Anda di halaman 1dari 21

ANALISIS FEMINISME PADA NOVEL LAYAR TERKEMBANG

KARYA SUTAN TAKDIR ALISJAHBANA

MAKALAH ILMIAH

Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah kajian semantik yang

diampu oleh Winka Nadia, M.pd.

Disusun oleh :

Amni Nur Manzilina

19213017

PBSI 3’A

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA DAN SASTRA INDONESIA

FAKULTAS SOSIAL BAHASA DAN SASTRA

INSTIUT PENDIDIKAN INDONESIA

2022
Kata Pengantar

Semantik adalah cabang linguistik yang mempelajari makna / arti yang


terkandung dalam bahasa, kode, atau jenis lain dari representasi. Dengan kata lain,
semantik adalah studi tentang makna. Semantik biasanya berhubungan dengan dua
aspek lain: sintaks, pembentukan simbol kompleks dari simbol yang lebih sederhana,
dan pragmatis, penggunaan praktis simbol oleh rakyat dalam konteks tertentu.

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Allah SWT atas rahmat dan hidayah-
Nya, penulis bisa menyelesaikan karya ilmiah yang berjudul "Analisis Feminisme
pada Novel Layar Terkembang Karya Sutan Takdir Alisjahbana."Tidak lupa penulis
mengucapkan terima kasih kepada Ibu Winka Naida dosen mata kuliah semantik
dan Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada teman-teman seperjuangan.

Penulis menyadari ada kekurangan pada karya ilmiah ini, oleh sebab itu saran
da kritik senantiasa diharapkan demi perbaikan karya ilmiah ini. Penulis hanya dapat
berusaha semaksimal yang penulis bias dan hasilnya penulis sandarkan kepada Allah
Swt, yang Maha Mengetahui dan Maha Besar, penulis memohon segala petunjuk dan
bimbingan.

Garut, 20 Juni 2022

Amni Nur Manzilina


ABSTRAK

Amni Nur Manzilina, 19213017. 2022. “Analisis Feminisme Pada Novel Layar
Terkembang Karya Sutan Takdir Alisjahbana”.

Dosen Pengampu : Winka Naida, M. Pd.

Penelitian ini berkaitan denga sastra, permasalahan yang ada tidak terbatas
pada keterlibatan perempuan di dalam dunia penciptaan, kritik dan sebagai
penikmat saja, tetapi yang tidak kalah penting adalah bagimana sosok
perempuan dipresentasikan di dalam sebuah teks karya sastra. Tulisan ini
mencoba melihat bagimana citra perempuan dalam novel layar
terkembang.  Masalah dalam penelitian ini adalah bagimana citra perempuan
dalam novel layar terkembang   Karya sutan takdir alisjahbana. Penelitian ini
bertujuan untuk mendeksripsikan citra perempuan yang ditampilkan
dalam layar terkembang. Berdasarkan hasil penelitian, menunjukan bahwa citra
perempuan yang ditampilkan  oleh tokoh tuti dan maria yaitu citra perempuan
sebagai pekerja, citra perempuan dalam kelas sosial, citra perempuan sebagai
diri, citra perempuan sebagai pembawa keturunan, dan citra perempuan dalam
konteks budaya.

Kata Kunci : Citra Perempuan, Kritif Feminis, Novel.


DAFTAR ISI
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Karya Sastra adalah penciptaan disampaikan kepada komunikatif


tentang maksud penulis untuk tujuan estetika. Karya-karya ini sering
mengatakan, baik di pertama atau ketiga orang, dengan plot dan melalui
penggunaan berbagai perangkat sastra yang berhubungan dengan waktu
mereka.

Ada beberapa fungsi sastra, salah satunya disampaikan oleh amriyan


Sukandi adalah untuk mengkomunikasikan ide-ide dan menyalurkan pikiran
dan perasaan dari pembuat estetika manusia. Gagasan itu disampaikan melalui
mandat yang umumnya ada dalam literatur.

Selain ide, dalam literatur ada juga deskripsi peristiwa, gambar psikologis,
dan pemecahan masalah jangkauan dinamis. Hal ini dapat menjadi sumber ide
dan inspirasi bagi pembaca. Konflik dan tragedi yang digambarkan dalam
karya sastra untuk memberikan kesadaran kepada pembaca bahwa ini bisa
terjadi dalam kehidupan nyata dan dialami langsung oleh pembaca.

Kesadaran yang membentuk semacam kesiapan batin untuk mengatasi


kondisi sosial yang berlaku dalam masyarakat. Sastra juga berguna untuk
pembaca sebagai media hiburan.

Karya sastra dapat disebut sebagai berperspektif feminis jika ia


mempertanyakan relasi jender yang timpang dan mempromosikan terciptanya
tatanan sosial yang lebih seimbang antara perempuan dan laki-laki. Tetapi
tidak semua teks tentang perempuan adalah teks feminis. Demikian juga
analisis tentang penulis perempuan tidak selalu bersifat feminis jika ia tidak
mempertanyakan proses penulisan yang berkenaan dengan dengan relasi
gender dan perombakan tatanan sosial.

Feminisme bukanlah monopoli perempuan, seperti patriarki bukanlah


monopoli laki-laki. Meneliti penulis laki-laki dan mencoba menganalisis relasi
gender dan mempertanyakan tatanan sosial yang direfleksikan atau tidak
direfleksikan atau dimis-refleksikan di dalamnya adalah analisis yang bersifat
feminis sepanjang analasis itu diarahkan kepada tatanan relasi kekuatan antara
laki-laki dan perempuan yang lebih seimbang.

B. Rumusan masalah

1. Bagaimana pandangan masyarakat jaman dulu yang secara tidak langsung


merugikan para kaum perempuan ?
2. Bagaimana watak masing-masing dari Tuti dan Maria?

C. Tujuan Penelitian

1. Mendeskrifsikan dan menjelaskan kenapa pandangan masyarakat jaman dulu


sangat merugikan para kaum perempuan
2. Mendeskripsikan dan mengetahui watak dari Tuti dan Maria
D. Manfaat

Penelitian ini dilakukan untuk mendapatkan suatu manfaat. Perumusan


mengenai manfaat penelitian sering diperlukan dengan manfaat yang dapat dipetik
dalam penelitian ini adalah hasil penulisan ini diharpakan dapat memberi
pengetahuan baru bagi pembeca dalam mengkaji sebuah karya sastra khususnya
dengan kajian feminism. Selain itu, diharapkan dapat memberikan pemikiran bagi
pengembangan kajian semantik sebagai informasi bagi peneliti selanjutnya.
BAB II

LANDASAN TEORI

A. Hakikat Kajian Feminisme

Teori feminisme berangkat dari dasar perbedaan gender dimana perempuan


kerap diperlakukan berbeda dari mereka yang bergender laki-laki dan hal ini
menjadi dasar pergerakan feminisme. Feminisme memiliki asal kata femme yang
berarti perempuan, dimana ini adalah sebuah gerakan atau aktivitas perempuan
yang memperjuangkan keseimbangan gender antara perempuan dan laki-laki
dalam mendapatkan haknya dalam masyarakat sosial. Tujuan dari gerakan
feminisme ini adalah tercapainya kesetaraan dan kesamaan hak serta kewajiban
yang diterapkan pada semua gender yaitu perempuan dan laki-laki.

Dalam budaya yang berkembang di masyarakat, baik secara global maupun


Indonesia sendiri, kita menyaksikan langsung bagaimana laki-laki memang
memegang kekuatan yang dominan dan menempati struktur pada bagian atas. Hal
ini terlihat dari kelompok sosial terkecil yaitu keluarga, hingga kelompok atau
cakupan yang lebih besar seperti organisasi dan publik secara umum. Tak jarang
kenyataan ini pun mengarah pada marginalisasi, subordinasi, dan perendahan
kaum wanita yang dianggap memiliki sistem dan kedudukan lebih rendah
dibanding laki-laki.

Berdasarkan hal itu, para tokoh yang aktif dalam pergerakan dan teori
feminisme berusaha memperjuangkan hak dan peranan kaum perempuan supaya
tidak dianggap lebih rendah dalam keseluruhan tatanan sosial masyarakat.
Dengan gerakan feminisme, perempuan dianggap dapat bersaing secara adil
dengan kaum laki-laki dalam berbagai bidang dan tentunya berhak mendapatkan
hak serta kedudukan yang sama. Gerakan feminisme juga berupaya untuk
memperjuangkan dan menyelamatkan para perempuan dari berbagai problematika
sosial seperti rasisme, pelecehan dan penindasan perempuan, stereotype,
phalogosentrisme, dan lain sebagainya.

Gerakan feminisme lahir dengan diprakarsai oleh Lady Mary Wortley


Montagu dan Marquis de Condoracet dengan mengusung perjuangan yang disebut
universal sisterhood di negara-negara jajahan Eropa. Istilah feminisme dibuat
Charles Fourier di tahun 1837 yang kemudian dipopulerkan dengan adanya
publikasi buku berjudul The Subjection of Women oleh John Stuart Mill pada
tahun 1869. Gerakan feminisme berkembang pesat di masa tersebut karena
banyaknya kasus penindasan dan pengekangan terhadap hak-hak perempuan di
berbagai aspek kehidupan dan sosial masyarakat. Istilah feminisme tentunya
bukan hal yang asing lagi di telinga kita karena sering digunakan dan dibahas
dalam ranah publik seperti media massa atau institusi pendidikan. Namun
sayangnya masih belum banyak yang memahami apa yang dimaksud dengan
kajian feminisme tersebut. Pada pembahasan kali ini, kita akan mengulas lebih
mendalam mengenai kajian feminisme menurut para ahli berikut
perkembangannya.

B. Teori Feminisme

Teori feminis sebagai alat kaum wanita untuk memperjuangkan hak-haknya,


erat berkaitan dengan konflik kelas ras, khususnya konflik gender. Dalam teori
sastra kontemporer, feminis merupakan gerakan perempuan yang terjadi hampir
di seluruh dunia. Gerakan ini dipicu oleh adanya kesadaran bahwa hak-hak kaum
perempuan sama dengan kaum laki-laki. Keberagaman dan perbedaan objek
dengan teori dan metodenya merupakan ciri khas studi feminis. Dalam kaitannya
dengan sastra, bidang studi yang relevan, diantaranya: tradisi literer perempuan,
pengarang perempuan, pembaca perempuan, ciri-ciri khas bahasa perempuan,
tokoh-tokoh perempuan, dan sebagainya.

Dalam kaitannya dengan kajian budaya, permasalahan perempuan lebih


banyak berkaitan dengan kesetaraan gender. Feminis, khususnya masalah-
masalah mengenai wanita pada umumnya dikaitkan dengan emansipasi, gerakan
kaum perempuan untuk menuntut persamaan hak dengan kaum laki-laki, baik
dalam bidang politik dan ekonomi, maupun gerakan sosial budaya pada
umumnya. Dalam sastra emansipasi sudah dipermasalahkan sejak tahun 1920-an,
ditandai dengan hadirnya novel-novel Balai Pustaka, dengan mengemukakan
masalah-masalah kawin paksa, yang kemudian dilanjutkan pada periode 1930-an
yang diawali dengan Layar Terkembang karangan Sutan Takdir Aliajahbana.
BAB III

PEMBAHASAN DAN HASIL

A. SINOPSIS NOVEL

Tuti dan Maria adalah kakak beradik, anak dari Raden Wiriatmadja mantan
Wedana da erah Banten. Sementara itu ibu mereka telah meninggal. Meskipun
mereka adik-kakak, mereka memiliki watak yang sangat berbeda. Tuti si sulung
adalah seorang gadis yang pendiam, tegap, kukuh pendiriannya, jarang sekali
memuji, dan aktif dalam organisasi-organisasi wanita. Sementara Maria adalah
gadis yang periang, lincah, dan mudah kagum.

Diceritakan pada hari Minggu Tuti dan Maria pergi ke akuarium di pasar ikan.
Di tempat itu mereka bertemu dengan seorang pemuda yang tinggi badannya dan
berkulit bersih, berpakaian putih berdasi kupu-kupu, dan memakai kopiah beledu
hitam. Mereka bertemu ketika hendak mengambil sepeda dan meninggalkan
pasar, pada saat itu pula mereka berbincang-bincang dan berkenalan. Nama
pemuda itu adalah Yusuf, dia adalah seorang mahasiswa sekolah tinggi
kedokteran. Sementara Maria adalah murid H.B.S Corpentier Alting Stichting dan
Tuti adalah seorang guru di sekolah H.I.S Arjuna di Petojo. Mereka berbincang
samapai di depan rumah Tuti dan Maria.

Yusuf adalah putra dari Demang Munaf di Matapura, Sumatra Selatan.


Semenjak pertemuan itu Yusuf selalu terbayang-bayang kedua gadis yang ia
temui di akuarium., terutama Maria. Yusuf telah jatuh cinta kepada Maria sejak
pertama kali bertemu, bahkan dia berharap untuk bisa bertemu lagi dengannya.
Tidak disangka oleh Yusuf, keesokan harinya dia bertemu lagi di depan hotel Des
Indes. Semenjak pertemuan keduanya itu, Yusuf mulai sering menjemput Maria
untuk berangkat sekolah serta dia juga sudah mulai berani berkunjung ke rumah
Maria. Sementara itu Tuti dan ayahnya melihat hubungan kedua remaja itu
tampak bukan lagi hubungan persahabatan biasa.Tuti sendiri terus disibukan oleh
kegiatan-kegiatan nya dalam kongres Putri Sedar yang diadakan di Jakarta, dia
sempat berpidato yang isinya membicarakan tentang emansipasi wanita. Tuti
dikenal sebagai seorang pendekar yang pandai meimilih kata, dapat membuat
setiap orang yang mendengarnya tertarik dan terhanyut.

Sesudah ujian doctoral pertama dan kedua berturut-turut selesai, Yusuf pulang ke
rumah orang tuanya di Martapura, Sumatra Selatan. Selama berlibur Yusuf dan
Maria saling mengirim surat, dalam surat tersebut Maria mengatakan kalau dia
dan Tuti telah pindah ke Bandung. Kegiatan surat menyurat tersebut membuat
Yusuf semakin merindukan Maria. Sehingga pada akhirnya Yusuf memutuskan
untuk segera kembali ke Jakarta dan ke Bandung untuk mengunjungi Maria.
Kedatangan Yusuf disambut hangat oleh Maria dan Tuti. Setelah itu Yusuf
mengajak Maria berjalan-jalan ke air terjun Dago, tetapi Tuti tidak dapat
meninggalkan kesibukannya. Di tempat itu Yusuf menyatakan perasaan cintanya
kepada Maria.

Setelah kejadian itu, kelakuan Maria berubah. Percakapannya selalu tentang


Yusuf saja, ingatannya sering tidak menentu, dan sering melamun. Sehingga
Rukamah sering mengganggunya. Sementara hari-hari Maria penuh kehangatan
bersama Yusuf, Tuti sendiri lebih banya membaca buku. Sebenarnya pikiran Tuti
terganggu oleh keinginannya untuk merasakan kemesraan cinta. Melihat
kemesraan Maria dan Yusuf, Tuti pun ingin mengalaminya. Tetapi Tuti juga
memiliki ke khawatiran terhadap hubungan Maria dan Yusuf. Kemudian Tuti
menasehati Maria agar jangan sampai diperbudak oleh cinta. Nasihat tulus Tuti
justru memicu pertengkaran diantara mereka dan memberikan pukulan keras
terhadap Tuti.“Engkau rupanya tiada dapat diajak berbicara lagi,”kata Tuti
amarah pula, mendengar jawaban adiknya yang tidak mengindahkan nasihatnya,
“Sejak engkau cinta kepada Yusuf, rupanya otakmu sudah hilang sama sekali.
Engkau tidak dapat menimbang buruk-baiknya lagi. Sudahlah! Apa gunanya
memberi nasihat orang serupa ini?” “Biarlah saya katamu tidak berotak lagi. Saya
cinta kepadanya, ia cinta kepada saya. Saya percaya kepadanya dan saya hendak
menyerahkan seluruh nasib saya ditangannya, biarlah bagaimana dibuatnya.
Demikian kata hati saya. Saya tidak meminta dan tida perlu nasihatmu. Cinta
engkau barangkali cinta perdagangan, baik dan buruk ditimbang sampai
semiligram, tidak hendak rugi barang sedikit. Patutlah pertunanganmu dengan
Hambali dahulu putus!”

“Tutup mulutmu yang lancing itu, nanti saya remas.”

Dari kejadian itu, Tuti sama sekali tidak berbicara dengan Maria, juga dia merasa
sendiri dan sepi dalam kehidupannya.

Ketika Maria mendadak terkena penyakit malaria dan TBC, Tuti pun kembali
memperhatikan Maria, Tuti menjaganya dengan sabar. Pada saat itu juga adik
Supomo datang atas perintah Supomo untuk meminta jawaban pernyataan cintanya
kepada Tuti. Sebenarnya Tuti sudah ingin memiliki seorang kekasih, tetapi Supomo
dipandangnya bukan pria idaman yang diinginkan Tuti. Maka dengan segera Tuti
menulis surat penolakan.

Sementara itu, keadaan Maria semakin hari makin bertambah parah.


Kemudian ayahnya, Tuti, dan Yusuf memutuskan untuk merawatnya di rumah sakit.
Dokter yang merawatnya menyarankanagar Maria dibawa ke rumah sakit khusus
penderita penyakit TBC wanita di Pacet, Sindanglaya Jawa Barat. Perawatan Maria
sudah berjalan sebulan lebih lamanya. Namun keadaannya tidak juga mengalami
perubahan, yang terjadi adalah kondisi Maria semakin lemah.
Pada suatu kesempatan, Tuti dan Yusuf berlibur di rumah Ratna dan Saleh di
Sindanglaya, disitulah Tuti mulai terbuka dalam memandang kehidupan di pedesaan.
Kehidupan suami istri yang melewati hari-harinya dengan bercocok tanam, ternyata
juga mampu membimbing masyarakat sekitarnya menjadi sadar akan pentingnya
pendidikan. Keadaan tersebut benar-benar telah menggugah alam pikiran Tuti. Ia
menyadari bahwa kehidupan mulia, mengabdi kepada masyarakat tidak hanya dapat
dilakukan di kota atau dalam kegiatan-kegiatan organisasi, sebagaimana yang selama
ini ia lakukan. Tetapi juga di desa atau di masyarakat mana pun, pengabdian itu dapat
dilakukan.

Semakin hari hubungan Yusuf dan tuti semakin akrab, sementara itu kondisi
kesehatan Maria justru semakin mengkhawatirkan. Dokter yang merawatnya pun
sudah tidak dapat berbuat lebih banyak lagi. Pada saat kritis Maria mengatakan
sesuatu sebelum ia menginggal.

“Badan saya tidak kuat lagi, entah apa sebabnya. Tak lama lagi saya hidup di
dunia ini. Lain-lain rasanya… alangkah berbahagia saya rasanya di akhirat nanti,
kalau saya tahu, kalau kakandaku berdua hidup rukun dan berkasih-kasihan seperti
kelihatan kepada saya dalam beberapa hari ini. Inilah permintaan saya yang
penghabisan dan saya, saya tidak rela selama-lamanya kalau kakandaku masing-
masing mencari peruntungan pada orang lain.” Demikianlah pesan terakhir almarhum
Maria.

Setelah beberapa lama kemudian, sesuai dengan pesan terakhir Maria, Yusuf
dan Tuti menikah dan bahagia selama-lamanya.
B. HASIL PEMBAHASAAN

Layar Terkembang adalah salah satu roman yang ditulis oleh Pengarang laki-laki
yakni St. Takdir Alisjahbana. Roman ini ditulis di era 1920-an. Roman Layar
Terkembang mempunyai daya tarik tersendiri dengan dua orang yaitu Tuti dan Maria
perempuan dan satu orang laki-laki yakni Yusuf sebagai protagonis karena
menampilkan permasalahan perempuan yang berkaitan dengan pandangan
masyarakat pada tahun 1920-an dan secara tidak langsung merugikan kaum
perempuan. Paham tersebut berasal dari paham masyarakat yang menganggap
kekuasaan sepenuhnya berada di tangan laki-laki.

Dalam roman ini, diceritakan tentang kaum perempuan yang mulai bangkit
untuk memperjuangkan hak-haknya dan mempunyai wawasan luas serta bercita-cita
tinggi. Hal tersebut sesuai dengan zaman pembuatan roman disaat itu gelora sumpah
pemuda masih bergema, baik kaum pria maupun wanita aktif dalam berbagai
organisasi kepemudaan.

Sutan Takdir Alisjahbana menggambarkan bentuk emansipasi dalam roman


Layar Terkembang antaranya aktivitas perempuan dalam sebuah organisasi atau
perkumpulan, keterlibatan perempuan dalam dunia kerja, menuntut persamaan hak
laki-laki dan perempuan sebagaimana mestinya. Hal ini diperjuangkan oleh Tuti
sebagai pelopor emansipasi wanita pada masannya dan menginginkan kebebasan
berdiri sendiri menentukan nasibnya.
Dalam roman ini, sosok wanita tidak dihadirkan sebagai korban kekuasaan
kaum patriarki, tetapi dihadirkan sebagai wanita yang berhak dan bebas menentukan
nasib dan masa depannya. Gambaran wanita tidak lagi pesimis, yang digambarkan
adalah wanita aktif, dinamis, optimis, dan sadar akan kondisi sosialnya.

Dua tokoh utama wanita bersaudara dalam roman ini mempunyai perbedaan
sifat dan perilaku sehingga memperkuat kesan perjuangan menuntut emansipasi
wanita yang dilakukan Tuti, satu menginginkan hidup bebas tanpa adanya kekangan
dan satunya menginginkan hidup lebih baik dengan orang yang dicintainya
(Alisjahbana, 2003 : 100).

Roman ini ditulis pengarang berdasarkan keaadaan masyarakat pada saat itu
terjadi peneguhan pemahaman yang tidak pada tempatnya mengenai gender. Apa
yang disebut gender karena dikonstruksi secara sosial budaya dianggap sebagai
kodrat Tuhan, tetapi hanya ciptaan masyarakat. Masyarakat beranggapan bahwa di
balik jenis kelamin ada gender. Pada masyarakat Layar terkembang yang dianggap
kodrat perempuan selain mengandung dan menyusui anak adalah tugas mengurus
rumah tangga. Sedangkan laki-laki tidak boleh ikut campur dalam pekerjaan
perempuan.

Penempatan itu salah dianggap sebagai suatu pemahaman yang salah


pemikiran sebab perempuan dapat juga mengerjakan pekerjaan-pekerjaan publik dan
laki-lakipun dapat.mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Melalui prasangka yang
membedakan hak laki-laki dan perempuan tersebut mendorong lahirnya emansipasi
yang dihadirkan pengarang dalam roman ini untuk menghapus prasangka gender.

Berdasarkan uraian tersebut analisis gender perspektif kritik sastra feminis di


sini berarti menganalisis fokus pada perempuan melalui perantokoh utama perempuan
di lingkungan keluarga dan masyarakat. Analisis harus melibatkan tokoh laki juga
untuk mengungkapkan kehidupan tokoh perempuan yaitu dengan membandingkan
peran, status dan posisinya dan bentuk ketidakadilan gender yang menimpa tokoh
perempuan.

Sesungguhnya perbedaan gender tidaklah menjadi masalah sepanjang tidak


melahirkan ketidakadilan, untuk itu analisis gender sangat menarik untuk diteliti
dalam roman ini.

BAB IV

PENUTUP

KESIMPULAN

Hasil kesimpulan dari novel layar terkembang karya sutan takdir alisjahbana
berisi tentang Diceritakan pada hari Minggu Tuti dan Maria pergi ke akuarium di
pasar ikan. Di tempat itu mereka bertemu dengan seorang pemuda yang tinggi
badannya dan berkulit bersih, berpakaian putih berdasi kupu-kupu, dan memakai
kopiah beledu hitam. Mereka bertemu ketika hendak mengambil sepeda dan
meninggalkan pasar, pada saat itu pula mereka berbincang-bincang dan berkenalan.
Nama pemuda itu adalah Yusuf, dia adalah seorang mahasiswa sekolah tinggi
kedokteran. Sementara Maria adalah murid H.B.S Corpentier Alting Stichting dan
Tuti adalah seorang guru di sekolah H.I.S Arjuna di Petojo. Mereka berbincang
samapai di depan rumah Tuti dan Maria. Tuti dan Maria adalah kakak beradik, anak
dari Raden Wiriatmadja mantan Wedana da erah Banten. Sementara itu ibu mereka
telah meninggal. Meskipun mereka adik-kakak, mereka memiliki watak yang sangat
berbeda. Tuti si sulung adalah seorang gadis yang pendiam, tegap, kukuh
pendiriannya, jarang sekali memuji, dan aktif dalam organisasi-organisasi wanita.
Sementara Maria adalah gadis yang periang, lincah, dan mudah kagum.
Yusuf adalah putra dari Demang Munaf di Matapura, Sumatra Selatan.
Semenjak pertemuan itu Yusuf selalu terbayang-bayang kedua gadis yang ia temui di
akuarium., terutama Maria. Yusuf telah jatuh cinta kepada Maria sejak pertama kali
bertemu, bahkan dia berharap untuk ias bertemu lagi dengannya. Tidak disangka oleh
Yusuf, keesokan harinya dia bertemu lagi di depan hotel Des Indes. Semenjak
pertemuan keduanya itu, Yusuf mulai sering menjemput Maria untuk berangkat
sekolah serta dia juga sudah mulai berani berkunjung ke rumah Maria. Sementara itu
Tuti dan ayahnya melihat hubungan kedua remaja itu tampak bukan lagi hubungan
persahabatan biasa.Tuti sendiri terus disibukan oleh kegiatan-kegiatan nya dalam
kongres Putri Sedar yang diadakan di Jakarta, dia sempat berpidato yang isinya
membicarakan tentang emansipasi wanita. Tuti dikenal sebagai seorang pendekar
yang pandai meimilih kata, dapat membuat setiap orang yang mendengarnya tertarik
dan terhanyut.
DAFTAR PUSTAKA

https://r.search.yahoo.com/
_ylt=Awrxyj.jzbdin3oADALLQwx.;_ylu=Y29sbwNzZzMEcG9zAzIEdnRpZAM
Ec2VjA3Ny/RV=2/RE=1656241700/RO=10/RU=https%3a%2f
%2fwww.gurupendidikan.co.id%2fsemantik-adalah%2f/RK=2/
RS=X1sjM0VniI9Ts2ze7vYEfHun3Oc-

https://r.search.yahoo.com/
_ylt=Awrx0slh37diDkgAdCTLQwx.;_ylu=Y29sbwNzZzMEcG9zAzMEdnRpZA
MEc2VjA3Ny/RV=2/RE=1656246242/RO=10/RU=http%3a%2f%2fsastra-
indonesia.com%2f2010%2f11%2fkritik-sastra-dalam-perspektif-feminisme
%2f/RK=2/RS=TQpsSt_BLzSn_oixqUwGg54eUCo-

https://www.sastrawan.web.id/pengertian-karya-sastra-beserta-bentuk-fungsi-dan-
jenisnya/

https://id.m.wikipedia.org/wiki/Feminisme#:~:text=Feminisme%20adalah
%20serangkaian%20gerakan%20sosial,ekonomi%2C%20pribadi%2C%20dan
%20sosial
https://r.search.yahoo.com/
_ylt=AwrxxP6Q3LdibFYAHEPLQwx.;_ylu=Y29sbwNzZzMEcG9zAzIEdnRpZAM
Ec2VjA3Ny/RV=2/RE=1656245520/RO=10/RU=https%3a%2f
%2fwww.kompasiana.com%2fulfarahmatania%2f5520f121a333115b4a46cdef
%2fteori-feminisme-dalam-penelitian-sastra/RK=2/
RS=Uji9AL01GO4QvLdGX7PHERXHR50-

https://www.scribd.com/doc/16768746/Novel-Layar-Terkembang

LAMPIRAN

Anda mungkin juga menyukai