pemberian harta kepada orang lain yang dapat ditagih atau diminta kembali. Menurut teknis
perbankan, qardh adalah pemberian pinjaman dari bank kepada nasabah yang dipergunakan
untuk kebutuhan mendesak, seperti dana talangan dengan kriteria tertentu dan bukan untuk
pinjaman yang bersifat konsumtif.
Pengembalian pinjaman ditentukan dalam jangka waktu tertentu (sesuai kesepakatan
bersama) sebesar pinjaman tanpa ada tambahan keuntungan dan pembayarannya dilakukan
secara angsuran atau sekaligus. Bank dapat meminta jaminan atas pinjaman ini kepada
peminjam (QS al-Hadid 57:11).

2. Jika terjadi kebangkrutan bank, bagaimana cara bank Indonesia dan BPK dalam
pengawasan bank tersebut
Jawaban :
a) Cara pengawasan bank Indonesia :
➢ Pengawasan yang dilakukan terbagi atas dua jenis kegiatan yaitu pengawasan tidak
langsung (off site supervision) dan pengawasan langsung (on site examination).
✓ Secara ringkas, pengawasan tidak langsung merupakan tindakan pengawasan dan
analisis yang dilakukan berdasarkan laporan berkala (regulatory reports) yang
disampaikan oleh Bank, informasi dalam bentuk komunikasi lain serta informasi
dari pihak lain.
✓ Sementara itu, pengawasan langsung dilakukan dengan cara melakukan
pemeriksaan pada Bank untuk meneliti dan mengevaluasi tingkat kepatuhan Bank
terhadap ketentuan yang berlaku. Termasuk dalam kedua jenis pendekatan
pengawasan tersebut di atas analisis kondisi Bank, saat ini dan diwaktu yang akan
datang (forward looking)
➢ Pengawasan Normal. Pengawasan ini dilakukan terhadap Bank yang memenuhi kriteria
tidak memiliki potensi atau tidak membahayakan kelangsungan usahanya. Umumnya,
frekuensi pengawasan dan pemantauan kondisi Bank dilakukan secara normal
sedangkan pemeriksaan terhadap jenis Bank ini dilakukan secara berkala atau sekurang-
kurangnya setahun sekali.
➢ Pengawasan Intensif. Pengawasan intensif ini dilakukan Bank yang memenuhi yang
memiliki potensi kesulitan yang dapat membahayakan kelangsungan usahanya.
Langkah-langkah yang dilakukan Bank Indonesia pada Bank dengan status Pengawasan
Intensif, antara lain:
1) Meminta Bank untuk melaporkan hal-hal tertentu kepada Bank Indonesia.
2) Melakukan peningkatan frekuensi pengkinian dan penilaian rencana kerja
dengan penyesuaian terhadap sasaran yang akan dicapai.
3) Meminta Bank untuk menyusun rencana tindakan sesuai dengan permasalahan
yang dihadapi.
4) Menempatkan pengawas dan atau pemeriksa Bank Indonesia pada Bank, apabila
diperlukan.
Bagi Bank dalam Pengawasan Intensif yang tidak menghasilkan perbaikan kondisi
keuangan dan manajerial dan berdasarkan analisis Bank Indonesia diketahui bahwa
Bank tersebut dapat diklasifikasikan sebagai Bank yang memiliki kesulitan yang dapat
membahayakan kelangsungan usahanya, maka Bank tersebut selanjutnya ditetapkan
sebagai Bank dengan status Pengawasan Khusus. Disamping itu, apabila diperlukan,
intensitas pemeriksaan langsung pada Bank pada umumnya meningkat terutama dalam
rangka memantau perkembangan kinerja berdasarkan komitmen dan rencana perbaikan
yang disampaikan manajemen Bank kepada Bank Indonesia.
➢ Pengawasan Khusus
Pengawasan terhadap bank yang dinilai mengalami kesulitan yang membahayakan
kelangsungan usahanya. Terhadap Bank dengan status Pengawasan Khusus ini maka
beberapa tindakan Bank Indonesia yang diambil, antara lain:
a) Memerintahkan Bank dan atau pemegang saham Bank untuk mengajukan
rencana perbaikan permodalan (capital restoration plan) secara tertulis kepada
Bank Indonesia.
b) Memerintahkan Bank untuk memenuhi kewajiban melaksanakan tindakan
perbaikan (mandatory supervisory actions).
c) Memerintahkan Bank dan atau pemegang saham Bank untuk melakukan
tindakan antara lain:
▪ mengganti dewan komisaris dan atau direksi Bank;
▪ menghapusbukukan kredit atau pembiayaan berdasarkan Prinsip
Syariah yang tergolong macet dan memperhitungkan kerugian Bank
dengan modal Bank;
▪ melakukan merger atau konsolidasi dengan bank lain;
▪ menjual Bank kepada pembeli yang bersedia mengambil alih seluruh
kewajiban Bank;
▪ menyerahkan pengelolaan seluruh atau sebagian kegiatan Bank kepada
pihak lain;
▪ menjual sebagian atau seluruh harta dan atau kewajiban Bank kepada
bank atau pihak lain; dan atau
▪ membekukan kegiatan usaha tertentu Bank.
b) Cara pengawasan BPK di Indonesia :
Berdasarkan lingkup kewenangan BPK, secara teoritis kewenangan pengawasan BPK atas
pengelolaan keuangan dapat dikelompokkan dalam pengawasan represif, yakni pengawasan
atas pelaksanaan dari anggaran atau pengawasan a-posteriori. Pengawasan a-posteriori
merupakan pengawasan yang dilakukan sesudah dikeluarkannya keputusan atau ketetapan
pemerintah ataupun setelah kegiatan dilakukan. Dalam hal keputusan atau ketetapan
pemerintah, maka pengawasan jenis ini dilakukan untuk melihat bagaimana pelaksanaan
keputusan atau ketetapan tersebut, apakah dalam pelaksanaannya telah sesuai dengan
tujuan atau maksud diterbitkan keputusan atau ketetapan tersebut. Dalam hal kegiatan
pemerintah, biasanya dilakukan pada akhir tahun, pengawasan represif ini bermaksud untuk
mengetahui apakah suatu kegiatan dan pembiayaan yang telah dilakukan itu telah mengikuti
kebijaksanaan dan ketentuan yang telah ditetapkan dan pengawasan ini dilakukan setelah
pekerjaan atau kegiatan dilaksanakan. Selain itu, pengawasan represif dapat dikatakan juga
sebagai salah satu bentuk pengawasan atas jalannya pemerintahan. Tiga jenis Pemeriksaan
BPK, baik pemeriksaan keuangan, pemeriksaan kinerja, maupun pemeriksaan dengan tujuan
tertentu merupakan bentuk-bentuk pengawasan terhadap tahapan pelaksanaan pengelolaan
keuangan negara

3. Bagaimana prinsip operasional dan kerangka strategis bank Pembangunan islam atau
yang biasa dikenal dengan IDB
Jawaban :
Prinsip operasional dan kerangka strategis bank Pembangunan islam yaitu
✓ Sesuai dengan tujuan dibentuknya IDB, yaitu untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan
perkembangan sosial anggota-anggotanya serta komunitas Islam, maka IDB memiliki prinsip
operasional antara lain:
IDB menjadi khalifah (pelopor) pembangunan berdasarkan landasan islam;
IDB proaktif;
IDB selalu menjaga hubungan dan berusaha meningkatkan kerja sama;
IDB menjadikan kebutuhan dan aspirasi masyarakat sebagai target sebelum
menyusunnya menjadi program;
IDB berkonsultasi dengan intens kepada setiap stakeholders dalam setiap program yang
diajukan.
✓ Strategi utama dalam operasional IDB adalah mengoptimalkan pelaksanaan visi IDB dalam
kurun waktu sampai dengan 1440 H (2020). Hal ini dengan mengadopsi sembilan agenda
yang merupakan arah strategi utama IDB, yaitu:
Reformasi IDB;
Pemberantasan kemiskinan;
Mempromosikan kesehatan;
Mendorong pendidikan untuk semua;
Menyejahterakan rakyat;
Memperkuat persaudaraan Islam;
Memperluas industri dan sistem keuangan Islam;
Memfasilitasi hubungan antar negara anggota maupun dengan negara lainnya;
Memperbaiki citra Islam.
Sementara, strategi tersebut maka fokus kerja sama IDB adalah:
Pembangunan manusia;
Pembangunan pertanian dan ketahanan pangan;
Pembangunan infrastruktur;
Kerjasama perdagangan antar negara anggota;
Pembangunan sektor swasta;
Kajian dan pengembangan di bidang ekonomi, perbankan dan keuangan islam.

Anda mungkin juga menyukai