Anda di halaman 1dari 24

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam beberapa tahun ke depan Indonesia bakal mendapat bonus

demografi, di mana jumlah usia produktif yang bekerja akan lebih

banyak ketimbang usia penduduk pada umumnya dalam sebuah

populasi negara.

Badan Pusat Statistik (BPS) menyebut Indonesia sebenarnya sudah

mulai memasuki masa bonus demografi sejak 2012, dan pada 2028-

2031 masa bonus demografi akan berada pada puncaknya.

Namun, bonus demografi ini seperti dua sisi mata pisau. Di satu sisi

Indonesia diuntungkan dengan ledakan jumlah penduduk produktif

yang bisa memajukan berbagai sektor dalam negeri tetapi di sisi lain

justru bisa memunculkan masalah baru seperti peningkatan jumlah

pengangguran jika tidak diantisipasi dan ditangani secara tepat.

B. Landasan Pemikiran

Bonus demografi merupakan saat di mana suatu negara memiliki total

jumlah penduduk dengan usia angkatan kerja (usia 15 tahun sampai

usia 65 tahun) lebih banyak daripada jumlah penduduk non angkatan

kerja (0-15 tahun dan 65 tahun keatas). Dalam bonus demografi ini

1
Indonesia memiliki sekitar 70% dari total jumlah penduduk dalam

kategori usia angkatan kerja dan sisanya merupakan usia non produktif.

Total jumlah penduduk angkatan kerja di Indonesia pada tahun 2020-

2030 adalah sekitar 180 juta jiwa, sedangkan jumlah penduduk non

produktif adalah 60 juta jiwa. Ini berarti setiap 10 orang angkatan kerja

akan menanggung sekitar 3-4 orang dengan usia non-produktif. Hal

tersebut menjadi penunjang untuk kemajuan Indonesia karena akan

memacu meningkatnya produktifitas dan hasil yang memadai.

Ini berarti banyaknya penduduk dengan usia yang produktif membuat

beban tanggungan negara akan menipis. Tentunya hal ini akan terjadi

jika bonus demografi yang didapatkan Indonesia dimanfaatkan dengan

baik. Namun jika bonus demografi ini tidak dimanfaatkan dan dikelola

dengan baik maka sebaliknya akan menjadi bencana bagi Indonesia.

Hal ini terjadi karena Indonesia akan memiliki beban negara yang

bertambah sebab SDM yang ada tidak dibina dan dipersiapkan untuk

menghadapi bonus demografi. Beban negara yang dimaksud di sini

adalah banyaknya jumlah pengangguran yang akan muncul menjadi

sebuah persoalan baru di Indonesia.

Kita dapat berkaca pada beberapa negara maju yang berhasil karena

memanfaatkan bonus demografi seperti Jepang, Korea Selatan,

Kanada, dan lainnya. Dari adanya bonus demografi ini, tentunya

2
banyak hal yang harus dipersiapkan pemerintah demi masa depan

Indonesia yang cerah.

Diperkirakan Indonesia akan mendapatkan bonus demografi pada

tahun 2020-2030 dan mencapai puncaknya pada tahun 2030. Dapat

kita ketahui bahwa saat 2030, yang akan menjadi penduduk dengan

usia produktif adalah remaja berumur belasan saat ini. Tentunya hal ini

merupakan kabar baik karena anak-anak berumur belasan ini sedang

giat-giatnya mencoba hal-hal baru dan dapat mempelajari sesuatu

dengan cepat. Tentunya sayang sekali jika anak-anak ini tidak

mendapatkan pembelajaran dan pendidikan yang baik untuk dapat

bersaing di kemudian hari.

Dalam menghadapi bonus demografi ini pemerintah menyediakan

penambahan lapangan kerja untuk menghadapi bonus demografi ini.

Namun dengan adanya lapangan kerja yang melimpah tentunya tidak

akan adil jika kualitas tenaga kerjanya tidak berkualitas.

Untungnya, pemerintah sudah melakukan antisipasi dengan

mengadakan BLK atau Balai Latihan Kerja yang disediakan untuk

menyiapkan SDM yang berkualitas dengan memperoleh pelatihan

vokasi untuk meningkatkan kemampuan dan kompetensi. Pelatihan

tersebut diadakan di perusahaan milik pemerintah atau bahkan

perusahaan milik swasta dengan program magang. Hal ini menjadi

3
penunjang untuk meningkatkan kualitas tenaga kerja yang ada di

Indonesia.

Selain pelatihan vokasi, pemerintah juga merencanakan pemerataan

pendidikan dari tingkat dasar, menengah hingga pendidikan tinggi. Hal

ini dilakukan untuk meminimalisir adanya ketimpangan kesempatan

memperoleh pendidikan yang layak bagi penduduk Indonesia. Untuk

pendidikan tingkat perguruan tinggi, pemerintah menyediakan

beasiswa dari LPDP (Lembaga Pengelola Dana Pendidikan). Hal ini

juga menjadi penunjang bagi kaum muda untu bisa menggali ilmu dan

bisa mengaplikasikannya kembali di negeri sendiri.

Setelah penyediaan fasilitas beasiswa dan pelatihan, penyuluhan

tentang kewirausahaan pun perlu dilakukan untuk membangun

Indonesia yang lebih mandiri. Selain itu tentu banyak hal yang harus

disosialisasikan kepada masyarakat Indonesia agar bisa bersama-

sama siap menghadapi bonus demografi yang akan dialami Indonesia

dalam waktu dekat ini.

4
STRATEGI BKKBN DALAM MENGHADAPI

BONUS DEMOGRAFI

A. Bonus Demografi

Setiap tahun jumlah penduduk di dunia akan terus bertambah.

Kenaikan jumlah penduduk tertinggi biasanya akan terjadi di negara-

negara berkembang, tidak terkecuali Indonesia.

Jumlah penduduk di Indonesia sangat banyak. Sehingga perlu adanya

pendataan secara akurat untuk mengetahui berapa banyak jumlah

penduduk di Indonesia jika dibagi berdasarkan usia, umur, jenis kelamin

dan lainnya.

Hasil pendataan tersebut nantinya akan mempermudah pemerintah

dalam membuat kebijakan-kebijakan terkait dengan pendataan

kependudukan, salah satunya adalah membuat diagram piramida

penduduk. Dengan menggunakan diagram piramida penduduk

tersebut, pemerintah bisa tahu adakah kemungkinan terjadinya bonus

demografi.

Mungkin sebagian besar orang masih asing dengan istilah bonus

demografi. Dari pada bingung, langsung saja berikut ini penjelasan

mengenai pengertian bonus demografi, manfaat, hingga dampaknya.

5
Bonus demografi merupakan suatu keadaan di mana penduduk yang

masuk ke dalam usia produktif jumlahnya lebih banyak dibandingkan

dengan penduduk usia tidak produktif. Usia produktif yang dimaksud

adalah berkisar antara 15 hingga 64 tahun.

Perlu diketahui, bonus demografi dianggap hanya terjadi satu kali di

setiap negara, jadi sudah sepantasnya peristiwa ini dimanfaatkan

dengan sebaik-baiknya.

Banyak negara yang telah berhasil dan terbukti memanfaatkan bonus

demografi dengan maksimal seperti Malaysia, Korea Selatan, Jepang,

dan masih banyak lagi. Salah satu manfaat yang diberikan oleh bonus

demografi adalah, bisa mengubah tingkat perekonomian di sebuah

negara, dari negara berkembang menjadi negara maju.

Hal tersebut bukanlah sesuatu yang tidak mungkin terjadi di Indonesia.

Mengingat, saat ini jumlah penduduk usia produktif lebih banyak

dibandingkan jumlah penduduk usia tidak produktif di Indonesia.

Terdapat beberapa syarat untuk mencapai keuntungan di dalam bonus

demografi, yaitu bisa dimulai dengan melakukan peningkatan

pelayanan kesehatan, kualitas dan kuantitas pendidikan, melakukan

pengendalian jumlah penduduk, dan kebijakan ekonomi demi

mendukung terwujudnya fleksibilitas tenaga kerja.

6
Jika dilihat dari segi kuantitas, jumlah penduduk yang masuk ke dalam

usia produktif sangat banyak. Sehingga hal tersebut harus didukung

dengan tingkat kualitas yang baik untuk setiap individu. Karena jika

tidak, maka banyaknya jumlah penduduk malah akan memberikan

dampak buruk dan akhirnya akan menimbulkan masalah. Oleh karena

itu, sangat diperlukan adanya peningkatan kualitas di segi pendidikan.

Jumlah penduduk usia produktif yang meningkat juga harus didukung

dengan ketersedian lapangan pekerjaan. Hal ini juga menjadi salah

satu syarat wajib dalam mempersiapkan bonus geografi.

Ada banyak cara untuk mewujudkannya, seperti melakukan

peningkatan investasi di dalam negeri. Tujuannya untuk mengundang

investor asing yang berasal dari negara maju, atau memfasilitasi

masyarakat Indonesia untuk menjadi pengusaha.

Selain memberikan keuntungan dan kesempatan bagi negara

berkembang untuk menjadi negara maju dan juga jumlah usia tidak

produktif akan ditanggung oleh usia produktif, namun ternyata bonus

demografi juga bisa menjadi bahaya dan ancaman bagi sebuah negara

jika tidak dipersiapkan dengan baik.

Khususnya dalam mempersiapkan sumber daya manusia yang

nantinya akan menentukan tingkat keberhasilan negara dalam

memanfaatkan peluang bonus demografi ini. Jika tidak memiliki sumber

7
daya manusia yang berkualitas, maka sudah dapat dipastikan saat

memasuki bonus demografi jumlah pengangguran akan semakin

meningkat dan tidak dapat terkendali.

Jumlah pengangguran yang meningkat akan menjadi awal yang buruk

bagi negara yang tidak mampu memanfaatkan bonus demografi.

Sebab, dari hal itu bisa berdampak ke berbagai aspek kehidupan.

Dampak buruk bonus demografi misalnya: berkurangnya pendapatan

sebagai akibat dari ketidakseimbangan antara kualitas sumber daya

manusia dengan standar kualifikasi yang diperlukan, meningkatkan

jumlah kemiskinan hingga akhirnya memberikan pengaruh buruk

kepada pendidikan, hingga ekonomi dan kesehatan.

B. Strategi Pemerintah Dalam Menghadapi Bonus Demografi

Tidak sebandingnya pertumbuhan lapangan pekerjaan yang ada

dengan pertumbuhan tenaga kerja, menjadikan faktor wirausaha

menjadi alternatif yang bisa dilakukan untuk menghadapi bonus

demografi ini. Secara umum penulis mengemukakan empat langkah

strategis yang bisa dilakukan untuk menghadapi bonus demografi

tersebut.

Langkah yang pertama adalah optimalisasi sekolah-sekolah kejuruan.

Jumlah sekolah kejuruan harus ditingkatkan secara signifikan baik

8
kuantitas maupun kualitasnya. Sekolah kejuruan harus mampu

menghasilkan tenaga kerja siap pakai bukan lagi siap latih. SMK harus

memiliki peralatan yang lengkap dan mutakhir sehingga lulusan SMK

tidak lagi canggung ketika masuk dalam dunia usaha dan insdustri.

Sangat disayangkan tamatan SMK, tetapi kurang memiliki skill yang

memadai dikarenakan sekolahnya kekurangan bahan dan peralatan

praktek. Percuma langkah memperbanyak SMK jika SMK yang

didirikan tidak diikuti dengan peralatan yang baik dan lengkap.

Untuk belajar praktek walau bagaimanapun tidak bisa dilakukan dengan

menjelaskan semata. Apalagi jika praktek dengan menggunakan

peralatan yang justeru sekarang tidak ada lagi dipasaran (alat yang

model lama) tentu tamatan SMK tidak akan percaya diri bersaing dalam

memperebutkan peluang kerja.

Langkah kedua adalah mendirikan atau mengoptimalisasikan Balai

Latihan Keterampilan (BLK). Setiap kabupaten minimal memiliki satu

BLK yang lengkap dan kompetitif. Masyarakat bisa mengikuti

pendidikan di BLK sampai mereka terampil untuk satu bidang

pekerjaan, sehingga dengan keterampilan itu mereka bisa menciptakan

usaha secara mandiri atau berwirausaha.

Latihan keterampilan yang diajarkan tentunya disesuaikan dengan

kearifan lokal masing-masing daerah, sehingga peluang mencari kerja

9
atau peluang menciptakan kerja tidak lagi perlu ber-imigrasi ke kota

ataupun ke daerah lain.

Langkah ketiga adalah pengenalan kewirausahaan di sekolah sekolah

umum. Memasukkan mata pelajaran kewirausahaan dalam kurikulum

(lokal maupun nasional) bisa dilakukan agar minat menjadi seorang

wirausaha bisa dipicu sejak dini.

Pelajaran kewirausahaan tidak hanya sebatas teoretis saja, melainkan

membekali peserta didik untuk menjadi entrepreneur muda yang bisa

bersaing. Perlombaan program wirausaha antar peserta didik mulai di

tingkat sekolah, kecamatan, kabupaten, provinsi bahkan nasional bisa

diintensifkan untuk menggairahkan langkah ini.

Langkah ke empat adalah memberikan bantuan atau pinjaman modal

dari pemerintah dan pihak lainnya. Pembukaan usaha baru banyak

terkendala dengan tidak adanya dana. Program pemerintah, baik pusat

maupun daerah bisa lebih ditingkatkan untuk membantu usaha kecil

menengah bagi para entrepreneur muda.

Lebih jauh, Langkah praktis dan strategis yang dapat diterapkan

pemerintah adalah dengan memposisikan pemerintah daerah sebagai

garda terdepan untuk mengantisipasi beberapa resiko yang muncul dari

kenyataan adanya bonus demografi.

10
Pengendalian kependudukan diserahkan ke pemerintah daerah.

Karena itu perlu ada desain besar pengendalian kependudukan. Bila

desain besar pengendalian kependudukan sudah ada, maka

Kementerian Dalam Negeri yang akan memberikan panduan kepada

pemerintah daerah. Hadi berharap pembangunan keluarga dan

pengendalian kependudukan bisa dimasukkan dalam salah satu

indikator capaian kinerja pemerintah.

C. Strategi BKKBN Dalam Menghadapi Bonus Demografi

Pengertian dasar untuk memahami bonus demografi adalah kondisi

komposisi penduduk usia produktif (15-64 tahun) lebih besar

dibandingkan dengan penduduk usia non produktif (dibawah 15 dan

diatas 65 tahun) dalam rentangan waktu tertentu. Hal ini menjadi

sebuah peluang sekaligus tantangan dalam meningkatkan

kesejahteraan penduduk. Nyatanya fenomena ini akan menimbulkan

beragam masalah pada komponen-komponen struktur penduduk

diantaranya yaitu jumlah penduduk, pertumbuhan penduduk, komposisi

penduduk, persebaran penduduk, kualitas penduduk, kondisi

kesejahteraan penduduk, kondisi politik, ekonomi, pendidikan,

kesehatan, sosial, budaya, agama dan juga lingkungan. Langkah

pertama untuk menyiapkan diri menghadapi bonus demografi adalah

salah satunya lewat peningkatan kualitas keluarga. Diantaranya

peningkatan mutu pendidikan anak, program keluarga berencana,

11
diadakannya kampung KB untuk menekan jumlah fertilitas di

lingkungan masyarakat miskin, peningkatan kualitas pertumbuhan dan

perkembangan anak dan ibu lewat lembaga-lembaga kesehatan,

pengendalian mortality rate, serta maternal mortality rate. Sehingga

nantinya tercipta generasi bangsa yang siap, berkualitas, dan mampu

membangun bangsa.

Keluarga merupakan tempat pertam untuk melahirkan generasi bangsa

yang baik. Untuk melahirkan generasi yang baik maka diperlukan

kehidupan yang baik pula dari keluarga tersebut. Salah satu usaha

yang dilakukan oleh pemerintah adalah dengan mengadakan program

KB (keluarga berencana). BKKBN berusaha memberikan penyuluhan

dan sosialisasi yang maksimal untuk setiap keluarga guna menekan

angka kelahiran, mengatur kelahiran dan meningkatkan kualitas

sumber daya manusia. Nantinya setiap eluarga mampu

memaksimalkan anggota keluarga yang ada khususnya usia produktif

agar mampun memanfaatkan potensi yang ada yang nanti dapat

membantu meningkatkan kesejahteraan keluarga. Selain itu BKKBN

juga berusaha untuk memperhatikan kesehatan dari setiap keluarga.

Sebab kesehatan juga berpengaruh terhadap pertumbuhan dan

perkembangan yang baik pada anak dan keluarga. Saat seluruh

anggota keluarga sehat, maka mereka mampu memaksimalkan potensi

mereka dengan baik.

12
Perhatian terhadap agar setiap anak dilahirkan berkualitas, termasuk

memperhatikan perkembangan dan pertumbuhan anak di 1000 hari

pertama kehidupan, 270 hari saat masih di kandungan, dan 730 hari

minum air susu ibu. Hal ini bertujuan agar orangtua cerdas dalam

mengurus buah hati mulai dari kebutuhan gizi hingga stimulus

perkembangannya.

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan

Perencanaan Pembangunan Nasional Bambang Brodjonegoro

menyatakan penduduk harus dianggap sebagai aset dan sumber daya

manusia tidak bisa hanya dilihat sekadar kuantitasnya saja.

Bambang mengatakan dari 250 juta penduduk Indonesia saat ini, yang

termasuk kelas menengah sebanyak 60 juta. Bila bonus demografi bisa

dipetik, persentase tersebut akan bisa diperbaiki sehingga ketika jumlah

penduduk Indonesia mencapai 320 juta, kelas menengah sebanyak 250

juta. Karena itu, Bambang mengatakan BKKBN harus mulai menyusun

strategi. Jangan hanya mengampanyekan program keluarga

berencana dengan jargon "Dua Anak Cukup", tetapi harus dipastikan

anak-anak yang dilahirkan bisa menjadi sumber daya manusia yang

berkualitas. Yang harus dipikirkan adalah pengendalian jumlah

penduduk dengan mengedepankan kualitas. Dan itu bukan hanya

urusan BKKBN saja. BKKBN bertugas mengendalikan jumlah

penduduk mulai dari seseorang lahir sampai dengan membangun

13
keluarga. Menurut dia, harus ada lembaga yang memegang komando

untuk memastikan kesejahteraan anak pada 1.000 hari pertama,

tambahnya. Kalau tidak ditangani dengan baik, sangat mungkin akan

terjadi anak bertubuh kerdil atau stunting. Kalau stunting terjadi,

akibatnya hanya bisa dikurangi tetapi tidak akan membuat generasi

yang produktivitas dan prestasinya tinggi. Bambang mengatakan

manusia berbeda dengan mobil yang bila ada masalah bisa direparasi,

dibongkar mesin-mesinnya, bahkan ditarik dari peredaran untuk

digantikan dengan mobil yang lebih baik. Karena itu, pencegahan anak

bertubuh kerdil harus dilakukan sejak dari pasangan suami istri

merencanakan membangun sebuah keluarga dan melahirkan anak-

anaknya.

Pelaksanaan program KB awalnya berpusat pada klinik-klinik dan

rumah-rumah sakit. Setelah program KB dinilai penting untuk

kesehatan dan kesejahteraan keluarga, keikutsertaan masyarakat terus

digalakkan dan meluas diberbagai klinik dan rumah sakit. Melihat

jumlah penduduk yang terus meningkat serta peserta KB yang

menurun, awal tahun 2014 BKKBN berkoordinasi dengan BPJS terkait

program keluarga berencana.

BPJS kesehatan bergerak pada demand side (akses jaminan)

sementara Kementrian Kesehatan dan BKKBN pada supply

side (penyedia provider, alat kontrasepsi). Selain itu, kampanye “DUA

14
ANAK CUKUP” terus digaungkan untuk mengganti slogan “BANYAK

ANAK BANYAK REZEKI”. Tidak hanya kampanye, pemerintah juga

menyediakan sarana-sarana keluarga berencana serta peningkatan

pengetahuan, sikap dan praktek keluarga berencana. Biasanya hanya

daerah perkotaan atau yang memiliki akses yang lebih peduli terhadap

program KB.

Tidak hanya itu, usaha terus dilakukan untuk meninggkatkan kualitas

keluarga dengan didirikannya KAMPUNG KB, ini bertujuan mengurangi

secara signifikan angka putus sertaan dalam program KB. Kampong KB

sendiri bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat di

tingkat kampong atau yang setara melalui program

kependudukan,keluarga berencana dan pembangunan keluarga.

Monitoring dan evaluasi akan dilakukan setiap tiga bulan atau per-enam

bulan maupun pertahun, sehingga data-data dapat lebih akurat dan

dengan adanya kampong KB dapat mengevaluasi apa saja yang

dilakukan kedepannya sebelum bonus demografi di Tahun 2020.

Bangsa Indonesia juga menghadapi masalah penduduk yang berusia

60 tahun ke atas atau lanjut usia (lansia) diperkirakan meningkat

menjadi 80 juta pada tahun 2030, atau naik 23-24 persen. Oleh karena

itu, BKKBN perlu meluncurkan program Bina Keluarga Lansia (BKL)

yang bertujuan untuk meningkatkan kualitas hidup para lansia.

15
Kegiatan yang dilakukan antara lain penyuluhan, kunjungan rumah,

rujukan dan pencatatan serta pelaporan.

Hal yang sangat mempengaruhi masalah demografi juga terjadi karena

masuknya budaya asing bagi generasi remaja yang menjadi tantangan

keluarga berkualitas. Tapi hal ini dapat dikurangi dengan

pendampingan keluarga pada anak. BKKBN juga mengajak seluruh

keluarga untuk melakukan tiga hal penting, Pertama, memperkuat

kembali fungsi keluarga dari segi agama, pendidikan, cinta kasih,

perlindungan, reproduksi, sosial budaya, ekonomi dan

lingkungan; Kedua, menata kembali manajeman keluarga dimulai dari

kapan menikah, kapan punya anak, jumlah anak dan kapan berhenti

melahirkan; dan Ketiga, meningkatkan kualitas penduduk dan keluarga

melalui program Kependudukan, Keluarga Berencana dan

Pembangunan Keluarga.

Secara sederhana, persiapan untuk menyambut momen emas itu harus

dimulai dengan memperkuat dan meningkatkan kualitas sumber daya

manusia demi mendorong pertumbuhan ekonomi sebelum rasio

ketergantungan meningkat.

Indonesia dengan jumlah penduduk usia remaja mencapai 35,32

persen (SP 2010) atau mencapai 90 jita jiwa lebih. Dalam menyonsong

bonus demografi, ada tiga hal penting yang perlu dipersiapkan generasi

muda, kata Rusman Efendi kepada wartawan di Bengkulu baru ini.

16
Ada tiga langkah penting yang perlu dipersiapkan remaja dalam

menghadapi bonus demografi pada era industri 4.0, yaitu remaja perlu

belajar untuk meningkatkan intelegensia, belajar berorganisasi untuk

meningkatkan kemampuan leadership serta harus belajar

bersosialisasi untuk memperluas kemampuan dalam berbagai kegiatan

positif, ujarnya.

Saat ini Indonesia menikmati bonus demografi karena penurunan

fertilitas, yang terjadi akibat adanya transisi demografi. Yaitu penurunan

tingkat kematian (mortality) yang diikuti oleh penurunan tingkat fertilitas

(fertility). Juga pengaruh faktor migrasi (in-out). Dan terjadi akibat

terjadinya penurunan rasio ketergantungan (dependency ratio), karena

jumlah penduduk usia tidak produktif (0-14 dan 60+) lebih rendah

dibandingkan penduduk usia produktif (15-59 tahun).

Untuk menyonsong bonus demografi itu, tak kalah penting remaja perlu

dibekali dengan berbagai keterampilan, keterampilan hard skill, soft skill

dan life skill. Hard skill, adalah kemampuan yang bersifat teknis

pekerjaan, seperti penguasaan bahasa asing, teknologi dan

kemampuan akademis, yang mutlak diperlukan sebagai prasyarat

masuk dunia kerja.

Soft skill adalah yang berkaitan dengan kecerdasan emosional, sifat

kepribadian, keterampilan sosial, komunikasi, berbahasa, kebiasaan

17
pribadi, keramahan dan optimisme yang mencirikan kemampuan

seseorang dalam berhubungan dengan orang lain.

Dan, life skill dimana kemampuan untuk berperilaku yang adaptif dan

positif. Yang membuat seseorang dapat menyelesaikan kebutuhan,

tantangan dengan efektif. Dengan demikian maka remaja dapat hadir

menjadi generasi emas dan pelaku dalam bonus demografi,

tambahnya.

Mempersiapkan generasi emas, diawali dengan perencanaan remaja,

pernikahan yang tersencana, aktif bersosial masyarakat, menrapkan

pola hidup sehat, berpendidikan formal yang tinggi, serta berkerja yang

kompetitif, sehingga mampu menjadi generasi yang siap menghadapi

bonus demografi era industri 4.0 dan society 5.0

18
PENUTUP

Semakin hari, bonus demografi tersebut akan semakin mendekat, oleh

karena itu perlu usaha nyata agar bonus tersebut memberikan keuntungan

bagi bangsa Indonesia. Ketidaksiapan memperoleh bonus demografi bisa

menyebabkan masalah yang besar. Jangan sampai karena tidak adanya

persiapan bonus yang didapat tidak menjadi untung, malah buntung.

Pembangunan ekonomi sudah layakna dinikmati setiap warna Negara

tanpa terkecuali. Seperti yang sudah dijelaskan diawal bahwasannya bonus

demografi haruslah dimanfaatkan dengan baik, jika tidak justru

kesempatan baik yang akan didapat hanyalah angan-angan semata bahkan

justru akan menimbulkan ketimpangan disegala komponen. Salah satu

cara melihat ketimpangan yang terjadi adalah dengan melihatnya lewat

ruang lingkup keluarga. Salah satu hal yang memperburuk perekonomian

keluarga adalah saat keluarga tersebut memiliki banyak anak karena hal ini

akan menyebabkan keluarga terseut harus bekerja lebih keras hanya untuk

mempunyai pendapatan perkapita tertentu disbanding dengan keluarga

lain yang hanya memiliki anak lebih sedikit.

Akibatnya, keluarga dengan jumlah anak yang banyak perlu membagi

sumberdaya yang ada dengan anggota keluarga yang lain untuk memenuhi

kualitas kehidupannya. Tidak dapat dipungkiri, keluarga miskin cenderung

19
memiliki jumlah anak yang lebih banyak jika dibandingkan dengan keluarga

non miskin. Hal ini berdampak pada sulitnya keluarga miskin untuk

meningkatkan kesejahteraan mereka. Kondisi ini pula yang menyebabkan

ketimpangan antarmasyarakat semakin tinggi.

20
DAFTAR PUSTAKA

Astrid Savitri, Bonus Demografi 2030: Menjawab Tantangan serta Peluang

Edukasi 4.0 dan Revolusi Bisnis 4.0, Penerbit Genesis, Jakarta, 2020

https://rohultoday.id/langkah-strategis-menghadapi-bonus-demografi

https://mediaindonesia.com/humaniora/289552/hadapi-bonus-demografi-

ini-upaya-bkkbn

http://jabar.bkkbn.go.id/?p=1540

https://www.goodnewsfromindonesia.id/2018/12/12/bagaimana-kesiapan-

indonesia-dalam-menghadapi-bonus-demografi

https://www.suara.com/tekno/2020/12/13/151144/pengertian-bonus-

demografi-manfaat-hingga-dampaknya?page=all

http://bengkulu.bkkbn.go.id/?p=1574

21
STRATEGI BKKBN DALAM MENGHADAPI BONUS DEMOGRAFI

(MAKALAH)

Diajukan untuk memenuhi syarat pengajuan


angka kredit penyuluh KB

Disusun oleh:

KURNIADI
NIP. 19720702 200701 1 014

BKKBN PERWAKILAN JAWA BARAT


KOTA TASIKMALAYA
2022

22
KATA PENGANTAR

Berdasarkan data BKKBN, Indonesia akan memperoleh bonus

demografi pada tahun 2020-2030, yaitu jumlah usia produktif (15-64

tahun) mencapai 70 persen. Usia tidak produktif (dibawah 15 tahun

dan di atas 64 tahun) hanya berjumlah 30 persen.

Pada rentangan tahun tersebut diperkirakan jumlah penduduk usia

produktif mencapai angka 180 juta jiwa sementara usia tidak produktif

sekitar 60 juta jiwa. Angka ini menunjukkan bahwa 10 orang usia

produktif hanya akan menanggung 3-4 orang usia tidak produktif.

Bonus demografi yang akan didapatkan Indonesia pada 3-13 tahun

yang akan datang tentunya akan memiliki dampak positif jika dikelola

dengan baik. Sebaliknya, jika bonus demografi ini tidak mampu

dikelola, maka akan mendatangkan masalah yang sangat besar bagi

bangsa Indonesia. Tingginya angka usia produktif mengharuskan

tersedianya lapangan pekerjaan, pendidikan dan juga kesehatan.

Dengan demikian, perlu adanya strategi khusus yang implementatif

dalam rangka menjadikan bonus demografi ini menjadi bonus

kesejahteraan bagi bangsa Indonesia.

Dalam makalah ini akan diuraikan beberapa program strategis dari

pemerintah secara umum dan BKKBN secara khusus dalam

menghadapi bonus demografi tersebut.

i
23
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................... i

DAFTAR ISI ............................................................................................ ii

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1

B. Landasan Pemikiran .......................................................................... 1

STRATEGI BKKBN DALAM MENGHADAPI BONUS DEMOGRAFI

A. Bonus Demografi ............................................................................... 5

B. Strategi Pemerintah Dalam Menghadapi Bonus Demografi ............... 8

C. Strategi BKKBN Dalam Menghadapi Bonus Demografi ..................... 11

PENUTUP .............................................................................................. 20

DAFTAR PUSTAKA ............................................................................... 22

ii
24

Anda mungkin juga menyukai