MODUL PERKULIAHAN
TEORI
AKUNTANSI
Positive Accounting Theory,
Agency Theory & Signaling Theory
Abstrak Sub-CPMK
CPMK 3:
Teori akuntansi positif berupaya menjelaskan sebuah proses, yang Mampu menjelaskan
menggunakan kemampuan, pemahaman, dan pengetahuan konsep Standar Akuntansi
Keuangan
akuntansi serta penggunaan kebijakan akuntansi yang paling
sesuai untuk menghadapi kondisi tertentu dimasa mendatang.
Teori akuntansi positif pada prinsipnya beranggapan bahwa tujuan
dari teori akuntansi adalah untuk menjelaskan dan memprediksi
praktik-praktik akuntansi.
Teori akuntansi positif merupakan studi lanjut dari teori akuntansi normatif karena
kegagalan normatif dalam menjelaskan fenomena praktik yang terjadi secara nyata. Teori
akuntansi positif mempunyai peranan dangat penting dalam perkembangan teori akuntansi.
Teori akuntansi positif dapat memberikan pedoman bagi para pembuat kebijakan akuntansi
dalam menentukan konsekuensi dari kebijakan tersebut. Teori akuntansi positif
berkembang seiring kebutuhan untuk menjelaskan dan memprediksi realitas praktik
akuntansi yang ada dalam masyarakat sedangkan akuntansi normatif lebih menjelaskan
praktik akuntansi yang seharusnya berlaku.
Pada tahun 1543 metode Pacioli tersebut ditranslasikan ke bahasa Inggris. Pada
awal abad 18, konsep gabungan kekayaan perusahaan berkembang di Inggris, termasuk
eksistensi permanen, keterbatasan kewajiban pemilik, dan kemampuan untuk mentransfer
Terjadinya market crash pada 1929 menimbulkan Great Depression yang melahirkan SEC
(Securities and Exchange Commision) pada 1934 oleh Securities Act, yang bertujuan
memproteksi investor.
Pada tahun 1940 akuntansi berbasis biaya historis menerima ekspresi tertinggi dari
monograph Paton & Littleton yg terkenal, Introduction of Corporate Accounting Standard.
Terdapat 2 alternatif dari historical cost, yaitu value in use dan fair value (akan
dipelajari di chapter 7).
Pada tahun 1960an, teori akuntansi berfokus kepada konsep praktik akuntansi
seperti apa yang terbaik. Akhirnya, didapatkan konsep informasi statemen keuangan yang
berguna. Pada 1966, dibuat A Statement of Basic Accounting Theory oleh American
Accounting Association (AAA), sebuah draft rerangka konseptual IASB dan FASB
(2008). Apabila diperhatikan lebih lanjut, akuntansi mengalami perubahan besar ketika
terjadi kasus-kasus, seperti pada tahun 1900, dan kasus Enron yang melahirkan Sarbanes-
Oxley Act.
Kendaraan ini mereka dibuat oleh pemberi pinjaman seperti bank, perusahaan
mortgage, dan institusi finansial lainnya unuk mengamankan holding atas mortgage, credit
Pembiayaan dengan ABSs dengan uang pinjaman adalah strategi yang berisiko.
SIV kemudian mengurangi risiko nya dengan membeli credit default swaps (CDS).
Mulai tahun 2007, struktur seperti mulai hancur. Asset-backed securities kurang
transparan. Hal ini kemudian menimbulkan kecurigaan pasar yang menimbulkan
penurunan yang lebih jauh terhadap nilai pasar. Penurunan yang didaarkan kepada
sedikitnya pembelian saham oleh investor ini disebut sebagai liquidity risk. Semakin
banyak kecurigaan terhadap nilai sekuritas adalah dengan menurunkan harga penawaran,
atau tidakmembeli sama sekali.
Penjualan CDOs dan CDSs dan CDOs sintetis menjadi atu bagian yang disebut
Shadow Banking System. Singkatnya, risiko counerparty adalah hal utama yang
menyebabkan hancurnya pasar ABS. Citigroup mengembalikan $147,4 milyar aset kepada
sponsor SUVnya.
Buyback dari para SUV tadi memberkan konsekuensi bahwa pembayaran tersebut
memperlemah sulvensi peruahaan dan pengetahuan mengenai aset
―beracun‖.
Musibah ini menimbulkan kritik keras terhadap akuntansi nilai wajar IASB dan
FASB membutuhkan pekerjaan ulang untuk fair-value accounting standard, dan juga
standar derekognisi, konsolidasi, dan pengakuan pendapatan yang beberapa akan dibahas
pada chapter 7.
1. Pelaporan keuangan harus transparan, sehingga investor dapat melihat dengan jelas
nilai aset dan liabilitas
2. akuntansi nilai wajar dapat menggantikan value-in-use ketika market collapse
karena nilai likuiditas yang menimbulkan penrunan terahadap kepercayaan diri investor.
Perbedaan utama yang kedua adalah terkait dengan konservatisme pada pelaporan
keuangan. Berdasarkan konservatisme, kerugian yang belum terealisasi diakui pada saat itu
juga, sedangkan keuntungan tidak diakui sampai dengan terealisasi.
Dalam buku ini, kedua paham yaitu kebergunaan untuk pengambilan keputusan dan
efficient contracting sama-sama memiliki nilai penting. Hal ini akan dibahas lebih lanjut
pada section 1.10.
Dengan perilaku etis, diharapkan akuntan dan auditor melakukan hal yang benar.
Dalam konteks ini, akuntan dan auditor diharapkan bertindak dengan integritas dan bebas
serta menjadikan kepentingan publik di atas kepentingan pegawai maupun klien. Buku ini
Alasan lain kompleksitas informasi adalah karena informasi akuntansi lebih dari
mempengaruhi keputusan individu. Informasi akuntansi selain mempengaruhi keputusan,
Tantangan bagi para akuntan keuangan adalah untuk bertahan dan berkembang
dalam lingkungan yang kompleks, ditandai dengan preferensi yang bertentangan dari
kelompok berbeda yang berbeda dengan pelaporan keuangan. Buku ini berpendapat bahwa
prospek bertahan hidup dan kemakmuran akan meningkat jika akuntan memiliki kesadaran
kritis mengenai dampak pelaporan keuangan pada investor, manajer, dan ekonomi.
Sebagai contoh, penelitian yang fundamental menjadi model dari pemecahan konflik.
Dalam memahami model teori agency, kita memperoleh peningkatan pemahaman
mengenai kepentingan manajer dalam pelaporan keuangan, serta peranan perencanaan
kompensasi eksekutif dalam memotivasi dan mengendalikan operasi manajemen
perusahaan, selain itu juga mengenai cara menggunakan informasi akuntansi.
2. Teori Keagenan
Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan agency relationship sebagai kontrak
yang ditetapkan antara prinsipal yang menggunakan jasa agen untuk menjalankan kegiatan
usaha dan bekerja untuk kepentingan prinsipal, termasuk di dalamnya pendelegasian
otoritas pengambilan keputusan dari prinsipal pada agen. Dengan berasumsi bahwa kedua
belah pihak berperilaku utility maximizer, maka Jensen dan Meckling (1976) menyatakan
terdapat kecenderungan agen bersikap oportunis. Hal ini tidak lepas dari penjelasan
Eisenhardt (1989) bahwa teori keagenan mengasumsikan bahwa, (1) manusia
mengutamakan preferensi pribadi (self interest), (2) manusia memiliki keterbatasan
rasionalitas (bounded rationality), dan (3) manusia cenderung menghindari risiko (risk
aversion).
Dalam teori yang dirumuskannya Jensen dan Meckling (1976), menyatakan bahwa
untuk memperoleh klaim atas perusahaan sebesar (1-a), investor akan membayar sebesar
(1-a) kali nilai yang ia harapkan dari perusahaan, yang ditentukan oleh perubahan perilaku
manajer. Hal ini menunjukan kebutuhan investor untuk mengubah perilaku manajer dalam
rangka menekan konflik kepentingan diantara kedua pihak.
Hubungan antara manajemen dan investor yang pada dasarnya saling
membutuhkan, akan terkendala oleh information problem dan agency problem. Hal ini
mengakibatkan peranan informasi keuangan menjadi penting karena perbedaan kualitas
Monitoring dapat menjadi solusi konflik kepentingan antara manajer dan investor
jika dalam kontrak secara jelas (tanpa ambiguitas), diterangkan bahwa investor memiliki
hak untuk memantau dan membatasi perilaku konsumsi manajer. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa penerapan monitoring tersebut didasarkan pada judgement prinsipal
mengenai apakah perilaku manajer dapat diubah, serta apakah terdapat ambiguitas dalam
kontrak mengenai hak prinsipal melakukan monitoring. Dengan demikian, jika pasar
ekuitas kompetitif maka investor memperhitungkan total manfaat (dikurangi biaya
monitoring) akan dikapitalisasi ke dalam harga klaim.
Selanjutnya, mengenai bonding cost Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan
bahwa dapat menjadi solusi konflik kepentingan antara manajer dan investor, apabila
manajer bersedia menanggung biaya bonding tersebut. Dijelaskan pula bahwa manajer
akan bersedia menanggung biaya bonding tersebut apabila berdasarkan perhitungannya,
peningkatan bersih dalam kekayaan yang dihasilkan (dari peningkatan nilai perusahaan
dikurangi biaya agensi) lebih besar daripada konsumsi yang dilepaskannya. Jenis biaya
keagenan yang ketiga adalah kerugian residual (residual loss). Kerugian residual
merupakan total biaya keagenan yang ditimbulkan karena penjualan ekuitas oleh investor
yang disebabkan kegiatan monitoring dan bonding tidak berjalan sebagaimana diharapkan.
Penurunan kesejahteraan manajer sebagai akibat kerugian residual dengan nilai kepadanya
dari peningkatan manfaat non-uang.
FCGI (2000) menyebutkan prinsipal hanya bertugas untuk mengawasi dan
memonitor jalannya perusahaan yang dikelola oleh agen. Agen bertugas menjalankan
manajemen perusahaan untuk kepentingan perusahaan dan dijamin memiliki keleluasaan
dalam melakukannya. Dalam penelitian ini, teori keagenan menjelaskan pentingnya fungsi
pengawasan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam menekan perilaku oportunis
Scott, W. R. & O’Brien P.C. (2019). Financial accounting theory. Prentice Hall.
Suwardjono, T. A. (2005). Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Yogyakarta: BPFE.
Setiany, E. (2016). Independensi board, pengungkapan sukarela, Kualitas laba dan
biaya modal ekuitas. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.