Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Terdapat bermacam dampak reklamasi daerah pesisir pantai yang banyak dilakukan pada
negara atau kota maju dalam rangka memperluas daratan sehingga bisa digunakan untuk
area bisnis, perumahan,wisata rekreasi dan keperluan lainya. selalu ada dampak positif
dan negatif dalam setiap kegiatan termasuk dalam hal pengurugan tepi laut ini, bisa jadi
yang melakukan kegiatan hanya mendapat keuntunganya saja sementara kerugian harus
ditanggung oleh pihak yang tidak mengerti apa-apa, tanpa disadari banyak daerah pesisir
pantai terpencil yang hilang karena aktifitas reklamasi ini.Proyek reklamasi ini pernah
digugat Kementerian Lingkungan Hidup walaupun kalah di tingkat kasasi. Meski
demikian, reklamasi tetap bisa diteruskan selama memperhatikan sejumlah aspek seperti
sosial, ekonomi, dan lingkungan. Namun reklamasi seharusnya untuk kepentingan publik,
jangan memikirkan kepentingan pengembang saja.
1. Proyek reklamasi di Teluk Jakarta tak layak dari aspek lingkungan. Jika alasan
pemerintah provinsi beralasan meniru negara lain yang melakukan reklamasi, hal itu
dianggap keliru. Bahkan dua negara yang telah mengerjakan reklamasi yakni Korea
Selatan dan Jepang justru menyesal. Negara lain ada dua negara yang menyesal setelah
melakukan reklamasi, Korea Selatan dan Jepang. Beberapa ahli berpendapat kalau
dipertimbangkan lagi memang secara teknis proyek ini tidak layak. Setelah Korea Selatan
melakukan reklamasi tiga kali itu akhirnya melakukan moratorium atau penundaan.
Demikian juga Jepang mulai merestorasi atau mengembalikan kondisi seperti semula
setelah melakukan reklamasi masif. Benerapa pakar di Jepang saat pertemuan di kongres
kelautan Asia Timur di Vietnam yymenyesal melakukan reklamasi, jadi di Indonesia
sebaiknya juga dihentikan. Jika proyek reklamasi ini tetap diteruskan, lanjutnya, dapat
berdampak pada kematian makhluk hidup di dalam laut dan penurunan kecepatan arus
yang membuat sirkulasi air tidak berjalan lancar.
2. Reklamasi Teluk Jakarta juga dinilai tidak bermanfaat sama sekali bagi lingkungan. Hal
ini mempertegas informasi bahwa ada yang menyebut reklamasi bisa mengurangi banjir.
Malah bisa memperparah, tidak ada manfaat bagi lingkungan sama sekalli. Dari sisi
lingkungan reklamasi tidak bisa mencegah ada banjir di pesisir, mengurangi sendimentasi
di sungai dan kualitas air di sekitarnya. Hal ini juga diperkuat dengan laporan kesimpulan
Danish Hydraulic Institute (DHI) pada 2011 yang menjadi konsultan Kementerian Luar
Negeri dalam mengkaji dampak lingkungan dari terbentuknya 17 pulau reklamasi
tersebut. Dokumen ini dengan jelas, reklamasi membuat terjadi perlambatan kecepatan
arus, material lama tertinggal, sendimentasi logam berat, sehingga yang ada ini makin
memperparah pencemaran dan sedimentasi. Selain itu juga dapat dipastikan, akibat
lanjutan dari reklamasi dapat membunuh biota di sekitar wilayah tersebut. Hal ini tentu
akan merugikan masyarakat yang berprofesi sebagai nelayan, yang juga menjadi korban
dari segi sosial proyek reklamasi. Masalahbsosial lainnyanadanya sekitar 18 ribu nelayan
plus anak buah kapal, tidak mudah merelokasi mereka.
3. Bahaya Tanah Reklamasi Tanah reklamasi sangat rentan terhadap likuifaksi selama
gempa bumi yang dapat memperkuat jumlah kerusakan yang terjadi pada bangunan dan
infrastruktur. Subsidence adalah masalah lain, baik dari pemadatan tanah pada lahan diisi,
dan juga ketika lahan basah diapit oleh tanggul dan dikeringkan untuk polders dan rawa
dikeringkan akhirnya akan tenggelam di bawah permukaan air di sekitarnya,
meningkatkan bahaya dari banjir.
4. Peninggian Air Laut Peninggian muka air laut karena area yang sebelumnya berfungsi
sebagai kolam telah berubah menjadi daratan. Akibat peninggian muka air laut maka
daerah pantai lainya rawan tenggelam, atau setidaknya air asin laut naik ke daratan
sehingga tanaman banyak yang mati, area persawahan sudah tidak bisa digunakan untuk
bercocok tanam, hal ini banyak terjadi diwilayah pedesaan pinggir pantai. Peninggian
muka air laut karena area yang sebelumnya berfungsi sebagai kolam telah berubah
menjadi daratan. Akibat peninggian muka air laut maka daerah pantai lainya rawan
tenggelam, atau setidaknya air asin laut naik ke daratan sehingga tanaman banyak yang
mati, area persawahan sudah tidak bisa digunakan untuk bercocok tanam, hal ini banyak
terjadi diwilayah pedesaan pinggir pantai.
5. Musnahnya tempat hidup hewan dan tumbuhan pantai sehingga keseimbangan alam
menjadi terganggu, apabila gangguan dilakukan dalam jumlah besar maka dapat
mempengaruhi perubahan cuaca serta kerusakan planet bumi secara total. Pencemaran
laut akibat kagiatan di area reklamasi dapat menyebabkan ikan mati sehingga nelayan
kehilangan lapangan pekerjaan.
6. Wilayah pantai yang semula merupakan ruang publik bagi masyarakat akan hilang atau
berkurang karena akan dimanfaatkan kegiatan privat. Dari sisi lingkungan banyak biota
laut yang mati baik flora maupun fauna karena timbunan tanah urugan sehingga
mempengaruhi ekosistem yang sudah ada. System hidrologi gelombang air laut yang
jatuh ke pantai akan berubah dari alaminya. Berubahnya alur air akan mengakibatkan
daerah diluar reklamasi akan mendapat limpahan air yang banyak sehingga kemungkinan
akan terjadi abrasi, tergerus atau mengakibatkan terjadinya banjir atau rob karena
genangan air yang banyak dan lama.
7. Aspek sosialnya, kegiatan masyarakat di wilayah pantai sebagian besar adalah petani
tambak, nelayan atau buruh. Dengan adanya reklamasi akan mempengaruhi ikan yang
ada di laut sehingga berakibat pada menurunnya pendapatan mereka yang
menggantungkan hidup kepada laut.
8. Aspek ekologi, kondisi ekosistem di wilayah pantai yang kaya akan keanekaragaman
hayati sangat mendukung fungsi pantai sebagai penyangga daratan. Ekosistem perairan
pantai sangat rentan terhadap perubahan sehingga apabila terjadi perubahan baik secara
alami maupun rekayasa akan mengakibatkan berubahnya keseimbangan ekosistem.
Ketidakseimbangan ekosistem perairan pantai dalam waktu yang relatif lama akan
berakibat pada kerusakan ekosistem wilayah pantai, kondisi ini menyebabkan kerusakan
pantai.
9. Dampak lingkungan hidup yang sudah jelas nampak di depan mata akibat proyek
reklamasi itu adalah kehancuran ekosistem berupa hilangnya keanekaragaman hayati.
Keanekaragaman hayati yang diperkirakan akan punah akibat proyek reklamasi itu antara
lain berupa hilangnya berbagai spesies mangrove, punahnya spesies ikan, kerang,
kepiting, burung dan berbagai keanekaragaman hayati lainnya.
10. Dampak lingkungan lainnya dari proyek reklamasi pantai adalah meningkatkan potensi
banjir. Hal itu dikarenakan proyek tersebut dapat mengubah bentang alam (geomorfologi)
dan aliran air (hidrologi) di kawasan reklamasi tersebut. Perubahan itu antara lain berupa
tingkat kelandaian, komposisi sedimen sungai, pola pasang surut, pola arus laut
sepanjang pantai dan merusak kawasan tata air. Potensi banjir akibat proyek reklamasi itu
akan semakin meningkat bila dikaitkan dengan adanya kenaikan muka air laut yang
disebabkan oleh pemanasan global.
11.
Sebelum kita memahami tentang salah satu isu teranyar yang di hadapi rakyat indonesia,
khususnya yang terjadi di DKI Jakarta, kita perlu memahami apa itu reklamasi. Reklamasi
adalah penimbunan atau pengurukan kawasan perairan dengan tanah sehingga menjadi sebuah
lahan yang dapat digunakan untuk berbagai keperluan sepeti, perumahan, perkantoran, atau
tempat wisata. Itu berarti aktivitas reklamasi di sini sama artinya dengan mengorbankan daerah
perairan untuk dijadikan daratan. Tentu dalam hal seperti ini akan banyak menimbulkan pro dan
kontra terkait proses reklamasi ini.
Bila kita kaitkan dengan salah satu konsep dasar dalam ilmu ekonomi, reklamasi ini sama seperti
konsep opportunity cost, di mana kita harus memilih hal yang memiliki tingkat efisiensi tinggi
dan mengorbankan sesuatu yang tidak membawa manfaat. Namun memilih bukan lah hal yang
mudah untuk dilakukan ketika kita dihadapkan kepada dua pilihan. Tentu harus ada beberapa
pertimbangan-pertimbangan yang harus dipertimbangkan terkait reklamasi ini, dan perlu ada
analisis lebih lanjut apakah reklamasi ini memang perlu atau tidak. Untuk itu, saya akan
mencoba menganalisi secara sederhana dengan menggunakan logika-logika dasar terkait proses
reklamasi yang terjasi di teluk jakarta.
Jakarta adalah ibu kota dari negara kita, indonesia. Dengan statusnya sebagai ibu kota negara,
jakarta tentu memiliki nilai tambah daripada kota-kota lain yang ada di indonesia. Kota dengan
jumlah total penduduk yang mencapai hampir 10 juta jiwa ini menjadi salah satu kota besar yang
menjadi roda penggerak perekonomian di indonesia. Gedung-gedung besar dan bertingkat,
kawasan industri, kawasan perbelanjaan, apartemen, real estate, sangat akrab di mata para
peduduk di jakarta setiap menyusuri sudut-sudut kota jakarta. Kota yang sungguh luar biasa dan
bisa di bilang “ the city is never sleep “ karena hampir selama 24 jam selalu ada kegiatan
ekonomi yang terjadi.
Reklamasi di jakarta bukan merupakan hal yang baru, Reklamasi di bagian utara Jakarta sudah
mulai pada 1980-an. PT Harapan Indah mereklamasi kawasan Pantai Pluit selebar 400 meter
dengan penimbunan. Daerah baru yang terbentuk digunakan untuk permukiman mewah Pantai
Mutiara. PT Pembangunan Jaya melakukan reklamasi kawasan Ancol sisi utara untuk kawasan
industri dan rekreasi pada 1981. Hutan bakau Kapuk yang direklamasi sepuluh tahun kemudian
untuk pemukiman mewah yang kini disebut Pantai Indah Kapuk. Jakarta mereklamasi buat
kepentingan industri yakni Kawasan Berikat Marunda pada 1995. Gubernur DKI Jakarta waktu
itu Wiyogo Atmodarminto menyatakan, reklamasi ke utara Jakarta dipilih karena perluasan ke
arah selatan sudah tidak memungkinkan lagi. Pada 1995, Presiden Soeharto mengeluarkan
Keputusan yang menjadi dasar reklamasi, Keppres No. 52/1995 tentang Reklamasi Pantai Utara
Jakarta. Dua tahun kemudian, Bappenas menggeluarkan Keputusan Ketua Bappenas No.
KEP.920/KET/10/1997 tentang Pedoman Penataan Ruang Kawasan Pantai Utara Jakarta. Tahun
2010, terbentuk Persetujuan KLHS Teluk Jakarta oleh Kementerian LH dan disepakati oleh tiga
Provinsi, DKI Jakarta, Jawa Barat, dan Banten. Pada 2003, Kementerian Lingkungan Hidup
memutuskan proyek reklamasi ini tak layak. Pada 2011, para pengembang di calon lahan
reklamasi memenangkan gugatan Peninjauan Kembali di Mahkamah Agung. Sejak 2012, proyek
ini berjalan lancar. Ada 17 pulau yang akan dibangun, mulai dari pulau A hingga Q. Tiga
kawasan akan membagi pulau ini Kawasan barat untuk pemukiman dan wisata. Kawasan tengah
untuk perdagangan jasa dan komersial. Sedang kawasan timur untuk distribusi barang,
pelabuhan, dan pergudangan.
Kembali membahas isu terkait reklamasi teluk jakarta. Pro kontra tentang reklamasi teluk jakarta
yang saya ketahui telah ada sejak era pemerintahan tjokro pranolo yang saat itu menjadi
pemimpin tertinggi di DKI jakarta. Sejak hal itu terjadi sekitar tahun 1995, pemprov dki jakarta
terlibat perang dingin dengan kementrian lingkungan hidup terkait reklamasi tersebut. Pemprov
dki jakarta berpendapat bahwa jakarta reklamasi itu sesungguhnya sangat perlu mengingat
ketersediaan lahan hidup di DKI sudah overload dan selain itu, reklamasi adalah solusi untuk
mengatasi masalah musiman yang terjadi di jakarta, yaitu banjir. Hal yang berbeda di suarai oleh
kementrian lingkungan hidup, dan itu menyulut perang dingin antara pemrov dki jakarta dan
kementrian lingkungan hidup dan menaikan tensi di antara mereka.
Saat ini kepemimpinan jakarta yang di pimpin oleh basuki tjahaya purnama atau yang di kenal
dengan ahok ini sama samangatnya dengan pemimpin-pemimpin jakarta sebelumnya yang
mendukung reklamasi di teluk jakarta. Tanggapan serius, langsung datang dari kementrian
kelautan dan perikanan di bawah kepemimpinan menteri susi pudjiastuti terkait reklamasi
tersebut. Kementrian kelautan dan perikanan menilai bahwa reklamasi tersebut tidak boleh terus
dilakukan berdasarkan kepentingan developer properti semata, seperti pembangunan hotel,
apartemen, komplek perumahan, dan sebagainya. Namun pemprov jakarta berdalih bahwa buka
untuk kepentingan developer properti namun untuk menyelamatkan kota jakarta yang terancam
tenggelam 10 tahun lagi jika tidak di benahi kata ahok yang menjadi orang nomer 1 di jakarta.
Reklamasi telah membuat Tensi yang tinggi dan semakin memanasnya hubungan antara
kementrian lingkungan hidup dan kementrian kelautan dan perikana dengan pemprov dki jakarta.
Mari kita rehat sejenak dari perseteruan antara kementrian yang terkait dengan masalah
reklamasi dan pemprov dki jakarta dan mulai menanalisa keuntungan dan kerugian yang di dapat
dari reklamasi teluk jakarta ini.
Untuk melihat keuntungan atau manfaat yang di timbulkan dari adanya reklamasi ini, kita perlu
melihanya, setidaknya dari 3 aspek yang memiliki keterkaitan antara satu aspek dengan lainnya.
Aspek tersebut antara lain ; ekonomi; lingkungan; dan sosial dan budaya. Saya akan mencoba
menjelaskan satu persatu manfaat dari adanya reklamasi.
1. Aspek ekonomi
Reklamasi kini dijadikan pilihan dalam memperluas lahan guna memenuhi kebutuhan akan
permukiman. Hal ini disebabkan menipisnya mahalnya lahan di daratan dan semakin menipisnya
jumlah lahan di daratan, terlebih di kawasan pelabuhan.
Seiring perkembangannya, pelabuhan menjadi area yang sangat luas kerana menjadi salah satu
pintu masuk terbesar untuk kegiatan ekspor-impor. Karena dinilai efisien dalam memotong biaya
transportasi, pelabuhan sering digunakan perusahaan untuk melakukan kegiatan ekspor-impor.
Reklamasi itu sendiri juga tidak akan meghilangkan mata pencaharian masyarakat sekitar,
khususnya nelayan dan penambak. Dengan adanya reklamasi tersebut, secara otomatis akan ada
dataran tambahan yang dapat di manfaatkan untuk berbagai macam kebutuhan, terlebih bagi
peningkatan manfaat sumber daya lahan yang akan bermanfaat bagi perkembangan
perekonomian, peningktan kesejahteraan, pengentasan kemiskinan, pengangguran, dan
sebagainya. Perubahan itu pula berimplikasi pada perubahan ketersediaan lapangan pekerjaan
yang baru dan beragam yang akan di tawarkan.
1. Aspek lingkungan
Pada dasarnya, proyek reklamasi yang kenatal dengan aspek lingkungan ini, umumnya bisa
menjadi lebih aman karena konstruksi pengamanan saat proses pembangunannya telah disiapkan
untuk keadaan yang sangat parah, jadi sudah di siapkan sekuat mungkin untuk menghadapi
kondisi terberat seperti terjangan ombak laut, dan maanfaat lainnya adalah mengkonfigurasi
ulang pantai yang terkena abrasi pantai sebelumnya ke bentuk semula.
Dalam aspek ini, reklamasi dapat mengurangi kepadatan yang menumpuk di kota dan
menciptakan wilayah baru yang bebas dari penggusuran karena berada di wilayah yang sudah
disediakan oleh pemerintah dan pengembang.
Reklamasi juga dapat menghindari perluasan daerah kumuh yng tidak tertata dari sebuh kawasan
dan sesuai dengan rencana awal reklamasi itu sendiri.
Reklamasi sendiri merupakan proyek besar untuk pengembangan perkotaan. Kegiatan reklamasi
ini dapat dilaksanakan jika manfaat sosial dan ekonomi yang di peroleh lebih besar dari biaya
sosial ekonominya.
Dari ketiga aspek di atas dapat kita lihat bahwa reklamasi memiliki hal positif yng dapat
memberikan seseuatu yang baru yang tentu akan berdampak positif bagai sebuah perkotaan jika
dilakukan. Namun, kita tidak boleh terlena begitu saja dengan hanya melihat keuntungan
( manfaat ) dari adanya reklamasi tersebut. Selain dampak positif tentu reklamasi memiliki
dampak negatif, karena dari awal kemunculan ide nya saja sudah terdpat banyak pro dan kontra
yang menyelimutinya.
Selanjutnya saya akan membahas tentang dampak negatif dari adanya reklamasi itu sendiri, dan
setelah itu kita akan membandingkan antara dampak positif dan negatif yang ada.
2. Kerugian/ dampak negatif reklamasi
Ternyata dampak dari adanya reklamasi bukan hanya positifnya saja yang terjadi, namun bahkan
dampak negatifnya bisa lebih besar dari positifnya. Maka dari itu saya akan mencoba
menjelaskan dampak negatif yang di timbulkan dari adanya reklamasi ini.
Meningginya permukaan air laut yang disebabkan oleh tambahan berat wiyah baru yang di
reklamasi membuat air di area tersebut menjadi tidak memiliki ruang dan menyebabkan
meluapnya air laut ke daerah sekitar pesisir pantai atau bahkan daerah lainnya yang jaraknya
jauh dari proyek reklamasi tersebut.
Karena kegiatan reklamasi tersebut, sesuai lanjutan dari poin pertama bahwa permukaan air yang
meninggi tersebut akan meluap ke daerah-daerah penduduk di sekitar pesisir pantai dan justru
akan menggenangi daerah tersebut atau bahkan menghilangkan permukiman penduduk di sekitar
pantai. Karena sifat air yang memenuhi ruang
Hilangnya ekosistem
Proyek reklamasi ini ternyata bisa di katakan sebagai proyek jahat dan egois. Saya mengatakan
seperti itu karena, tanpa kita sadari proyek ini telah banyak membunuh ekosistem di pantai dan
laut, seperti hutan-hutan bakau yang alami yang di ciptakan oleh tuhan secara langsung atau
memlalui masyarkat pesisir pantai yang mulanya bertujuan untuk mencega abrasi pantai menjadi
tidk ada lagi.
Musnahnya ekosistem tersebut akan berdampak kepada kelestasian flora dan fauna yang hidup di
sekitar pantai dan laut.
Bahkan lebih parahnya lagi hal tersebut dapat mempengaruhi perubahan cuaca serta kerusakan di
bumi.
1. Pencemaran lingkungan
Kegiatan reklamasi dan aktivitas di dalamnya tentu sangat berpengaruh terhadap pencemaran.
Kenapa?? Karena dalam proses reklamasi tersebut banyak sekali menggunalan bahan-bahan
kimia yang bisa dikatakan tidak ramah dengan lingkungan pantai dai air laut, contohnya semen,
cat, besi-besi, dan lain sebagainya. Ketika hal ini terjadi pencemaran yang pertam terjadi adalah
di laut. Populasi ikan bahkan dapat terbunuh dan berkurang, menyebabkan jenis ikan menjadi
berkurang, bahkan, alat-alat berat yang ada untuk reklamasi dapat menghancurkan terumbu
karang yang sejatinya menjadi rumah bagi banyak spesies binatang di air. Selanjutnya merubah
warna air laut yang jenih menjadi keruh. Tentu ketika kita menyadari ini hal tersebut sudah sia-
sia karena sekarang yang akan kita dapat adalah lautan yang kotor dan tak berpenghuni.
Dari keuntungan dan kerugian yang ada di atas tersebut saya akan mencoba mengaitaikan
dengan isu yang terjadi di teluk jakarta.
1. berbicara tentang dampak positif dari aspek ekonomi terkait reklamasi teluk jakarta
saya rasa hampir tidak ada dampak positif bagi perekonomi masyarakat sekitar yang ditimbulkan
dari adanya reklamasi. Kenapa? Karena menurut saya;
kesenjangan di daerah pantai akan semakin tinggi karena kita ketahui reklamasi
dilakukan untuk membuat bangunan-bangunan mewah seperti apartemen dan sebagainya
dan kita ketahui juga bahwa masyarakat yang tinggal di pesisir pantai merupakan
masyarakat dengan kelas ekonomi menengah;
1. pembangunan proyek reklamasi ini juga ternyata berpotensi mengganggu PLTU muara
karang, PLTU priok, PLTGU muara tawar. Pembangkit listrik tersebut yang saya ketahui
adalah pemasok listrik terbesar se-jakarta dn sekitarnya. Bayangkan apa yang akan terjadi
jika terjadi gangguan pada pembangkit listrik tersebut yang disebabkan oleh kegiatan
reklamasi tersebut, mengingat listrik adalah salah satu energi yang paling dibutuhkan
untuk menggerakkan input dalam perekonomian. Dapat dibayangkan bukan?
2. Berbicara tentang dampak positif dari aspek lingkungan terkait reklamasi teluk jakarta
Saya rasa juga hampir tidak ada dampak positif bagi lingkungan masyarakat sekitar yang
ditimbulkan dari adanya reklamasi tersebut. Kenapa? Karena menurut saya;
1. kita ketahui bahwa pembangunan reklamasi pantai menyebabkan kenaikan permukaan air
laut. Sesuai dengan sifat air yang menempati ruang, luapan permukaan air laut yang
mingkat akan bergeser ke daerah permukiman penduduk di pesisir pantai, alhasil, daerah
yang semula bisa dijadikan tempat tinggal oleh nelayan dan sebagainya menjadi
tergenang oleh luapan air laut dan menyebabkan daerah tersebut tidak bisa di huni
kembali;
2. pembangunan proyek reklamasi tersebut memiliki kemungkinan yang besar untuk
merusak ekosistem hutan bakau yang ada di sekitar bibir pantai dan daerah sekitar pantai,
karena hutan bakau yang semula di buat untuk mencegah abrasi terancam dihilangkan
karena ada proses reklamasi tersebut. Hubungannya? Hubungannya adalah proyek
reklamasi tersebut membutuhkan lahan yang luas untuk proses pengerjaannya, tidak
hanya di daerah lautnya saja yang menjadi proyek namun daerah pesisir pantai tentu juga
akan terkena dampaknya, dan hutan bakau tersebut berada di daerah pesisir pantai.
Karena bagaimana bisa mereka mebawa bahan-bahan seperti alat berat dan bahan kimia
pendukung laiinya menuju laut jika tidak lewat pantai dan membangun akses jalan
menuju daerah proyek di tengah laut jika tidak lewat pantai? Jika ada yang bertanya
bahwa bukankah bisa menggunakan kapal? Jawabannya ya memang bisa, tapi perlu di
ingat, daerah pantai merupakan perairan dangkal, apa mungkin kapal besar bisa
melaluinya? Tentu tidak. Dan lebih tidak mungkin lagi ngenagkut crane yang beratnya
hampir 10 ton dengan perahu nelayan Haha..
sekali lagi fakta menunjukan bahwa reklamasi di teluk jakarta telah merusak ekosistem
satwa di pulau seribu. Dari yang saya ketahu populasi elang di sana telah berkurang
akibat tidak adanya lagi ketersediaan makanan di laut untuk elang sehingga populasninya
menurun yang diakibatkan elang-elang tersebut bermigrasi mencari tempat baru untuk
hidup. Luar biasa bukan?
3. Berbicara tentang dampak positif dari aspek sosial dan budaya terkait reklamasi terluk
jakarta
Kembali lagi, saya rasa tidak hampir tidak ada hal positif yang diberikan secara signifikan
terkait reklamasi teluk jakarta. Karena dengan alasan untuk mengurangi kepadatan yang terjadi
di kota itu sama sekali tidak rasional. Kenapa? Kerena menurut saya, jika difikir secara logis,
kemana masyarakat akan pergi untuk mencari hibuaran, pekerjaan, dan sebagainya untuk pemuas
kebutuhan hidup mereka? Jawaban yang paling utama adalah pergi ke pusat kota.
Dari beberapa poin pendapat tentang dampak keberadaan proyek reklamasi di teluk jakarta dapat
dilihat bahwa sesungguhnya pengadaan proyek reklamasi tersebut tidak memberikan dampak
ekonomi yang baik bagi masyarakat yang tinggal di sekitar pantai dan ekosistem yang hidup di
daerah pesisir pantai maupun di laut itu sendiri. Memang ada dampak positifnya, namun lebih
besar dampak negatif yang akan di timbulkan. Harus ada studi kelayakan lebih lanjut mengenai
proyek reklamasi ini.
Setelah semua ini, timbul pertanyaan “ kenapa bisa reklamasi yang bertujuan untuk kemakmuran
ini malah justru menyengsarakan, lebih banyak dampak negatif yang ditimbulkan daripada
dampak positifnya? “, jawabannya ya tentu bisa jika kejadiannya seperti ini. Pertanyaan
selanjutnya “ apa yang menyebabkannya ? “, nah, jawabannya kembali lagi kepada jawaban dari
pertanyaan pertama karena hal negatif yang di timbulakan lebih besar dari pada hal positifnya
jika dilihat melalui aspek ekonomi, lingkungan, dan sosial dan budaya. Namun, selain hal itu
ternyata ada hal lain yang juga menjadi penyebabnya. Saya akan coba menjelaskan hal lain
tersebut.
Salah satu masalah yang menjadi pro dan kontra tentang keberadaan proyek reklamasi ini adalah
soal perizinan pembangunan kawasan di mana terdapat kurang lebih 49 permohonan izin
reklamasi di indonesia, namun kementrian kelautan dan perikan baru menindak lanjuti 3
perizinan yaitu; reklamasi si carap, sumatera selatan; teluk benoa, bali; dan teluk jakarta,
kepulauan seribu. Namun, kementrian kelautan dan perikan baru hanya meng-acc 1 izin
reklamasi yang telah memenuhi persyaratan yaitu reklamasi di carap, sumatera selatan. Itu
berarti reklamasi yang ada di teluk jakarta, kepulauan seribu, jakarta, masih belum memiliki izin
untuk mengoperasikan proyek reklamasi tersebut, namun pada kenyataannya, proyek reklamasi
tersebut statusnya pembangunannya sudah berlangsung. Kenpa bisa? Karena reklamasi teluk
jakarta berada di kawasan dki jakarta, itu berarti pemprov dki jakarta memiliki kendali besar
untuk menjalankan proyek reklamasi ini, tertuang dalam KEPRES NO.52 TAHUN 1995
Tentang Pengelolaan Kawasan Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil dan Turunan PERRES NO. 122
TAHUN 2012 perihal izin lokasi reklamasi yang manyatakan bahwa, yang berwenang memberi
izin reklamasi adalah gubernur, namun melalui rekomendasi kementrian kelautan dan perikanan
dan kementrian lingkungan hidup dan hutan. Namun, sejauh ini, gubernur dki jakarta saat ini
yang kerap di sapa ahok itu tidak melakukannya, sehingga dapat menyebabkan banyak kerugian
bagi banyak pihak.
Hal tersebut lah yang membuat permasalah semakin kompleks, ketidaksinkronan antara pemprov
dki jakarta dengan kementrian terkait menjadikan mereka saling bertolak belakang. Namun
menurut saya memang apa yang dilakukan pemprov dki jakarta sedikit cacat hukum, mereka
langsung melakukan reklamasi tanpa melakukan AMDAL dan mendiskusikan proyek reklamasi
ini kepada kementrian yang terkait. Tentu itu adalah hal yang kurang tepat bagi seorang
pimppinan provinsi, walaupun memang ia berhak atas izin yang diberikannya untuk reklamasi
tersebut, namun sekali lagi, kementrian yang terkait perlu diajak berdiskusi untuk membahas hal
seperti ini.
Jangan sampai proyek ini menjadi salah tujuan, yang awalnya tujukan untuk kesejahteraan
masyarakat namun malah justru proyek ini hanya akan membawa keuntungan kepada beberapa
pihak saja. Menurut saya, pemprov dki jakarta harus duduk bersama dengan kementrian terkait
untuk membahas proyek reklamasi ini lebih lanjut lagi, karena higga sekarang masih proyek
tersebut masih memiliki banyak kerugian yang disebabkannya yang berdampak buruk bagi
banyak hal disekitarnya. Pemprov dki jakarta dan kementrian terkait harus dapat bersinergi
dalam membangun daerah tanpa menciderai nilai-nilai persatuan dan menjunjung tinggi nilai-
nilai pancasila. Dan sekali lagi, tujuan proyek ini harus sesuai dengan tujuan awal, bahwa proyek
ini di bangun untuk memaksimalkan roda perekonomian, perluasan lahan, penataan laha, dan
yang paling penting adalah untuk kesejahteraan masyarakat.
Kesimpulan :
1. Reklamasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk membuat daratan baru di daerah laut
yang dilakukan dengan cara menguruk laut tersebut
2. Di indonesia proyek reklamasi ini sudah berlangsung sejak tahun 1980-an
3. Reklamasi memiiliki tujuan yang mulia, salah satunya untuk kesejahteraan rakyat
4. Reklamasi memiliki dampak positif dan dampak negatif
5. Reklamasi di jakarta sendiri cenderung masih memberikan dampak negatif yang lebih
besar ketimbang dampak positif
6. Reklamasi yang terjadi di teluk jakarta masih memiliki banyak kekurangan salah satunya
izin proyek yang masih belum jelas
7. Reklamasi terkadang menimbulkan “ gesekan “ antara pemprov dengan kementrian yang
terkit. Seperti yang terjadi di jakarta
8. Penyusunan ulang regulasi tentang reklamasi dapat dilakukan sebagai upaya pencegahan
terjadinya “ gesekan “ antara pemprove dan kementrian yang terkait
9. Rapat kerja bersama antara pemperov dan kementrian yang terkait juga dapat dilakukan
untuk mengurangi kesalah pahaman antar kedua lembaga
10. Mengutamakan kesejahteraan rakyat diatas segalanya merupakan salah satu fungsi dari
lembaga pemerintahan itu sendiri
Pembangunan hakekatnya merupakan upaya sadar dan terencana yang diarahkan dengan tujuan
’mulia” yakni meningkatkan kapasitas dan kualitas tatanan kehidupan sosial yang lebih baik
dengan sasaran akhirnya untuk memberikan kemakmuran dan kesejahteraan bagi rakyat.
Wilayah yang memiliki potensi untuk memberikan kesejahteraan tersebut meliputi segala
kekayaan yang ada diperut bumi ini, yakni berupa hutan-tanah-air-beserta isinya.
Namun demikian, sadarkah kita kalau ”rayuan” kesejahteraan atas nama pembangunan itu
seringkali malah jauh dari harapan? Kebijakan pembukaan kawasan hutan skala besar melalui
perkebunan monokultur (sawit) boleh menjadi bukti betapa kebijakan pembangunan disektor ini
telah memberikan sejumlah dampak yang tidak menguntungkan bagi masa depan lingkungan,
maupun terhadap kondisi sosial dan budaya masyarakat kita yang sebagian besar mengandalkan
hidup dan kehidupannya dari hasil sumber daya alam selama ini.
Atas nama pembangunan, hutan-tanah-air sebagai sumber hidup dan kehidupan diambang
kehancuran. Hutan sebagai ”apotik dan supermarket” masyarakat selama ini secara pasti hilang,
karena pembukaan kawasan hutan skala besar tanpa menyisakan sebatang pohon pun seperti
perkebunan sawit sama artinya dengan menghilangkan fungsi hutan. Kebijakan perluasan
perkebunan sawit melalui program pembangunan dalam kenyataannya lebih mengedepankan
aspek keuntungan ekonomi semata, sementara aspek sosial, adat-budaya dan ekologi yang
harusnya mendapatkan tempat teratas yang turut menjadi pertimbangan justru seringkali
”diabaikan”.
Akibatnya, cita-cita pembangunan itu malah kandas dan menyisakan masalah bagi warga. Bila
demikian, pantaskah kebijakan dengan ”rayuan” kesejahteraan tersebut dikatakan sebagai sebuah
pembangunan bila hasilnya bukan malah memberikan kemakmuran, tetapi malah merugikan
masyarakat dan lingkungannya yang harusnya dilindungi oleh Negara (Pemerintah) ?
Dengan demikian, upaya menumbuhkan kesadaran rakyat dengan memahami sejumlah dampak
sebagai akibat dari kebijakan perluasan perkebunan monokultur yang juga sekaligus sebagai
potensi ancaman bagi kehidupan sosial dan ekologi menjadi penting. Ketika rakyat kian kritis
berjuang secara sadar dan berdaulat atas sumber daya alam, maka sesungguhnya negara berhasil
”mencerdaskan” warganya. Sebaliknya, bila warganya hanya menjadi penonton dan bukan tuan
serta hanya bersifat acuh (tidak peduli) terhadap kebijakan pembangunan (tidak memiliki
keinginan untuk berpartisipasi) pengelolaan sumber daya alam misalnya, maka patut
dipertanyakan serta dapat menjadi sebuah refleksi bahwa sesungguhnya negara (pemerintah)
gagal “mencerdaskan” warganya.
Sedikitnya ada sejumlah persoalan yang MENJADI potensi ANCAMAN yang dihadapi terkait
dengan pembukaan kawasan hutan skala besar melalui perkebunan monokultur diantaranya;
Komitmen Pemerintah untuk melakukan ”moratorium” dalam pengelolaan sumber daya alam
khususnya hutan seiring dengan upaya mengurangi dampak dari pemanasan global yang menjadi
pemicu terjadinya perubahan iklim sejatinya baik adanya. Karena dalam dalam tataran realita
dilapangan akumulasi emisi akibat aktifitas manusia telah memberikan pengaruh negatif bagi
sistem sosial budaya, ekologi, produktifitas hasil pertanian warga, maupun hasil tangkapan
perikanan para nelayan.
Ekosistem lahan gambut sangat penting bagi lingkungan hidup karena merupakan penyangga
hidrologi (penyimpan air, pencegah banjir) dan sebagai penyimpan cadangan karbon yang sangat
besar. Gambut merupakan ekosistem penting yang dapat memberikan sumbangan terhadap
kestabilan iklim global. Sebagai kawasan dengan tipe lahan basah, salah satu hal penting dari
lahan gambut dapat mengatur keseimbangan pelepasan air, juga sebagai kawasan sumber flora
dan fauna (sumber daya alam hayati).