IN HOUSE TRAINING
EWSS & CODE BLUE SYSTEM
PENATALAKSANAAN KEGAWATDARURATAN
DI RUMAH SAKIT
Oleh EMT 911 JAKARTA
EMERGENCY MEDICAL TRAINING 911 JAKARTA
Sekretariat : Jln.Kawista Rt.12 Rw.09 Cijantung, Jakarta-Timur
Telp 08127867943 , E-mail : emt.911jkt@gmail.com
PROPOSAL
IN HOUSE TRAINING CODE BLUE SYSTEM & EWSS
Pendahuluan
Kegawatdaruratan dapat terjadi pada siapa saja, kapan saja dan di mana saja. Kegawatdaruratan
merupakan suatu kondisi di mana harus dilakukan tindakan yang cepat dan tepat karena apabila tidak
dilakukan dengan segera dapat menyebabkan kematian. Saat ini penanganan awal terhadap
kegawatdaruratan sudah menjadi hal yang harus diketahui dan dipelajari oleh setiap orang dan instansi
pelayanan kesehatan seperti Puskesmas dan Rumah Sakit.
Kegawatan yang sering terjadi diantaranya adalah karena penyakit jantung. Penyakit jantung
merupakan penyakit yang meyebabkan kematian nomor satu di dunia. Lebih dari 17,2 juta orang di
seluruh dunia meninggal setiap harinya akibat penyakit jantung (AHA, 2010). Di Indonesia sendiri belum
ada data resmi yang dipublikasikan terkait angka kematian di rumah sakit pertahunnya, namun angka
kejadiannya diperkirakan tertinggi penyakit yang menyebabkan kematian.
Di beberapa negara, penanganan awal kegawatan sudah merupakan pengetahuan dasar yang harus
dimiliki, tidak hanya untuk petugas kesehatan namun juga untuk masyarakat umum. Beberapa standar
akreditasi nasional maupun internasional seperti ISO, KARS dan JCI telah memasukkan elemen
pengetahuan dasar penanganan kegawatan tersebut menjadi bagian dari standar yang harus dipenuhi oleh
rumah sakit. Saat ini sistem akreditasi rumah sakit menggunakan Standar Nasional Akreditasi Rumah
Sakit (SNARS) Edisi 1. Di dalam SNARS terdapat standar pelayanan yang berfokus kepada pasien yaitu
mengenai Pelayanan dan Asuhan Pasien (PAP). Di dalam standar PAP terdapat standar pelayanan pasien
berisiko tinggi dan penyediaan pelayanan berisiko tinggi. Pada standar PAP 3.1 dijelaskan bahwa staf
klinis rumah sakit dilatih untuk mendeteksi perubahan kondisi pasien yang memburuk dan pada standar
PAP 3.2 rumah sakit harus memiliki pelayanan resusitasi yang tersedia di seluruh area rumah sakit.
Upaya mengatasi kegawatdaruratan pada penyelamatan jiwa (life saving) adalah dengan
mempertimbangkan waktu, karena tantangannya adalah nyawa. Kecepatan pemberian pertolongan akan
sangat berpengaruh kepada keselamatan jiwa korban, atau dengan kata lain, apabila pertolongan terlambat
diberikan maka akan berakibat kematian.
Di dalam rumah sakit, upaya untuk menurunkan atau mengurangi angka kejadian mortality
(cardiac arrest) adalah dengan melakukan pencegahan dan tatalaksana kegawat daruratan baik tingkat
EMERGENCY MEDICAL TRAINING 911 JAKARTA
Sekretariat : Jln.Kawista Rt.12 Rw.09 Cijantung, Jakarta-Timur
Telp 08127867943 , E-mail : emt.911jkt@gmail.com
dasar (basic) maupun tingkat lanjut (advance). Pencegahan dapat dilakukan karena penurunan kondisi
pasien, di mana dapat terlihat sebelum pasien tersebut mengalami henti nafas dan jantung, sehingga
dibutuhkan suatu sistem yang terstandar agar sistem deteksi perburukan kondisi pasien dapat dilakukan
oleh setiap petugas kesehatan yaitu dengan menggunakan Early Warning Scoring System (EWSS).
EWSS adalah sebuah sistem scoring untuk mendeteksi perubahan fisiologis pasien yang
umumnya digunakan di unit rawat inap sebelum pasien mengalami kondisi perburukan, walaupun saat ini
EWS juga dikembangkan untuk area lain seperti di Ruang IGD. Skoring EWSS juga disertai dengan
algoritme tindakan berdasarkan hasil scoring dari pengkajian pasien. (Duncan & McMullan, 2012). Early
warning score lebih berfokus kepada mendeteksi kegawatan sebelum hal tersebut terjadi, sehingga
diharapkan dengan tatalaksana yang lebih dini, kondisi yang mengancam jiwa dapat tertangani lebih cepat
atau bahkan dapat dihindari, sehingga output yang dihasilkan lebih baik.
Di dalam standar akreditasi rumah sakit SNARS, EWS masuk ke dalam standar PAP 3.1. Elemen
penilaiannya berupa adanya regulasi pelaksanaan EWS, terdapat bukti bahwa staf klinis sudah dilatih
dan mampu melaksanakan EWS serta tersedianya pencatatan hasil dari EWS. Sehingga staf yang bekerja
di RS mampu melakukan deteksi dini perubahan kondisi pasien sebelum pasien tersebut mengalami
kegawatdaruratan.
Upaya selanjutnya dalam mengurangi angka kematian adalah dengan melakukan tindakan
kegawat daruratan medis. Henti jantung dapat terjadi di mana saja dan kapan saja, sehingga sangat
dibutuhkan kemampuan dalam melakukan pertolongan pertama dan lanjutan. Pertolongan pertama
merupakan pertolongan dasar yang seharusnya dapat dilakukan oleh siapa saja petugas yang ada di
Rumah sakit. Pertolongan lanjutan membutuhkan keahlian yang lebih sehingga dibutuhkan tenaga
kesehatan yang memiliki kemampuan tingkat lanjut (advance). Kemampuan individu dalam penanganan
kegawatdaruratan harus didukung oleh kemampuan infra struktur dari lingkungan kerja itu sendiri,
sehingga akan terbentuk sistem penanganan kegawatdaruratan yang baik di rumah sakit yaitu dengan
Code Blue System.
Code Blue merupakan kode panggilan keadaan darurat yang menandakan adanya pasien yang
mengalami henti jantung atau henti napas. Di dalam standar akreditasi Rumah Sakit SNARS, Code blue
system masuk kedalam standar PAP 3.2. Code Blue system adalah sebuah sistem komunikasi dan
koordinasi yang diaktifkan saat terjadi Code Blue. Saat ini mulai berkembang bahwa Code Blue System
diaktifkan juga pada saat mengidentifikasi perburukan kondisi klinis pasien sebelum terjadinya henti
jantung dan henti nafas. Tujuan dari dibentuknya Code Blue System adalah agar saat terjadi perburukan
kondisi pasien khususnya kegawatan jantung, semua sumber daya yang ada dapat digunakan untuk
memberikan dukungan langsung maupun tidak langsung. Code blue system ini membutuhkan beberapa
EMERGENCY MEDICAL TRAINING 911 JAKARTA
Sekretariat : Jln.Kawista Rt.12 Rw.09 Cijantung, Jakarta-Timur
Telp 08127867943 , E-mail : emt.911jkt@gmail.com
aspek infra struktur agar dapat berjalan dengan baik, seperti ; jumlah dan kompetensi sumber daya
manusia (SDM), peralatan, sistem komunikasi dan sistem transportasi.
Oleh karena itu kami ingin memfasilitasi kebutuhan rumah sakit untuk mewujudkan
terbentuknya sebuah sistem yang dapat mengurangi kejadian cardiac arrest di RS yaitu dengan sistem
pencegahan dengan penggunaan EWSS (standar PAP 3.1 SNARS), sistem tatalakasana kegawat-
daruratan Code Blue (standar PAP 3.1 SNARS) . Diharapkan dengan sistem tersebut maka rumah sakit
akan memiliki pelayanan kesehatan yang lebih baik, berkualitas, bermutu dan profesional sehingga hasil
akhirnya adalah dapat menurunkan angka kematian (mortality) di rumah sakit.
Pelatihan yang akan dilakukan berupa pelatihan EWSS, Code Blue untuk perawat dan dokter.
Pelatihan ini bersifat aplikatif karena tidak hanya teori di kelas namun juga ada simulasi langsung di
ruangan rumah sakit. Hasil dari pelatihan ini akan menghasilkan rekomendasi rancangan pembentukan
EWSS dan Code Blue beserta infrastruktur yang dibutuhkan seperti sistem komunikasi, standar prosedur
dan ketenagaan sehingga selesai pelatihan ini sistem dapat langsung digunakan dan dijalankan, di
samping tenaga kesehatan menjadi semakin kompeten dalam tatalaksana EWSS dan Code Blue system
Tujuan
1.1 Tujuan Umum
Peningkatan kompetensi dan pembentukan sistem deteksi dini perburukan pasien dan sistem
penanganan kegawat daruratan di rumah sakit dengan menggunakan sistem EWS dan sistem Code
Blue
1.2Tujuan Khusus
1. Meningkatkan pengetahuan peserta pelatihan dalam mengidentifikasi kondisi pasien yang akan
mengalami kegawatdaruratan di rumah sakit dengan Early Warning Scoring Score (EWSS)
2. Meningkatkan pengetahuan peserta pelatihan mengenai konsep dasar code blue system dalam
penanganan kegawat-daruratan pasien di rumah sakit
3. Meningkatkan pengetahuan peserta pelatihan mengenai bantuan hidup dasar (BHD/BLS) sesuai
rekomendasi AHA 2015
4. Meningkatkan pengetahuan peserta pelatihan mengenai bantuan hidup lanjut (BHL/ACLS) sesuai
rekomendasi AHA 2015 : manajemen aritmia, obat2an emergency, defibrilasi dan kardioversi.
5. Meningkatkan keterampilan peserta pelatihan mengenai code blue system melalui simulasi code
blue system di Rumah Sakit
EMERGENCY MEDICAL TRAINING 911 JAKARTA
Sekretariat : Jln.Kawista Rt.12 Rw.09 Cijantung, Jakarta-Timur
Telp 08127867943 , E-mail : emt.911jkt@gmail.com
6. Melakukan rancangan pembentukan sistem dan sumber daya yang ada di rumah sakit untuk
mendukung proses pelaksanaan sistem EWS dan Code Blue system di RS
Tema Kegiatan
Pelatihan EWSS dan Code Blue system untuk Pencegahan dan Penatalaksanaan kegawat-daruratan
pasien di Rumah Sakit
1. Peserta
a) Dokter (dokter IGD/dokter umum/ dokter jaga ruangan)
b) Perawat (perawat struktural, perawat pelaksana ruang rawat, ICU, poliklinik, kamar operasi)
c) Jumlah peserta pelatihan 40-50 peserta
2. Penyelenggara
Panitia Rumah Sakit
3. Pembicara dan Fasilitator
Pembicara dan instruktur adalah dokter dan perawat dari RS Type A rujukan nasional vertikal dari
Kemkes seperti RS. Cipto Mangunkusumo (RSCM), RS Fatmawati, RS. Persahabatan, RS Jantung
Harapan Kita. Berpengalaman di rumah sakit dan menjadi pembicara / instruktur di beberapa
kegiatan pelatihan kegawat-daruratan (BTCLS), BLS & ACLS, Seminar, symposium dan workshop.
Pembicara dan instruktur juga telah memiliki sertifikat TOT dan merupakan Instruktur tersertifikasi
AHA Internasional untuk pelatihan BLS dan ACLS AHA.
4. Tempat Penyelenggaraan
Ruang Aula Rumah Sakit
5. Struktur Program
EMERGENCY MEDICAL TRAINING 911 JAKARTA
Sekretariat : Jln.Kawista Rt.12 Rw.09 Cijantung, Jakarta-Timur
Telp 08127867943 , E-mail : emt.911jkt@gmail.com
Materi yang diberikan terdiri dari 40 % teori dan 60 % praktik dengan total waktu efektif 20 JPL
selama 2 hari. Untuk mencapai tujuan pelatihan disusun materi yang tercantum dalam struktur
program sebagai berikut :
6. Set Intubasi
7. Set Infus
8. Defibrilator
9. Monitor dan asscesoris lengkap
10. Set pemberian obat dan obat-obatan emergency
11. Pin tim code blue / Name tag plastic
Catatan :
1. Paket pelatihan sudah termasuk biaya transport dan akomodasi makan minum, snack selama
pelatihan buat peserta, instruktur, panitia.
2. Sertifikat EMT 911 Jakarta SKP (PPNI).
Evaluasi
Dalam pelatihan ini dilakukan beberapa kegiatan evaluasi meliputi evaluasi tulis, lisan dan praktikum
- Metoda pembelajaran
b. Evaluasi terhadap penyelenggaraan Pelatihan
- Bidang Akademi dan kurikulum
- Pengajar
- Metoda dan alat Bantu
- Pencapaian belajar
- Pelayanan Panitia Penyelenggara
Contact Person
Rochmat
Tlp. 08127867943
Email : emt.911jkt@gmail.com
Penutup
Demikian proposal ini kami ajukan. Semoga tujuan yang diharapkan dari kegiatan ini dapat tercapai
dengan baik.
Segenap bantuan, dukungan moral dan material dari berbagai pihak sangat diharapkan demi keberhasilan
kegiatan ini.
Dr.dr.Fidiansjahn SpKJ.,MPH