Rendra
Situasi: Seperti di emperan ruko diantara gang-gang pemukiman kumuh, terdapat seorang
gelandangan tidur beralaskan kardus.
Pembaca puisi 1
Orang-orang miskin di jalan,
Yang tinggal di dalam selokan,
Yang kalah di dalam pergulatan,
Yang diledek oleh impian,
Janganlah mereka ditinggalkan.
Kemudian setelah membaca puisi, ia diam disalah satu sisi panggung dengan menunduk.
Gelandangan:
Ia bangun dari tidurnya, kemudian mencari-cari nasi bungkus yang ia simpan dan memakannya
dengan lahap. (saat tengah makan, orang kedua masuk).
Orang hamil:
Orang hamil masuk ke panggung dengan berteriak, menangis, dan depresi. Sesekali Ia bersimpuh
disaat mengelilingi panggung dengan masih berteriak dan menangis, kemudian ia terdiam ketika
mendapati seorang gelandangan yang sedang makan, ia mendekatinya dengan mengesot.
(Tiba-tiba keduanya memperebutkan nasi bungkus).
Orang hamil: “Aku lapaaaaar, aku lapaaaar....” (dengan nada memelas). Mereka tetap
berebutan, gelandangan mendorong orang hamil hingga terjerembap. Nasi bungkusnya tumpah.
Pembaca puisi 2:
Gelandangan:
Ia bangun dari duduk menuju tempatnya semula (alas kardus) setelah mengambil bungkusan nasi
yang tumpah, kemudian melanjutkan makannya. (orang hamil masih memunguti nasi).
Pembaca puisi 2:
Pemulung:
Masuk seorang pemulung, ia lewat didepan gelandangan dan orang hamil menuju tempat sampah
sambil memunguti botol air mineral yang terdapat disekitarnya. Kemudian ia mengacak-acak
tempat sampah, memasukkan beberapa botol air mineral, dan menemukan kardus makanan
diantara sampah-sampah tersebut. Ia membukanya dan membaui makanan sisa didalamnya
berkali-kali. Kemudian ia makan sambil berjalan keluar panggung, memasukkan kardus
makanan kekarungnya, dan menjilati jari-jarinya sambil berkata “ enak.. enak..”
Pembaca puisi:
Penjabat:
Seorang penjabat masuk sambil menelepon.
Penjabat: “(tertawa), sudah beres pak? (jeda sebentar), terus bagaimana pak? bapak sudah
mentransfer uangnya kerekening saya? (jeda) 500 juta?(tertawa)…. ” Orang hamil:
Ia Mendekati penjabat yang sedang menelepon dengan mengesot, dan memegang kakinya.
Penjabat:
Kaget, ia menghentikan percakapannya. Berusaha menyingkirkan tangan orang hamil dengan
mengayun-ayunkan kaki, tapi tidak berhasil.
Penjabat : “Hei, apa-apaan ini. lepaskan!”
Orang hamil : “lapaaaar, lapaaaarr..” (dengan nada memelas, menangis tersedu).
Penjabat mendorong orang hamil sampai terjerembap.
Pembaca puisi :
Pemulung:
Pemulung menghadang penjabat yang berniat pergi. (sementara gelandangan dan orang hamil
bergerak pelan kearah mereka)
Penjabat: “Aduh banyak sekali gembel disini, salah jalan nih rupanya. Mau apa kamu?”
(Pemulung menyodorkan kardus makanan kepada penjabat)
Penjabat: (tertawa, sambil membuang kardus itu) minggir, saya sibuk!
Pembaca puisi 1:
Pembaca puisi 2:
Pembaca puisi 3:
(disaat pembacaan puisi, penjabat memberi ketiga orang itu uang, tapi justru dilempar oleh
ketiganya dan mereka menodongkan pisau ke penjabat)
Pembaca puisi 1:
O, kenangkanlah :
Orang-orang miskin
Juga berasal dari kemah Ibrahim.