Anda di halaman 1dari 8

PROJECT 2

PUBLIC ACCOUNTING

ANALISIS RASIO LAPORAN KEUANGAN PROVINSI JAWA TENGAH

TAHUN 2018-2020

DISUSUN OLEH

ANDI HAYKAL PASHA ISMA

1402202032

AK4405
BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Otonomi daerah yang diberlakukan semenjak tahun 2001 membuat perkembangan setiap
daerah semakin pesat. Otonomi daerah yang memungkinkan setiap daerah dapat mengelola
keuangannya sendiri tanpa diintervensi oleh pemerintah pusat, mendukung cepatnya pertumbuhan
dari setiap daerah. Otonomi daerah membuat setiap pemerintah daerah untuk menjadi lebih mandiri
dalam hal keuangan. Kemandirian sebuah pemerintah daerah dalam mengelola keuangannya
sendiri dapat diukur melalui beberapa cara.
Dalam prakitiknya setiap pemerintah daerah perlu membuat laporan keuangan daerah agar
kinerjanya bias dinilai dan laporan yang dibuat harus berdasarkan standar akuntansi pemerintahan.
Standar Akuntansi Pemerintahan dimaksud dibutuhkan dalam rangka penyusunan laporan
pertanggungjawaban pelaksanaan APBN/APBD berupa laporan keuangan yang setidak-tidaknya
meliputi Laporan Realisasi Anggaran,Neraca,Laporan Arus Kas,dan Catatan atas Laporan
Keuangan (Dwi Urip, 2022). Setelah laporan dibuat maka harus dilakukan audit untuk menilai
kredibilitas dari laporan keuangan (Dwi Urip, 2022).
Provinsi Jawa Tengah terdiri dari 29 Kabupaten dan 6 Kota. Dalam menilai kinerja
keuangan dari Pemda Provinsi Jawa Tengah maka harus dilakukan penilaian melalui metode
pendekatan analisis rasio keuangan daerah seperti rasio kemandirian keuangan daerah, rasio
efektivitas, dan rasio pertumbuhan.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah, maka rumusan masalah adalah mengenai bagaimana
kinerja keuangan Provinsi Jawa Tengah.

3. Metode Analisis
Metode analisis menggunakan pendekatan analisis rasio keuangan daerah yang terdiri dari
rasio kemandirian keuangan daerah, rasio efektivitas, dan rasio pertumbuhan.
BAB 2
PEMBAHASAN

A. Analisis Kinerja Keuangan Daerah Provinsi Jawa Tengah


Analisis keuangan daerah Provinsi Jawa tengah bertujuan untuk menilai kinerja
Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah. Penilaian dilakukan dengan tiga metode yaitu rasio
kemandirian keuangan daerah, rasio efektivitas, dan rasio pertumbuhan.

A. Rasio Kemandirian Keuangan Daerah


Tahun PAD Pendapatan RKKD Keterangan
(Rp) Transfer (Rp) (%)
2018 13,711,837 10,933,776 1.25 Rendah Sekali
2019 14,112,159 11,787,397 1.19 Rendah Sekali
2020 13,669,303 11,632,689 1.17 Rendah Sekali
(juta rupiah)
Keterangan:
Rendah sekali : 0% - 25%
Rendah : 25% - 50%
Sedang : 50% - 75%
Tinggi : 75% - 100%

Berdasarkan hasil perhitungan di atas, rasio kemandirian keuangan daerah Provinsi Jawa
Tengah termasuk ke dalam golongan rendah sekali dengan rasio 1.25% , 1.19%, 1.17%. Rasio
ini dipicu oleh besarnya pendapatan transfer.
Pendapatan transfer merupakan pendapatan yang diperoleh oleh pemerintah daerah namun
bukan merupakan hasil dari pendapatan asli daerah seperti pajak daerah, retribusi daerah, hasil
perusahaan milik daerah dan pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dan pendapatan
asli daerah lain yang disahkan.
Pendapatan transfer yang bukan pendapatan asli daerah mencakup hal seperti bagi hasil
pajak dari daerah lain, bagi hasil bukan pajak dari daerah lain, dan alokasi umum, dana alokasi
khusus, dan dana insentif daerah.
Dalam laporan keuangan daerah Provinsi Jawa tengah, dituliskan bahwa pendapatan
transfer terbesar dating dari dana alokasi umum dan dana alokasi khusus.
Dana alokasi umum merupakan dana yang dialokasikan negara bersumber dari APBN
dengan tujuan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah untuk mendanai kebutuhan
daerah dalam rangka desentralisasi.
Dana alokasi khusus merupakan dana yang bersumber dari APBN dengan tujuan
membantu mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan sesuai dengan
prioritas nasional.
Berdasarkan dari laporan keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah maka dapat
disimpulkan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah selama tiga tahun yaitu 2018 2019 2020
kemandiriannya masih tergolong rendah sekali dengan peranan pemerintah pusat besar
disbanding dengan pemerintah daerah berdasarkan rasio yang tergolong rendah sekali.
Rasio kemandirian yang rendah sekali dapat mengakibatkan kemampuan Pemerintah
Daerah Provinsi Jawa Tengah dalam mendanai kegiatan atau pembangunan yang dilakukan di
wilayahnya masih sangat bergantung dengan pendanaan dari pemerintah pusat atau
ketergantungan dana dari pihak lain.

B. Rasio Efektivitas
Rasio efektivitas menunjukkan kemampuan Pemerintah Daerah dalam mencapai PAD
yang ditargetkan dibandingkan dengan target yang ditetapkan berdasarkan potensi daerah.
Semakin tinggi rasio maka kinerja Pemerintah Daerah semakin baik
Tahun Anggaran PAD Realisasi PAD Rasio Efektivitas Keterangan
(Rp) (Rp) (%)
2018 12,900,000 13,711,837 106 Sangat efektif
2019 14,480,000 14,112,159 97 Cukup efektif
2020 15,900,000 13,669,303 86 Cukup efektif
(juta rupiah)
Sangat efektif : > 100%
Efektif : 100%
Cukup efektif : 90% - 99%
Kurang efektif : 75% - 89%
Tidak efektif : < 75%
Berdasarkan hasil perhitungan rasio efektivitas kinerja keuangan Pemerintah Daerah
Provinsi Jawa tengah, maka dapat disimpulkan bahwa kinerja dari Pemerintah Daerah Provinsi
Jawa tengah cukup efektif. Dari tiga tahun yang dilakukan studi, terdapat dua tahun cukup
efektif dan satu tahun sangat efektif. Pada 2018 kinerja keuangan Pemerintah Daerah Provinsi
Jawa tengah sangat efektif dengan rasio efektivitas 106%. Anggaran PAD yang ditarget adalah
12,9 triliun rupiah sedangkan realisasi PAD adalah 13,7 triliun rupiah. Realisasi PAD 2018 ada
kelebihan sekitar 800 miliar sehingga menghasilkan rasio efektivitas 106% dan masuk ke
dalam kategori sangat efektif.
Pada tahun 2019 terjadi penurunan efektivtas kinerja keuangan Pemerintah Daerah
Provinsi Jawa tengah. Anggaran PAD yang ditetapkan adalah 14,48 triliun rupiah sedangkan
PAD yang terealisasi adalah 14,11 triliun rupiah. Hal itu menyebabkan rasio efektivitas kinerja
keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah mengalami penurunan menjadi 97%.
Turun 9% dari tahun sebelumnya yaitu 106%.
Di tahun 2020, ada penurunan yang signifikan dari rasio efektivitas kinerja keuangan
Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah. Anggaran PAD yang ditetapkan adalah 15,9 triliun
rupiah sedangkan PAD yang terealisasi adalah 13,66 triliun rupiah. Rasio efektivitasnya pun
ada di angka 86%. Turun 11% dari tahun sebelumnya yaitu 97% pada tahun 2019 dan turun
20% dari tahun 2018 yaitu 106%.
Penurunan rasio efektivitas kinerja keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah
pada tahun 2020 salah satunya disebabkan oleh adanya pandemi Covid-19 yang terjadi di
seluruh Indonesia bahkan dunia sehingga menyebabkan terjadinya penurunan ekonomi,
pendapatan masyarakatn yang akhirnya menyebabkan penurunan juga pada efektivitas kinerja
keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah.

C. Rasio Pertumbuhan
Rasio pertumbuhan adalah rasio yang menunjukkan kemampuan pemeritnah daerah dalam
menumbuhkan, mengembangkan, atau meningkatkan kinerja keuangannya. Berdasarkan data
yang telah dituliskan di atas, Pemrintah Daerah Provinsi Jawa Tengah memiliki rasio
pertumbuhan yang baik karena dapat mempertahnkan dan meningkatkan pendapatan asli
daerahnya.
BAB 3
KESIMPULAN
1. Kesimpulan
Kinerja keuangan Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Tengah dapat dikatakan cukup baik.
Hal itu bias dibuktikan dari beberapa rasio yang sudah dihitung seperti rasio kemandirian, rasio
efektivitas dan rasio pertumbuhan. Namun tentunya kinerja keuangan dari Pemerintah Daerah
Provinsi Jawa Tengah tetap harus ditingkatkan karena PAD menentukan bagaimana sebuah daerah
atau provinsi bias berdiri sendiri dan melakukan pembangunanan di daerahya dengan pendanaan
dari daerahnya sendiri seperti tujuan adanya otonomi daerah.
Setiap beberapa waktu perlu dilakukan audit terhadap laporan keuangan agar laporan
keuangan yang ada bisa dipertanggungjawabkan kredibilitasnya. Selain itu setiap individu harus
ditanamkan sikap yang berani untuk melakukan laporan jika ada kecurangan atau whistleblowing.
Whistleblowing atau pelaporan pelanggaran merupakan pengungkapan tindakan pelanggaran atau
pengungkapan informasi tentang tindakan ilegal, tindakan tidak etis, tindakan asusila atau tindakan
lain yang dapat merugikan organisasi maupun pemangku kepentingan yang dilakukan oleh
karyawan atau pimpinan organisasi kepada pimpinan organisasi atau lembaga lain yang dapat
melakukan tindakan dalam kaitannya dengan pelanggaran tersebut. Pengungkapan ini biasanya
dilakukan secara diam-diam (Dwi Urip, 2022). Dengan berkembangnya teknologi informasi, fraud
semakin menyebar, karena itu perlu dilakukan pencegahan yaitu dengan mendeteksi fraud (Dwi
urip, 2022).
DAFTAR PUSTAKA
https://jateng.bps.go.id/statictable/2020/07/28/2060/realisasi-pendapatan-pemerintah-provinsi-
jawa-tengah-menurut-jenis-pendapatan-juta-rupiah-2015-2019.html
https://djpk.kemenkeu.go.id/?ufaq=dana-yang-ditransfer-ke-daerah-mencakup-dana-apa-saja
https://www.solopos.com/pendapatan-daerah-pemprov-jateng-targetkan-pad-2018-rp129-triliun-
896178
https://semarang.bisnis.com/read/20200212/536/1200479/tahun-2019-meleset-tipis-target-pad-
jateng-2020-naik-rp1-triliun
https://radartegal.com/target-pad-provinsi-jawa-tengah-tahun-2020-turun.13704.html
https://scholar.google.com/citations?view_op=view_citation&hl=en&user=IeIUuMUAAAAJ&cit
ation_for_view=IeIUuMUAAAAJ:5nxA0vEk-isC
https://scholar.google.com/citations?view_op=view_citation&hl=en&user=IeIUuMUAAAAJ&cit
ation_for_view=IeIUuMUAAAAJ:qjMakFHDy7sC

Anda mungkin juga menyukai