Konversi Bahan
Konversi Bahan
Konversi Bahan
A. Tujuan
Setelah mengikuti pembelajaran ini, Anda dapat mengelola teknik-teknik merubah /
konversi bahan
C. Uraian Materi
Pengecilan ukuran merupakan unit operasi yang diterapkan pada bahan padat
untuk mengurangi ukurannya dengan menerapkan proses penggilingan,
pemotongan, penekanan atau pemukulan; untuk bahan cair mengurangi ukuran
globula cairan emulsi pengecilan ukuran lebih sering disebut sebagai
homogenisasi. Pengecilan ukuran baik padat maupun cair merupakan proses
Beberapa cara untuk memperkecil ukuran zat padat dapat dilakukan dengan
menggunakan berbagai prinsip, yaitu:
1) Kompresi (tekanan)
Prinsip kerja dari kompresi adalah dengan tekanan yang kuat terhadap
bahan padat, Biasannya, penghancuran ini untuk menghancurkan bahan
padat yang keras. Alat dari kompresi ini dinamankan chrushing rolls.
Proses ini dilakukan dengan memberikan gaya tekan yang besar sambil
dilakukan penggesekan pada suatu permukan padat, sehingga bahan
terpecah dengan bentuk yang tidak tertentu. Umumnya, permukaan alat
dibuat dengan kekerasan tertentu, sehingga dapat membentuk pencabikan
bahan.
2) Pukulan (Impact)
3) Gesekan (Attrition)
Gesekan (Attrition) menghasilkan zat yang sangat halus dari bahan yang
lunak dan tidak abrasif.
4) Pemotongan (Cutting)
Dalam dunia industri, dikenal dua macam pengecilan. Pengecilan ini pada
prinsipnya yaitu diklasifikasikan berdasarkan pada produk akhir yang dihasilkan
yang dibagi menjadi dua yaitu pengecilan ekstrim dan pengecilan yang relatif
masih berukuran besar. Pengecilan ekstrim maksudnya yaitu pengecilan yang
menghasilkan produk dengan ukuran yang jauh lebih kecil daripada sebelum
dikecilkan. Sedangkan pengecilan yang kedua yaitu pengecilan dimana produk
yang dihasilkan masih berdimensi besar atau nisbah produk akhir dengan
awalnya tidak terlalu signifikan. Contoh pengecilan ekstrim adalah pengecilan
ukuran dengan mesin penggiling dimana hasil produk gilingan adalah bahan
dengan ukuran yang relatif sangan kecil, misalnya tepung. Sedangkan contoh
opererasi yang kedua yaitu pemotongan dimana operasi ini menghasilkan
bahan dengan ukuran yang relatif masih besar
Proses pencampuran banyak dilakukan pada industri pangan, salah satu contoh
dalam industri pembuatan roti proses pencampuran terjadi dalam bentuk kering
yaitu tepung terigu, gula dan susu bubuk dan pencampuran semi basah yaitu
pencampuran antara bahan kering dengan air atau telur dan sebagainya.
c. Teknik Emulsifikasi
1) Pengertian Emulsi
Emulsi adalah suatu sistem yang terdiri dari dua fase cairan yang tidak saling
melarut (senyawa polar dengan non-polar), di mana salah satu cairan tercampur
dalam bentuk globula-globula di dalam cairan lainnya. Cairan yang terpecah
menjadi globula-globula dinamakan fase teremulsi, sedangkan cairan yang
mengelilingi globula-globula dinamakan fase kontinyu atau medium pendispersi.
Emulsi merupakan salah satu jenis koloid, yaitu sistem yang terdiri atas dua
fase, yaitu fase terdispersi dan fase pendispersi (medium dispersi). Sistem
koloid dapat dikelompokkan berdasarkan jenis fase terdispersi dan fase
pendispersinya. Koloid yang mengandung fase terdispersi padat disebut sol.
Ada tiga jenis sol yaitu sol padat (padat dalam padat), sol cair (padat dalam
cair), dan sol gas (padat dalam gas).
Istilah sol biasa digunakan untuk menyatakan sol cair, sedangkan sol gas lebih
dikenal sebagai aerosol (aerosol padat). Koloid yang mengandung fase
terdispersi cair disebut emulsi. Emulsi juga ada tiga jenis, yaitu emulsi padat
(cair dalam padat), emulsi cair (cair dalam cair), dan emulsi gas (cair dalam
gas). Istilah emulsi biasa digunakan untuk menyatakan emulsi cair, sedangkan
emulsi gas juga dikenal dengan nama aerosol (aerosol cair). Koloid yang
mengandung fase terdispersi gas disebut buih. Ada beberapa jenis koloid
seperti pada tabel 2.
b) Emulsi cair
Emulsi cair merupakan emulsi dengan fase terdispersinya maupun
pendispersinnya berupa fase cairan yang tidak saling melarutkan karena
kedua fase bersifat polar dan non polar. Emulsi ini dapat digolongkan
menjadi 2 jenis yaitu emulsi minyak didalam air contoh susu dan air dalam
minyak/lemak contoh margarine.
c) Emulsi padat
Emulsi padat merupakan emulsi dengan fase terdispersinnya cair dengan
fase pendispersinnya berupa fase padat. Contoh : Gel yang dibedakan
menjadi gel elastik dan gel non-elastik dimana gel elastic ikatan partikelnya
tidak kuat sedangkan non-elastik ikatan antar partikelnya membentuk
ikatan kovalen yang kuat. Gel elastik dapat dibuat dengan mendinginkan
sol iofil yang pekat contoh gel ini adalah gelatin dan sabun. Sedangkan gel
Molekul memiliki daya tarik menarik antara molekul yang sejenis yang
disebut dengan daya kohesi. Selain itu molekul juga memiliki daya tarik
menarik antara molekul yang tidak sejenis yang disebut dengan daya
adhesi.
Daya kohesi suatu zat selalu sama, sehingga pada permukaan suatu zat
cair akan terjadi perbedaan tegangan karena tidak adanya keseimbangan
daya kohesi. Tegangan yang terjadi pada permukaan tersebut dinamakan
tegangan permukaan.
Teori ini mengatakan bahwa emulsifier akan diserap pada batas antara air
dan minyak, sehingga terbentuk lapisan film yang akan membungkus
partikel fase dispers. Dengan terbungkusnya partikel tersebut maka usaha
antara partikel yang sejenis untuk bergabung menjadi terhalang. Dengan
kata lain fase dispersi menjadi stabil. Untuk memberikan stabilitas
maksimum pada emulsi, syarat emulsifier yang dipakai adalah :
• Dapat membentuk lapisan film yang kuat tapi lunak.
• Jumlahnya cukup untuk menutup semua permukaan partikel fase
dispers.
• Dapat membentuk lapisan film dengan cepat dan dapat menutup
semua permukaan partikel dengan segera.
d. Teknik Ektraksi
Ekstraksi merupakan proses pemisahan yang meliputi dua fase. Larutan adalah
bahan yang ditambahkan untuk membentuk suatu fase yang berbeda dari bahanyang
dipisahkan. Pemisahan tercapai jika komponen yang dipisahkan larut dalam larutan
sementara komponen yang lainnya masih tetap berada dalam bahan asalnya.
Pelarut yang biasa digunakan untuk proses ekstraksi dalam praktik sehari-hari adalah
air, misalnya dalam pembuatan sari buah dari berbagai buah-buahan dan pembuatan
santan dari kelapa parut. Pelarut organik yang umum digunakan untuk memproduksi
Contoh ekstrak yang dihasilkan dari kegiatan ekstraksi adalah ekstrak flavor alami
yang diterapkan dalam industri flavor. Ekstraksi juga dilakukan dalam industri gula bit
untuk memisahkan gula dari gula bit. Ekstraksi dengan air atau pelarut organik
digunakan untuk menghilangkan kafein dari biji kopi, dan ekstraksi dengan air
digunakan untuk menyiapkan kopi dan teh terlarut untuk dibekukan dan
dikeringsemprotkan.
Istilah ekstraksi juga dikenal dalam pengolahan minyak dan lemak, yaitu suatu cara
untuk mendapatkan minyak atau lemak dari bahan yang diduga mengandung minyak
atau lemak. Cara ekstraksi tersebut bermacam-macam, yaitu rendering (wet
rendering dan dry rendering), mechanical expression, dan solvent extraction.
Rendering merupakan suatu cara ekstraksi minyak atau lemak dari bahan yang
diduga mengandung minyak atau lemak dengan kadar air yang tinggi. Pada semua
cara rendering, digunakan panas untuk menggumpalkan protein pada dinding sel
Suhu rendah dalam rendering basah dilakukan jika ingin dihasilkan flavor netral dari
minyak atau lemak. Bahan yang akan diekstraksi ditempatkan pada ketel yang
dilengkapi alat pengaduk. Air ditambahkan dan campuran tersebut (air dan bahan
yang akan diekstrak) dipanaskan perlahan-lahan sampai suhu 50 oC sambil diaduk.
Minyak yang terekstrak akan naik ke atas dan dipisahkan. Penggunaan suhu rendah
kurang populer.
Dry rendering atau rendering kering dilakukan tanpa penambahan air. Bahan
dimasukkan dalam ketel terbuka yang dilengkapi dengan steam jacket dan
pengaduk. Bahan dipanasi sambil diaduk pada suhu 105 – 110oC. Ampas bahan
yang telah diambil minyaknya akan mengendap di dasar ketel. Pengambilan minyak
dilakukan dari bagian atas ketel.
Karakteristik suatu bahan baku merupakan substansi utama yang secara garis besar
perlu dipertimbangkan dalam menentukan mesin pengecil ukuran yang tepat. Kadar
air suatu bahan baku serta kandungan penyusun suatu bahan baku tertentu akan
berbeda-beda setiap komoditinya. Sehingga mesin tertentu yang tepat perlu
diperhatikan kecocokannya dengan karakter bahan baku yang akan dikecilkan
ukurannya. Selain itu aspek penting yang perlu diperhatikan adalah kapasitas mesin
dalam mengasilkan rendeman karena hal tersebut menyangkut efektif atau tidaknya
mesin pengecilan ukuran bekerja.
Pada gambar di atas terlihat bahwa simpangan baku akan naik atau
homogenitas akan turun dengan bertambahnya perbedaan ukuran partikel.
b) Viskositas
Faktor- faktor yang mempengaruhi viskositas suatu emulsi adalah viskositas
medium dispersi, persentase volume medium dispersi, ukuran partikel fase
terdispersi dan jenis serta konsentrasi emulsifier yang digunakan. Semakin tinggi
viskositas dan persentase medium disperse, maka makin tinggi viskositas
emulsi. Demikian juga semakin kecil ukuran partikeL suatu emulsi, maka
semakin tinggi viskositasnya dan makin tinggi konsentrasi emulsifier yang
digunakan.
2) Kestabilan Emulsi
Emulsi merupakan suatu sistem yang tidak stabil, sehingga dibutuhkan zat
pengemulsi atau emulsifier/emulgator untuk menstabilkan. Tujuan dari
penstabilan adalah untuk mencegah pecahnya atau terpisahnya antara fase
terdispersi dengan pendispersinnya. Dengan penambahan emulsifier berarti
telah menurunkan tegangan permukaan secara bertahap sehingga akan
menurunkan energi bebas pembentukan emulsi, artinya dengan semakin rendah
energi bebas pembentukan emulsi akan semakin mudah.
2) Laju difusi
Karena adanya kompeksitas dari struktur sel, keberadaan pori, dan perbedaan
ruang-ruang dalam struktur padatan, difusivitas dari material memiliki satuan:
difusivitas efektif. Difusivitas efektif juga tergantung dari komposisi dan posisi
dari zat yang ingin diperoleh.
3) Suhu
Secara normalnya, naiknya suhu akan meningkatkan proses ekstraksi. Suhu
yang lebih tinggi akan meningkatkan solubilitas zat yang ingin diperoleh dalam
pelarut, meningkatnya laju difusi dari solute ke dalam pelarut akan
mengingkatkan laju transfer massa. Namun kenaikan suhu juga dapat juga
membuat reaksi yang tidak diinginkan seperti adanya degradasi senyawa yang
termolabil.
4) Pemilihan Pelarut
Pemilihan pelarut didasarkan beberapa faktor, seperti sifat fisiokimia dan
toksisitas. Pemilihan pelarut juga harus mempertimbangkan beberapa sifat
5) Kelembaban Padatan
Keberadaan air adalam matriks padatan dapat menyaingi keberadaan pelarut
dalam melarutkan zat yang diinginkan, yang akan berefek pada perpindahan
massa. Akan tetapi, kelembaban juga merupakan hal penting untuk
memperbolehkan perpindahan Optimasi dari zat yang diinginkan, seperti pada
proses ekstraksi kopi. Meskipun demikian, dalam kebanyakan kasus, material
padatan yang dikeringkan pada kondisi tertentu tidak akan menyebabkan
degradasi dari senyawa yang diinginkan.
Jenis dan fungsi alat pengecil ukuran biasanya dibedakan berdasarkan tujuan
pengecilan ukuran dan bahan yang dikecilkan. Dikenal ada 3 kelompok alat pengecil
ukuran, yaitu :
Alat pengecil ukuran bahan berserat tinggi (cutter, gratter)
Alat pengecil ukuran bahan kering (grinder)
Alat pengecil ukuran bahan pembentuk cair (emulsifer dan homogenizer).
Secara rinci, jenis dan fungsi masing-masing alat tersebut adalah sebagai berikut :
1) Jenis dan Fungsi Alat Pengecil Ukuran bahan Berserat Tinggi (Cutter,
Gratter)
Jenis alat pengecil ukuran yang beredar di pasar pada dasarnya bekerja
dengan mengunakan prinsip gaya mekanis. Gaya mekanis tersebut meliputi
gaya tumbuhan, “impact”, gaya geser “shear”, gaya tekan dan pemotongan
”cutting”.
Ada dua jenis cutter yaitu pisau pemotong dan pisau pengupas masing-masing
mempunyai fungsi sebagai berikut :
b) Pengupas (peeler)
Alat ini digunakan untuk mengupas kulis buah-buahan dan sayur-sayuran
seperti magga, wortel kentang dan mentimun.
Keterangan :
1. Mata pisau 4. Tungkai pisau
2. Lubang pengeluaran kulit 5. Poros pisau yang dapat berputar
3. Ujung pisau untuk pengungkit
c) Pisau pemotong
Pisau ini berguna untuk memotong, membelah, membuang sisik ikan,
mencincang daging, dan juga dapat digunakan untuk mengupas buah dan
sayuran serta hasil pertanian lainnya. Ada beberapa bentuk pisau pemotong
d) Pemarut (Gretter)
Alat ini ada yang bersifat multi guna dan ada yang khusus. Namun penggunaan
alat ini pada umumnya untuk pemarutan ketela pohon, dan buah kelapa yang
akan diambil patinya atau ekstraknya. Jenis alatnya adalah pisau berputar
(rotary knife cutter). Pisau ini umumnya digunakan untuk keperluan pemarutan
ubi kayu. Untuk pembuatan tepung, biasanya digunakan pisau yang
permukaannya seperti gergaji besi, sedangkan untuk pemarutan kelapa, pisau
tersebut diganti dengan paku pendek dengan silinder dari kayu.
Prinsip kerja alat ini adalah dengan menekan bahan pada sebuah silinder yang
pada permukaannya dilengkapi dengan parut. Silinder digerakan oleh sebuah
motor, sehingga terjadi perajangan bahan (pemarutan).
Keterangan gambar :
1. Lubang pemasukan
2. Pisau berputar
3. Rotor
4. Pisau stasioner
5. Lubang pengeluaran
a) Hammer Mill
Pada saat ini tingkat kehalusan hasil telah diperoleh dengan cara mengatur
besarnya lubang saringan.
b) Burr Mill
Alat ini sering disebut dengan “disc mill”. Burr mill/disc mill yang dua buah
piringan atau lebih. Pada burr mill peringan yang berputar sedangkan piringan
lain tetap, atau keduanya berputar tetapi berlawanan arah.
Keuntungan pemakaian alat ini :
biaya awal rendah,
hasil penghancuran relatif seragam.
kebutuhan tenaa rendah.
Sedangkan kerugian pemakaian alat ini, adalah :
mudah rusak akibat benda asing,
pengoperasian tanpa bahan dapat meruak alat,
alat penggiling mudah aus.
c) Jaw Crusher
Alat ini digunakan untuk menghancurkan zat padat (bahan hasil pertanian), dengan
kecepatan rendah.Pada prinsipnya alat ini terdiri dari sebuah rahang yang statsioner
Pada saat ini roda penggerak berputar, maka pivot (1) dan rahang bergerak (2) dapat
membuka dan menutup, rahang (4) dalam kondisi tetap tidak bergerak. Pada waktu
teradi gerakan menutup, bahan masuk ke dalam ruang antara kedua rahang dan
terbentur oleh permukan rahang yang keras (3) sehingga bahan dapat hancur.
Bahan-bahan yang telah hancur akan keluar melalui lubang pengeluaran (9).
d) Gyratori Crusher
Alat ini dipandang sebagai jaw crusher, dimana rahang penghancurnya berbentuk
silinder. Rahang pencampur terletak pada proses yang dapat berputar cepat atau
lambat, sesuai dengan besarnya rongga yang terjadi antara bahan yang dihancurkan
dengan rahang penghancur.
e) Roll Mill
Alat ini berguna untuk merubah gabah menjadi beras pecah kulit. Bagian-bagian alat,
terdiri dari lubang pemasukan (roll hopper), pengatur masuknya gabah (lead roller),
pengatur clearance (roll adjusting handle) dan silinder karet (rubber roller). Untuk
menghindari slip pada bank “belit” penggerak, stall motor penggerak, dan rusaknya
spi, maka mesin ini pada waktu start awal sebaiknya tidak diberi beban.
Gambar 15. Bagian-bagian mesin roll mill (Afandi, M dan Darsam 1979)
Keterangan :
1. roda pemutar 1. roda pemutar
2. tangkai pemutar 2. lingkaran skala
3. torak 3. tangkai roda pemutar
4. oil fitting
Prinsip kerja alat dengan bahan roda penggerak roda gigi akan berputar, dan bahan
yang dihancurkan diletakan diantara dua gigi dan plat yang keras (3), sehingga
terjadi proses penghancuran. Bahan-bahan yang telah hancur akan keluar melalui
lubang pengeluaran (4).
b. Alat Pencampuran
Peralatan pencampur atau mixer dapat dibagi menjadi dua golongan, yaitu :
Berdasarkan jenis bahan yang dicampur, yaitu alat pencampur bahan kering
(granula atau tepung), alat pencampur cairan, dan alat pencampur pasta.
Berdasarkan jenis pengaduk, yaitu double cone mixers, ribbon blender, planetary
mixers, dan propeller mixers.
a) Ribbon blender
Granula dan atau tepung dapat dicampur menggunakan alat ribbon blender dan
double cone mixers. Ribbon blender terdiri dari silinder horisontal yang didalamnya
dilengkapi dengan ulir yang berputar. Apabila ulir berputar maka bahan-bahan
tersebut akan tercampur dan bergerak bolak-balik dari satu sisi ke sisi lainnya.
Dengan demikian, bahan-bahan tersebut akan tercampur selama ulir bergerak.
d) Drum miring
Proses pencampuran yang terjadi di dalam alat drum miring adalah bergesernya
tempat penumpukan bahan sehingga bahan akan teraduk dengan sendirinya. Drum
memiliki poros rotasi yang berputar secara vertikal, namun drum tersebut
ditempatkan dengan posisi yang tidak simetris terhadap sumbu horisontal atau as
(poros rotasi). Pencampuran bahan terjadi ketika bahan tersebut mengalami
perpindahan posisi akibat drum yang berputar. Bahan yang berada dibawah akan
ikut terbawa keatas oleh perputaran drum, namun kembali jatuh secara perlahan
yang mengakibatkan bahan dapat tercampur. Putaran drum yang berulang-ulang
menyebabkan bahan-bahan tercampur dengan merata.
e) Mixer.
Pada alat ini terdapat dua corong pemasukan bahan (a dan b) yang dilengkapi
dengan pintu pengatur pemasukan bahan. Alat ini juga dilengkapi dengan piringan
yang berputar dibagian tengahnya (c). Dua bahan yang berbeda dimasukkan
bersama-sama melalui kedua pintu pemasukan. Bahan-bahan tersebut akan turun
dan menyentuh piringan yang berputar tersebut, sehingga bahan-bahan tersebut
saling terpelanting, pada saat itulah mulai terjadi pencampuran.
Proses pencampuran berlanjut ketika bahan-bahan turun melewati saluran yang
memutar (d). Bahan-bahan menggelinding dan saling bertukar tempat membentuk
suatu campuran. Selanjutnya bahan yang tercampur tersebut keluar melalui corong
pengeluaran. Jika campuran yang dihasilkan belum rata, pengadukan/pencampuran
dapat diulangi lagi dengan cara memasukkan kembali campuran yang belum rata
tersebut melalui corong pemasukan bahan. Pengulangan pencampuran dapat
dilakukan beberapa kali sampai diperoleh campuran yang homogen.
Propeller agitator
Gate paddle
Gambar25.Hand Mixer
Digunakan untuk mencampur bahan cair dengan bahan padat yang dapat larut atau yang
tidak dapat larut. Padatan yang dicampur dapat berbentuk tepung atau butiran-butiran
yang halus. Prinsip pencampurannya adalah penghancuran, pendis-persian, dan
pengadukan. Mula-mula bahan cair diaduk dengan hand mixer didalam suatu wadah
kemudian padatan (tepung) ditambahkan. Pengaduk yang bentuknya pipih akan
mnghancurkan gumpalan-gumpalan tepung, kemudian dengan putarannya yang cepat
tepung tersebut disebarkan kedalam cairan. Hand Mixer juga dapat digunakan untuk
mencampur minyak dengan air, misalnya pada pembuatan mayonaise.
c) Homogenizer .
Homogenizer biasanya digunakan untuk mencampur bahan cair dengan cair yang tidak
saling melarutkan, misalnya minyak dengan air. Homogenizer menghancurkan bagian
yang tidak terlarut (minyak) menjadi partikel-partikel yang sangat halus dan kemudian
mendispersikannya dengan kecepatan tinggi ke seluruh bagian cairan yang lain (air).
Jumlah minyak/lemak biasanya lebih sedikit dibandingkan dengan air. Misalnya pada
pembuatan salad dressing, es krim, homogenisasi susu, dan lain-lain.
d) Pengadon
Digunakan untuk mencampur bahan-bahan padat dengan bahan cair membentuk
campuran yang sangat kental, kenyal dan ulet, misalnya adonan mie atau adonan roti.
Alat pengadon bekerja dengan cara memotong/menyobek/menarik, menekan dan
membalik. Contoh alat pengadon adalah dough mixer untuk membuat adonan roti.
Pemilihan pengaduk pada proses pencampuran ini didasarkan pada tingkat kekentalan
pasta atau adonan yang dibuat.