Anda di halaman 1dari 3

DIABETES MELITUS (DM)

No. Dokumen : 445/ /7.2.1.3/PKM-BMS/2017

No. Revisi :0
SOP
Tanggal Terbit : 2017

Halaman : 1/3

UPT
Anwar Musadat, SKM, MSi
PUSKESMAS NIP 197505101997031003
BUNGAMAS
Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit metabolisme yang ditandai oleh
tingginya kadar plasma glukosa (hiperglikemia) yang disebabkan oleh
gangguan sekresi insulin, aksi insulin atau keduanya.

DM ada 2 jenis atas dasar waktu dimulainya penyakit, yaitu :


1. DM Tipe-1 (Insulin Dependent Diabetes Melitus/IDDM)
Pada tipe ini terdapat destruksi atau kerusakan dari sel-sel beta pankreas
1. Pengertian sehingga tidak memproduksi insulin dan akibatnya sel tidak bisa menyerap
glukosa dari darah. Tipe ini banyak terjadi pada usia 30 tahun dan paling
sering dimulai pada usia 10-13 tahun.
2. DM Tipe-2 (Non Insulin Dependent Diabetes Melitus/NIDDM)
Tipe ini tidak tergantung dari insulin, tetapi disebabkan oleh menurunnya
fungsi sel-sel beta pankreas. Lazimnya terjadi pada usia diatas 40 tahun
dengan insidensi lebih besar pada orang gemuk dan usia lanjut.

Sebagai acuan petugas dalam penatalaksanakan diabetes melitus dan


2. Tujuan mencegah terjadinya komplikasi untuk semua pasien yang menderita diabetes
melitus yang datang di Unit Pelayanan Umum Puskesmas Bungamas.

Surat Keputusan Kepala Puskesmas Bungamas


3. Kebijakan
No. 445/ /SK/PKM-BMS/2017 tentang Pelayanan Medis.

1. Depertemen Kesehatan RI. 2007. Pedoman Pengobatan Dasar di


Puskesmas. Jakarta: Depertemen Kesehatan RI
4. Referensi 2. American Diabetes Association. 2015. Classification and Diagnosis of
Diabetes. Diabetes Care; Vol 38 (Suppl. 1): S8-16
3. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 2, Ed 6, Interna Publishing. 2014.

Alat dan Bahan:


1. Rekam Medis
2. Buku register poli umum
5. Prosedur
3. Form rujukan internal laboratorium
4. Form rujukan internal gizi
5. Form Informed Consent
6. Langkah- 1. Petugas memanggil pasien masuk ke ruang pemeriksaan.
langkah 2. Pasien masuk, petugas memberi salam, dan pasien dipersilahkan duduk.
3. Petugas melakukan pengukuran tekanan darah dan mencatat dalam buku
status pasien.
4. Dokter menanyakan identitas pasien dan melakukan anamnesis yang
dicatat di rekam medis.
Kecurigaan adanya DM apabila dalam anamnesis dijumpai:
a. Keluhan klasik DM, seperti poliuria (banyak berkemih), polidipsia
(banyak minum), polifagia (banyak makan), dan penurunan berat
badan yang tidak dapat dijelaskan sebabnya.
b. Penderita sering mengeluh badan terasa lemah, kadang terasa
kesemutan atau rasa baal, gatal yang kronik.
c. Selain itu penderita akan merasa sangat haus, kehilangan energi,
rasa lemas dan cepat lelah.
d. Pada keadaan lanjut mungkin terjadi penurunan ketajaman
penglihatan.
e. Keluhan disfungsi ereksi pada pria dan pruritus vulva pada wanita.
5. Dokter mencuci tangan sebelum memeriksa pasien.
6. Dokter melakukan pemeriksaan fisik sesuai dengan keluhan pasien.
7. Dokter mencuci tangan setelah memeriksa pasien.
8. Dokter melakukan pemeriksaan penunjang yang sesuai dengan
memberikan form rujukan internal laboratorium.
a. GDS (Gula Darah Sewaktu)
b. GDP (Gula Darah Puasa)
c. TTGO (Tes Toleransi Glukosa Oral)
9. Hasil pemeriksaan fisik, pemeriksaan penunjang, diagnosis, dan terapi
pasien dicatat dalam rekam medis secara lengkap.
10. Penegakan diagnosis DM
DM ditegakkan atas dasar pemeriksaan kadar glukosa darah. Diagnosis
tidak dapat ditegakkan atas dasar adanya glukosuria. Pemeriksaan
glukosa darah yang dianjurkan adalah pemeriksaan glukosa secara
enzimatik dengan bahan darah plasma vena. Pemantauan hasil
pengobatan dapat dilakukan dengan menggunakan pemeriksaan glukosa
darah kapiler dengan glukometer.
11. Penatalaksanaan DM
a. Tindakan umum yang dilakukan bagi penderita diabetes antara lain
diet dengan pembatasan kalori, olahraga, secara teratur, dan
berhenti merokok
b. Jika tindakan umum tidak efektif menurunkan glukosa darah pada
penderita DM tipe-2 maka dapat diberikan antidiabetik oral
- Glibenklamid mulai dengan 5 mg/hari dalam sekali pemberian,
maksimal 10 mg/hari
- Metformin mulai dengan 500 mg/hari dalam 2-3 kali pemberian,
maksimal 2 g/hari.
Obat ini harus dimulai dengan dosis terkecil. Setelah 2 minggu
pengobatan, dosis dapat ditingkatkan.
c. Pada penderita DM tipe-1 yang diberikan insulin seumur hidup, tidak
dianjurkan minum antidiabetik oral.
12. Dokter memberikan edukasi atau konseling kepada pasien bahwa
pengobatan diabetes melitus bertujuan untuk menghilangkan keluhan,
memperbaiki kualitas hidup, dan mengurangi risiko terjadinya komplikasi
akibat DM. Pengobatan dimulai dengan menerapkan pola hidup sehat dan
dikontrol dengan terapi antidiabetik oral.
13. Dokter memberikan resep obat yang diberikan kepada pasien untuk
diambil di apotek puskesmas. Petugas memberi salam sebelum pasien
keluar dari ruangan.
14. Petugas mengembalikan rekam medis ke loket pendaftaran.

Konseling dan Edukasi


Edukasi individu dan keluarga tentang pola hidup sehat untuk mencegah dan
mengontrol diabetes melitus seperti:
a. Terapi Nutrisi Medis (TNM)
Penderita DM perlu diberikan penekanan mengenai pentingnya
keteraturan jadwal makan, jenis dan jumlah makanan, terutama pada
mereka yang menggunakan obat penurun glukosa darah atau insulin.
7. Hal-hal b. Latihan Jasmani
yang perlu Kegiatan jasmani sehari-hari dan latihan jasmani secara teratur 3-5 hari
diperhatikan seminggu selama sekitar 30-45 menit, dengan total 150 menit
perminggu, dan jeda antar latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut.
Latihan jasmani yang dianjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat
aerobik dengan intensitas sedang (50-70% denyut jantung maksimal)
seperti jalan cepat, bersepeda santai, jogging, dan berenang.
c. Mengkonsumsi obat diabetes secara aman, teratur, dan pada waktu-
waktu yang spesifik.
d. Melakukan pemantauan glukosa darah mandiri.

1. Poli Umum
8. Unit terkait 2. Poli gizi
3. Laboratorium

Anda mungkin juga menyukai