Disusun oleh:
ADILA AWALUDIN
21171001
Disetujui oleh:
MUKADIMAH
BAB I
KEWAJIBAN UMUM
Pasal 1
Seorang Apoteker harus menjunjung tinggi, menghayati dan mengamalkan
Sumpah / Janji Apoteker.
Pasal 2
Seorang Apoteker harus berusaha dengan sungguh-sungguh menghayati dan
mengamalkan Kode Etik Apoteker Indonesia.
Pasal 3
Seorang Apoteker harus senantiasa menjalankan profesinya sesuai kompetensi
Apoteker Indonesia serta selalu mengutamakan dan berpegang teguh pada prinsip
kemanusiaan dalam melaksanakan kewajibannya.
Pasal 4
Seorang Apoteker harus selalu aktif mengikuti perkembangan di bidang kesehatan
pada umumnya dan di bidang farmasi pada khususnya.
Pasal 5
Di dalam menjalankan tugasnya Seorang Apoteker harus menjauhkan diri dari
usaha mencari keuntungan diri semata yang bertentangan dengan martabat dan
tradisi luhur jabatan kefarmasian.
Pasal 6
Seorang Apoteker harus berbudi luhur dan menjadi contoh yang baik bagi orang
lain.
Pasal 7
Seorang Apoteker harus menjadi sumber informasi sesuai dengan profesinya.
Pasal 8
Seorang Apoteker harus aktif mengikuti perkembangan peraturan perundang-
undangan di bidang kesehatan pada umumnya dan di bidang farmasi pada
khususnya.
BAB II
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP PASIEN
Pasal 9
Seorang Apoteker dalam melakukan praktik kefarmasian harus mengutamakan
kepentingan masyarakat. menghormati hak azasi pasien dan melindungi makhluk
hidup insani.
BAB III
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP TEMAN SEJAWAT
Pasal 10
Seorang Apoteker harus memperlakukan teman Sejawatnya sebagaimana ia
sendiri ingin diperlakukan.
Pasal 11
Sesama Apoteker harus selalu saling mengingatkan dan saling menasehati untuk
mematuhi ketentuan-ketentuan kode Etik.
Pasal 12
Seprang Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk meningkatkan
kerjasama yang baik sesame Apoteker di dalam memelihara keluhuran martabat
jabatan kefarmasian, serta mempertebal rasa saling mempercayai di dalam
menunaikan tugasnya.
BAB IV
KEWAJIBAN APOTEKER TERHADAP SEJAWAT PETUGAS
KESEHATAN LAIN
Pasal 13
Seorang Apoteker harus mempergunakan setiap kesempatan untuk membangun
dan meningkatkan hubungan profesi, saling mempercayai, menghargai dan
menghormati sejawat petugas kesehatan lain.
Pasal 14
Seorang Apoteker hendaknya menjauhkan diri dari tindakan atau perbuatan yang
dapat mengakibatkan berkurangnya atau hilangnya kepercayaan masyarakat
kepada sejawat petugas kesehatan lain.
BAB V
PENUTUP
Pasal 15
Seorang Apoteker bersungguh-sungguh menghayati dan mengamalkan kode
etik Apoteker Indonesia dalam menjalankan tugas kefarmasiannya sehari-hari.
Jika seorang Apoteker baik dengan sengaja maupun tak sengaja melanggar atau
tidak mematuhi kode etik Apoteker Indonesia, maka dia wajib mengakui dan
menerima sanksi dari pemerintah, ikatan/organisasi profesi farmasi yang
menanganinya (IAI) dan mempertanggungjawabkannya kepada Tuhan Yang
Maha Esa.
PEDOMAN DISIPLIN APOTEKER INDONESIA
BAB I
PENDAHULUAN
Sanksi disiplin yang dapat dikenakan oleh MEDAI berdasarkan Peraturan per-
Undang- Undang an yang berlaku adalah:
1. Pemberian peringatan tertulis;
2. Rekomendasi pembekuan dan/atau pencabutan Surat Tanda Registrasi
Apoteker, atau Surat Izin Praktik Apoteker, atau Surat Izin Kerja Apoteker;
dan/atau
3. Kewajiban mengikuti pendidikan atau pelatihan di institusi pendidikan
apoteker.
Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat Izin Praktik yang
dimaksud dapat berupa:
1. Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat Izin Praktik
sementara selama-lamanya 1 (satu) tahun, atau
2. Rekomendasi pencabutan Surat Tanda Registrasi atau Surat Izin Praktik tetap
atau selamanya;
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas rahmat-Nya
penulis dapat menyelesaikan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di PT. Antar
Mitra Sembada dan menyelesaikan laporannya. Laporan ini merupakan salah satu
persyaratan dalam menempuh sidang Program Pendidikan Profesi Apoteker di
Sekolah Tinggi Farmasi Bandung.
Dengan segala kerendahan hati, penulis mengucapkan terima kasih atas segala
bantuan dan bimbingan, kepada yang terhormat:
1. Bapak Dr. Entris Sutrisno, S.Farm,M.H.Kes.,Apt. selaku Ketua Sekolah Tinggi
Farmasi Bandung.
2. Ibu Dr. Patonah, M.Si., Apt. selaku Ketua Program Studi Profesi Apoteker
Sekolah Tinggi Farmasi Bandung.
3. Ibu Herni Kusriani, M.Si., Apt. selaku pembimbing dari Sekolah Tinggi
Farmasi Bandung.
4. Ibu Chitra Norma Puspita, S. Farm., Apt selaku pembimbing dari PT. Antar
Mitra Sembada.
5. Bapak/Ibu dan seluruh rekan karyawan PT. Antar Mitra Sembada yang telah
membantu selama kegiatan praktek berlangsung.
6. Seluruh dosen dan civitas akademik di Sekolah Tinggi Farmasi Bandung yang
telah memberikan pengarahan dan pembelajaran selama menempuh masa
pendidikan profesi Apoteker.
7. Kedua orang tua serta keluarga yang tak henti-hentinya selalu memberi
dukungan moril maupun materil, Terimakasih atas dukungan dan doanya
selama ini.
8. Segenap teman Profesi Apoteker Angkatan XVIII dan seluruh pihak yang tidak
dapat penulis sebutkan secara lengkap satu persatu.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa penyusunan laporan ini masih jauh dari
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat membangun penulis
terima demi perbaikan dan penyempurnaan di masa mendatang.
i
Akhir kata semoga karya yang sederhana ini dapat bermanfaat bagi penulis
khususnya dan bagi pembaca umumnya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................i
DAFTAR ISI.........................................................................................................iii
DAFTAR TABEL..................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................vi
BAB I PENDAHULUAN.......................................................................................1
1.1 Latar Belakang................................................................................................1
1.2 Tujuan.............................................................................................................2
1.3 Waktu Pelaksanaan.........................................................................................3
BAB II TINJAUAN UMUM PBF.........................................................................4
2.1 Definisi PBF...................................................................................................4
2.2 Tugas dan Fungsi PBF....................................................................................4
2.2.1 Tugas PBF................................................................................................4
2.2.2 Fungsi PBF...............................................................................................5
2.3 Persyaratan Pedagang Besar Farmasi.............................................................5
2.4 Pemberian Izin Pedagang Besar Farmasi.......................................................5
2.5 Izin Usaha Pedagang Besar Farmasi...............................................................7
2.6 Penyelenggaraan Pedagang Besar Farmasi....................................................8
2.7 Tata Cara Penyaluran Perbekalan Farmasi.....................................................9
2.8 Gudang di Pedagang Besar Farmasi.............................................................10
2.9 Laporan Pedagang Besar Farmasi................................................................10
2.10 Sanksi..........................................................................................................11
2.11 Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB)...................................................11
2.11.1 Manajemen Mutu.................................................................................12
2.11.2 Organisasi, Manajemen dan Personalia...............................................13
2.11.3 Bangunan dan Peralatan.......................................................................16
2.11.4 Operasional...........................................................................................17
2.11.5 Inspeksi Diri........................................................................................18
2.11.6 Keluhan, Obat dan/atau Bahan Obat Kembalian, Diduga Palsu dan
Penarikan Kembali..........................................................................................18
2.11.7 Transportasi..........................................................................................20
2.11.8 Fasilitas Distribusi Berdasarkan Kontrak.............................................21
2.11.9 Dokumentasi.......................................................................................22
iii
2.12 Peran Apoteker di PBF...............................................................................23
BAB III TINJAUAN KHUSUS PT. ANTAR MITRA SEMBADA.................24
3.1 Sejarah PT. Antar Mitra Sembada................................................................24
3.2 Visi dan Misi................................................................................................25
3.3 Struktur Organisasi.......................................................................................25
3.4 Tugas dan Tanggung Jawab.........................................................................25
3.4.1 Business Manager (BM)........................................................................25
3.4.2 Area Business Manager (ABM).............................................................26
3.4.3 Apoteker Penanggung Jawab.................................................................26
3.4.4 Branch Sales Manager (BSM)...............................................................27
3.4.5 Sales Servive (SS)...................................................................................28
3.4.6 Petugas Gudang......................................................................................28
3.4.7 Administrasi Gudang..............................................................................28
3.4.8 Inkaso.....................................................................................................29
3.4.9 Ekspeditur...............................................................................................29
3.5 Pembahasan Aspek CDOB Di PT. AMS......................................................29
3.5.1 Manajemen Mutu...................................................................................29
3.5.2 Organisasi, Manajemen dan Personalia..................................................29
3.5.3 Bangunan dan Peralatan.........................................................................30
3.5.4 Operasional.............................................................................................30
3.5.5 Inspeksi Diri...........................................................................................34
3.5.6 Keluhan, Obat dan/atau bahan obat kembalian, diduga palsu dan
penarikan kembali...........................................................................................34
3.5.7 Transportasi............................................................................................36
3.5.8 Fasilitas Distribusi Berdasarkan Kontrak...............................................36
3.5.9 Dokumentasi...........................................................................................37
BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN.............................................................39
4.1 Kesimpulan...................................................................................................39
4.2 Saran.............................................................................................................39
DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................40
iv
DAFTAR TABEL
v
DAFTAR LAMPIRAN
vi
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.2 Tujuan
Tujuan dilaksanakan Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) di fasilitas distribusi
sediaan farmasi dan alat kesehatan adalah:
1. Meningkatkan pemahaman calon Apoteker tentang tugas dan tanggung jawab
apoteker untuk melakukan pekerjaan kefarmasian dalam proses distribusi
sediaan farmasi dan alat kesehatan.
2. Membekali calon Apoteker agar memiliki wawasan, pengetahuan,
keterampilan dan pengalaman untuk melakukan pekerjaan kefarmasian di
bidang distribusi farmasi.
3. Mengetahui penerapan nyata prinsip Cara Distribusi Obat yang Baik (CDOB)
dalam distribusi farmasi.
3
BAB II
TINJAUAN UMUM PBF
Badan, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan Kepala Balai POM, maka
Kepala Balai POM melakukan audit pemenuhan persyaratan CDOB;
3. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak dinyatakan memenuhi
kelengkapan administratif, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi mengeluarkan
rekomendasi pemenuhan kelengkapan administratif kepada Direktur Jenderal
dengan tembusan kepada Kepala Balai POM dan pemohon.
4. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak melakukan audit
pemenuhan persyaratan CDOB, Kepala Balai POM melaporkan pemohon
yang telah memenuhi persyaratan CDOB kepada Kepala Badan.
(4a) Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak menerima laporan
sebagaimana dimaksud pada ayat (4), Kepala Badan POM memberikan
rekomendasi pemenuhan persyaratan CDOB kepada Direktur Jenderal dengan
tembusan kepada Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan pemohon.
5. Paling lama dalam waktu 6 (enam) hari kerja sejak menerima rekomendasi
sebagaimana dimaksud pada ayat (4a) serta persyaratan lainnya yang
ditetapkan, Direktur Jenderal menerbitkan izin PBF.
6. Dalam hal ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (3), ayat (4), (4a) dan
ayat (5) tidak dilaksanakan pada waktunya, pemohon dapat membuat surat
pernyataan siap melakukan kegiatan kepada Direktur Jenderal dengan
tembusan kepada Kepala Badan, Kepala Balai POM dan Kepala Dinas
Kesehatan Provinsi.
7. Paling lama 12 (dua belas) hari kerja sejak diterimanya surat pernyataan
sebagaimana dimaksud pada ayat (6), Direktur Jenderal menerbitkan izin PBF
dengan tembusan kepada Kepala Badan, Kepala Dinas Kesehatan Provinsi,
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dan Kepala Balai POM.
c. Setiap PBF dan PBF Cabang yang menyalurkan narkotika dan psikotropika
wajib menyampaikan laporan bulanan penyaluran narkotika dan psikotropika
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
d. Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) dapat dilakukan
secara elektronik dengan menggunakan teknologi informasi dan komunikasi.
e. Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) setiap saat harus dapat diperiksa
oleh petugas yang berwenang.
2.10 Sanksi
Berdasarkan Permenkes No. 1148/Menkes/Per/VI/2011 dengan perubahan
pertama Permenkes No. 34 Tahun 2014 dan perubahan kedua Permenkes No. 30
tahun 2017 tentang Pedagang Besar Farmasi pasal 33 dan 34 menyatakan bahwa
pelanggaran terhadap semua ketentuan dalam Peraturan Menteri ini dapat dikenai
sanksi administratif. Sanksi administratif yang dimaksud dapat berupa peringatan,
penghentian sementara kegiatan, pencabutan pengakuan, atau pencabutan izin.
Penghentian sementara kegiatan sebagaimana dimaksud berlaku paling lama 21
hari kerja dan harus dilaporkan kepada Direktur Jenderal.
Dalam hal PBF atau PBF Cabang diberikan sanksi administratif berupa
penghentian sementara kegiatan, pengaktifan kembali izin atau pengakuan dapat
dilakukan jika PBF atau PBF Cabang telah membuktikan pemenuhan seluruh
persyaratan administratif dan teknis sesuai dengan ketentuan dalam Peraturan
Menteri ini. Direktur jenderal berwenang mencabut izin PBF berdasarkan
rekomendasi Kepala Dinas Kesehatan Provinsi dan/atau hasil analisis pengawasan
dari Kepala Badan. Kepala Dinas Kesehatan Provinsi berwenang memberi sanksi
administrative berupa peringatan, penghentian sementara kegiatan PBF dan/atau
PBF Cabang dan pencabutan pengakuan PBF cabang.
Harus ada struktur organisasi untuk setiap bagian yang dilengkapi dengan bagan
organisasi yang jelas. Tanggung jawab, tugas dan hubungan antar semua personil
harus ditetapkan dengan jelas. Tugas dan tanggung jawab harus didefinisikan
secara jelas dan dipahami oleh personil yang bersangkutan serta dijabarkan dalam
uraian tugas.
Personil yang terkait dengan distribusi obat dan/atau bahan obat harus memakai
pakaian yang sesuai untuk kegiatan yang dilakukan. Personil yang menangani
16
obat dan/atau bahan obat berbahaya, termasuk yang mengandung bahan yang
sangat aktif (misalnya korosif, mudah meledak, mudah menyala mudah terbakar),
beracun, dapat menginfeksi atau sensitisasi, harus dilengkapi dengan pakaian
pelindung sesuai dengan persyaratan kesehatan dan keselamatan kerja (K3).
pengerat atau hewan lain. Program pencegahan dan pengendalian hama harus
tersedia.
f. Ruang istirahat, toilet, dan kantin untuk personil harus terpisah dari area
penyimpanan.
g. Semua peralatan untuk penyimpanan dan penyaluran obat dan/atau bahan obat
harus didesain, diletakkan, dan dipelihara sesuai dengan standar yang
ditetapkan serta harus ada program perawatan untuk peralatan vital, seperti
termometer, genset, dan chiller.
h. Peralatan yang digunakan untuk mengendalikan dan memonitor lingkungan
penyimpanan obat dan/atau bahan obat harus dikalibrasi.
i. Sistem komputerisasi yang digunakan sebelumnya harus diuji secara
menyeluruh dan dipastikan kemampuannya memberikan hasil yang
diinginkan.
j. Data harus dilindungi dengan membuat back up data secara berkala dan
teratur. Back up data harus disimpan di lokasi terpisah dan aman selama tidak
kurang dari 3 (tiga) tahun atau sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
k. Fasilitas distribusi harus menetapkan kualifikasi dan/atau validasi yang di
perlukan untuk pengendalian kegiatan distribusi.
2.11.4 Operasional
Semua tindakan yang dilakukan oleh fasilitas distribusi harus dapat memastikan
bahwa identitas obat dan/atau bahan obat tidak hilang dan distribusinya ditangani
sesuai dengan spesifikasi yang tercantum pada kemasan. Fasilitas distribusi harus
menggunakan semua perangkat dan cara yang tersedia untuk memastikan bahwa
sumbe obat dan/atau bahan obat yang diterima berasal dari industri farmasi
dan/atau fasilitas distribusi lain yang mempunyai izin sesuai peraturan perundang-
undangan.
2.11.6 Keluhan, Obat dan/atau Bahan Obat Kembalian, Diduga Palsu dan
Penarikan Kembali
Semua keluhan dan informasi lain tentang obat dan/atau bahan obat yang
berpotensi rusak harus dikumpulkan, dikaji, dan diselidiki sesuai dengan prosedur
tertulis. Tersedia prosedur tertuls di tempat untuk penanganan keluhan. Tersedia
catatan terhadap penanganan keluhan termasuk waktu yang diperlukan untuk
tindak lanjutnya dan didokumentasikan. Semua keluhan dan informasi lain
mengenai produk yang rusak dan diduga palsu harus diteliti
(diidentifikasi)/ditinjau dan dicatat sesuai dengan prosedur yang menjelaskan
tentang tindakan yang harus dilaksanakan dan setiap keluhan harus
dikelompokkan sesuai dengan jenis keluhan dan dilakukan trend analysis
terhadap keluhan.
Tersedia prosedur tertulis untuk penanganan dan penerimaan obat dan/atau bahan
obat kembalian dengan memperhatikan hal berikut:
19
Obat dan/atau bahan obat kembalian harus disimpan terpisah dari obat dan/atau
bahan obat yang memenuhi syarat jual dan dalam area terkunci serta diberi label
yang jelas sampai ada keputusan tindak lanjut. Penilaian yang diperlukan dan
keputusan mengenai status obat dan/atau bahan obat tersebut harus dilakukan oleh
personil yang berwenang. Obat dan/atau bahan obat yang akan dijual kembali
harus melalui persetujuan dari personil yang bertanggung jawab sesuai dengan
kewenangannya. Persyaratan obat dan/atau bahan obat yang layak dijual kembali
antara lain jika:
a. Obat dan/atau bahan obat dalam kemasan asli dan kondisi yang memenuhi
syarat serta memenuhi ketentuan.
b. Obat dan/atau bahan obat kembalian selama pengiriman dan penyimpanan
ditangani sesuai dengan kondisi yang dipersyaratkan.
c. Obat dan/atau bahan obat kembalian diperiksa dan dinilai oleh penanggung
jawab atau personil yang terlatih, kompeten, dan berwenang.
d. Fasilitas distribusi mempunyai bukti dokumentasi tentang kebenaran asal usul
obat dan/atau bahan obat termasuk identitas obat dan/atau bahan obat untuk
memastikan bahwa obat dan/atau bahan obat kembalian tersebut bukan obat
dan/atau bahan obat palsu.
Diperlukan koordinasi dari setiap instansi, industri farmasi dan fasilitas distribusi
dalam menangani obat dan/atau bahan obat yang diduga palsu. Tersedianya
prosedur tertulis untuk penanganan dan penerimaan obat dan/atau bahan obat
diduga palsu. Fasilitas distribusi harus segera melaporkan obat dan/atau bahan
obat diduga palsu kepada isntansi yang berwenang, industri farmasi dan/atau
pemegang izin edar. Setiap obat dan/atau bahan obat diduga palsu harus
dikarantina diruang terpisah, terkunci, dan diberi label yang jelas. Penyalurannya
20
harus dihentikan, dan menunggu tindak lanjut dari instansi yang berwenang.
Semua kegiatan tersebut harus terdokumentasi.
Tersedianya prosedur tertulis untuk penganan obat dan/atau bahan obat yang
ditarik kembali yaitu obat dan/atau bahan obat harus ditempatkan secara terpisah,
aman, dan terkunci serta diberi label yang jelas. Proses penyimpanan obat
dan/atau bahan obat yang ditarik harus sesuai dengan persyaratan penyimpanan
sampai ditindak lanjuti. Perkembangan proses penarikan obat dan/atau bahan obat
harus didokumentasikan dan dilaporkan, serta dibuat laporan akhir setelah selesai
penarikan, termasuk rekonsiliasi antara jumlah yang dikirim dan dikembalikan.
Fasilitas distribusi harus mengikuti instruksi penarikan yang diharuskan oleh
instansi berwenang atau industri farmasi dan/atau pemegang izin edar.
2.11.7 Transportasi
Selama proses transportasi harus diterapkan metode transportasi yang memadai.
Obat dan/atau bahan obat harus diangkut dengan kondisi penyimpanan sesuai
dengan informasi pada kemasan. Metode transportasi yang tepat harus digunakan
mencakup transportasi melalui darat, laut, udara atau kombinasi di atas. Adapun
metode transportasi yang dipilih, harus dapat menjamin bahwa obat dan/atau
bahan obat tidak mengalami perubahan kondisi selama transportasi yang dapat
mengurangi mutu.
Pengiriman obat dan/atau bahan obat harus aman dan dilengkapi dengan
dokumentasi yang sesuai untuk mempermudah identifikasi dan verifikasi
kepatuhan terhadap persyaratan yang ditetapkan. Kebijakan dan prosedur tertulis
harus dilaksanakan oleh semua personil yang terlibat dalam transportasi.
Obat dan/atau bahan obat dan kontainer pengiriman harus aman untuk mencegah
akses yang tidak sah. Pengirimannya harus aman dan dilengkapi dengan
dokumentasi yang sesuai untuk mempermudah identifikasi dan verifikasi
kepatuhan terhadap persyaratan yang ditetapkan. Kondisi penyimpanan yang
dipersyaratkan harus dipertahankan selama transportasi sesuai dengan yang
ditetapkan pada informasi kemasan.
21
Untuk obat dan/atau bahan obat yang memerlukan kondisi khusus selama
transportasi (misalnya suhu dan kelembaban), industri farmasi harus
mencantumkan kondisi khusus tersebut pada penandaan dan dimonitor serta
dicatat. Transportasi dan penyimpanan obat dan/atau bahan obat yang
mengandung zat berbahaya lainnya yang dapat menimbulkan risiko khusus dalam
hal penyalahgunaan, kebakaran atau ledakan (cairan mudah terbakar/menyala,
padatan dan gas bertekanan) harus disimpan dalam area terpisah dan aman, dan
diangkut dalam kontainer dan kendaraan yang aman, dengan desain yang sesuai.
Disamping itu, harus memenuhi persyaratan sesuai dengan peraturan perundang-
undangan di tingkat nasional dan kesepakatan internasional.
Pelanggan harus mendapatkan data suhu pada saat serah terima obat dan/atau
bahan obat. Jika diperlukan, pelanggan dapat memperoleh dokumen data suhu
untuk menunjukkan bahwa obat dan/atau bahan obat tetap dalam kondisi suhu
penyimpanan yang dipersyaratkan selama transportasi.
pemberi kontrak. Fasilitas distribusi yang ditunjuk oleh fasilitas distribusi lain
untuk melaksanakan kegiatan distribusi, harus memenuhi persyaratan CDOB.
2.11.9 Dokumentasi
Dokumentasi yang baik merupakan bagian penting dari sistem manajemen mutu.
Dokumentasi tertulis harus jelas untuk mencegah kesalahan dari komunikasi lisan
dan untuk memudahkan penelusuran, antara lain sejarah bets, instruksi, prosedur.
Dokumentasi merupakan dokumen tertulis terkait dengan distribusi (pengadaan,
penyimpanan, penyaluran dan pelaporan), prosedur tertulis dan dokumen lain
yang terkait dengan pemastian mutu.
Dokumentasi terdiri dari semua prosedur tertulis, petunjuk, kontrak, catatan dan
data, dalam bentuk kertas maupun elektronik. Dokumentasi yang jelas dan rinci
merupakan dasar untuk memastikan bahwa setiap personil melaksanakan
kegiatan, sesuai uraian tugas sehingga memperkecil risiko kesalahan. Semua
dokumentasi harus mudah didapat kembali, disimpan dan dipelihara pada tempat
yang aman untuk mencegah dari perubahan yang tidak sah, kerusakan dan/atau
kehilangan dokumen.
Dokumen harus dikaji ulang secara berkala dan dijaga agar selalu up to date. Jika
suatu dokumen direvisi, harus dijalankan suatu sistem untuk menghindarkan
23
penggunaan dokumen yang sudah tidak berlaku. Dokumen harus disimpan selama
minimal 3 tahun.
BAB III
TINJAUAN KHUSUS PBF
Misi dari PT. Antarmitra Sembada adalah melakukan pemasaran dan distribusi
produk Farmasi, produk kesehatan (Health Care) dan produk consumer
berkualitas dan membawa manfaat atau nilai tambah untuk semua pihak
(perusahaan, karyawan, masyarakat, dan pemerintah).
8. Menetapkan batas (plafon) kredit dan jangka waktu kredit kepada outlet
sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan.
3.4.8 Inkaso
Menyiapkan seluruh dokumen penagihan, monitoring, kontrol penagihan dan
filing, mencatat serta melaporkan Daftar Hasil Penagihan (DHP) secara akurat,
tepat waktu dan sesuai dengan SOP yang telah ditetapkan.
3.4.9 Ekspeditur
1. Sasaran utama bagian ekspeditur ini yaitu memberikan pelayan pengantaran
barang ke pelanggan secara cepat, akurat sesuai SOP yang ditetapkan dan
memenuhi standar waktu pelayanan cabang.
2. Secara fungsional bagian Ekspeditur memiliki kewenangan untuk
menentukan rute pengantaran barang berdasarkan rute dengan pencapaian
waktu yang efektif.
Pada saat melakukan perekrutan karyawan baru dilakukan training terlebih dahulu
selama 3 bulan. Selain itu, dilakukan pelatihan setiap 6 bulan sekali untuk
meningkatkan kompetensi tiap personil dengan materi yang sesuai tugas dan
tanggung jawabnya.
30
Fasilitas yang tersedia di dalam gudang obat antara lain rak-rak untuk
penyimpanan obat-obat atau alat kesehatan, chiller 3 buah, freezer, lemari
terkunci, pest control, alat pemadam api, alat pelindung diri, termohygrometer,
dan pallet. Alat pelindung diri disimpan di area depan gudang dan di area tempat
penyimpanan produk sitostatika.
Pengontrolan suhu dilakukan 3 kali dalam 1 hari, yaitu pada jam 08.00, 12.00 dan
16.00 menggunakan formulir yang berisi tanggal, waktu, suhu dan kelembaban
terpasang disebelah thermohygrometer. Kebersihan gudang di PT. Antarmitra
Sembada cabang Bandung sangat diperhatikan untuk menjaga kualits produk.
Dalam menjaga kebersihan ruangan, setiap petugas gudang harus membersihkan
area yang menjadi tanggung jawabnya sebelum dan sesudah melakukan
pekerjaannya masing-masing dan dibuat form (ceklis kebersihan).
3.5.4 Operasional
1. Pengadaan Obat
a. Pemesanan
Dalam proses pemesanan, PT. Antarmitra Sembada cabang Bandung
memiliki 2 macam surat pesanan, yaitu surat pesanan otomatis dan surat
31
b. Penerimaan Barang
Proses penerimaan barang terdiri dari proses penerimaan barang dari pusat
dan penerimaan barang langsung dari principal. Penerimaan barang dimulai
dari pencocokan fisik barang, dokumen/delivery order, sampai dengan
pembuatan receive note dan atau berita acara. Hal-hal yang harus
diperhatikan pada saat penerimaan barang yaitu, menerima dan menghitung
jumlah koli, memeriksa apakah barang masih disegel atau tidak, kondisi
fisik barang, no batch, tanggal kadaluarsa, nomor izin edar. Untuk
pengiriman barang yang langsung dari principal, delivery order dari
principal dikirimkan ke logistik pusat. Jika terjadi ketidaksesuaian, maka
perlu dibuatkan berita acara, yang selanjutnya berita acara tersebut akan
dilaporkan ke pusat dalam batas waktu 2 x 24 jam.
c. Penyimpanan Produk
Penyimpanan produk dipisahkan berdasarkan principal, jenisnya (obat, alat
kesehatan, produk yang mempunyai aroma), suhu (ambient room > 25 oC -
< 30 oC, cool room 15 oC - < 25 oC, chiller 2 oC – 8 oC), bentuk sediaan
(sirup, tablet, injeksi), golongan obat (hanya golongan psikotropika, OOT
dan prekursor). Produk sitostatika disimpan di tempat yang terpisah.
standar, tutup cool box dan tunggu suhu hingga mencapai 3oC. Setelah suhu
tercapai kemudian dilakukan pengepakan produk, ice pack ½ kali standar,
karton dan thermologger dikeluarkan kemudian produk dimasukkan kedalam
plastik dan ditempelkan dengan thermologger hal ini selain untuk menghindari
terlepasnya thermologger dari produk juga untuk memastikan bahwa suhu
pada thermologger adalah benar menunjukkan suhu produk, masukkan karton
dan ice pack kemudian tutup dan tunggu sampai suhu memenuhi syarat 2-8oC.
Khusus untuk pengiriman menggunakan Styrofoam box dan dus ditambahkan
Styrofoam segel dengan lakban, stempel stiker vaksin dan stiker fragile.
Produk yang sudah siap dikirim kemudian diberikan kepada ekspeditur melalui
petugas gudang dan harus mengisi data yang mencakup jam pengiriman
barang, suhu pada saat dikirim, dan diberikan cap pada copy faktur yang berisi
suhu pada saat barang akan dikirim yang diisi oleh ekspeditur dan suhu pada
saat diterima outlet yang diisi oleh outlet dan copy faktur tersebut dibawa
kembali oleh ekspeditur. Sedangkan pada copy faktur yang lainnya di cap
protap yang berisi perhatian produk CCP yang harus segera disimpan pada
suhu 2-8oC, dan diberikan kepada outlet.
3. Pemusnahan
Pemusnahan produk yang rusak dilakukan sepenuhnya oleh Head Office PT.
Antarmitra Sembada. Sedangkan untuk produk Perbekalan Kesehatan Rumah
Tangga (PKRT) seperti tisu basah dilakukan dengan cara dibakar dan untuk
sabun cair, sampo dimusnahkan dengan cara ditanam.
Jika pada saat inspeksi diri didapatkan temuan maka langsung dibuat CAPA
(Corrective Action and Preventif Action). Kemudian temuan tersebut termasuk
dalam kategori minor, mayor, critical, atau critical absolut. Untuk kategori minor
adalah tidak mempengaruhi sistem mutu dan kualitas produk. Belum ada petunjuk
sebelum ditemukannya temuan. Kategori mayor adalah berpengaruh pada kualitas
produk/kerja dan berpngaruh besar pada sistem mutu dan produk. Sudah ada
petunjuk tetapi tidak dijalankan oleh sebagian kecil bagian yang berkaitan.
Temuan critical adalah sangat berpengaruh pada berjalannya sistem dan kualitas
produk /kerja. Satu prosedur tidak dijalankan oleh beberapa atau semua bagian.
Kegiatan koreksi dilakukan secepatnya. Ketika proses inspeksi diri internal akan
dilakukan kembali, temuan yang sebelumnya harus sudah dikoreksi.
3.5.6 Keluhan, Obat dan/atau bahan obat kembalian, diduga palsu dan
penarikan kembali
Dalam penanganan keluhan pelanggan PT. Antarmitra Sembada cabang Bandung
sudah melakukannya sesuai aturan yaitu dibuatkan trend analysis. Setiap keluhan
pelanggan, dimasukkan atau dicatat dalam log book.
Produk retur terbagi menjadi 2 yaitu, good stock dan bad stock. Penyebab dari
retur good stock yaitu karena outlet salah order, konsinyasi, over stock. Untuk bad
stock yaitu kemasan rusak, barang rusak pada saat pengiriman, barang kadaluarsa.
Retur di PT. Antarmitra Sembada cabang Bandung sendiri ada dua macam yaitu
retur dari pelanggan ke cabang dan dari cabang ke pusat. Kriteria retur barang
yang dapat diterima dikelompokkan sebagai berikut :
a. Barang baik
b. Konsinyasi
c. Surat tanda terima
d. Rusak akibat kesalahan produksi
e. Rusak akibat kesalahan penanganan pengiriman barang
f. Atas permintaan principal atau karena adanya peraturan pemerintah (Depkes
dan BPOM) yang biasanya disebut recall product
g. Kadaluarsa yeng sesuai ketentuan principal
h. Penggantian kemasan/etiket/label (redressing) dan repack
Alur retur produk dari cabang ke pusat untuk proses awalnya sama dengan alur
retur dari pelanggan ke cabang, hanya tambahannya yaitu adanya PBR
(Pengembalian Barang Rusak). Selanjutnya pusat hanya memberikan
pemberitahuan bahwa barang tersebut sudah diterima pusat.
36
Alur recall dimulai dari adanya surat penarikan dari principal kemudian PBF
pusat membuat surat penarikan untuk ke pelanggan melalui PBF Cabang, PBF
cabang menelusuri di hystorical sales kemudian pelanggan mengisi form bukti
terima barang yang diarsipkan oleh admin gudang dan surat pernyataan dari
pelanggan yang diarsipkan oleh Apoteker Penanggung Jawab kemudian barang
diserahkan ke PBF cabang dan disimpan di ruang karantina sebelum dikirim ke
PBF pusat.
3.5.7 Transportasi
Kendaraan yang digunakan untuk ekspedisi di PT. Antarmitra Sembada cabang
Bandung yaitu 10 motor dan 3 mobil. Kendaraan ini digunakan untuk pengiriman
dalam kota. Standar untuk kendaraan yang digunakan dan ekspediturnya yaitu
adanya SIM, STNK, kendaraan dalam kondisi baik, kebersihan dari kendaraan itu
sendiri. Untuk menjaga kondisi dari kendaraan, dilakukan perawatan setiap hari
mengenai kebersihan kendaraan dan setiap satu bulan sekali untuk kondisi mesin
kendaraan. Pada setiap kendaraan ditempel daftar produk yang termasuk dalam
produk rantai dingin, sehingga setiap ekspeditur mengetahui produk apa saja yang
harus menggunakan cool box untuk pengirimannya.
3.5.9 Dokumentasi
Dokumentasi merupakan hal yang penting dari sistem manajemen yang ditujukan
untuk meminimalisir kesalahan komunikasi lisan dan untuk memudahkan
penelusuran serta dapat dipertanggungjawabkan. Dokumen disimpan selama tiga
tahun. Dokumen tersebut merupakan dokumentasi yang terkait dengan kegiatan
pengadaan barang, penyimpanan, penyaluran, dan pelaporan. Apoteker
Penanggung Jawab wajib mendokumentasikan bukti penyaluran yaitu dengan
menyimpan copy faktur yang telah ditandatangani pelanggan dan surat pesanan
dari pelanggan. Selain itu untuk Apoteker Penanggung Jawab wajib melaporkan
daftar pemakaian psikotropika, prekursor, dan obat-obat tertentu setiap satu bulan
sekali (maksimal pada tanggal 10) melalui sistem elektronik online yaitu e-Napza
ke BPOM.
.
39
BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN
4.1 Kesimpulan
Dari hasil Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang dilaksanakan di Pedagang
Besar Farmasi PT. Antarmitra Sembada cabang Bandung dapat disimpulkan
bahwa Apoteker penanggung jawab di PBF bertanggung jawab untuk memastikan
proses distribusi di PBF berjalan sesuai dengan CDOB yang berlaku. Apoteker
harus memastikan setiap hal yang tercantum dalam CDOB sudah dijalankan
dengan baik oleh semua personil. Apabila didapat temuan dari hasil inspeksi maka
apoteker harus membuat CAPA agar hal tersebut tidak terjadi kembali.
4.2 Saran
Berdasarkan pengamatan dari hasil Praktek Kerja Profesi Apoteker (PKPA) yang
dilaksanakan di Pedagang Besar Farmasi PT. Antarmitra Sembada cabang
Bandung serta hasil pembahasan dan simpulan, maka ada beberapa hal yang dapat
kami sarankan yaitu
1. Menambah kapasitas gudang agar penyimpanan barang dapat lebih baik dan
sesuai dengan SOP.
2. Meningkatkan fasiltias yang menunjang proses operasional pengiriman
barang.
40
DAFTAR PUSTAKA
Lampiran 1
Struktur Organisasi
42
Lampiran 2
Jadwal Pelatihan Karyawan
43
Lampiran 3
Kartu Gudang
44
Lampiran 4
Lemari Karantina Psikotropika, Prekursor dan OOT
45
Lampiran 5
Area Penyimpanan Produk Psikotropika dan Sitostatika
46
Lampiran 6
Berita Acara Penerimaan Selisih Barang
47
Lampiran 7
Surat Pesanan Obat-Obat Tertentu
48
Lampiran 8
Faktur