Disusun Oleh
Disusun Oleh
DISUSUN OLEH :
DI SUSUN OLEH :
i
SURAT PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
NIM : P.09006
KARANGANYAR
Menyatakan dengan sebenarnya bahwa Tugas Akhir yang saya tulis ini
benar – benar hasil karya saya sendiri, bukan merupakan pengambilalihan tulisan
atau pikiran orang lain yang saya akui sebagai tulisan atau pikiran saya sendiri.
Apabila di kemudian hari dapat di buktikan bahwa tugas akhir ini adalah
jiplakan, maka saya bersedia menerima sanksi atas perbuatan tersebut sesuai
ii
LEMBAR PERSETUJUAN
NIM : P.09006
KARANGANYAR
Telah disetujui untuk diujikan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Ditetapkan di : Surakarta
Hari / Tanggal : Jum’at, 27 April 2012
iii
HALAMAN PENGESAHAN
Telah diujikan dan dipertahankan dihadapan Dewan Penguji Karya Tulis Ilmiah
Ditetapkan di : Surakarta
Hari / Tanggal : Senin, 30 April 2012
DEWAN PENGUJI
Mengetahui,
Ketua Program Studi DIII Keperawatan
Setiyawan , S.Kep., Ns
NIK. 201084050
iv
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa karena
berkat, rahmat, dan karunia –Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya
bimbingan dan dukungan dari beberapa pihak, oleh karena itu pada kesempatan
ini penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi – tingginya
Husada Surakarta.
v
masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta memfasilitasi
8. Adinda Riska Anjar Viani yang menjadi inspirasi dan semangat dalam
dalam keceriaannya.
10. Buat sahabatku 3A yang telah memberikan dukungan moril dan spiritual
11. Teman – teman Mahasiswa Program Studi DIII Keperawatan Stikes Kusuma
Husada Surakarta dan berbagai pihak yang tidak dapat disebutkan satu
Penulis berharap karya tulis ini dapat memberikan informasi kepada pihak
Walaupun dalam penulisan ini, penulis masih banyak kekurangan, tetapi dengan
vi
penulis mampu melengkapinya dan menjadikan lebih sempurna serta dapat
Penulis
vii
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL...................................................................................... i
HALAMAN PENGESAHAN........................................................................ iv
BAB I PENDAHULUAN
A. Pengkajian .............................................................................. 6
C. Intervensi ................................................................................ 10
viii
BAB III PEMBAHASAN DAN SIMPULAN
A. Pembahasan ............................................................................ 14
B. Simpulan ................................................................................ 22
C. Saran....................................................................................... 24
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
ix
DAFTAR LAMPIRAN
x
xi
BAB I
PENDAHULUAN
sebabkan oleh trasnportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam usus. Di
seluruh dunia setiap tahun terdapat kurang lebih 500 juta anak yang menderita
diare 20% dari seluruh kematian pada anak yang hidup di Negara berkembang
gejala infeksi yang sampai saat ini merupakan salah satu masalah utama
kesakitan karena diare dan menimbulkan banyak kematian terutama pada bayi
golongan umur berkisar antara 120 sampai 360 per 1000 penduduk anak
balita menderita rata – rata 1 sampai 2 episode diare tiap tahunya atau 60%
dari semua kejadian diare. Dua belas persen dari smua kematian pada semua
golongan umum disebabkan oleh diare sekitar 64,4% per 100,000 penduduk.
Sebagian besar kematian (76%) terjadi pada bayi dan anak balita masyarakat
1
2
sepuluh. Dari sepuluh besar penyakit sebanyak 13,5 % pada tahun 2000
dengan CFR (Case fatality rate) 5,20% (Profil Kesehatan Seprovinsi Jawa
Diare pada dasarnya adalah frekuensi buang air besar yang lebih sering
dari biasanya dengan konsistensi lebih encer. Menurut Nursalam (2005), diare
adalah frekuensi buang air lebih dari 4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali
pada anak, dengan konsistensi feses cair, dapat bewarna hijau, atau dapat
dengan gejala denyut jantung menjadi cepat, nadi cepat dan kecil, tekanan
sampai anuria) apabila sudah terjadi asidosis metabolic pasien akan tampak
ketosis kelaparan, produk – produk metabolic yang bersifat asam tidak dapat
2
3
kematian pada diare adalah dehidrasi, yaitu sebagai akibat hilangnya cairan
dan elektrolit pada gejala diare. Dari angka serangan diare pada anak balita,
letusan KLB diare per tahun sampai 89 daerah tingkat II dengan CFR 1,03 –
27 5 lebih besar dari CFR endemis (0,02%) (Dep kes RI dalam Maryatun A,
2008)
kekurangan volume cairan dan elektrolit, karena waktu yang tersedia untuk
(Corwin, 2009)
Bayi dan anak kecil memiliki kebutuhan yang lebih besar terhadap air
Dibandingkan dengan anak yang lebih besar dan orang dewasa, mereka
memiliki asupan dan haluaran cairan yang relative lebih besar jika
elektrolit akan terjadi lebih sering dan lebih cepat, dan pasien anak – anak
kurang cepat untuk menyesuaikan diri dengan perubahan ini (Wong, 2008)
terdapat pada orang dewasa karena kompartemen ekstraselnya yang luas pada
lebih dari separuh jumlah total air tubuh pada saat bayi di lahirkan dan
3
4
mempunyai kandungan natrium serta klorida ektrasel yang relative besar. Bayi
kehilangan cairan dalam jumlah yang besar pada saat ia di lahirkan dan tetap
mempertahankan cairan ektrasel yang jumlahnya lebih besar dari pada yang
ada dalam tubuh orang dewasa hingga usia sekitar 2 tahun (Wong ,2008 )
hilang dari cairan ekstrasel, dan 40% sisanya berasal dari cairan intrasel
(intracelluer fluid, acid ICF). Jumlah cairan yang hilang dari cairan ekstrasel
mengalami peningkatan pada keadaan sakit yang akut dan penurunan pada
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
akut.
akut.
4
5
C. Manfaat Penulisan
1. Bagi Penulis
5
BAB II
LAPORAN KASUS
lakukan pada An. A dengan kekurangan volume cairan cairan dan elektrolit yang
di laksanakan pada tanggal 5 April 2012 sampai tanggal 6 April 2012. Asuhan
A. Pengkajian
Dari pengkajian pada tanggal 5 April 2012 jam 09.00 WIB pada
medis dan catatan perawat. Dari data pengkajian tersebut di dapat hasil
februari 2008, dan berjenis kelamin laki – laki, Nama orang tua Ny. S,
An. A masuk rumah sakit pada tanggal 4 April 2012 dengan diagnosa medis
adalah (gastroenteritis akut). Dengan keluhan utama An. A buang air besar
cair lebih dari 10 kali sekitar 150 cc dalam sehari dengan konsistensi cair
tanpa ampas dan bau khas. Riwayat penyakit sekarang satu hari sebelum
masuk rumah sakit, Ibu An. A mengatakan, An. A memakan makanan yang
sudah basi karena pada saat An. A makan diketahui oleh Ibu An. A dan
6
7
makanan yang sudah basi, dan kemudian An. A panas, terutama pada malam
hari kemudian pada tanggal 4 April 2012 An. A buang air besar cair dengan
konsistensi tanpa ampas dan bau khas kemudian An. A di bawa di RSUD
Karanganyar.
bahwa An. A pernah sakit yang sama tetapi tidak sampai masuk rumah sakit,
Dalam kesehatan keluarga, ibu klien mengatakan tidak ada penyakit yang
sama dengan klien atau keturunan seperti Diabetes mellitus, Hipertensi. Dan
juga di dalam keluarga tidak ada penyakit menular seperti Hepatitis B, TBC
dan lain – lain. Dalam pengkajian adapun riwayat alergi, ibu pasien
mengatakan bahwa An. A tidak memiliki alergi obat, makanan maupun alergi
cuaca.
mengatakan bahwa An. A lahir dengan berat badan 3500 gram dan panjang
50 cm pada saat An. A usia 6 bulan berat badan An. A 5500 gram kemudian
pada saat usia 1 tahun An. A berat badan mencapai 10.500 gram,
pertumbuhan An. A normal An. A dapat duduk pada 5 bulan, gigi An. A
tumbuh pada usia 7 bulan, An. A dapat merangkak pada usia 10 bulan dan
berdiri pada usia 11 bulan, Berat badan sekarang 15 Kg dan tinggi badan 101
cm. Dalam pengkajian kebiasaan klien, Ibu An. A mengatakan bahwa An.A
genogram Keluarga Tn. S terdiri dari 3 orang yaitu istri (Ny. S) dan An. A
berumur 4 tahun dan sekarang An. A sedang dirawat di ruang melati nomor
mengatakan makan tiga kali sehari dengan satu porsi nasi, lauk tempe, tahu,
telur dan kadang- kadang daging dan sayur. Minum ± 5 gelas per hari. Dan
selama sakit Ibu pasien mengatakan makan tiga kali sehari 3 sendok makan
nasi dan lauk sediaan dari RSUD Karanganyar. An. A minum ± 3 gelas
eliminasi, sebelum sakit Ibu pasien mengatakan buang air besar satu kali per
hari dengan konsistensi lembek, bewarna kuning, dan bau khas, buang air
kecil lancar ± 6 kali dalam sehari dengan konsistensi warna kuning jernih,
dan bau khas. Selama sakit Ibu pasien mengatakan buang air besar cair ± 10
kali sekitar 150 cc dalam sehari dengan konsistensi cair, tanpa ampas, dan
bau khas, buang air kecil ± 6 kali dalam sehari dengan konsistensi warna
jernih, dan bau khas. Dari hasil pengkajian tersebut di dapatkan balance
cairan – 785 cc. Dengan penghitungan yang terdiri dari input yang terdiri
dari minum 600 cc, infus 1350 cc, air metabolisme 120 cc sehingga total
input sebesar 2.070 cc, output terdiri dari buang air besar 10 kali sekitar
150cc dalam sehari sehingga total 1500 cc, buang air kecil 5 kali dalam
sehari 75 cc sehingga total 375 cc, (insensible water loss) IWL 390 cc,
9
muntah 150 cc, peningkatan suhu 440. Sehingga untuk total output sebesar
2.855 cc,
pengukuran pernapasan 20 kali per menit, nadi 80 kali per menit, dan suhu
39 derajat celcius
cekung, tidak ada bekas luka, auskultasi bising usus 45 kali per menit,
perkusi hiperthympani, palpasi tidak teraba masa dan tidak ada nyeri tekan di
empat kuadran abdomen. Pada genetalia tidak ada kelainan, pada kulit
didapatkan turgor kulit kembali lambat dan mukosa bibir kering. Pada
dengan menggunakan mikro set. Dan ekstermitas bawah tidak ada kelainan.
dan evaluasi.
aktif dengan data penunjang ibu An. A mengatakan An. A buang air besar ±
10 kali sekitar 150 cc dengan konsistensi cair, tidak ampas, dan bau khas.
An. A tampak lemah, suhu 39 derajat Celsius, gelisah, dan mukosa bibir
kering, turgor kulit kembali lambat lebih dari 3 detik, suhu 39 derajat Celsius
C. Intervensi
volume cairan dengan kriteria hasil turgor kulit kembali cepat, mukosa bibir
lembab, balance cairan dalam rentang batas normal ± 100 cc, keadaan umum
baik, frekuensi dan irama nadi dalam rentang normal (60 sampai 100 kali per
pada klien untuk banyak minum air putih dengan rasional untuk memenuhi
kebutuhan cairan tubuh yang hilang, pantau kelembapan mukosa dan turgor,
rasional untuk menggetahui keadaan umum klien, catat input dan output
pada orang tua untuk membuat larutan gula dan garam dengan rasional untuk
D. Implementasi
April 2012 jam 09.00 WIB mengkaji output klien, dengan respon subyektif
Ibu An. A mengatakan bahwa An. A buang air besar cair ± 10 kali sekitar
150 cc dalam sehari dengan konsistensi cair tanpa ampas dan bau khas,
dengan respon obyektif An. A tampak lemah, pada jam 09.15 WIB mengukur
tanda – tanda vital dengan respon obyektif suhu 39 derajat celcius, nadi 80
kali per menit, penapasan 20 kali per menit. Pada jam 09.20 WIB memantau
kelembapan mukosa bibir dengan respon obyektif bibir masih kering. Pada
jam 09.45 WIB mengajarkan pada keluarga untuk membuat larutan gula
garam, dengan respon subyektif Ibu An. A mau untuk diajarkan cara membuat
larutan gula garam, dan respon obyektif Ibu An. A sudah bisa untuk membuat
larutan gula garam. Pada Jam 11.25 WIB motivasi pada An. A untuk minum
air putih yang banyak dengan respon obyektif An. A minum setengah gelas
belimbing. Pada jam 12.30 mencatat input dan output An. A dengan respon
April 2012 pada jam 09.00 WIB mengkaji output klien dengan respon
subyektif Ibu klien mengatakan An. A buang air besar cair ± 5 kali dalam
sehari dengan konsistensi cair tanpa ampas dan bau khas, dan respon obyektif
An. A tampak lemah. Pada Jam 09.15 WIB mengukur Tanda – Tanda vital
klien dengan respon obyektif suhu 37,5 derajat celcius, nadi 80 kali per menit
dan pernapasan 20 kali per menit, Jam 09.20 WIB mengkaji pada keluarga
12
apakah sudah benar membuat larutan gula garam dengan respon subyektif Ibu
mengatakan sudah bisa membuat larutan gula garam. Pada Jam 10.45 WIB
mencatat input dan out put pasien, dengan respon obyektif balance cairan
input (1270) – output (1655) = - 385cc. Pada Jam 12.30 memberi motivasi
pada pasien untuk minum air putih yang banyak, dengan respon obyektif An.
E. Evaluasi
hari kamis, tanggal 5 April 2012 jam 13.00 WIB dengan menggunakan
metode SOAP yang hasilnya adalah Ibu pasien mengatakan An.A buang air
besar ±10 kali cair dengan konsistensi tanpa ampas dengan bau khas. An A
tampak lemah, nadi 80 kali per menit, suhu 39 derajat Celsius balance cairan
-785 cc. Dari hasil data tersebut dapat disimpulkan bahwa masalah
sehingga intervensi dilanjutkan meliputi pantau tanda – tanda vital, catat input
dan output, anjurkan pada orangtua untuk membuat larutan gula garam
sendiri untuk memenuhi kebutuhan cairan lewat oral, berikan terapi infuse
KA-EN 3A 15 tetes per menit dengan menggunakan mikro set sesuai programi
advis dokter,
hari Jum’at, tanggal 6 April 2012 jam 12.30 WIB, dengan menggunakan
metode SOAP yang hasilnya adalah Ibu pasien mengatakan An.A buang air
besar ± 5 kali dengan konsistensi cair, tanpa ampas dengan bau khas. An A
13
tampak lemah, nadi 80 kali per menit, suhu 37,5 derajat Celsius balance
cairan – 385 cc. Dari hasil evaluasi tersebut dapat disimpulkan bahwa
intervensi dilanjutkan meliputi pantau tanda – tanda vital, catat input dan
output, anjurkan pada orangtua untuk membuat larutan gula garam sendiri
untuk memenuhi kebutuhan cairan lewat oral, lanjutkan terapi sesuai advis
A. Pembahasan
Pada bab ini penulis akan membahas proses keperawatan pada asuhan
keperawatan yang dilakukan pada tanggal 5 April 2012 sampai tanggal 6 April
sebabkan oleh transportasi air dan elektrolit yang abnormal dalam usus. Di
seluruh dunia setiap tahun terdapat kurang lebih 500 juta anak yang menderita
diare 20% dari seluruh kematian pada anak yang hidup di Negara berkembang
Menurut Nursalam (2005), diare adalah frekuensi buang air lebih dari
4 kali pada bayi dan lebih dari 3 kali pada anak, dengan konsistensi feses cair,
dapat bewarna hijau, atau dapat bercampur lendir dan darah atau hanya lendir
saja. Menurut WHO dalam Amisbah (2007) diare adalah defekasi encer lebih
dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah dengan atau tanpa lendir dalam
pengeluaran feses yang tidak normal atau tidak seperti biasanya. Perubahan
yang terjadi berupa perubahan peningkatan volume buang air besar, keenceran
14
15
dan frekuensi dengan atau tanpa lendir darah, seperti lebih dari 3 kali sehari
dan pada neonates lebih dari 4 kali sehari. Dari beberapa teori di atas sesuai
pada kasus kelolaan penulis pada An. A mengalami diare dengan keluhan
buang air besar ± 10 kali sekitar 150 cc setiap buang air besar dengan
konsistensi cair, tanpa ampas dan bau khas, di mana terdapatnya Invasi
sehingga menyebabkan invasi serta destruksi langsung sel- sel epitel usus, dan
(Wong, 2008).
berikut faktor infeksi, ada dua jenis yaitu infeksi enteral dan parental. Untuk
utama diare pada anak. Meliputi infeksi enteral sebagai berikut: infeksi bakteri
poliomyelitis) Adeno virus, rota virus, dan lain – lain. Infeksi parasit cacicng
parental ialah infeksi di luar alat pencernaan makanan seperti otitis media akut
(intoleransi glukosa, fruktosa dan galaktosa) pada bayi dan anak yang
terhadap makanan. Dan yang terakhir adalah faktor psikologis, rasa takut dan
cemas. Hal ini sesuai dengan kasus kelolaan penulis dari hasil pengkajian, Ibu
An. A mengatakan sebelum An. A sakit diare An. A memakan makanan yang
sudah basi karena pada saat An. A makan diketahui oleh Ibu An. A dan
kemungkinan besar diare yang dialami An. A disebabkan oleh faktor makanan
yang sudah basi. Dari hasil pengkajian pada An. A didapatkan buang air besar
lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi cair, tanpa ampas dan bau khas,
gelisah, turgor kulit kembali lambat, dimana hal ini sesuai dengan teori, tanda
dan gejala diare adalah defekasi berulang lebih dari tiga kali sehari, perasaan
tidak nyaman pada perut kuadran bawah, lemah otot dan tidak bertenaga,
mukosa bibir kering dan turgor kembali lambat, perasaan haus, gelisah, mata
meningkat, nafsu makan berkurang atau tidak ada nafsu makan, kemudian
timbul diare. Feses cair, mungkin disertai lendir dan lendir darah. Warna feses
makin lama berubah kehijauan karena bercampur dengan empedu. Anus dan
daerah sekitarnya timbul lecet karena sering defekasi dan feses makin lama
makin asam sebagai akibat semakin banyak asam laktat yang berasal dari
laktosa yang tidak di absorbsi oleh usus selama diare. Gejala muntah dapat
timbul sebelum atau sesudah diare dan dapat disebabkan karena lambung turut
17
(Ngastiyah, 2005). Dari hasil pengkajian pada An. A didapatkan muntah 1 kali
sekitar 150 cc, suhu tubuh 39 derajat celsius, gelisah, rewel dan bagian anus
asidosis, dan syok yang terjadi ketika keadaan dehidrasi berlanjut hingga titik
dehidrasi awal tampak berat badan turun, turgor berkurang, mata dan ubun –
ubun besar menjadi cekung (pada bayi) selaput lendir bibir dan mulut serta
kulit tampak kering. Berdasarkan banyaknya cairan yang hilang dapat di bagi
menjadi dehidrasi ringan, sedang, dan berat. Bila berdasarkan tonisitas plasma
dengan gejala denyut jantung menjadi cepat, nadi cepat dan kecil, tekanan
(oliguria sampai anuria). Bila sudah terjadi asidosis metabolic pasien akan
feses diare, ketosis kelaparan, produk – produk metabolic yang bersifat asam
2005). Pada penderita diare bila tidak segera di tangani, maka dapat terjadi
berat (Hasan dan Alatas, 2002). Berdasarkan teori pada An. A terjadi dehidrasi
ringan dimana An. A gelisah, rewel, dan cubitan kulit perut kembali lambat,
An. A buang air besar ± 10 kali dalam sehari sekitar 150 cc setiap buang air
(Corwin, 2009)
per menit, di mana dengan tujuan untuk mengembalikan cairan tubuh yang
hilang hal ini sesuai. Terdapat beberapa penatalaksanaan pada kasus diare
mengembalikan cairan tubuh yang hilang. Pemberian cairan dapat secara oral
pemberian parental dapat diberikan dengan ringer laktat (RL), natrium klorida
(NaCL 0,9 %). Monitor tanda – tanda dehidrasi, dimana dehidrasi merupakan
perhatian khusus pada penderita terhadap pemantauan tanda – tanda vital dan
pengamatan yang terus menerus akan dapat menjauhkan resiko bahaya yang
jumlah input dan out put, tanda – tanda vital, mukosa, dan turgor kulit
cairan lewat oral. Pada keluarga An. A penulis juga mengajarkan bagaimana
cara membuat larutan gula garam, dalam rangka untuk mengembalikan cairan
teori, tidak semuanya muncul pada pasien pengelolaan penulis tetapi pada
dasarnya tanda dan gejala yang muncul sama seperti pasien yang ada di klinik.
Tanda dan gejala yang muncul pada An. A buang air besar cair ± 10 kali
dalam sehari sekitar 150 cc setiap buang air besar dengan konsistensi cair,
tidak ada ampas, dan bau khas. Dari hasil observasi, pasien tampak lemah,
suhu pasien 39 derajat celcius, turgor kulit kembali lambat, rewel dan mukosa
bibir kering. Dalam menegakkan diagnosa medis secara pasti dapat dilakukan
cairan dan elektrolit, semuanya sama dengan di teori yang lakukan pada
masalah kebutuhan dasar manusia yang berkaitan dengan cairan dan elektrolit.
kebutuhan cairan dan elektrolit pada pasien yaitu monitor tanda – tanda vital
klien untuk banyak minum air putih dengan rasional rasional untuk memenuhi
cairan tubuh yang hilang, pantau kelembapan mukosa dan turgor dengan
rasional sebagai indicator dehidrasi, catat input dan output dengan rasional
untuk membuat larutan gula dan garam dengan rasional untuk memenuhi
kebutuhan cairan lewat oral, dan kolaborasi dengan dokter dalam pemberian
yang di lakukan pada hari kamis, tanggal 6 April 2012 pada jam 09.00 WIB
mengkaji output klien dengan respon subyektif Ibu klien mengatakan An. A
buang air besar cair ± 5 kali dalam sehari dengan konsistensi cair tanpa ampas
dan bau khas, dan respon obyektif An. A tampak lemah. Pada Jam 09.15 WIB
mengukur Tanda – Tanda vital klien dengan respon obyektif suhu 37,5 derajat
celcius, nadi 80 kali per menit dan pernapasan 20 kali per menit, Jam 09.20
WIB mengkaji pada keluarga apakah sudah benar membuat larutan gula
garam dengan respon subyektif Ibu mengatakan sudah bisa membuat larutan
gula garam. Pada Jam 10.45 WIB mencatat input dan out put pasien, dengan
respon obyektif balance cairan input (1270) – output (1655) = - 385cc. Pada
Jam 12.30 memberi motivasi pada pasien untuk minum air putih yang banyak,
Ibu pasien mengatakan An.A buang air besar ± 5 kali dalam sehari sekitar 150
cc setiap buang air besar dengan konsistensi cair, tanpa ampas dengan bau
khas. An A tampak lemah, balance cairan – 385 cc. Dari hasil data tersebut
pantau tanda – tanda vital, catat input dan output, anjurkan pada orangtua
untuk membuat larutan gula garam sendiri untuk memenuhi kebutuhan cairan
lewat oral, serta lanjutkan terapi sesuai advis dokter, zinc 10 mg per dua belas
jam.
22
Pada hari Jum’at tanggal 6 April 2012 jam 13.00 WIB. Pada pasien
kelolaan hanya bisa dikelola dua hari dikarenakan pasien pada hari kedua
pengkajian keluarga An. A minta APS (alasan pulang paksa) sehingga, data
B. Kesimpulan
kebutuhan cairan dan elektrolit pasien terpenuhi. Pada tahap terakhir penulis
mendapat data sesuai keluhan pasien yaitu ibu An. A mengatakan bahwa
An.A buang air besar ± 10 dalam sehari setiap buang air besar ± 150 cc,
mukosa bibir kering, gelisah, rewel, turgor kembali lambat dan suhu 39
yang diprioritaskan.
3. Intevensi atau tindakan yang akan di lakukan yaitu monitor tanda – tanda
vital, motivasi pada klien untuk banyak minum air putih, pantau
kelembapan mukosa dan turgor, catat input dan output, ajarkan pada orang
23
tua untuk membuat larutan gula dan garam, serta kolaborasi dengan dokter
4. Penulis melakukan implementasi pada hari Kamis, tanggal 4-6 April 2012
pada An. A sesuai intervensi yang telah direncanakan yang dilakukan jam
09.00 WIB mengkaji output klien dengan respon subyektif Ibu klien
mengatakan An. A buang air besar cair ± 5 kali dalam sehari dengan
konsistensi cair tanpa ampas dan bau khas, dan respon obyektif An. A
tampak lemah. Pada Jam 09.15 WIB mengukur tanda – tanda vital klien
dengan respon obyektif suhu 37,5 derajat celcius, nadi 80 kali per menit
dan pernapasan 20 kali per menit, Jam 09.20 WIB mengkaji pada keluarga
apakah sudah benar membuat larutan gula garam dengan respon subyektif
Ibu mengatakan sudah bisa membuat larutan gula garam. Pada Jam 10.45
WIB mencatat input dan out put pasien, dengan respon obyektif balance
cairan input (1270) – output (1655) = - 385cc. Pada Jam 12.30 memberi
motivasi pada pasien untuk minum air putih yang banyak, dengan respon
5. Penulis mengevaluasi keadaan pasien pada hari kedua dengan hasil Ibu
pasien mengatakan An.A buang air besar ± 5 kali dalam sehari sekitar 150
cc setiap buang air besar dengan konsistensi cair, tanpa ampas dengan bau
khas. An A tampak lemah, gelisah, rewel, turgor kulit kembali kurang dari
tiga detik dan suhu 37,5 celsius, balance cairan – 385 cc. Dari hasil data
dilanjutkan meliputi pantau tanda – tanda vital, catat input dan output,
anjurkan pada orang tua untuk membuat larutan gula garam sendiri untuk
C. Saran
pembuatan laporan.
3. Bagi Penulis
Adisasmito. 2007 . Faktor Resiko Diare pada Bayi dan Balita di Indonesia
Sistematik Review Penelitian Akademik Bidang Kesehatan Masyarakat.
Http://agaesbooks.blogspot.com/.../faktor-risiko-diare-pada-bayi-dan.//.
Diakses tanggal 20 April 2012. jam 07.45 WIB.
Carpenito. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, alih bahasa Yasmin Asih
Edisi 10. Jakarta : EGC.
Corwin. 2009. Buku Saku Patofisiologi Alih Bahasa, Nike Budhi Subekti Edisi 3.
Jakarta : EGC.
Hasan dan Alatas. 2002. Buku Kuliah 1 Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Fakultas
Kedokteran Unversitas Indonesia.
Hidayat, A.A. 2009. Pengantar Ilmu Kesehatan Anak. Jakarta : Salemba Medika.
Kushartono. 2006. Terapi Cairan dan Elektrolit pada Anak. Http:// www.
pediatric.com / pkb / 061022023336 – xvm 7143. Diakses tanggal 9 April
2012. Jam 15.13 WIB.
Maryatun. 2008. Hubungan antara tingkat pengetahuan ibu tentang diare dengan
kejadian diare pada anak balita wilayah kerja puskesmas setabelan
Surakarta. http : // isjd. pdii.lipi.go.id / admin / jurnal / Ed 03085056.
Diakses tanggal 9 April 2012. jam 13.51 WIB.
Nursalam, M.N, dkk. 2008. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak untuk Perawat.
Jakarta : Salemba Medika.
Rohmah dan Walid. 2010 . Proses Keperawatan Teori dan Aplikasi. Jakarta :
Arus Media.
Wilkinson, J.M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan dengan Intervensi NIC
dan Kriteria Hasil NOC. Jakarta : EGC.
Wong. 2008. Buku Ajar Keperawatan Pediatrik. Alih bahasa, Andry Hartono,
dkk. .Edisi 6. Jakarta : EGC.