Anda di halaman 1dari 3

SADARI PENTINGNYA KESEHATAN MENTAL

BAGI REMAJA DI TENGAH MASA PANDEMI

Musibah memanglah tidak bisa dihindari, seperti pandemi Covid-19 yang sampai saat ini
belum berkesudahan dan memakan banyak sekali korban. Ditengah masa pandemi ini, semua
aktivitas dan kegiatan terpaksa harus dibatasi. Seperti beribadah, belajar, sampai bekerja sebagian
besar masih dilakukan secara online, hal tersebut bertujuan supaya menghidari pertambahan kasus
positif Covid-19. Namun semakin hari masyarakat kini semakin acuh dalam penggunaan protokol
kesehatan seperti masker contohnya.
Selain beribadah dan bekerja dirumah, saat ini sistem pembelajaran pun masih belum pulih
seperti dulu. Masih banyak sekolah-sekolah yang mengadakan pembelajaran secara online-offline.
Ditengah keadaan itu para remaja menghadapi situasi yang baru ini bukan hanya kecewa, namun
juga kecemasan terhadap perubahan hidup akibat pendemi yang datang secara tiba-tiba. Dilansir
dari indonesiabaik.id data kesehatan mental remaja di Indonesia pada tahun 2018, terdapat
sebanyak 9,8% merupakan prevalensi gangguan mental emosional dengan gejala depresi dan
kecemasan untuk remaja berumur lebih dari 15 tahun.
Bagi para remaja kesehatan mental sangat amat penting, karena hal tersebut dapat
mempengaruhi sifat dan prilaku kenakalan para remaja. Perasaan stress, depresi, kecemasan,
gangguan prilaku yang kerap kali dialami dalam hidup mereka.
Kesehatan fisik dan juga kesehatan mental ini berhubungan satu sama lain. Kesehatan fisik
remaja biasanya difokuskan di rumah dan juga di sekolah, karena lebih mudah mengidentivikasi
kesehatan fisik dari pada kesehatan mental. Ada banyak faktor yang dapat memicu terjadinya
gangguan kesehatan mental, mulai dari menderita penyakit tertentu sampai mengalami stres yang
berlebih akibat peristiwa traumatis, seperti kehilangan orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan,
dibuli disekolah ataupun dilingkungan, dan tidak mendapatkan kasih sayang dari orang tua atau
bahkan mendapatkan kekerasan dalam rumah tangga, tidak diterima dilingkungannya karena
kondisi fisiknya (penyandang disabilitas) dan masih banyak lagi. Mengingat berbagai peristiwa
yang traumatis tersebut sering dialami banyak orang akhir-akhir ini, maka tak heran adanya
pendemi Covid-19 juga sering dikaitkan dengan munculnya gangguan kesehatan mental para
remaja.
Gejala-gejala munculnya gangguan kesehatan mental pada remaja:
 Mengalami delusi, kondisi ini terjadi dimana seseorang meyakini sesuatu yang
tidak nyata atau hal-hal yang tidak sesuai dengan fakta yang ada.
 Suasana hati yang berubah-ubah dalam periode-periode tertentu
 Perasaan sedih yang berlanjut dengan jangka waktu yang panjang
 Perasaan cemas dan takut yang berlebihan dan terjadi secara terus-menerus
 Gangguan makan seperti, merasa takut berat badan bertambah, cenderung
memuntahkan makanan.
 Perubahan pola tidur seperti sulit tidur karena mengalami kegelisahan dalam hati
yang tidak bisa diungkapkan pada orang lain.
 Marah berlebihan sampai melakukan tindak kekerasan
 Perilaku yang tidak wajar seperti, berbicara dan tertawa-tawa sendiri, teriak-teriak
tidak jelas dan masih banyak lagi.
 Menutup diri terhadap lingkungannya
Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan bahwa, berada pada situasi pandemi Covid-19
ini juga bisa menjadi salah satu fator pemicu stres yang kemudian membuat orang lebih rentan
mengalami gangguan kesehatan mental. Stres tersebut berasal dari rasa takut dan khawatir tentang
kesehatan, keuangan, atau pekerjaan yang banyak terpengaruh akibat pendemi.
Upaya yang bisa dilakukan orang tua untuk menjaga kesehatan mental bagi anaknya adalah
berbicara secara baik-baik dengan anaknya tentang kondisi dan kesehatan mentalnya.
Berbiacaralah dengan anak mulai dari perbincangan yang sederhana seperti bagaimana sekolah
mu hari ini? Dan jika anak tampak sedang mengalami stres buat lah dia tertawa supaya stresnya
dapat teralihkan kepada hal-hal yang membuatnya bahagia. Berilah mereka waktu bebas untuk
mengeksplor diri, dan mengembagkan hobi yang mereka sukai. Jangan pernah membentak anak
ketika mereka tampak sedang stres atau marah terharap sesuatu karena hal tersebut dapat membuat
mereka berfikir bahwa mereka tidak lagi disayangi atau diterima dikeluarganya sendiri. Sebaiknya
tanyakan kepada mereka apa yang telah terjadi? Dan berikan solusi dari perspektif orang tua
terhadap masalah yang mereka hadapi. Tekankan bahwa anak tidak sendirian, mereka dapat
menceritakan hal-hal apa saja yang telah dialami selama ini.
Jangan melarang atau bahkan memarahi anak ketika dia mulai menyukai hal-hal yang umum
disukai pada usia mereka. Karena dengan hal itulah mereka dapat menghilangkan stres akibat tugas
yang terlalu banyak, permasalahan dengan teman atau pacarnya.
Upaya yang bisa remaja lakukan yakni, mulai membuka diri untuk bercerita kepada orang lain.
Menemukan hal-hal yang disukai, dan jika mengalami stres, lakukanlah hal-hal yang disukai
tersebut supaya dapat mengalihkan perasaan stres atau geliahnya itu. Selain upaya-upaya tersebut
para remaja juga perlu mendekatkan diri pada Tuhan sesuai dengan keyakinan mereka, perbanyak
berdoa dan bersyukur pada Tuhan, dan yakinlah bahwa Tuhan akan membawa jalan keluar dari
permasalahan yang ada selama kita berusaha dan terus percaya pada-Nya.

Anda mungkin juga menyukai