Anda di halaman 1dari 7

MAKALAH

ANALISIS LEMBAGA LEGISLATIF


Disusun untuk memenuhi tugas

Mata Kuliah : Sistem Politik Indonesia

Dosen Pengampu : Haryanto, S.IP., M.A.

Oleh : Aika Putri Sukriyah (042020766)

JURUSAN ILMU ADMINISTRASI BISNIS

FAKULTAS HUKUM, ILMU SOSIAL DAN ILMU


POLITIK

UNIVERSITAS TERBUKA SURABAYA


2021

Pendahuluan

A. Latar Belakang Masalah


Pada hakikatnya, kekuasaan negara terbagi dalam tiga lembaga yaitu : lembaga
eksekutif, lembaga legislatif, dan lembaga yudikatif. Peranan ketiga lembaga tersebut
harus independen. Di Indonesia tidak menganut pemisahan kekuasaan melainkan
pembagian kekuasaan. Pada makalah ini kita akan membahas tentang peranan
lembaga legislatif. Kita dapat memahami fungsi, tugas dan peranan lembaga legislatif
bila kita memahami sejarah lembaga tersebut. Pemahaman sejarah ini akan membantu
kita mengetahui asal-muasal dan landasan filosofis mengapa lembaga legislatif ada.
Pada makalah ini kita akan membatasi pada lembaga tersebut pada masa Orde Baru
dan pasca Orde Baru. Setelah membaca dan mempelajari makalah ini diharapkan
dapat memberi informasi terkait fungsi/peranan lembaga legislatif di Indonesia.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian serta konsep lembaga legislatif?
2. Bagaimana sejarah lembaga legislatif?
3. Bagaimana fungsi/peranan lembaga legislatif?
4. Bagaimana evaluasi fungsi/peranan lembaga legislatif masa Orde Baru?
5. Bagaimana evaluasi fungsi/peranan lembaga legislatif pasca Orde Baru?
C. Tujuan Masalah
1. Menjelaskan pengertian serta konsep lembaga legislatif.
2. Menjelaskan tentang sejarah lembaga legislatif.
3. Menjelaskan fungsi/peranan lembaga legislatif.
4. Mengevaluasi fungsi/peranan lembaga legislatif masa Orde Baru.
5. Mengevaluasi fungsi/peranan lembaga legislatif pasca Orde Baru.

Pembahasan

A. Pengertian dan Konsep Lembaga Legislatif


Lembaga legislatif adalah salah satu dari lembaga dari konsep trias politica yang
diusung oleh ilmuwan politik, baik John Locke maupun Monstequieu. Kata legislatif
itu sendiri berasal dari kata dalam bahasa Inggris to legislatif yang artinya "membuat
undang-undang". Lembaga legislatif, badan legislatif, legislatif,
atau legislatur adalah badan deliberatif pemerintah dengan kuasa membuat hukum.
Legislatif dikenal dengan beberapa nama, yaitu parlemen, kongres, dan asembli
nasional. Dalam sistem Parlemen, legislatif adalah badan tertinggi dan
menujuk eksekutif. Dalam Sistem Presidensial, legislatif adalah cabang pemerintahan
yang sama dan bebas dari eksekutif. Sebagai tambahan atas menetapkan hukum,
legislatif biasanya juga memiliki kuasa untuk menaikkan pajak dan menerapkan
anggaran dan pengeluaran uang lainnya. Legislatif juga kadang kala menulis
perjanjian dan memutuskan perang.

Dalam sistem pemerintahan di Indonesia, ada tiga lembaga lembaga Negara yang
saling berkaitan namun memiliki tugas dan fungsinya masing-masing. Ketiga lembaga
tersebut adalah legislatif, eksekutif dan yudikatif. Dimana, ketiganya merupakan
lembaga Negara yang dapat mendukung jalannya pemerintahan sesuai fungsi dan
tugasnya. Kita sering mendengar beragam berita tentang lembaga-lembaga yang
menghuni gedung di kompleks parlemen, diantaranya ada Dewan Perwakilan Rakyat
(DPR), Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) dan Dewan Perwakilan Daerah
(DPD). Ya, ketiganya merupakan lembaga legislatif. Lalu, apa yang dimaksud dengan
lembaga Legislatif, apa juga tugas dan fungsinya? Lembaga Legislatif atau parlemen
adalah sebuah lembaga yang mewakili seluruh rakyat dalam menyusun undang-
undang serta ikut mengawasi implementasi undang-undang yang ada oleh badan
eksekutif. Setiap anggota lembaga legislatif dipilih melalui pemilihan umum (pemilu)
dan langsung dipilih oleh rakyat.

Yang pertama adalah Majelis Permusyawaratan Rakyat (MPR) , Sebelum amandemen


UUD 1945, MPR merupakan lembaga tertinggi yang ada di Indonesia. Namun,
setelah adanya amandemen maka MPR tidak lagi menjadi lembaga tertinggi sehingga
kedudukannya sejajar dengan lembaga Negara lainnya. MPR terdiri atas anggota DPR
dan DPD yang telah terpilih dalam pemilu dengan masa jabatan selama 5 tahun.
Kedua yaitu Dewan Perwakilan Rakyat (DPR). Kehadiran DPR merupakan salah satu
bukti bahwa Negara Indonesia adalah Negara demokrasi karena para anggota DPR RI
dipilih oleh rakyat lewat pemilu setiap 5 tahun sekali. DPR mempunyai kedudukan di
tingkat pusat sedangkan yang berada di tingkat Provinsi disebut DPRD dan ditingkat
kabupaten disebut dengan DPRD kabupaten. Terakhir yaitu Dewan Perwakilan
Daerah (DPD). DPD merupakan salah satu struktur lembaga legislatif di Indonesia
yang terdiri atas wakil-wakil dari Provinsi yang telah dipilih saat pemilu. Banyaknya
anggota DPD adalah 1/3 dari jumlah anggota DPR, dan keanggotan DPD akan
diresmikan oleh Presiden. Tugas DPD telah diatur dalam UUD 1945 pasal 22 D yang
mempunyai kaitan dengan hal-hal otonomi daerah, hubungan daerah tersebut dengan
pusat, sumber daya alam yang ada di daerah tersebut, serta sumber daya ekonomi.
Kekurangan dari lembaga legislatif yaitu :
a. Tidak ada jaminan dari Caleg nomor urut kecil yang bersedia mengundurkan diri
untuk digantikan oleh Caleg yang mendapatkan suara terbanyak
b. Konflik Hukum akan muncul bila Caleg yang mendapatkan suara terbanyak
menggugat KPU/KPUD.
c. Kerugian tidak hanya dialami oleh Caleg yang gagal menjadi anggota DPR tapi
juga pada para pemilih yang memberikan suaranya kepada mereka dan hal ini
mungkin saja akan meningkatkan junlah golput.
Kelebihan dari lembaga legislatif yaitu :
a. Mengurangi konflik internal partai. konflik tersebut misalnya ada kepengurusan
ganda , anarkisme , jual beli motor nomor urut dan bahkan terjadi anggota yang
mengugundurkan diri sebagai calon anggota legislatif.
b. Sistem suara terbanyak , akan tercermin rasa keadilan bagi para calon legislatif
c. Dengan sistem suara terbanyak akan mendekatkan pemilih dengan wakil-wakilnya
di parlemen.

B. Sejarah Lembaga Legislatif


Sejarah Lembaga legislatif, menurut Arbi Sanit (1985: 43-44), bermula dari keperluan
masyarakat akan hukum sebagai sarana untuk mengatur kehidupan bersama di
samping kebutuhan akan badan yang membuat dan memberlakukannnya untuk
penyelenggaraan kehidupan masyarakat luas. Keberadaan dari badan yang secara
khusus berfungsi untuk membuat untuk membuat Undang-undang tidak dapat
dilepaskan dari pertumbuhan hukum Kerajaan Romawi Kuno. Orang Roma bahkan
membedakan antara proses pembuatan Undang-undang dengan Undang-undang
sebagai hasil dari proses tersebut. Perkembangan selanjutnya sejarah mencatat bahwa
penguasa Kerajaan Romawi beserta para penguasa yang mendukungnya melakukan
pemusatan seluruh kekuasaan sembari melemahkan peranan lembaga legislatif
sebagai lembaga penghasil undang-undang secara khusus. Tumbuhnya kekuasaan
agama atas negara yang disusul oleh pertumbuhan feodalisme di Eropa memperkecil
peranan lembaga legislatif menghasilkan undang-undang dengan cara yang berbeda.
Jika kekuasaan gereja mengeliminir kewenangan lembaga legislatif karena hukum
didasarkan kepada ajaran agama, maka kaum feodal membutuhkan kekuasaan sentral
negara yang berakibat pada melemahnya peran lembaga legislatif sebagai bagian dari
negara yang mendukung kekuasaan sentral tersebut.

Lembaga legislatif dalam bentuk sekarang ini bermula di Inggris. Pada akhir abad ke-
12 di Inggris terdapat Magnum Concilium sebagai dewan kaum feodal dinamakan
Parlemen sebagai wadah para tuan tanah untuk membahas segala sesuatu termasuk
mendapatkan kesepakatan untuk meningkatkan kontribusinya bagi kerajaan. Sampai
akhir abad ke-14 barulah parlemen dimanfaatkan oleh raja Inggris sebagai badan
konsultasi dalam pembuatan undang-undang. Perkembangan selanjutnya, pada awal
abad ke-15, parlemen berfungsi sebagai lembaga pembuat undang-undang meskipun
dari segi keanggotaan lembaga tersebut belum sepenuhnya sebagai badan perwakilan
rakyat. Parlemen yang sekaligus badan pembuat undang-undang dan badan
perwakilan melalui pemilihan, baru terbentuk di Inggris pada abad ke-18 (Sanit, 1985:
46). Mengutip John Carey, lembaga legislatif diakui sebagai lembaga pembuat
kebijakan penting dalam negara demokrasi modern saat ini. Salah satu dasarnya
adalah semua putusan kebijakan paling mendasar, seperti: penganggaran, pengaturan
perjanjian dan persetujuan perdagangan, ekonomi, lingkungan, dan regulasi sosial,
elaborasi hak-hak individu dan kolektif - haruslah disetujui oleh lembaga legislatif
(Carey dan Rhodes, 2008: 431).
C. Fungsi/Peranan Lembaga Legislatif
Menurut Miriam Budiardjo, lembaga legislatif secara umum memiliki fungsi legislasi,
fungsi kontrol, dan fungsi lainnya. Menurut Miriam Budiardjo, fungsi lain dari
lembaga legislatif adalah fungsi edukasi dalam konteks sebagai forum kerja sama
antara berbagai golongan dan juga fungsi rekrutmen politik. Sedangkan J. Denis
Derbyshire dan Ian Derbyshire menyatakan bahwa lembaga legislatif (assembly)
memiliki empat fungsi, yaitu : (1) melegitimasi kebijakan, (2) bertindak sebagai wakil
rakyat dan membawa pandangan rakyat kepada lembaga eksekutif, (3) tempat
bertemunya perdebatan, dan terakhir (4) peran penting yang reaktif dalam
menyupervisi dan memeriksa tindakan lembaga eksekutif dan birokrasi,
memperhatikan penyimpangan kewenangan dan inefisiensi, dan menyarankan
perbaikan paket undang-undang yang diserahkan kepada mereka.
D. Lembaga Legislatif di masa Orde Baru
Pada masa Orde Baru, dapat dikatakan bahwa apapun hasil yang akan diperoleh dari
pemilu, tidak ditujukan untuk mengubah keberadaan sistem politik yang ada. Justru
pemilu hanyalah sebuah formalitas politik belaka karena pemilu adalah salah satu
sarana peneguhan keabsahan dan penguatan sistem yang berlaku. Kemudian, lembaga
legislatif juga diisi oleh kelompok militer yang keanggotaannya bukan melalui jalur
pemilihan umum, melainkan ditunjuk langsung oleh Presiden. Dalam peran militer
pada masa Orde Baru yang berakibat pada perubahan kehidupan demokrasi, dengan
dalih militer profesional, di mana militer diletakkan sebagai suatu yang signifikan
terhadap perubahan negara bangsa kedepan, yaitu sebagai kebutuhan terhadap
modernisasi sekaligus tanggung jawabnya terhadap sikap pengabdiannya kepada
masyarakat dan negara. TNI ikut andil menentukan kebijakan-kebijakan negara
dengan demikian mesti secara formal diakui dan diposisikan sebagai kekuatan sosial
politik. Akibatnya, militer Indonesia menempati jabatan-jabatan politis seperti
menteri, gubernur, bupati, anggota Golkar dan duduk di DPR.
E. Lembaga Legislatif Pasca Orde Baru
Dibentuknya lembaga perwakilan baru, yakni Dewan Perwakilan Daerah (DPD).
Dengan adanya lembaga tersebut, sekaligus secara bersamaan dikurangi nya peran-
peran strategis dari MPR, maka sistem yang berlaku di masa pasca Orde Baru adalah
sistem dua majelis atau bicameral. Hanya saja, persoalannya kemudian sistem
bicameral yang dipakai masih terbatas, yaitu berkaitan dengan kebijakan-kebijakan
strategis mengenai daerah, peran dari DPD juga masih terbatas. Meskipun sistem di
Indonesia adalah sistem presidensial, akan tetapi presiden di masa reformasi tidak lagi
memiliki kekuasaan untuk membuat kebijakan sendiri, dan membutuhkan dukungan
bagian utama dari elit politik yang diwakili di dalam DPR. Parlemen menjadi pemain
penting di dalam politik nasional.

PENUTUP
Fungsi utama dari lembaga legislatif adalah fungsi representasi atau perwakilan.
Sejarah lembaga legislatif sebagai lembaga perwakilan, menurut Napitupulu, dapat
ditelusuri sejak masa Yunani Kuno dalam Dewan Polis yang mempunyai tugas
memberi pertimbangan kepada lembaga eksekutif. Lembaga legislatif dalam bentuk
sekarang ini bermula di Inggris di penghujung abad ke-12 di mana Magnum
Concilium sebagai Dewan kaum feodal dinamakan Parlemen sebagai wadah para tuan
tanah untuk membahas segala sesuatu termasuk mendapatkan kesepakatan untuk
meningkatkan kontribusinya bagi kerajaan. Melemahnya peran lembaga legislatif di
masa Orde Baru, maka lembaga legislatif di pasca Orde Baru berusaha diperkuat
kembali fungsinya. Selain itu, yang tak kalah pentingnya adalah dibentuknya lembaga
perwakilan baru yakni Dewan Perwakilan Daerah (DPD).

Anda mungkin juga menyukai