Anda di halaman 1dari 14

1

MODUL PERKULIAHAN

TEORI
AKUNTANSI
Positive Accounting Theory,
Agency Theory & Signaling Theory

Abstrak Sub-CPMK
CPMK 3:
Teori akuntansi positif berupaya menjelaskan sebuah proses, yang Mampu menjelaskan
menggunakan kemampuan, pemahaman, dan pengetahuan konsep Standar Akuntansi
Keuangan
akuntansi serta penggunaan kebijakan akuntansi yang paling
sesuai untuk menghadapi kondisi tertentu dimasa mendatang.
Teori akuntansi positif pada prinsipnya beranggapan bahwa tujuan
dari teori akuntansi adalah untuk menjelaskan dan memprediksi
praktik-praktik akuntansi.

Fakultas Program Studi Tatap Muka Disusun Oleh


Dr. Erna Setiany, M.Si.

Fakultas Ekonomi dan Bisnis S1 Akuntansi


11
Latar Belakang

1. TEORI AKUNTANSI POSITIF

Teori akuntansi positif berupaya menjelaskan sebuah proses, yang menggunakan


kemampuan, pemahaman, dan pengetahuan akuntansi serta penggunaan kebijakan
akuntansi yang paling sesuai untuk menghadapi kondisi tertentu dimasa mendatang. Teori
akuntansi positif pada prinsipnya beranggapan bahwa tujuan dari teori akuntansi adalah
untuk menjelaskan dan memprediksi praktik-praktik akuntansi. Sedangkan teori normatif
dianggap merupakan pendapat pribadi yang subjektif, sehingga tidak dapat diterima begitu
saja dan harus dapat diuji secara empiris agar memiliki dasar teori yang kuat. Dalam
praktik, para profesional dalam bidang akuntansi telah menyadari sepenuhnya bahwa teori
akuntansi positif lebih cendrung diterapkan dibanding teori akuntansi normatif.

Teori akuntansi positif merupakan studi lanjut dari teori akuntansi normatif karena
kegagalan normatif dalam menjelaskan fenomena praktik yang terjadi secara nyata. Teori
akuntansi positif mempunyai peranan dangat penting dalam perkembangan teori akuntansi.
Teori akuntansi positif dapat memberikan pedoman bagi para pembuat kebijakan akuntansi
dalam menentukan konsekuensi dari kebijakan tersebut. Teori akuntansi positif
berkembang seiring kebutuhan untuk menjelaskan dan memprediksi realitas praktik
akuntansi yang ada dalam masyarakat sedangkan akuntansi normatif lebih menjelaskan
praktik akuntansi yang seharusnya berlaku.

1.2. Beberapa Perspektif Sejarah


Akuntansi memiliki sejarah yang panjang. Deskripsi utuh pertama terkait sistem
double entry bookkeeping muncul pada tahun 1494 oleh Luca Pacioli,
matematikawan/pertapa dari Italia. Pacioli tidak menemukan sistem tersebut, melainkan
tumbuh seiring berjalannya waktu. “Method of Venice” tersebut banyak dmasukkan dalam
buku matematika di masa itu.

Pada tahun 1543 metode Pacioli tersebut ditranslasikan ke bahasa Inggris. Pada
awal abad 18, konsep gabungan kekayaan perusahaan berkembang di Inggris, termasuk
eksistensi permanen, keterbatasan kewajiban pemilik, dan kemampuan untuk mentransfer

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


2 Dr. Erna Setiany, M.Si.
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
saham. Maka, terjadilah perubahan dari akuntansi finansial, dari sistem yang
memungkinan pedagang mengontrol operasinya menuju sistem untuk menginformasikan
investor. 1844 Companies Act memberikan konsep untuk membuat neraca yang diaudit
untuk pemegang saham, namun tidak langsung dilaksanakan dan baru dikumandangkan
kembali pada awal 1900an.

Pada abad 20, perkembangan akuntansi banyak terjadi di Amerika yang


perkembangan ekonominya meningkat pesat. Kemunculan pajak penghasilan badan pada
1909 memberikan dampak terhadap pengukuran pendapatan.

Terjadinya market crash pada 1929 menimbulkan Great Depression yang melahirkan SEC
(Securities and Exchange Commision) pada 1934 oleh Securities Act, yang bertujuan
memproteksi investor.

Pada tahun 1940 akuntansi berbasis biaya historis menerima ekspresi tertinggi dari
monograph Paton & Littleton yg terkenal, Introduction of Corporate Accounting Standard.

Terdapat 2 alternatif dari historical cost, yaitu value in use dan fair value (akan
dipelajari di chapter 7).

Pada tahun 1960an, teori akuntansi berfokus kepada konsep praktik akuntansi
seperti apa yang terbaik. Akhirnya, didapatkan konsep informasi statemen keuangan yang
berguna. Pada 1966, dibuat A Statement of Basic Accounting Theory oleh American
Accounting Association (AAA), sebuah draft rerangka konseptual IASB dan FASB
(2008). Apabila diperhatikan lebih lanjut, akuntansi mengalami perubahan besar ketika
terjadi kasus-kasus, seperti pada tahun 1900, dan kasus Enron yang melahirkan Sarbanes-
Oxley Act.

1.3 The 2007-2008 Market Meltdowns


Meskipun regulasi dan standar baru tersebut, Special Purpose Entities (SPE) masih
banyak digunakan, terutama oleh institusi finansial, yang mereka sering sebut sebagai
Structured Investment Vehicle (SIV).

Kendaraan ini mereka dibuat oleh pemberi pinjaman seperti bank, perusahaan
mortgage, dan institusi finansial lainnya unuk mengamankan holding atas mortgage, credit

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


3 Dr. Erna Setiany, M.Si.
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
card balances, auto loans, dan aset finansial lainnya. SIV kemudian mengumpulkannya
menjadi asset-backed securities (ABS). ABS kemudian disekuritaskan sebagai
collaterallized debt obligation (CDOs). Untuk membiayai aset yang dibeli oleh
sponsor,SIV meminjam uang dengan menerbitkan asset-backed commercial paper
(ABCP).

Pembiayaan dengan ABSs dengan uang pinjaman adalah strategi yang berisiko.
SIV kemudian mengurangi risiko nya dengan membeli credit default swaps (CDS).

Mulai tahun 2007, struktur seperti mulai hancur. Asset-backed securities kurang
transparan. Hal ini kemudian menimbulkan kecurigaan pasar yang menimbulkan
penurunan yang lebih jauh terhadap nilai pasar. Penurunan yang didaarkan kepada
sedikitnya pembelian saham oleh investor ini disebut sebagai liquidity risk. Semakin
banyak kecurigaan terhadap nilai sekuritas adalah dengan menurunkan harga penawaran,
atau tidakmembeli sama sekali.

Penjualan CDOs dan CDSs dan CDOs sintetis menjadi atu bagian yang disebut
Shadow Banking System. Singkatnya, risiko counerparty adalah hal utama yang
menyebabkan hancurnya pasar ABS. Citigroup mengembalikan $147,4 milyar aset kepada
sponsor SUVnya.

Buyback dari para SUV tadi memberkan konsekuensi bahwa pembayaran tersebut
memperlemah sulvensi peruahaan dan pengetahuan mengenai aset
―beracun‖.

Musibah ini menimbulkan kritik keras terhadap akuntansi nilai wajar IASB dan
FASB membutuhkan pekerjaan ulang untuk fair-value accounting standard, dan juga
standar derekognisi, konsolidasi, dan pengakuan pendapatan yang beberapa akan dibahas
pada chapter 7.

Berdasarkan pemaparan di atas, terdapat 4 poin penting.

1. Pelaporan keuangan harus transparan, sehingga investor dapat melihat dengan jelas
nilai aset dan liabilitas
2. akuntansi nilai wajar dapat menggantikan value-in-use ketika market collapse
karena nilai likuiditas yang menimbulkan penrunan terahadap kepercayaan diri investor.

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


4 Dr. Erna Setiany, M.Si.
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
3. Kegiatan off-balance sheet harus diungkapkan seluruhnya, meskipun tidak
dikonsolidasikan
4. karena standar akuntansi adalah satu peraangka regulasi,perubahan yang substansil
terhadap standar yang ada, termasuk pengungkapan terhadap kompensasi manajer, telah
terjadi.

1.4 Efficient Contracting


Kritik tajam terhadap penerapan akuntansi berdasarkan fair value salah satunya
muncul dari pengguna paham efficient contracting. Efficient contracting berpendapat
bahwa kontrak perusahaan menjadi dasar kebutuhan informasi akuntansi. Laporan
keuangan menimbulkan kepercayaan. Kebutuhan yang utama, lain dengan akuntansi nilai
sekarang, adalah reliabilitas.

Perbedaan utama yang kedua adalah terkait dengan konservatisme pada pelaporan
keuangan. Berdasarkan konservatisme, kerugian yang belum terealisasi diakui pada saat itu
juga, sedangkan keuntungan tidak diakui sampai dengan terealisasi.

Dalam buku ini, kedua paham yaitu kebergunaan untuk pengambilan keputusan dan
efficient contracting sama-sama memiliki nilai penting. Hal ini akan dibahas lebih lanjut
pada section 1.10.

1.5 Catatan Perilaku Etis


Jatuhnya Enron dan World Com membuat kepercayaan masyarakat juga ikut jatuh.
Hal ini memicu pertanyaan mengenai bagaimana menghilangkan dan menjaga kepercayaan
public terhadap laporan keuangan. Salah satu cara adalah dengan meningkatkan regulasi
atau peraturan termsuk standard akuntansi yang baru. Namun bagimanapun, perilaku etis
akuntan dan auditor juga sangat dibutuhkan karena beberapa kasus banyak melibatkan
mereka.

Dengan perilaku etis, diharapkan akuntan dan auditor melakukan hal yang benar.
Dalam konteks ini, akuntan dan auditor diharapkan bertindak dengan integritas dan bebas
serta menjadikan kepentingan publik di atas kepentingan pegawai maupun klien. Buku ini

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


5 Dr. Erna Setiany, M.Si.
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
mengasumsikan adanya pengungkapan penuh, pernyataan keuangan yang bermanfaat,
perilaku kooperatif dan bereputasi.

1.6 Standar Akuntansi Rules-Based VS Principles-Based


Standar akuntansi Rules-Based mencoba untuk memberikan aturan detail atau rinci
mengenai bagaimana menghitung. Sebagai alternatif, standar akuntansi juga memberikan
dasar-dasar umum saja dan selanjutnya bergantung pada keputusan auditor professional
untuk meyakinkan bahwa penerapan standard tidak salah.

Saat ini, dunia bergerak menuju standar Principles-Based. Namun, pada


kenyataannya meskipun kerangka kerja konseptual telah disusun dengan kuat, standar
tersebut akan menghadapi tekanan dari manajer dan bahkan pemerintah untuk menyusun
pelaporan keuangan dengan keinginan mereka. Untuk menghindari tekanan tersebut,
auditor dan akuntan harus mengadopsi pandangan jangka panjang dari tanggung jawab
mereka.

1.7 Kompleksitas Informasi Akuntansi Keuangan dan Pelaporan


Lingkungan akuntansi bersifat sangat kompleks dan menantang. Kompleksitas
dalam lingkungan akuntansi disebabkan karena produk akuntansi adalah informasi yang
merupakan komoditas kuat dan penting. Alasan utama kompleksitas ini adalah karena
tidak adanya konsep akuntansi yang sempurna dan standar. Akibatnya, individu tidak akan
memiliki reaksi yang sama meskipun informasi yang diperoleh sama. Misalnya, setiap
investor memiliki pertimbangan dalam melakukan investasi. Ada investor yang lebih
memilih penilaian asset dan kewajiban berdasar value-in-use dengan alas an akan
membantu untuk memprediksi kinerja perusahaan di masa depan. Investor lain mungkin
lebih suka akuntansi nilai wajar dengan pertimbangan mewakili pelayanan manager.
Lainnya mungkin kurang setuju terhadap segala bentuk akuntansi nilai sekarang karena
dianggap tidak dapat diandalkan atau hanya karena telah terbiasa menggunakan informasi
biaya historis.

Alasan lain kompleksitas informasi adalah karena informasi akuntansi lebih dari
mempengaruhi keputusan individu. Informasi akuntansi selain mempengaruhi keputusan,

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


6 Dr. Erna Setiany, M.Si.
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
juga akan mempengaruhi kinerja pasar seperti pasar sekuritas dan pasar tenaga kerja
manajerial. Hal ini merupakan hal penting untuk efisiensi dan keadilan ekonomi sehingga
pasar bekerja dengan baik.

Tantangan bagi para akuntan keuangan adalah untuk bertahan dan berkembang
dalam lingkungan yang kompleks, ditandai dengan preferensi yang bertentangan dari
kelompok berbeda yang berbeda dengan pelaporan keuangan. Buku ini berpendapat bahwa
prospek bertahan hidup dan kemakmuran akan meningkat jika akuntan memiliki kesadaran
kritis mengenai dampak pelaporan keuangan pada investor, manajer, dan ekonomi.

1.8 Peran Riset Akuntansi


Terdapat dua cara yang dapat digunakan untuk melihat peranan penelitian
akuntansi,yaitu:

1. Melihat pengaruh penelitian terhadap praktek akuntansi

Misalnya, Esensi dari Pendekatan Keputusan Manfaat berdasarkan kerangka konseptual


adalah untuk membantu investor memperoleh informasi dalam membuat keputusan
investasi yang baik dan tepat.

2. Meningkatkan pemahaman atas lingkungan akuntansi

Sebagai contoh, penelitian yang fundamental menjadi model dari pemecahan konflik.
Dalam memahami model teori agency, kita memperoleh peningkatan pemahaman
mengenai kepentingan manajer dalam pelaporan keuangan, serta peranan perencanaan
kompensasi eksekutif dalam memotivasi dan mengendalikan operasi manajemen
perusahaan, selain itu juga mengenai cara menggunakan informasi akuntansi.

1.9 Pentingnya Asimetri Informasi


Akuntansi berperan mengurangi asimetri informasi. Terdapat dua macam asimetri
informasi, yaitu :

1. Adverse selection, yaitu suatu kondisi dimana terdapat beberapa orang,


seperti manajer dan orang-orang dalam lainnya, yang mempunyai lebih banyak
informasi yang menguntungkan dibandingkan investor pihak luar. Pada kasus ini,

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


7 Dr. Erna Setiany, M.Si.
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
manajer dapat bertindak oportunis dengan membuat bias informasi keuangan yang
dirilis kepada investor lainnya dengan menunda atau merilis informasi secara
selektif di awal untuk kepentingan pihak-pihak tertentu. Taktik ini dapat
mempengaruhi keputusan yang akan diambil oleh investor biasa.
2. Moral hazard, terjadi ketika ada satu pihak dalam sebuah hubungan
kontraktual melakukan tindakan yang tidak diketahui oleh pihak lainnya. Misalnya,
manajer melakukan tindakan di luar pengetahuan pemegang saham yang
melanggar kontrak dan sebenarnya secara etika atau norma mungkin tidak layak
dilakukan

1.10 Permasalahan Fundamental dalam Teori Akuntansi


Karena ketiadaan konsep akuntansi yang sempurna, ternyata pengukuran yang
paling berguna dari net income yaitu untuk menginformasikan investor – untuk
mengendalikan adverse selection- tidak sama dengan pengukuran terbaik untuk mengukur
dan memotivasi manager sebagai pelayan – untuk mengendalikan moral hazard.
Kepentingan manajer terbaik disajikan oleh informasi yang memiliki korelasi tinggi
dengan usaha mereka dalam menjalankan perusahaan. Tetapi informasi yang relevan untuk
investor, seperti nilai pasar dari asset dan kewajiban, mungkin akan mudah berubah dan
berdampak pada net income yang dilaporkan. Dan juga terhadap tingkat dimana nilai pasar
reliable tidak tersedia, informasi yang berorientasi pada nilai mungkin menjadi lebih bias
dan dapat dimanipulasi dibandingkan informasi yang berdasarkan historical cost. Akibat
dari kedua hal tersebut mengurangi korelasi usaha manajer.

Masalah fundamental dalam teori akuntansi adalah bagaimana mendesain dan


mengimplementasikan konsep dan standard yang mengkombinasikan penginformasian
investor dan peran evaluasi kinerja manajer sebagai informasi akuntansi. Beberapa
kebijakan membutuhkan trade off di antara kedua peran ini. Kepentingan investor terbaik
disajikan oleh informasi yang menyajikan tradeoff yang berguna antara relevansi dan
reliabilitas, dimana informasi yang relevan adalah informasi yang memungkinkan investor
untuk menilai prospek ekonomi perusahaan di masa yang akan datang, dan informasi yang
reliable adalah informasi yang tepat dan bebas dari bias atau manipulasi manajer lainnya.

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


8 Dr. Erna Setiany, M.Si.
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
1.11 Regulasi Sebagai Reaksi Terhadap Permasalahan Fundamental Terdapat dua
rekasi dasar dari permasalahan fundamental, yaitu:

1. Mengapa tidak menjaga peraturan untuk jumlah minimum yang diperlukan


untuk menyediakan lingkungan yang stabil untuk perdagangan, untuk
menyelesaikan konflik dan hukuman untuk kesalahan. Kemudian membiarkan
kekuatan pasar menentukan seberapa banyak dan informasi perusahaan apa saja
yang harus dihasilkan. Investor dan pengguna laporan lainnya sebagai pihak yang
meminta informasi dan manajer sebagai penyedia informasi. Selanjutnya, kekuatan
demand dan supply dapat menentukan kuantitas informasi yang dihasilkan.
2. Mengadakan regulasi untuk melindungi investor dengan dasar bahwa
informasi merupakan sebuah komoditas yang komplek dan penting dimana
kekuatan pasar gagal mengendalikan moral hazard dan adverse selection.

2. Teori Keagenan
Jensen dan Meckling (1976) mendefinisikan agency relationship sebagai kontrak
yang ditetapkan antara prinsipal yang menggunakan jasa agen untuk menjalankan kegiatan
usaha dan bekerja untuk kepentingan prinsipal, termasuk di dalamnya pendelegasian
otoritas pengambilan keputusan dari prinsipal pada agen. Dengan berasumsi bahwa kedua
belah pihak berperilaku utility maximizer, maka Jensen dan Meckling (1976) menyatakan
terdapat kecenderungan agen bersikap oportunis. Hal ini tidak lepas dari penjelasan
Eisenhardt (1989) bahwa teori keagenan mengasumsikan bahwa, (1) manusia
mengutamakan preferensi pribadi (self interest), (2) manusia memiliki keterbatasan
rasionalitas (bounded rationality), dan (3) manusia cenderung menghindari risiko (risk
aversion).
Dalam teori yang dirumuskannya Jensen dan Meckling (1976), menyatakan bahwa
untuk memperoleh klaim atas perusahaan sebesar (1-a), investor akan membayar sebesar
(1-a) kali nilai yang ia harapkan dari perusahaan, yang ditentukan oleh perubahan perilaku
manajer. Hal ini menunjukan kebutuhan investor untuk mengubah perilaku manajer dalam
rangka menekan konflik kepentingan diantara kedua pihak.
Hubungan antara manajemen dan investor yang pada dasarnya saling
membutuhkan, akan terkendala oleh information problem dan agency problem. Hal ini
mengakibatkan peranan informasi keuangan menjadi penting karena perbedaan kualitas

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


9 Dr. Erna Setiany, M.Si.
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
informasi dapat menyebabkan ketidak mampuan investor menentukan pilihan investasi
yang baik (Healy dan Palepu, 2001). Menurut Scott (2012) agency problem muncul ketika
timbul konflik antara harapan atau tujuan prinsipal dengan agennya. Konflik ini muncul
karena terdapat kesenjangan informasi (asimetri informasi) antara kedua belah pihak.
Asimetri informasi merupakan kondisi ketidakseimbangan informasi yang dimiliki
prinsipal dan agen (Jensen dan Meckling, 1976). Asimetri informasi yang dihadapi kedua
belah pihak tersebut menurut Scott (2012) dapat berupa adverse selection yaitu
kesenjangan informasi mengenai prospek perusahaan di masa datang, yang bermanfaat
bagi investor dalam menentukan pilihan investasinya.
Ketidakmampuan mengatasi asimetri informasi akan berakibat pada pengambilan
keputusan investasi yang salah atau bahkan tidak terlaksananya keputusan investasi yang
diharapkan (Scott, 2012). Jenis kedua dari masalah asimetri informasi adalah moral
hazard. Moral hazard adalah kesenjangan informasi mengenai kinerja agen (Scott, 2012).
Ketidakmampuan mengatasi masalah moral hazard ini akan berakibat pada
ketidakpercayaan prinsipal atas apa yang dilakukan agen dalam megelola perusahaan.
Kondisi ini dapat berakibat pada penilaian kinerja agen, tidak terpenuhinya kompensasi
yang diharapkan oleh agen hingga pada tidak terlaksananya atau pemutusan kontrak agen.
Akibat terjadinya masalah asimetri informasi tersebut Jensen dan Meckling (1976)
menyatakan bahwa prinsipal harus menanggung biaya keagenan (agency cost). Biaya
keagenan yang dimaksud dapat berupa biaya monitoring (monitoring cost), biaya perikatan
(bonding cost) dan residual loss. Kondisi asimetri informasi tersebut menyebabkan
timbulnya agency cost yang didefinisikan oleh Jensen dan Meckling (1976) sebagai
berikut:
1. The monitoring cost by principal, yaitu prinsipal dapat membatasi kepentingannya
dengan jalan merancang insentif yang memadai untuk agen dan menanggung biaya
monitoring yang dirancang guna membatasi kemungkinan tindakan menyimpang oleh
agen.
2. The bonding cost by agent, yaitu biaya yang dikeluarkan untuk menjamin agen tidak
mengambil tindakan yang merugikan prinsipal atau biaya yang dikeluarkan untuk
memastikan prinsipal menerima kompensasi apabila agen melakukan tindakan yang
merugikan prinsipal.

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


10 Dr. Erna Setiany, M.Si.
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
3. Residual loss, yaitu biaya yang terjadi ketika terdapat penurunan kesejahteraan oleh
prinsipal akibat adanya pengambilan keputusan oleh agen yang tidak sesuai dengan
kepentingan prinsipal.
Penjelasan Jensen dan Meckling (1976:5) mengenai kebutuhan monitoring diikuti
dengan penjelasan mengenai perubahan perilaku manajer.
“The principal can limit divergences from his interest by establishing
appropriate incentives for the agent and by incurring monitoring costs designed
to limit the aberrant activities of the agent”

Monitoring dapat menjadi solusi konflik kepentingan antara manajer dan investor
jika dalam kontrak secara jelas (tanpa ambiguitas), diterangkan bahwa investor memiliki
hak untuk memantau dan membatasi perilaku konsumsi manajer. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa penerapan monitoring tersebut didasarkan pada judgement prinsipal
mengenai apakah perilaku manajer dapat diubah, serta apakah terdapat ambiguitas dalam
kontrak mengenai hak prinsipal melakukan monitoring. Dengan demikian, jika pasar
ekuitas kompetitif maka investor memperhitungkan total manfaat (dikurangi biaya
monitoring) akan dikapitalisasi ke dalam harga klaim.
Selanjutnya, mengenai bonding cost Jensen dan Meckling (1976) menjelaskan
bahwa dapat menjadi solusi konflik kepentingan antara manajer dan investor, apabila
manajer bersedia menanggung biaya bonding tersebut. Dijelaskan pula bahwa manajer
akan bersedia menanggung biaya bonding tersebut apabila berdasarkan perhitungannya,
peningkatan bersih dalam kekayaan yang dihasilkan (dari peningkatan nilai perusahaan
dikurangi biaya agensi) lebih besar daripada konsumsi yang dilepaskannya. Jenis biaya
keagenan yang ketiga adalah kerugian residual (residual loss). Kerugian residual
merupakan total biaya keagenan yang ditimbulkan karena penjualan ekuitas oleh investor
yang disebabkan kegiatan monitoring dan bonding tidak berjalan sebagaimana diharapkan.
Penurunan kesejahteraan manajer sebagai akibat kerugian residual dengan nilai kepadanya
dari peningkatan manfaat non-uang.
FCGI (2000) menyebutkan prinsipal hanya bertugas untuk mengawasi dan
memonitor jalannya perusahaan yang dikelola oleh agen. Agen bertugas menjalankan
manajemen perusahaan untuk kepentingan perusahaan dan dijamin memiliki keleluasaan
dalam melakukannya. Dalam penelitian ini, teori keagenan menjelaskan pentingnya fungsi
pengawasan Dewan Komisaris dan Komite Audit dalam menekan perilaku oportunis

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


11 Dr. Erna Setiany, M.Si.
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
manajer. Penelitian ini menggunakan indikator tingkat independensi board untuk
mengukur pengawasan tersebut. Semakin banyak pihak independen yang mengawasi tugas
manajer maka perilaku oportunis dapat ditekan. Perilaku oportunis yang dimaksud adalah
tingkat diskresi manajer dalam menentukan pilihan kebijakan akuntansi sehingga
berpengaruh pada tingkat laba yang dilaporkan perusahaan.
3. Teori Regulasi
Teori Regulasi terkait dengan masalah asimetri informasi, baik dalam bentuk moral
hazard maupun adverse selection. Hal ini disebabkan regulasi muncul sebagai respon
terhadap kondisi asimetri informasi tersebut. Scott (2012) menyatakan bahwa asimetri
informasi menyebabkan munculnya demand terhadap regulasi. Hal ini terkait dengan
permasalahan unanimity, yaitu permasalahan yang muncul ketika banyaknya informasi
yang dapat dihasilkan perusahaan, secara umum, tidak akan sebanding dengan banyaknya
informasi yang diinginkan investor (Scott, 2012). Oleh sebab itu, investor mengharapkan
adanya regulasi.
Dalam teori regulasi terbentuk dari teori kepentingan (interest theory), oleh sebab
itu regulasi dibentuk berdasarkan pemenuhan sejumlah kepentingan, seperti kepentingan
publik, kepentingan kelompok, dan kepentingan pribadi (Baldwin dan Cave, 1999).
Terdapat dua jenis kepentingan yang utamanya menjadi pertimbangan regulasi (Scott,
2012) yaitu, (1) public interest theory, yang mendasarkan argumen perlunya regulasi untuk
memenuhi permintaan publik, dan (2) interest group theory, yang mendasarkan
argumennya pada perlunya regulasi sebagai penengah atas benturan kepentingan masing-
masing kelompok. Termasuk dalam kelompok ini adalah perlindungan terhadap
kepentingan investor, perusahaan asing, perusahaan dalam negeri, kelompok konsumen,
serikat pekerja, lembaga swadaya masyarakat, dan lain-lain yang memiliki kepentingan
berbeda.
Keterkaitan penelitian ini dengan teori regulasi terletak pada kewajiban perusahaan
masuk bursa untuk menerapkan Corporate Governance. Penerapan Corporate Governance
ini dilakukan dalam rangka perlindungan terhadap kepentingan investor. Hal ini terkait
dengan kondisi asimteri informasi yang dihadapi investor dan risiko permasalahan
keagenan yang ditanggungnya. Scott (2012) menjelaskan bahwa adverse selection dapat
terjadi antara manajer dan other insider yang memiliki lebih banyak informasi
dibandingkan outside investor (ordinary investor).

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


12 Dr. Erna Setiany, M.Si.
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Kondisi ini menunjukan kebutuhan atas regulasi untuk melindungi outside investor.
Keberadaan regulasi penting karena terkait dengan masalah eksternalitas, yang berpotensi
mengakibatkan nilai dari perusahaan tidak menggambarkan kondisi fundamental
perusahaan (Baldwin dan Cave, 1999). Merujuk pada pendapat Bushman dan Landsman
(2010), kebijakan regulasi dapat bermanfaat dalam hal menekan biaya verifikasi oleh
investor, menurunkan biaya produksi informasi yang berulang-ulang, menekan perilaku
oportunis agen, dan menurunkan risiko eksternalitas yang dialami perusahaan.
Namun demikian, Bushman dan Landsman (2010) juga menggarisbawahi
kelemahan regulasi terhadap pengungkapan. Keputusan mewajibkan pengungkapan
memiliki konsekuensi tentang regulatornya. Harapan mengenai manfaat mandatory
disclosure, berpotensi gagal apabila regulator yang dipercaya tidak memiliki kecukupan
kompetensi, motivasi, independensi, dan informasi (Bushman dan Landsman, 2010). Oleh
sebab itu dalam penelitian ini monitoring dalam kerangka Corporate Governance yang
dipilih adalah independensi board dan pengungkapan sukarela.

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


13 Dr. Erna Setiany, M.Si.
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/
Daftar Pustaka

Scott, W. R. & O’Brien P.C. (2019). Financial accounting theory. Prentice Hall.
Suwardjono, T. A. (2005). Perekayasaan Pelaporan Keuangan. Yogyakarta: BPFE.
Setiany, E. (2016). Independensi board, pengungkapan sukarela, Kualitas laba dan
biaya modal ekuitas. Universitas Sebelas Maret, Surakarta.

2021 Nama Mata Kuliah dari Modul


14 Dr. Erna Setiany, M.Si.
Biro Bahan Ajar E-learning dan MKCU
http://pbael.mercubuana.ac.id/

Anda mungkin juga menyukai