Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH

RESUSITASI NEONATUS

Di Susun Oleh :
Rina Dini Arti

RUMAH SAKIT UTAMA HUSADA


JEMBER 2022

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, karena berkat karunia Nyalah,
makalah yang berjudul “Resusitasi Neonatus” ini bisa diselesaikan. Tujuan dari penulisan
makalah ini ialah untuk menambah pengetahuan tentang pengertian,tujuan, faktor-faktor dan
tindakan yang
dilakukan tentang resusitasi neonatus. Sehingga dengan mengetahui penanganannya yang benar,
seorang tenaga kesehatan dapat segera mengambil tindakan sehingga dapat meningkatkan
pelayanan kesehatan neonatus yang optimal.
Harapan penulis semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca. Penulis telah
berusaha sebisa mungkin untuk menyelesaikan makalah ini, namun penulis menyadari makalah
ini belumlah sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapakan kritik dan saran yang sifatnya
membangun guna menyempurnakan makalah ini.

Penulis

BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Program Resusitasi Neonatus (PRN) akan membantu mempelajari pengetahuan
tekhnik, dan ketrampilan kerjasama tim yang dibutuhkan untuk melakukan resusitasi dan
stabilisasi bayi baru lahir. Secara teoritis, fasilitas dan tenaga ahli resusitasi harus tersedia di
tempat kelahiran bayi, baik di rumah sakit maupun di rumah. Resusitasi bayi baru lahir
harus mengikuti pendekatan yang sistematis. Resusitasi dasar dilakukan dan diteruskan
dengan resusitasi lanjutan hanya apabila bayi tidak membaik.
Waktu adalah hal yang paling penting. Keterlambatan resusitasi akan
membahayakan bayi. Bertindaklah dengan cepat, akurat dan lembut. Tindakan dianjurkan untuk
setiap situasi spesifik. Setelah tindakan dilakukan, evaluasi ulang harus dilakukan dan tindakan
selanjutnya dikerjakan sampai situasi stabil tercapai. Hal ini merupakan prinsip resusitasi yang
sederhana dan sering diabaikan. Tiga parameter kunci yang perlu dievaluasi adalah
frekuensi jantung, aktifitas pernapasan dan warna kulit. Sementara asfiksia saat lahir
merupakan alasan utama untuk resusitasi bayi baru lahir, terjadi sejumlah situasi lain
diruang bersalin yang membutuhkan tindakan tambahan.
Di dalam setiap persalinan, penolong harus selalu siap melakukan tindakan
resusitasi bayi baru lahir. Kesiapan untuk bertindak dapat menghindarkan kehilangan
waktu yang sangat berharga bagi upaya pertolongan. Walaupun hanya beberapa menit
tidak bernapas, bayi baru lahir dapat mengalami kerusakan otak yang berat atau meninggal.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dari latar belakang di atas dan sesuai dengan judul makalah
resusitasi, maka dalam hal ini rumusan masalah
1. Apa pengertian dari resusitasi ?
2. Dasar-dasar Resusitasi Neonatus
3. Persiapan Resusitasi
4. Langkah awal Perawatan Bayi Baru lahir
5. Ventilasi tekanan positif
6. Jalan Napas Alternatif
(Pipa endotrakeal dan sungkup larings
7. Kompresi Dada
8. Obat-obatan
9. Perawatan Pasca Resusitasi

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Resusitasi


Resusitasi neonatus adalah usaha yang dilakukan pada neonatus dengan gangguan
transisi kehidupan, yang awalnya tergantung pada plasenta ibu menjadi proses pernapasan secara
independen. Tindakan resusitasi neonatus bertujuan untuk meningkatkan kelangsungan hidup
dan menurunkan mortalitas neonatus. Resusitasi neonatus diindikasikan pada bayi baru lahir
yang mengalami gangguan pernapasan pada saat kelahiran. Gangguan pernapasan pada neonatus
sering terjadi pada persalinan preterm, presentasi bokong, kehamilan multipel, sepsis pada ibu,
dan gangguan antepartum lainnya

2.2 Dasar-dasar Resusitasi Neonatus


Prinsip dasar teknik resusitasi neonatus adalah penilaian awal, stabilisasi awal,
ventilasi dan oksigenasi, kompresi dada, serta pemberian epinefrin dan volume cairan.

Jika bayi baru lahir memerlukan resusitasi biasanya mempunyai disebabkan karena
masalah pernafasan yang berakibat pertukaran gas yang tidak adekuat. Gagal nafas bias terjadi
sebelum dan atau setelah kelahiran.

Jika kegagalan pernafasan plasenta berlanjut , maka janin akan megap-megap diikuti
apnu dan bradikardi. Jika janin dilahirkan di tahap awal kegagalan nafas, stimulasi taktil
mungkin sudah cukup untuk memulai pernafasan spontan dan pemulihan. Jika janin dilahirkan
pada tahap akhir kegagalan pernafasan, stimulasi tidak cukup dan bayi baru lahir memerlukan
bantuan nafan untuk pemulihan.

2.3 Persiapan Resusitasi


 Persiapan Diri
Memperkenalkan diri pada px/keluarga pasien.
Mengidentifikasi px
Ada 4 pertanyaan wajib yg di pertanyakan saat kita di panggil untuk membantu proses
persalinan.
1. Berapa Umur kehamilan?
2. Apakah warna cairan ketuban?
3. Berapa perkiraan jumlah janin?
4. Apakah ada factor resiko tambahan?

(inform consent pada pasien dan keluarga)

 Persiapan Tim
Kita membentuk sebuah tim , terdiri dari minimal 3 orang
1 orang sebagi leader
1 orang sebagai asisten 1
1 orang sebagai asisten 2 pemberi obat dan dokumentasi
 Persiapan Alat

1. Menyalakan infarm warmer

2. Beberapa kain/ khanduk kering

3. Suhu AC > 26’c

4. Topi Bayi

5. Plastik, untuk bayi prematur

6. Balon penghisap / selang suction no .7

7. Stetoskop

8. Flow meter beserta tabung oksigen

9. Oksigen blender diatur pada 21%-30% jika uk<35mgg

10. Peralatan VTP


Balon mengembang seniri
Sungkup dengan ukuran bayi yang sesuai
Pulse oksimetri
Sonde lambung ukuran 8f, spuit ukuran besar
Laringoskop ukuran 0&1 dengan bilah lurus
Stilet
Pipa endotrakeal (ETT) Ukuran 2,5 3,0 3,5
Pendeteksi karbondioksida (CO2)
Pita pengukur
Plester untuk fiksasi
Gunting
Sungkup larings ukuran 1
Epineprin
Nacl
Perlengkapan untuk pemasangan cateter umbilikalis
secara darurat dan pemberiaan obat.
Monitor dan sadapan EKG

Peralatan sebaiknya ditempatkan pada lemari yang diorganisir berdasarkan tahapan


algoritma resusitasi. Penelitian menunjukkan bahwa penempatan yang terorganisir dapat
menghemat waktu hingga 32% dengan pengambilan alat yang lebih akurat.

2.4 Langkah Awal Perawatan Bayi Baru lahir


Pada saat bayi lahir, nilai apakah bayi lahir langusng menagis, bernafas spontan atau
megap-megap.

Setelah bayi lahir, semua bayi harus dievaluasi secara cepat untuk menentukan
apakah bayi dapat meneruskan masa transisi dengan ibu nya atau harus dipindah kepemancar
panas. Untuk penilaian selanjutnya.
Tali pusat (korda umbilikal) juga sebaiknya dijepit setelah minimal 30 detik pasca
kelahiran. Guideline Eropa bahkan menyarankan untuk menunda penjepitan tali pusat minimal
hingga 1 menit setelah bayi lahir jika memungkinkan. Hal ini dilakukan untuk mencegah
redistribusi darah secara mendadak ke paru-paru, mengurangi resiko perdarahan intraventrikular,
mencegah transfusi, serta mengurangi resiko terjadinya necrotizing enterocolitis (NEC).

Evaluasi awal yaitu periode saat lahir sampai di lakukan penjepitan tali pusat. 3
pertanyaan cepat yang harus di evaluasi secara cepat.

1. Apakah bayi tampak cukup bulan


2. Apakah tonus bayi baik?
3. Apakah bayi bernafas atau menangis

Langkah awal perawatan neonatus


 Berikan kehangatan
 Posisikan kepala dan leher
 Bersihkan lender bila perlu
 Keringkan
 Stimulasi
2.5 Ventilasi Tekanan Positif

Ventilasi tekanan positif (VTP) pada neonatus merupakan tindakan pemberian


bantuan nafas pada bayi baru lahir dengan gangguan pernafasan. Pernafasan spontan dimulai
pada hampir 85% bayi yang dilahirkan dengan usia kehamilan cukup bulan, dan 10% bayi
baru berespon dengan dikeringkan dan stimulasi. Dalam kondisi tertentu, bayi baru lahir
kesulitan untuk membersihkan cairan dari jalan nafasnya dan mengisi paru-paru dengan
udara.
Bila tidak memberikan respon terhadap stimulasi, dapat diasumsikan bahwa bayi
mengalami apnea sekunder dan ventilasi tekanan positif harus segera dimulai. Sekitar 3%
bayi membutuhkan ventilasi tekanan positif (VTP) untuk memulai bernafas, dan 2%
diantaranya membutuhkan intubasi untuk membantu proses pernafasannya. Bayi baru lahir
yang membutuhkan resusitasi saat lahir (bayi dengan depresi pernafasan yang membutuhkan
pemberian oksigen) direkomendasikan untuk ditempatkan dalam ruang observasi.
Langkah-langkah resusitasi

1. Apakah bayi tampak cukup bulan


2. Apakah tonus bayi baik?
3. Apakah bayi bernafas atau menangis
Jika kondisi umum baik, pertahankan / tunda pemotongan tali pusat dan taruh bayi di atas
dada ibu. Dan setelah itu kita nilai bayi ada kesulitan bernafas / megap-megap potong tali
pusat bawa ke pemancar panas.
Namun jiia kondsi bayi saat lahir, tidak menagis/ tampak apnea, potong tali pusat segera
bawa di bawah pemancar panas.
 Beri kehangatan jaga suhu bayi 36.6-37,5’C
 Posisikan kepala & leher bayi membuka jalan nafas
 Isap lender dari mulut , lalu hidung
 Keringkan sambil rangsang taktil
(jika bayi premature/kurang <32mgg tdk perlu di keringkan langsung di masukan
pada plastic polietilen)
Nilai nafas dan frekuiensi jantung untuk menentukan apakah bayi berespon terhadap
langkah awal (30”) dan jika dalam waktu 1 menit bayi tida ada respon nafas dan
frekuensi jantung belum >100x/m maka mulailah pemberian vtp.
VTP (Ventilasi Tekanan Positif)
- Berapa frekuensi jantung bayi (di auskultasi didaerah kiri dada) di hitung 6”x10
- Jika frekuensi jantung tidak terdengar dan bayi tidak merespon kita lakukan VTP
15”
- Jika bernafas frekuensi jantung <100x/m segera minta bantuan
- Jika keadaan umum baik lanjut rangsang taktil
Target saturasi SP02 lihat pada tabel.
- Bila saturasi di bawah target dapat diberikan O2 21% dari selang selang
bertekanan tinggi dengan kode kuning & O2 100% dipasok dari selang
bertekanan tinggi dengan kode hijau.
Blender O2 mengatur campuran gas 21%-100%
Langkah memulai VTP

- Bersihkan secret jalan nafas]posisikan diri pada kepala bayi


- Posisikan diri pada kepala bayi
- Atur posisi kepala bayi/ganjal bahu
- Pilih sungkup yang sesuai, letakan sungkup pada wajah bayi.
Dengan hitungan 1 lepas,,lepas,, 2. Lepas,,lepas 3.lepas,,lepas (selama 15”)
Lalu periksa frekuensi jantung
- Jika frekuensi jantung meningkat lanjutkan VTP dan penilaian frekuensi jantung
kedua setelah 15” kedua
- Jika frekuensi jantung tidak meningkat lakukan VTP dan nilai jika tetap tidak
bergerak koresksi ventilasi
(langkah koreksi ventilasi MR.SOPA / SRIBTA)
Sungkup perbaiki
Reposisi kepala
Isap jalan nafas
Buka mulut Tekanan ditambah
Alternatif Jalan nafas
*jika frekuensi jantung > lanjutkan VTP , penilaian Frekuensi jantung ke 2 setelah
15”
*jika tetap tidak bergerak lakukan intbasi / sungkup larings
(pantau frekuensi jantng gerakan dada, usaha nafas & saturasi O2)

2.6 Jalan Nafas Alternatif


(Pipa Endotrakeal dan sungkup larings)
Bayi baru lahir tidak menangis , sudah dirangsang taktil tetap lunglai.
Jepit tali pusat segera pindah di bawah pemancar panas, lakukan langkah awal jika
bayi tetap bayi masih apnu lakukan vtp 15” asisten memasang oxymetri pada
tangan kanan, Jika frekuensi jantung >75x/m dpm dan tidak meningkat , dada
tidak mengembang dan bergerak lakukan langkah koreksi SRIBTA, dada tidak
mengembang Frekuensi jantung tidak meningkat pasang jalan nafas alternatif
Untuk mengefektifkan VTP
Langlah-langkah pemasangan ETT (pipa endotrakeal)
- Batang laringoskopi dg batrai dan lampu cadangan
- Bilah laringoskopi No. 1 (bayi cukup bulan) No. 0 (bayi kurang bulan) dan No.00
(bayi sangat kurang bulan)
- Stilet
- Detector monitor C02
- Alat pengisap cateter no. 10F / 12F (untuk menghisap lender)
- Plester tahan air
- Tabel kedalaman pipa
- Gunting
- Aseptor meconium
- Stetoskop
- Alat VTP (balon mengembang sendiri, dan selang penghubung ke pencampur
gas)
- Oksimetri nadi

*Posisikan bayi lurus di garis tengah , leher sedikit tengadah. Letakan ganjal bahu
untuk mempertahankan posisi menghidu. Ini akan / bias melihat glottis dalam
garis lurus dalam garis lurus. Bilah laringoskop di masukan pipa melalui di posisi
tepat. Asisten harus mempertahankan posisi yang baik selama tindakan
berlangsung. Lalu buka mulut angkat laringoskop angkat lidah sampai terlihat
glottis. Masukan pipa melalui parit laringoskop ukur sesuai kedalaman setinggi
bibir atas bayi lalu fiksasi, stilet dikeluarkan.
Pastikan terdengar suara nafas dari aksila kanan dan kiri. Lalu berikan ventilasi
pada pipa (langkah ini harus selesai dalam 30”.
Jika ventilasi gagal dan intubasi gagal pasang sungkup larings.
2. 7 Kompresi Dada
Apakah itu kompresi dada?
Bayi yang tidak memberi respon terhadap ventilasi efektif cenderung memiliki kadar oksigen
darah sangat rendah, asidosis bermakna, dan kurangnya aliran darah di arteri coroner. Akibatnya,
fungsi otot jantung mengalami gangguan berat. Memperbaiki aliran darah arteri coroner
merupakan langkah penting untuk mengembalikan fungsi jantung.
Jantung terletak dalam rongga dada, anatar sepertiga bawah tulang dada dan tulang belakang.
Melakukan penekanan secara berirama pada tulang dada akan memberi penekanan pada jantung
dan tulang belakang, mengalirkan darah dan meningkatkan tekanan darah diastole pada aorta.
Saat tekanan tulang dada dilepaskan darah akan kembali mengisi jantung dan mengalir ke arteri
coroner (gambar 6.1) dengan menekan dada dan memberi ventilasi pada paru, anda membantu
mengembalikan aliran darah yang terroksigenasi ke otot jantung
Langkah-langkah kompresi dada:
Dilakukan bila frekuensi jantung kurang dari 60dpm setelah sekurang kurang 30” VTP
disertai pengembangan paru, ditandai dengan adanya gerakan dada saat ventilasi. Pada sebagian
besar kasus anda harus melakukan ventilasi minimal 30” melalui pipa endotrakeal atau sungkup
larings.
Kompresi dada diindikasikan pada neonatus yang memiliki denyut jantung dibawah 60
kali/menit, meskipun sudah diberikan VTP yang adekuat melalui intubasi. Terdapat dua teknik kompresi
yang dapat dilakukan, yaitu teknik 2-ibu jari dan teknik 2-jari.
Teknik 2-ibu jari menggunakan ibu jari untuk melakukan kompresi dan jari lainnya
mengelilingi dada, serta menyokong punggung. Penggunaannya lebih tidak melelahkan bagi
penolong dan merupakan metode yang direkomendasikan. Teknik 2-jari menggunakan jari 2 dan
3 untuk kompresi, sedangkan tangan lain digunakan untuk menyokong punggung.
Kompresi dilakukan pada sepertiga bawah tulang sternum dengan kedalaman sekitar
sepertiga diameter anteroposterior dada. Kompresi dilakukan dengan rasio kompresi banding
ventilasi 3:1, dengan kecepatan 90 kompresi dan 30 napas dalam 1 menit. Evaluasi denyut
jantung dilakukan setelah 60 detik dengan rekomendasi penilaian menggunakan EKG. Kompresi
dihentikan apabila denyut jantung ≥60 kali/menit.

Kompresi dan ventilasi yang terkoordinasi

3 kompresi + 1 ventilasi setiap 2 detik

Irama 3:1 Kompresi : Ventilasi

Satu-Dua-Tiga- Pompa;

Satu-Dua-Tiga- Pompa;

Satu-Dua-Tiga- Pompa;
2.8 Obat-obat
Apa indikasi dan bagaimana cara pemberian epinefrin?
Indikasi
Epinefrin di berikan bila frekuensi jantung tetap dibawah 60dpm setelah
- Dilakukan VTP selama 30” dan paru dapat mengembang(ada gerakan dada)
- Sesudah 60 detik dilakukan kompresi dada yang terkoordinasi dengan VTP
menggunakan oksigen 100%
Pada banyak kausu , VTP selama 30” harus terlebih dulu diberikan melalui pipa
endotrakeal atau sungkup larings.
Epinefrin tidak di indikasikan sebelum dilakukan VTP efektif yang dapat
mengembangkan paru.
Kosentrasi
Epinefrin dapat di peroleh dalam 2 konsentrasi
Hanya pengenceran 1:10.000 (0,1 mg/Ml) yang dapat digunakan untuk resusitasi neonates.
Jalur
Jalur intravena (diutamakan) atau intraoseus : Epinefrin perlu cepat mencapai vena sentral.
Obat-obatan mencapai sirkulasi vena sentral dengan cepat apabila diberikan melalui jarum
intravena atau intraosesus. Pemasangan kateter perifer tidak di rekomendasikan untuk
memasukan obat-obatan emergensi ketika terjadi kolaps kardivaskular karena biasana sering
tidak berhasil dan mengakibatkan ekstravasasi eprinefrin ke jaringan,dan berpotensi
memperlambat terapi penyelamatan hidup.
Jalur Endotrakeal (kurang efektif): Beberapa klinisi memilih memberikan epinefrin melalui
jalur endotrakeal meskipun akses vascular sudah tersedia. Meskipun akan lebih cepat
memberikan epinefrin melalui jalur jalur pipa endotrakeal, beberapa penelitian menyebutkan
bahwa absorpsinya tidak dapat diandalkan dan jalur endotraleal dianggap kurang efektif.
Karena itu, jalur intravena atau intraoseus sanagt direkomendasikan.

2.9 Perawatan Pasca Resusitasi


Setelah lahir, bayi yang memerlukam oksigen tambahan atau VTP perlu pemantauan ketat.
Bayi-bayi tersebut mungkin mendapat masalah terkait dengsn transis abnormal dan
sebaiknya di evaluasi lebih sering pasca kelahiran. Bayi-bayi tersebut biasanya memerlukan
bantuan pernafasan berkelanjutan, missal oksigen tambahan, nasal CPAP, atau ventilasi
mekanik. Sebagian bayi baru lahir memerlukan perawatan yang dapat memantau
kardioresoirasi dan tanda vital secara berkealanjutan. Beberapa diantaranya perlu dirujuk
keruang neonates intensif care (NICU). Jika seorang bayi membutuhkan perawatan pasca
resusitasi di luar kamar ibunya, orang tua dianjurkan melihat dan menyentuh bayi segera
mungkin. Lamanya perawatan pasca resusitasi tergantung pada kondisi neonates,
kemampuan ke transisi normal, dan factor-faktor resiko yang dapat teridentifikasi.

Anda mungkin juga menyukai