Anda di halaman 1dari 1

Mengapa paradigma pengelolaan keuangan negara bergeser dari pola yang sentralistik ke

desentralistik?

Untuk menjawab pertanyaan ini, dapat kita pahami bahwa system pemerintahan Indonesia
pada Orde Baru dilaksanakan bersifat sentralistik dimana tanggung jawab pembangunan
nasional dalam meningkatkan kesejahteraan rakyat dan menciptakan keadilan sosial
sebagaimana diamanatkan dalam Pembukaan UUD Tahun 1945 dilaksanakan secara terpusat
(sentralistik) dan dalam perkembangannya pelaksanaan pembangunan menjadi terpusat,
partisipasi rakyat dinafikan, rakyat hanya menjadi objek pembangunan, dan pemerintah daerah
menjadi pelengkap saja dari sistem pemerintahan nasional tanpa perlu berbuat apa-
apa,terutama dalam hal perencanaan. Berkaitan dengan hal tersebut pengelolaan keuangan
negara juga dilaksanakan secara sentralistik. Dampak dari pembangunan dan pengelolaan
keuangan sentralistik adalah perencanaan pembangunan yang kurang matang dan
pembangunan yang tidak berlandaskan prioritas pembangunan di setiap daerah. Pada Tahun
1998 Bangsa Indonesia dilanda multikrisis, ancaman disintegritas bangsa, dan kepanikan publik
yang diakibatkan oleh lemahnya keamanan dan ketertiban umum serta ketidakpastian hukum
yang berujung kepada lengsernya pemeritahan Orde Baru. untuk mengatasi permasalahan-
permasalahan tersebut maka pada masa Orde Reformasi pemberian otonomi daerah
merupakan langkah strategis yang harus dilakukan pemerintah secara sungguh-sunggu. Sistem
pemerintahan Indonesia pada Orde Reformasi bergeser menjadi desentralistik sesuai dengan
yang diamanatkan oleh UU No. 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No. 33
Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Pusat dan Daerah, yang pada dasarnya penerapan
otonomi seluas-luasnya dalam arti daerah diberikan kewenangan mengurus dan mengatur
semua urusan pemerintahan diluar yang menjadi urusan Pemerintah yang ditetapkan dalam
undang-undang tersebut serta prinsip otonomi yang nyata dan bertanggung jawab. Seiring
dengan bergantinya paradigma pemerintahan dari Orde Baru kepada Orde Reformasi,
pengelolaan kepentingan-kepentingan publik juga mengalami pergeseran, termasuk
pembiayaan penyelenggaraan keuangan negara (UU No 32 Tahun 2004 dan UU No 33 Tahun
2004). Pelaksanaan Otonomi Daerah di Indonesia dapat dipandang sebagai suatu strategi yang
memiliki tujuan ganda. Pertaman, untuk merespon tuntutan masyarakat daerah terhadap tiga
permasalahan utama yaitu sharing of power, distribution of income, dan kemandirian sistem
manajemen di daerah. Kedua, otonomi daerah tersebut sebagai strategi untuk memperkuat
perekonomian daerah dalam rangka memperkokoh perekonomian nasional dalam menghadapi
era perdagangan bebas.

Anda mungkin juga menyukai