S DENGAN MASALAH
KEPERAWATAN UTAMA GANGGUAN PERSEPSI SENSORI
(PRE OPERASI KATARAK) DI RSUD PREMBUN
Disusun oleh :
Evi Marita Ningsih
(A02020030)
B. Anatomi Fisiologi
1. Anatomi Mata
a. Struktur Mata Eksternal
Alis
Alis adalah dua potong kulit tebal melengkung yang ditumbuhi bulu. Alis
dikaitkan pada otot-otot sebelah bawahnya serta berfungsi melindungi mata dari
sinar matahari
Kelopak mata
Kelopak mata merupakan dua lempengan, yaitu lempeng tarsal yang terdiri dari
jaringan fibrus yang sangat padat serta dilapisi kulit dan dibatasi konjungtiva.
Jaringan dibawah kulit ini tidak mengandung lemak. Kelopak mata atas lebih
besar daripada kelopak mata bawah serta digerakkan ke atas oleh otot-otot
melingkar, yaitu muskulus orbikularis okuli yang dapat dibuka dan ditutup
untuk melindungi dan meratakan air mata ke permukaan bola mata dan
mengontrol banyaknya sinar yang masuk.
Bulu mata
Bulu mata melindungi mata dari debu dan Cahaya
b. Struktur Mata Internal
Sklera
Pembungkus yang kuat dan fibrus. Sklera membentuk putih mata dan
tersambung pada bagian depan dengan sebuah jendela membran yang bening,
yaitu kornea. Sklera melindungi struktur mata yang sangat halus serta
membantu mempertahankan bentuk biji mata
Khoroid
Lapisan tengah yang berisi pembuluh darah. Merupakan ranting-ranting arteria
oftalmika, cabang dari arteria karotis interna. Lapisan vaskuler ini membentuk
iris yang berlubang ditengahnya, atau yang disebut pupil (manik) mata. Selaput
berpigmen sebelah belakang iris memancarkan warnanya dan dengan demikian
menentukan apakah sebuah mata itu berwarna biru, coklat, kelabu, dan
seterusnya. Khoroid bersambung pada bagian depannya dengan iris, dan tepat
dibelakang iris. Selaput ini menebal guna membentuk korpus siliare sehingga
terletak antara khoroid dan iris. Korpus siliare itu berisi serabut otot
sirkulerndan serabut-serabut yang letaknya seperti jari-jari sebuah lingkaran.
Kontraksi otot sirkuler menyebabkan pupil mata juga berkontraksi. Semuanya
ini bersama-sama membentuk traktus uvea yang terdiri dari iris, korpus siliare,
dan khoroid. Peradangan pada masingmasing bagian berturut-turut disebut iritis,
siklitis, dan khoroiditis, atau pun yang secara bersama-sama disebut uveitis. Bila
salah satu bagian dari traktus ini mengalami peradangan, maka penyakitnya
akan segera menjalar kebagian traktus lain disekitarnya.
Retina
Lapisan saraf pada mata yang terdiri dari sejumlah lapisan serabut, yaitu sel-sel
saraf batang dan kerucut. Semuanya termasuk dalam konstruksi retina yang
merupakan jaringan saraf halus yang menghantarkan impuls saraf dari luar
menuju jaringan saraf halus yang menghantarkan impuls saraf dari luar menuju
diskus optikus, yang merupakan titik dimana saraf optik meninggalkan biji
mata. Titik ini disebut titik buta, oleh karena tidak mempunyai retina. Bagian
yang paling peka pada retina adalah makula, yang terletak tepat eksternal
terhadap diskus optikus, persis berhadapan dengan pusat pupil.
Kornea
Merupakan bagian depan yang transparan dan bersambung dengan sklera yang
putih dan tidak tembus cahaya. Kornea terdiri atas beberapa lapisan. Lapisan
tepi adalah epithelium berlapis yang tersambung dengan konjungtiva.
Bilik anterior (kamera okuli anterior)
Terletak antara kornea dan iris.
Iris
Tirai berwarna didepan lensa yang bersambung dengan selaput khoroid. Iris
berisi dua kelompok serabut otot tak sadar (otot polos). Kelompok yang satu
mengecilkan ukuran pupil, sementara kelompok yang lain melebarkan ukuran
pupil itu sendiri.
Pupil
Bintik tengah yang berwarna hitam yang merupakan celah dalam iris, dimana
cahaya dapat masuk untuk mencapai retina.\
Bilik posterior (kamera okuli posterior)
Terletak diantara iris dan lensa. Baik bilik anterior maupun bilik posterior yang
diisi dengan aqueus humor.
Aqueus humor
Cairan ini berasal dari badan siliaris dan diserap kembali ke dalam aliran darah
pada sudut iris dan kornea melalui vena halus yang dikenal sebagai Saluran
Schlemm
Lensa
Suatu struktur bikonveks, avaskular, tak berwarna dan transparan. Tebalnya ±4
mm dan diameternya 9 mm. Dibelakang iris, lensa digantung oleh zonula
(zonula zinni) yang menghubungkannya dengan korpus siliare. Di sebelah
anterior lensa terdapat humor aqueus dan disebelah posterior terdapat vitreus
humor. Kapsul lensa adalah membran semipermiabel yang dapat dilewati air
dan elektrolit. Disebelah depan terdapat selapis epitel subkapular. Nukleus lensa
lebih keras daripada korteks nya. Sesuai dengan bertambahnya usia, serat-serat
lamelar sub epitel terus diproduksi sehingga lensa 15 lama-kelamaan menjadi
kurang elastik. Lensa terdiri dari 65% air, 35% protein, dan sedikit sekali
mineral yang biasa ada dalam jaringan tubuh lainnya. Kandungan kalium lebih
tinggi di lensa daripada di jaringan lainnya. Asam askorbat dan glutation
terdapat dalam bentuk teroksidasi maupun tereduksi. Tidak ada serat nyeri,
pembuluh darah, maupun saraf dalam lensa.
Vitreus humor
Daerah sebelah belakang biji mata, mulai dari lensa hingga retina yang diisi
dengan cairan penuh albumen berwarna keputih-putihan seperti agar-agar.
Berfungsi untuk memberi bentuk dan kekokohan pada mata, serta
mempertahankan hubungan antara retina dengan selaput khoroid dan sklerotik.
2. Fisiologi Mata
Mata adalah indera penglihatan. Mata dibentuk untuk menerima rangsangan
berkas-berkas cahaya pada retina, lantas dengan perantaraan serabut-serabut saraf
nervus optikus mengalihkan rangsangan ini ke pusat penglihatan otak untuk ditafsirkan.
Apparatus optik mata membentuk dan mempertahankan ketajaman focus objek dalam
retina. Prinsip optik adalah sinar dialihkan berjalan dari satu medium ke medium lain
dari kepadatan yang berbeda, fokus utama pada garis yang berjalan melalui pusat
kelengkungan lensa sumbu utama
Indera penglihatan menerima rangsangan berkas-berkas cahaya pada retina
dengan perantaraan serabut nervus optikus, menghantarkan rangsangan ini ke pusat
penglihatan pada otak untuk ditafsirkan. Cahaya yang jatuh ke mata menimbulkan
bayangan yang difokuskan pada retina. Bayangan itu akan menembus dan diubah oleh
kornea, lensa badan aqueus dan vitreus. Lensa membiaskan cahaya dan memfokuskan
bayangan pada retina, bersatu menangkap sebuah titik bayangan yang difokuskan.
Gangguan lensa adalah kekeruhan, distorsi, dislokasi, dan anomali geometric. Pasien
yang mengalami gangguan- gangguan tersebut mengalami kekaburan penglihatan tanpa
rasa nyeri.
a. Pembentukan bayangan
Cahaya dari objek membentuk ketajaman tertentu dari bayangan objek di retina.
Bayangan dalam fovea di retina selalu lebih kecil dan terbalik dari objek nyata.
Bayangan yang jatuh pada retina akan menghasilkan sinyal saraf dalam mosaik
reseptor, selanjutnya mengirim bayangan dua dimensi ke otak untuk
direkonstruksikan menjadi bayangan tiga dimensi. Pembentukan bayangan abnormal
terjadi jika bola mata terlalu panjang dan berbentuk elips, titik fokus jatuh didepan
retina sehingga bayangan menjadi kabur. Untuk melihat lebih jelas harus
mendekatkan mata pada objek yang dilihat, dibantu dengan lensa bikonkaf yang
memberi cahaya divergen sebelum masuk mata. Pada hipermetropia, titik fokus
jatuh dibelakang retina. Kelainan dikoreksi dengan lensa bikonveks. Sedangkan
pada presbiopia, bentuk abnormal karena lanjut usia yang kehilangan kekenyalan
lensa.
b. Respon bola mata terhadap benda
Relaksasi muskulus siliaris membuat ligamentum tegang, lensa tertarik sehingga
bentuknya lebih pipih. Keadaan ini akan memperpanjang jarak fokus. Bila benda
dekat dengan mata maka otot akan berkontraksi agar lengkung lensa meningkat. Jika
benda jauh, maka m. siliaris berkontraksi agar pipih supaya bayangan benda pada
retina menjadi tajam. Akomodasi mengubah ukuran pupil, kontraksi iris membuat
pupil mengecil dan melebar. Jika sinar terlalu banyak maka pupil menyempit agar
sinar tidak seluruhnya masuk ke dalam mata. Dalam keadaan gelap pupil melebar
agar sinar banyak yang ditangkap. Dalam hal melihat benda, jika mata melihat jauh
kemudian melihat dekat maka pupil berkontraksi agar terjadi peningkatan ke dalam
lapang penglihatan. Akomodasi lensa diatur oleh mekanisme umpan balik negatif
secara otomatis.
c. Lintasan penglihatan
Setelah impuls meninggalkan retina, impuls ini berjalan ke belakang melalui nervus
optikus. Pada persilangan optikus, serabut menyilang ke sisi lain bersatu dengan
serabut yang berasal dari retina. Otak menggunakan visual sebagai informasi untuk
dikirim ke korteks serebri dan visual pada bagian korteks visual ini membentuk
gambar tiga dimensi. Gambar yang ada pada retina di traktus optikus disampaikan
secara tepat ke korteks jika seseorang kehilangan lapang pandang sebagian besar
dapat dilacak lokasi kerusakan di otak yang bertanggung jawab atas lapang pandang.
C. Etiologi
Berbagai macam hal yang dapat mencetuskan katarak antara lain (Maria, 2017):
1. Usia lanjut dan proses penuaan.
2. Congenital atau bisa diturunkan.
3. Pembentukan katarak dipercepat oleh faktor lingkungan, seperti rokok atau bahan beracun
lainnya.
4. Katarak bisa disebabkan oleh cedera mata, penyakit metabolik (misalnya diabetes) dan obat-
obat tertentu (misalnya kortikosteroid).
Katarak juga dapat disebabkan oleh beberapa faktor risiko lain, seperti (Maria, 2017):
1. Katarak traumatik yang disebabkan oleh riwayat trauma/cedera pada mata.
2. Katarak sekunder yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti: penyakit/gangguan metabolisme,
proses peradangan pada mata, atau diabetes melitus.
3. Katarak yang disebabkan oleh paparan sinar radiasi.
4. Katarak yang disebabkan oleh penggunaan obat-obatan jangka panjang seperti kortikosteroid
dan obat penurun kolesterol.
5. Katarak kongenital yang dipengaruhi oleh faktor genetic.
D. Patofisiologi Katarak
Patofisiologi katarak utamanya adalah terjadi perubahan pada kejernihan lensa (opasitas
lensa) sehingga jumlah cahaya yang masuk melalui media refraksi berkurang dan sulit
difokuskan ke retina. Hal ini dapat disebabkan oleh berbagai hal seperti proses
degeneratif, trauma, ataupun kelainan kongenital.
Pada awalnya lensa bersifat transparan dan berfungsi memfokuskan cahaya ke retina.
Pada katarak, terdapat agregasi protein yang memecah cahaya yang masuk, serta terjadi
perubahan struktur protein yang menghasilkan diskolorasi kuning atau kecoklatan. Faktor
yang berkontribusi untuk terbentuknya katarak adalah stres oksidatif dari reaksi radikal
bebas, kerusakan dari sinar ultraviolet, dan malnutrisi.
E. Klasifikasi Katarak
Katarak dapat diklasifikasikan berdasarkan penyebabnya menjadi katarak
senilis/degeneratif, katarak kongenital, katarak traumatik, katarak sekunder, dan katarak
yang diinduksi obat.
1. Katarak Senilis
Mekanisme pasti dari katarak senilis masih belum diketahui. Beberapa studi menduga
adanya keterkaitan antara faktor genetik dengan kerentanan seseorang menderita
katarak. Polimorfisme gen GSTM1 dan GSTT1 diduga berhubungan dengan
timbulnya katarak senilis. Selain daripada itu, stres oksidatif juga diduga berperan
dalam patofisiologi katarak senilis. Stres oksidatif diduga menyebabkan agregasi
protein yang merusak membran sel serabut dan menimbulkan opasitas lensa.
2. Katarak Kongenital
Katarak kongenital merupakan suatu keadaan yang berpotensi menghambat
perkembangan visual anak dan dapat menyebabkan kebutaan permanen. [8] Defek
pada kromosom dapat menyebabkan terjadinya katarak karena gangguan saat proses
pembentukan lensa, contohnya pada sindrom Down, Edward, atau Patau.Sebuah studi
melaporkan bahwa katarak kongenital diturunkan berdasarkan pola autosomal
dominan yang dipengaruhi oleh infeksi virus Rubella. Selain daripada itu, katarak
kongenital juga dikaitkan dengan fever-related maternal condition walaupun
mekanisme pastinya belum diketahui.
3. Katarak Traumatik
Katarak traumatik paling sering disebabkan oleh cedera pada lensa karena benda asing
atau trauma tumpul bola mata. Kebanyakan katarak traumatik dapat dicegah. Dalam
industri, keamanan yang terbaik adalah memakai kacamata pelindung ketika bekerja.
Gambaran umum katarak traumatik adalah ditemukan bentuk seperti bintang di lensa
posterior.
4. Katarak Sekunder dari penyakit intraocular
Katarak dapat berkembang sebagai efek langsung dari penyakit intraokular, seperti
pada uveitis rekuren berat. Katarak biasanya dimulai di daerah subkapsular posterior
dan akhirnya dapat melibatkan seluruh struktur lensa. Penyakit intraokular yang
umumnya terkait dengan perkembangan katarak adalah uveitis kronis atau berulang,
glaukoma, retinitis pigmentosa, dan ablasi retina. Prognosis visualnya tidak sebagus
katarak senilis.
5. Katarak yang terkait penyakit sistemik
Katarak bilateral terjadi pada banyak gangguan sistemik termasuk diabetes mellitus,
hipokalsemia, distrofi miotonik, atopik dermatitis, galaktosemia, dan sindrom Down.
Katarak pungtata sering ditemukan sebagai komplikasi okular dari diabetes mellitus.
6. Katarak yang di induksi obat
Kortikosteroid yang diberikan dalam jangka waktu lama, baik secara sistemik (oral
atau inhalasi) atau dalam bentuk tetes, dapat menyebabkan kekeruhan lensa. Obat lain
yang berhubungan dengan katarak termasuk fenotiazin dan amiodaron.
F. Manifestasi Klinik
Gejala subjektif dari pasien dengan katarak antara lain (Maria, 2017):
1. Biasanya klien melaporkan penurunan ketajaman penglihatan dan silau serta gangguan
fungsional yang diakibatkan oleh kehilangan penglihatan tadi.
2. Menyilaukan dengan distorsi bayangan dan susah melihat di malam hari.
Gejala objektif biasanya meliputi (Maria, 2017):
1. Pengembunan seperti mutiara keabuan pada pupil sehingga retina tidak akan tampak
dengan oftalmoskop. Ketika lensa sudah opak, cahaya akan dipendarkan dan bukannya
ditransmisikan dengan tajam menjadi bayangan terfokus pada retina. Hasilnya adalah
pandangan menjadi kabur atau redup.
2. Pupil yang normalnya hitam akan tampakh abu-abu putih. Penglihatan seakan- akan
melihat asap dan pupil mata seakan bertambah putih.
3. Pada akhirnya apabila katarak telah matang pupil akan tampak benar-benar putih,
sehingga refleks cahaya pada mata menjadi negative.
Gejala umum gangguan katarak meliputi (Maria, 2017):
1. Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek.
2. Gangguan penglihatan bisa berupa.
3. Peka terhadap sinar atau cahaya.
4. Dapat melihat dobel pada satu mata (diplobia).
5. Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca.
6. Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu.
Gejala lainya adalah (Maria, 2017) :
1. Sering berganti kaca mata.
2. Penglihatan sering pada salah satu mata
G. Penatalaksanaan
Pembedahan dilakukan bila tajam penglihatan sudah menurun sedemikian rupa
sehingga mengganggu pekerjaan sehari-hari atau bila telah menimbulkan penyulit
seperti glaukoma dan uveitis (Mansjoer, 2000). Dalam bedah katarak, lensa diangkat
dari mata (ekstraksi lensa) dengan prosedur intrakapsular atau ekstrakapsular.
Ekstraksi intrakapsular yang jarang lagi dilakukan saat ini adalah mengangkat lensa in
toto, yakni didalam kapsulnya melaui insisi limbus superior 140-1600 . pada ekstraksi
ekstrakapsular juga dilakukan insisi limbus superior, bagian anterior kapsul dipotong
dan diangkat, nukleus diekstraksi dan korteks lensa dibuang dari mata dengan irigasi
dan aspirasi atau tanpa aspirasi sehingga menyisakan kapsul posterior.
Fakofragmentasi dan fakoemulsifikasi dengan irigasi atau aspirasi (atau
keduanya) adalah teknik ekstrakapsular yang menggunakan getaran- getaran
ultrasonik untuk mengangkat nukleus dan korteks melalui insisi lumbus yang kecil (2-
5 mm), sehingga mempermudah penyembuhan luka pasca operasi. Teknik ini kurang
bermanfaat pada katarak senilis yang padat dan keuntungan insisi lumbus yang kecil
agak berkurang jika dimasukkan lensa intraokuler. Pada beberapa tahun silam, operasi
katarak ekstrakapsular telah menggantikan prosedur intrakapsular sebagai jenis bedah
katarak yang paling sering. Alasan utamanya adalah bahwa apabila kapsul posterior
utuh, ahli bedah dapat memasukkan lensa intra okuler ke dalam kamera posterior.
Insiden komplikasi pasca operasi seperti abasio retina dan edema makula lebih kecil
bila kapsul posteriornya utuh.
Jika digunakan teknik insisi kecil, masa penyembuhan pasca operasi biasanya
lebih pendek. Pasien dapat bebas rawat jalan pada hari operasi itu juga, tetapi
dianjurkan untuk bergerak dengan hati- hati dan menghindari peregangan atau
mengangkat benda berat selama sekitar satu bulan. Matanya dapat dibalut selama
beberapa hari, tetapi kalau matanya terasa nyaman, balutan dapat dibuang pada hari
pertama pasca operasi dan matanya dilindungi dengan kacamata. Perlindungan pada
malam hari dengan pelindung logam diperlukan selama beberapa minggu. Kacamata
sementara dapat digunakan beberapa hari setelah operasi, tetapi biasanya pasien
melihat dengan cukup baik melalui lensa intraokuler sambil menantikan kacamata
permanen.(Vaughan, 2000)
H. Komplikasi
1. Komplikasi Pre Operasi Katarak
a. Glaukoma fokomorfik
b. Glaukoma fakolitik
c. Glaukoma fakotopik
2. Komplikasi Intra Operasi Katarak
a. Hifema
b. Iridodialisis
c. Prolaps korpus vitreum
d. Pendarahan ekspulsif
3. Komplikasi Post Operasi Katarak Awal
a. Hifema
b. Prolaps iris
c. Endoftalmitis akut
d. Descement F old
4. Komplikasi Post Operasi Katarak Lanjut
a. Edema kornea
b. Kekeruhan kapsul posterior
c. Residual lens material
d. Dekompensasi kornea
e. Glaukoma sekunder
f. Endoftalmitis kronik
g. Epithelial ingrowth
h. Ablasi retina
i. Edema makula kistoid
DAFTAR PUSTAKA