Anda di halaman 1dari 27

Penerapan Teknologi Informasi Sebagai Media Utama Dalam Pelestarian Koleksi Digital

Di Perpustakaan

Oleh:

Lesa Wulan Dari(19691021)

Abstract

This paper describes the application of information technology as the main media in the
preservation of digital collections in libraries. The Results of This Writing From the discussion
above it can be concluded from the role of information tools as tools or tools used to automate
the performance of library services. By implementing IT both librarians and users are expected
to be faster in working and providing various library services. With the application of
information technology in libraries, information needs about libraries also need to organize
themselves with technology-based management and the latest information so that it becomes the
first and main information center.

Keywords: Library, information technology.

Abstrak

Tulisan ini mendiskripsikan tentang penerapan teknologi informasi sebagai media utama
dalam pelestarian koleksi digital di perpustakaan . Hasil Penulisan ini Dari uraian pembahasan
diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa peran dari teknologi informasi adalah sebagai tools atau
perangkat alat yang digunakan untuk mengotomatiskan kinerja dari layanan perpustakaan.
Dengan penerapan TI baik pustakawan maupun pengguna diharapkan semakin cepat dalam
bekerja dan mengakses berbagai layanan perpustakaan. Dengan adanya penerapan teknologi
informasi di perpustakaan tentunya komponen pengelolaan perpustakaan pun perlu
menyesuaikan diri dengan manajemen yang berbasis teknologi dan informasi mutakhir sehingga
mampu menjadi pusat informasi pertama dan utama.
Katakunci: Perpustakaan, teknologi informasi
PENDAHULUAN

Disadari bahwa di era informasi ini kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi
berdampak terhadap perubahan-perubahan yang tidak dapat diperkirakan sebelumnya. Dalam
bidang informasi terasa bahwa berbagai kemajuan dan modernitas berdampak pada segala aspek
perilaku pencarian informasi dan kebutuhan informasi semakin meningkat. Kondisi ini
sebenarnya memiliki arti penting bagi lembaga yang bergerak dalam bidang informasi termasuk
perpustakaan. Dengan hadirnya era informasi trend dan perubahan perpustakaan sangat pesat
baik dalam tugas-tugas profesional perpustakaan mulai pengembangan koleksi, pengorganisasian
informasi, pelestarian informasi, penyimpanan, pendayagunaan informasi sampai dengan
aksesibilitas pelayanan informasi.1

Kondisi ini sebenarnya memiliki arti penting bagi lembaga yang bergerak dalam bidang
informasi termasuk perpustakaan. Pandangan yang berbeda Deegan (2002) bahwa pengaruh
kemajuan teknologi informasi dan komunikasi dunia telah terjadi perubahan radikal dalam
bidang bisnis yang ditengarai adanya meluapnya informasi (information exsplotions).
Modernitas media informasi pada era informasi telah melahirkan berbagai inovasi baru di bidang
perpustakaan dan informasi antara lain menghasilkan berbagai inovasi perpustakaan digital.
Kehadiran teknologi informasi dan komunikasi dibidang perpustakaan menghasilkan percepatan
dan ketepatan dalam membangun layanan perpustakaan.

Kecanggihan teknologi tersebut meliputi sistem automasi perpustakaan, sistem


perpustakaan digital, sistem jaringan perpustakaan digital, sistem basis data elektronik dan
internet. Dalam implikasi di masyarakat bahwa kemajuan teknologi informasi memunculkan
generasi net (net generation) maupun digital native pada masyarakat informasi. Kompleksitas
peran perpustakaan digital sebagai sarana pendidikan, informasi, budaya dan sarana
mencerdaskan bangsa maka memandang perlu mengembangkan perpustakaan digital dalam
membangun aksesibilitas informasi masyarakat berbasis pada budaya masyarakat. Pandangan
diatas juga diperjelas Menemy (2007) bahwa pandangan Ranganathan yang diperkirakan masih
relevan abad 21 memberikan inspirasi bahwa perpustakaan mampu menyesuaikan diri tumbuh
dan berkembang sebagai organisasi yang tumbuh pada ekologi global era digital.

1
Supriyanto, Wahyu & Ahmad Muhsin. 2008. Teknologi Informasi Perpustakaan. Yogykarta: Kanisius
Bentuk akrobatiknya perpustakaan dalam konteks Ranganathan mampu mengembangkan
koleksi digital, mengorganisasi informasi, preservasi digital serta mendesiminasikan informasi
kepada masyarakat umum. Berdasarkan Undang-Undangperpustakaan dalam konteks
Ranganathan mampu mengembangkan koleksi digital, mengorganisasi informasi, preservasi
digital serta mendesiminasikan informasi kepada masyarakat umum.

Perkembangan teknologi informasi yang sangat cepat sudah mempengaruhi berbagai


bidang kehidupan dan profesi, hal ini menyebabkan perubahan system pada instansi atau
perusahaan, juga harus menguba cara kerja mereka. Teknologi informasi banyak digunakan
untuk pengelolaan pekerjaan karena daya efektifitas dan efisiensinya yang sudah terbukti mampu
mempercepat kinerja, kecepatan kinerja pada akhirnya akan meningkatkan keuntungan atau
omset yang masuk, baik secara finansial maupun jaringan. Penggunaan teknologi informasi
dalam kehidupan sehari-hari antar wilayah sehingga penyebaran pengetahuan menjadi begitu
cepat. Kemajuan paling terlihat adalah pada penggunaan teknologi informasi dalam proses
pengolahan data menjadi informasi menjadi cepat dan dilakukan secara otomatis.2

Perkembangan dunia perpustakaan dilihat dari segi koleksi data dan dokumen yang
disimpan, diawali dari perpustakaan tradisional yang hanya terdiri dari kumpulan koleksi buku
tanpa catalog, kemudian muncul perpustakaan semi modern yang menggunakan catalog (index).
Perkembangan mutakhir adalah munculnya perpustakaan digital (digital library) yang memiliki
keunggulan dalam kecepatan pengaksesan karena berorientasi antar wilayah sehingga
penyebaran pengetahuan menjadi begitu cepat. Kemajuan paling terlihat adalah pada
penggunaan teknologi informasi dalam proses pengolahan data menjadi informasi menjadi cepat
dan dilakukan secara otomatis. Perkembangan dunia perpustakaan dilihat dari segi koleksi data
dan dokumen yang disimpan, diawali dari perpustakaan tradisional yang hanya terdiri dari
kumpulan koleksi buku tanpa catalog, kemudian muncul perpustakaan semi modern yang
menggunakan catalog (index). Perkembangan mutakhir adalah munculnya perpustakaan digital
(digital library) yang memiliki keunggulan dalam kecepatan pengaksesan karena berorientasi
mempermudah pertukaran informasi dan data ke data digital dan media jaringan computer
(internet).

2
Kusmayadi, Eka. 2014. Teknologi Komunikasi dan Informasi. Jakarta : Universitas Terbuka.
Selain itu dari segi manajemen (tehnik pengelolaan), dengan semakin kompleksnya
koleksi perpustakaan, saat ini muncul kebutuhan akan penggunaan teknologi informasi untuk
otomatisasi bussiness process di perpustakaan. Selain untuk mempermudah dan memperluas
akses, perpustakaan hendaknya mampu melakukan manajemen pengetahuan secara maksimal
dan diharapkan lebih memfokuskan diri sebagai community information intermediary, yaitu
institusi yang dapat memahami dan berempati terhadap komunitas pengguna, memiliki
pemahaman yang mendalam terhadap dunia informasi dan organisasinya serta dengan aktif
selalu mengembangkan dan meningkatkan mekanisme yang menghubungkan keduanya.

Pemberdayaan perpustakaan dan pustakawan dalam paradigma baru harus disesuaikan


dan ditingkatkan seiring dengan perubahan tuntutan pengguna, yaitu akses informasi secara lebih
luas cepat dan tepat. Semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan semakin
beragamnya teknologi canggih membawa perubahan pula pada masyarakat dan individu.
Perubahan tersebut pada akhirnya akan mempengaruhi pula pada tuntunan terhadap kondisi
keberadaan perpustakaan. Indikator perpustakaan ideal yang dulu diukur dari jumlah koleksi
yang banyak dan gedung yang besar, sekarang sudah berubah menjadi sejauh apa perpustakaan
mampu memenuhi kebutuhan komunitas pemakainya.3

Perpustakaan saat ini dituntut mampu berubah mengikuti perubahan sosial pemakainya.
Perkembangan Teknologi Informasi (TI) telah banyak mengubah karakter sosial pemakainya.
Perubahan dalam kebutuhaninformasi, berinteraksi dengan orang lain, berkompetisi, dan lain-
lain. Pada akhirnya semua itu berujung pada tuntutan pemakai agar perpustakaan tidak hanya
sekedar.

Penemuan dunia internet menambah kekayaan media untuk mempercepat ketersediaan


dan pertukaran informasi diseluruh dunia. Banyak manfaat yang diperoleh dengan diterapkannya
teknologi informasi, awal mula TI diprakarsai dengan kehadiran computer, hampir setiap
instansi maupun orang saat ini menggunakan computer. Hal inilah yang menjadi sebab
penggunaan dan penerapan teknologi informasi komputer disuatu instansi menjadi ukuran
kemajuan, tidak terkecuali di perpustakaan.

3
Laksmi, Tamara Adriani Sosetyo-Salim, Ari Imansyah. 2011. Manajemen Lembaga Informasi : Teori dan
Praktek. Jakarta: Penaku
Adapun pembahasan dalam tulisan ini yaitu mengenai tentang perpustakaan di era
teknologi informasi. Adapun tujuan dari penulisan ini yaitu untuk menambah sedikit
pengetahuan mengenai tentang perpustakaan di era teknologi.

PEMBAHASAN

Teknologi Informasi

Sebelum membicarakan pengertian teknologi media, terlebih dahulu dijelaskan terlebih


dahulu tentang teknologi informasi dan komunikasi. Hal ini karena perkembangan teknologi
media pada dasarnya merupakan bagian tidak terpisahkan dari perkembangan di bidang
teknologi informasi dan komunikasi secara umum. Menurut Sulityo-basuki (1993), yang
termasuk dalam teknologi informasi adalah antara lain mencakup teknologi komunikasi, sistem
komunikasi optik, sistem pita-video dan cakram-video, komputer, bentuk mikro, komunikasi
suara dengan bantuan komputer, jaringan kerja data, surat elektronik, dan video teks serta
teleteks. Selanjutnya, teknologi informasi dalam kehidupan manusia telah menawarkan berbagai
metode, baik dalam komunikasi maupun dalam penyimpanan informasi.

Perkembangan teknologi informasi telah menghasilkan metode mengomunikasikan


informasi seperti sistem pos elektronis untuk transmisi teks memo dan surat dokumen, sistem
faksimile atau fotokopi jarak jauh, majalah elektronis, telekonferensi, dan jaringan komunikasi
data untuk mengomunikasikan data dalam bentuk terbacakan mesin. Selain itu, perkembangan
teknologi informasi juga telah menawarkan metode dan alat untuk merekam informasi termasuk
komputer dan media simpan seperti pita magnetis, cakram atau disk, dan media optik.
Perkembangan teknologi informasi tersebut telah memberikan kemudahan kepada masyarakat
untuk mendapatkan berbagai jenis informasi melalui media-media yang tersedia, baik media
tercetak maupun melalui media elektronik. 4Masyarakat sebagai pemakai informasi memiliki
kebebasan untuk memilih jenis media yang digunakan dalam memenuhi kebutuhan informasinya
tersebut.

4
Supriyanto, Wahyu dan Ahmad Muhsin. (2008). Teknologi Informasi Perpustakaan: Strategi Perancangan
Perpustakaan digital. Yogyakarta: Kanisius
Mereka dapat menggunakan media tercetak seperti buku, majalah atau jurnal, surat kabar,
dan media tercetak lainnya. Mereka juga dapat memanfaatkan media elektronik seperti kaset,
video, piringan atau disk, dan bahkan file-file komputer serta informasi terpasang lainnya yang
diakses melalui sarana internet. Dengan adanya berbagai ragam media tersebut diharapkan
masyarakat dapat memilih media yang paling sesuai atau relevan dengan kebutuhan
informasinya. Dengan demikian, hambatan-hambatan dalam akses informasi dapat teratasi
dengan adanya keragaman teknologi media informasi.

Pengertian Teknologi Media InformasiI

Uraian pada bab sebelumnya telah menunjukkan kepada kita bahwa teknologi media
berkaitan erat dengan teknologi informasi. Teknologi media merupakan bagian dari
perkembangan teknologi informasi. Kembali ke pembahasan utama yaitu tentang pengertian
teknologi media informasi, maka dapat kita uraikan pengertian masing-masing kata atau istilah
yang membentuknya, yaitu kata “teknologi”, kata “media”, dan kata “informasi”. Istilah
teknologi atau dalam bahasa Inggris disebut technology, menurut kamus Oxford Advanced
Learner’s Dictionary of Current English (1986) diartikan sebagai berikut.

“study, mastery and utilization of manufacturing and industrial methods; systematic


application of knowledge to practical tasks in industry”. (kajian, penguasaan dan
penggunaan metode industri dan manufaktur (produksi); penerapan pengetahuan secara
sistematis pada pekerjaan-pekerjaan praktis industry)

The World Book Encyclopedia (1994) dalam salah satu entrinya menjelaskan tentang
pengertian teknologi sebagai berikut.

“technology refers to all the ways people use their invention and discoveries to satisfy
their needs and desires. ……..technology thus involves the use of tools, machines,
materials, techniques, and sources of power to make work easier and more productive”.

Teknologi menunjukkan pada semua cara ; penemuan yang digunakan orang untuk
memenuhi kebutuhan dan keinginannya, dengan demikian, mencakup penggunaan alat, mesin,
bahan, teknik, dan sumber daya yang dapat mempermudah pekerjaan dan membuatnya lebih
produktif.
Dari beberapa pengertian tersebut dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud dengan
media adalah segala bentuk atau alat yang dapat digunakan untuk menyalurkan dan atau
penyimpan pesan atau informasi dari pengirim ke penerima. 5

Bentuk atau saluran tersebut dapat berbentuk tercetak, maupun noncetak. Dengan kata
lain, media merupakan wadah yang digunakan untuk menyimpan pesan atau informasi.
Selanjutnya, kata informasi secara umum dapat diartikan sebagai suatu pesan, ide, gagasan, yang
disampaikan seseorang. Dalam ilmu komunikasi, pesan yang ingin disampaikan oleh seorang
pengirim dipandang sebagai suatu informasi.

Informasi ini dapat berupa numerik atau berupa angka-angka, audio atau suara, teks atau
tulisan, dan citra atau gambar (image). Penyampaian informasi tersebut sebenarnya dapat
dilakukan secara langsung dengan lisan. Akan tetapi, penyampaian pesan tersebut dapat
dilakukan dengan menggunakan suatu media atau saluran tertentu. Saluran atau media ini, selain
dapat dipahami sebagai alat penyampai pesan atau informasi, dapat juga digunakan sebagai alat
penyimpan atau perekaman informasi.

Dari pengertian-pengertian ketiga kata tersebut diperoleh gambaran bahwa teknologi


media informasi berkaitan erat dengan penerapan hasil-hasil industri yang berupa alat atau media
yang digunakan dalam penyampaian dan penyimpanan informasi. Media tersebut mengalami
perkembangan seiring dengan perkembangan peradaban manusia pada umumnya, dan khususnya
perkembangan di bidang teknologi, terutama teknologi informasi dan komunikasi.

Arti Penting Teknologi Media Di Perpustakaan

Sebelum membicarakan arti penting teknologi media informasi di perpustakaan, terlebih


dahulu perlu dijelaskan hakikat fungsi perpustakaan secara umum. Semua jenis perpustakaan
pada hakikatnya mempunyai fungsi yang sama, yaitu sebagai perantara antara sumber-sumber
informasi dengan para pemakainya. Pada satu sisi, masyarakat baik secara perorangan maupun
kelompok atau kelembagaan pada dasarnya merupakan pemakai informasi yang memerlukan
informasi untuk berbagai keperluan hidupnya atau untuk mengatasi berbagai masalah yang
dihadapinya. Sementara pada sisi yang lain, informasi sebagai suatu ide, gagasan, temuan, dan
lain-lain yang dihasilkan oleh para penulis atau pengarang hanya dapat digunakan atau
5
Lasa HS. 2009. Kamus Kepustakawanan Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher
dimanfaatkan apabila informasi tersebut telah dituangkan dalam suatu media atau alat rekaman
informasi. Media penyimpanan informasi tersebut merupakan satu bentuk sumber informasi
yang digunakan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan informasinya.

Oleh karena itu, perpustakaan sebagai lembaga yang bertugas menyediakan berbagai
sumber informasi tidak pernah menjadikan sumber informasi utama atau penulis/pengarang dan
informasi dalam bentuknya yang masih asli atau informasi dalam bentuk lisan langsung sebagai
suatu koleksinya. Akan tetapi, sumber-sumber informasi yang menjadi koleksi perpustakaan
adalah sumber-sumber informasi yang tersimpan dalam suatu media penyimpan informasi yang
berisi gagasan, ide, konsep, teori, temuan, dan lain-lain dari penciptanya.

Masyarakat memenuhi kebutuhan informasi melalui sumber-sumber informasi yang


disediakan oleh perpustakaan dalam berbagai jenis format atau bentuk media penyimpan
informasi. Dengan demikian, melalui sumber-sumber informasi yang tersedia, perpustakaan
berusaha mempertemukan masyarakat dengan informasi yang diperlukannya. Oleh karenanya
menjadi penting bagi perpustakaan untuk selalu menyediakan sumber-sumber informasi yang
relevan dengan kebutuhan masyarakat.6

Seperti telah disinggung di atas, perkembangan teknologi informasi tidak bisa lagi
dihindari. Perpustakaan sebagai salah satu lembaga yang menyediakan jasa informasi bagi
masyarakat memerlukan teknologi informasi untuk memberikan pelayanan secara lebih baik.
Berbagai kemudahan-kemudahan yang ditawarkan oleh teknologi informasi baik berupa produk
maupun metode menjadi pilihan yang paling rasional bagi perpustakaan untuk mengembangkan
layanan yang diberikan. Selain penerapan teknologi untuk kepentingan operasional dan teknis
kegiatan perpustakaan dari mulai sistem penyediaan atau akuisisi koleksi, pengolahan sampai
pelayanan koleksi perpustakaan yang lazim dikenal dengan otomasi perpustakaan, produk-
produk teknologi terutama dalam hal media penyimpan informasi juga memerlukan respons dari
perpustakaan.

Ketersediaan keragaman teknologi media informasi di perpustakaan akan memberikan


alternatif yang bervariasi bagi penyediaan layanan perpustakaan. Para pemakai perpustakaan
juga dapat memanfaatkan media yang tersedia di perpustakaan secara lebih bervariatif sehingga

6
Lucas, H.C.Jr. 1987. Analisis Desain dan Implementasi Sistem Informasi. Erlangga.
dapat menghilangkan kejenuhan dan dapat menimbulkan perasaan senang berada di
perpustakaan. Selain itu, dengan tersedianya keragaman teknologi media di perpustakaan, juga
memberikan kesempatan kepada para pemakai untuk mengakses berbagai jenis informasi secara
luas, baik informasi yang tersedia atau berada di dalam perpustakaan (local collection), maupun
sumber-sumber informasi yang berada di luar perpustakaan (remote collection). Dengan
demikian, tidak ada lagi alasan bagi perpustakaan untuk tidak memanfaatkan atau menggunakan
teknologi informasi dalam upaya memberikan layanan perpustakaan secara lebih baik.7

Perpustakaan

Sebenarnya banyak sekali dijumpai atau pernah kita baca tentang definisi dari
perpustakaan itu sendiri. Beberapa definisi perpustakaan yaitu sebagai berikut:

a. Perpustakaan adalah institusi pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan atau karya rekam
secara professional dengan sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan,
penelitian, pelestarian, informasi, dan rekreasi para pemustaka.

b. Perpustakaan merupakan sistem informasi yang dalam prosesnya terdapat aktifitas


pengumpulan, pengolahan, pengawetan, pelestarian, dan penyajian. Yang terdiri dari bahan
buku maupun non buku yang dikelola dengan sistem tertentu untuk dimanfaatkan oleh
masyarakat pemakai.

c. Perpustakaan adalah kumpulan materi baik yang tercetak dan non tercetak dan atau sumber
informasi dalam computer yang bisa bahanya dari sumber informasi tertentu yang disusun
secara sistematis untuk digunakan pemakai.

Beberapa pengertian dari perpustakaan diatas, walaupun berasal dari berbagai sumber
yang berbeda, namun tetap saja bermuara pada satu inti bahwa perpustakaan adalah tempat
penyedia jasa layanan informasi sesuai dengan kebutuhan pencari informasi.

Akan tetapi beberapa pengertian diatas masih menggambarkan perpustakaan yang lebih
bersifat konvensional dalam situasinya sehari-hari.

Penyediaan Akses Informasi melalui Teknologi Informasi

7
Supriyanto, Wahyu & Ahmad Muhsin. 2008. Teknologi Informasi Perpustakaan. Yogykarta: Kanisius
Kemajuan teknologi memungkinkan penyebaran informasi dapat dilakukan tanpa
mengenal batas (borderless information dissemination). Pendistribusiannya telah menembus
dinding pemisah geografis, sosial, dan budaya sehingga informasi yang dibutuhkan dapat
dinikmati pada waktu dan secara bersamaan yang menyebabkan hubungan dan komunikasi
global dapat dilakukan secara cepat. Gambaran di atas menunjukkan bahwa kebutuhan akan
informasi yang dapat diperoleh secara cepat dan akurat merupakan kebutuhan yang tidak dapat
dihindari pada era globalisasi ini yang realisasinya sangat ditunjang oleh perkembangan
teknologi informasi khususnya yang dapat mengemas informasi ke dalam bentuk yang lebih
praktis dan menarik.8

Pada saat ini telah tampak gejala ke arah tersebut dan di masa yang akan datang dapat
dipastikan bahwa kebutuhan informasi akan dapat diperoleh/ diakses melalui layar monitor tanpa
perlu pemakai datang ke perpustakaan atau pusat dokumentasi lainnya untuk mendapatkan
informasi yang diperlukannya. Melalui perpustakaan maya (virtual library), harapan ini bukanlah
sesuatu yang tidak mungkin untuk dapat diwujud-kan, adanya peningkatan kualitas infrastruktur
pada jaringan telekomunikasi serta peningkatan kemampuan teknologi informasi dalam
memproses data akan berdampak langsung pada sistem pengelolaan dan layanan pada lembaga/
instansi penyedia informasi seperti halnya perpustakaan.

Kemampuan akses yang begitu tinggi apabila tidak diimbangi dengan penye-diaan
informasi yang berkualitas dikhawatirkan pada suatu saat akan menjadi bumerang bagi generasi
muda kita di masa datang. Keanekaragaman informasi yang ditawarkan melalui internet dan
kebebasan dalam menentukan pilihan merupakan tantangan bagi bangsa ini untuk secara serius
mulai mencermati upaya-upaya strategis dalam mengemas karya dan hasil pemikiran bangsa
sendiri.

Hal ini perlu dilakukan sehingga mampu menarik minat para generasi muda untuk lebih
tekun dan serius dalam menghayati, mencermati, dan mempelajari serta menghargai kekayaan
dan potensi bangsa sendiri. Pengalihan sistem layanan secara tradisional ke sistem yang
memanfaatkan teknologi informasi menyebabkan pergeseran dan perubahan dalam infra-
struktur, proses pengolahan dan sistem pengelolaannya. Manfaat yang ditawarkan dalam
penyampaian secara ini mampu melipat gandakan pendayagunaan informasi yang dimilikinya.
8
Kusmayadi, Eka. 2014. Teknologi Komunikasi dan Informasi. Jakarta : Universitas Terbuka.
Hal ini dapat dicapai karena informasi yang diolahnya tidak saja dimanfaatkan secara fisik oleh
pemakai yang berdomisili di sekitar perpustakaan tetapi mampu diakses secara luas oleh para
pemakai yang membutuhkannya. Peluang ini seharusnya dapat dimanfaatkan secara maksimal
dalam mempercepat, memperluas dan meratakan penyebaran informasi yang sangat dibutuhkan
oleh masyarakat.

Perpustakaan dan Teknologi Informasi

Sejak akhir tahun 1970 gagasan untuk menerapkan teknologi informasi secara lebih
efektif mulai menjadi suatu kebutuhan yang menyatu. Hal ini disampaikan oleh Kennedy bahwa
pada gagasan tersebut mulai dijelaskan bagaimana sistem otomasi dapat meningkatkan kinerja
karyawan.9

Agar informasi dapat disampaikan secara efektif maka perlu adanya suatu sistem yang
dapat memproses penyampaiannya. Kecepatan dan ketepatan penyampaian informasi tersebut
harus didukung oleh suatu sistem otomasi yang saat ini sudah merupakah kebutuhan setiap
organisasi untuk mengolah data maupun informasi yang dimilikinya. Dilanjutkan oleh Kennedy
bahwa penerapan sistem otomasi dalam organisasi dapat mengubah struktur organisasi secara
menyeluruh, menciptakan keunggulan kompetitif dengan memberikan cara-cara baru pada
organisasi untuk berkinerja lebih baik, menciptakan peluang baru dari kegiatan yang telah ada.

Teknologi informasi (TI) saat ini telah menyebar hampir disemua bidang. Tidak
terkecuali di perpustakaan. Dalam masyarakat maju, pengetahuan merupakan sumber daya
primer untuk individu dan public.

Sebagai akibatnya seseorang harus selektif tentang jenis data dan informasi yang
diproses. Data dan informasi tersebut harus relevan, dan akurat sehingga dapat terhindar dari
memeperoleh harta karun dari longsoran informasi yang tdak penting.

Kebutuhan akan teknologi informasi sangat berhubungan dengan peran perpustakaan


sebagai kekuatan dalam pelestarian dan penyebab informasi ilmu pengetahuan, tempat rujukan
bagi para pencari ilmu, dan pengembangan karya-karya ilmiah. Dengan teknologi informasi

9
Pendit, Putu Laxman. (2007). Perpustakaan Digital: Perspektif Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia.
Jakarta : Sagung Seto
pegeseran kebudayaan berkembang seiring dengan meningkatnya minat untuk menulis,
mencetak, mendidik dan kebutuhan manusia akan informasi. Tugas perpustakaan dalam
menyebarkan informasi dengan jalan mengidentifikasi, mengumpulkan mengelola dan
menyediakan untuk pendidikan maupun masyarakat luas.

Paradigma lama tentang perpustakaan dengan berbagai kerumitannya dalam melakukan


pengolaan pustaka, keanggotaan serta sirkulasi koleksi ini terhapus. Semua dapat dilakukan
dengan perubahan tata cara pengelolaan perpustakaan yang memanfaatkan teknologi informasi.
Keunggulan yang dirasakan, diantaranya mengenai konsep catalog online yang memungkinkan
pencarian koleksi kapan pun dan dimana pun, otomasi pengelolaan sirkulasi, serta penyediaan
koleksi pustaka berwujud digital merupakan sebagian ciri dari pengelolaan perpustakaan
modern. Perkembangan dari penerapan teknologi informasi dan komunikasi dapat diukur dengan
telah diterapkannya/ digunakannya sebagai Sistem Informasi Manajemen (SIM) perpustakaan
dan perpustakaan digital. 10

Sistem Informasi Manajemen (SIM) perpustakaan merupakan pengintegrasian antara


bidang pekerjaan aministrasi, pengadaan, inventarisasi, katalogisasi, pengolahan, sirkulasi,
statistik, pengelolaan anggota perpustakaan, dan lain-lain. Sistem ini sering dikenal juga dengan
sebutan sistem otomasi perpustakaan. Dengan penerapan SIM ini secara langsung merubah
paradigma layanan perpustakaan. Layanan perpustakaan yang dulunya offline berrubah menjadi
online. Di sini Perpustakaan harus mampu merancang layanan perpustakan yang memungkinkan
akses terhadap sumber-sumber informasi (information resources).

Hal ini mengisyaratkan bahwa pemanfaatan perpustakaan tidak lagi bergantung pada
visitasi pemakai perpustakaan atau bertumpu pada kunjungan secara fisik semata, tetapi
pemanfaatannya dapat dilakukan setiap saat dan dari berbagai tempat dimanapun pengguna
berada.

Penerapan teknologi informasi di perpustakaan saat ini sudah menjadi ukuran untuk
mengetahui tingkat kemajuan dari perpustakaan tersebut, bukan lagi pada besarnya gedung yang
dipakai, banyaknya rak buku, ataupun menyediakan untuk pendidikan maupun masyarakat luas.

10
Qalyubi, Syihabuddin dkk. (2003). Dasar-dasar Ilmu perpustakaan dan Informasi. Yogyakarta: Jurusan
Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga.
Paradigma lama tentang perpustakaan dengan berbagai kerumitannya dalam melakukan
pengolaan pustaka, keanggotaan serta sirkulasi koleksi ini terhapus. Semua dapat dilakukan
dengan perubahan tata cara pengelolaan perpustakaan yang memanfaatkan teknologi informasi.
Keunggulan yang dirasakan, diantaranya mengenai konsep catalog online yang memungkinkan
pencarian koleksi kapan pun dan dimana pun, otomasi pengelolaan sirkulasi, serta penyediaan
koleksi pustaka berwujud digital merupakan sebagian ciri dari pengelolaan perpustakaan
modern.

Perkembangan dari penerapan teknologi informasi dan komunikasi dapat diukur dengan
telah diterapkannya/ digunakannya sebagai Sistem Informasi Manajemen (SIM) perpustakaan
dan perpustakaan digital . Sistem Informasi Manajemen (SIM) perpustakaan merupakan
pengintegrasian antara bidang pekerjaan aministrasi, pengadaan, inventarisasi, katalogisasi,
pengolahan, sirkulasi, statistik, pengelolaan anggota perpustakaan, dan lain-lain. Sistem ini
sering dikenal juga dengan sebutan sistem otomasi perpustakaan. Dengan penerapan SIM ini
secara langsung merubah paradigma layanan perpustakaan. Layanan perpustakaan yang dulunya
offlinene berubah menjadi online. Di sini Perpustakaan harus mampu merancang layanan
perpustakan yang memungkinkan akses terhadap sumber-sumber informasi (information
resources). 11

Hal ini mengisyaratkan bahwa pemanfaatan perpustakaan tidak lagi bergantung pada
visitasi pemakai perpustakaan atau bertumpu pada kunjungan secara fisik semata, tetapi
pemanfaatannya dapat dilakukan setiap saat dan dari berbagai tempat dimanapun pengguna
berada.

Penerapan teknologi informasi di perpustakaan saat ini sudah menjadi ukuran untuk
mengetahui tingkat kemajuan dari perpustakaan tersebut, bukan lagi pada besarnya gedung yang
dipakai, banyaknya rak buku, ataupun berjubelnya pengguna. Semakin canggih dan otomatis
kinerja perpustakaan maka semakin maju perpustakaan itu. Alasannya sederhana dengan
teknologi informasi maka akan lebih banyak yang dikerjakan dan dilayani.

Klasifikasi pembagian perpustakaan sesuai penerapan teknologi yang digunakan menjadi:12

11
Saleh, Abdul Rahman. (2010). Membangun Perpustakaan Digital. Jakarta: Sagung Seto.
a. Perpustakaan tradisional yaitu perpustakaan yang sudah sering kita lihat dengan berbagai rak
koleksi buku serta pencatatan manual oleh petugas pustakawan.

b. Perpustakaan terotomasi yaitu perpustakaan yang dalam pengelolaannya (pencatatan,


perekapan, dan percetakan) sudah menggunakan teknologi computer.

c. Perpustakaan digital yaitu perpustakaan dengan system informasi manajemen menggunakan


teknologi informasi ditambah koleksi-koleksi digital baik berupa jurnal, ebook, CD audio,
maupun koleksi video.

Penerapan teknologi informasi (TI) di perpustakaan merupakan wujud dari suatu


perubahan layanan. Perubahan ini yang mendorong perpustakaan untuk melakukan modernisasi
pelayanan dan menerapakan TI dalam aktifitas kesehariannya. Tuntutan perubahan yang semakin
besar ini seakan menjadikan tantangan bagi perpustakaan untuk berbenah dan selalu inovatif
untuk dapat memberikan layanan yang terbaik melalui fasilitas TI.

Faktor Penggerak Teknologi Informasi pada Perpustakaann

Faktor penggerak meningkatnya tuntutan penggunaan teknologi informasi di perpustakaan


adalah:

1. Kemudahan mendapatkan produk teknologi informasi

2. Harga semakin terjangkau untuk memperoleh produk teknologi informasi

3. Kemampuan teknologi informasi

4. Tuntutan layanan masyarakat serba “klik”

Dengan teknologi informasi kita mampu mengotomatiskan perputaran sehingga akan


mempercepat kerja dari rutinitas tersebut. Penerapan teknologi informasi akan sangat membantu
banyak sekali kerja, lebih efektif dan efisien baik secara waktu, tenaga, pekerjaan dan modal.
Bukan hanya rutinitas, dengan teknologi informasi pekerjaan yang tadinya tidak mungkin
dikerjakan menjadi ada alternatif untuk menjembatani. Ada dua hal utama yang perlu

12
B. Mustafa. Perubahan Paradigma Layanan Perpustakaan Memasuki Era Teknologi Informasi. Jurnal
Pustakawan Indonesia Vol 1, No 1, 1997.
diperhatikan dalam memberdayakan perpustakaan sebagai upaya meningkatkan layanan
perpustakaan berorientasi pengguna berbasis teknologi yaitu:13

a. Ditinjau dari segi sarana dan prasarananya termasuk gedung dan lokasi

b. Ditinjau dari segi SDM yang mengelola perpustakaan tersebut.

Secara garis besar, dua hal di atas bisa dijelaskan sebagai berikut:

1. Ditinjau dari segi sarana dan prasarananya termasuk gedung dan lokasi.

Gedung perpustakaan hendaklah menarik dari segi arsitektur dan mudah dijangkau.
Penggunaan warna juga bisa merupakan daya tarik yang akan membangkitkan minat baca
pengguna. Selain itu sarana dan prasarana pendukung layanan perpustakaan hendaklah
didukung oleh Teknologi Informasi (TI) yang akan sangat membantu perpustakaan
memperbaiki kalitas dan jenis layanan. Minimal sebuah perpustakaan harus memiliki :

a. Jaringan Lokal (LAN , Local Area Network) berbasis TCP/IP

b. Akses ke internet yang cepat bagi pustakawan untuk mengakses informasi eksternal
perpustakaan beserta perangkatnya.

c. Komputer untuk pengguna untuk mengakses informasi layanan perpustakaan berikut


database persediaan koleksi yang dimiliki perpustakaan tersebut. Ditambah lagi
Pustakawan menyediakan akses hanya ke sumber-sumber yang dapat dipercaya
kualitasnya. Caranya dengan membuat portal atau pintu masuk ke sumber-sumber yang
telah terseleksi misalnya Virtual libraries subject-based gateways.

d. Koleksi dalam multi format baik dalam bentuk tercetak, multimedia, digital, hypertext
berikut sarana untuk mengakses koleksi tersebut

e. Adanya fasilitas digital dan internet.

13
Lisda Rahayu. Pelayanan Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka, 2011.
Fasilitas digital dan internet memungkinkan pengguna perpustakaandapat
memanfaatkan informasi yang dimiliki perpustakaan tanpa mengenal waktu dan jarak.
Homepageperpustakaan dapat menyajikan data bibliografis dan abstrak dari jurnal-jurnal
penelitian (kalau memungkinkan dalam bentuk full text), pendidikan pemakai, berita-
berita perpustakaan, informasi lokal (universitas, kota), pameran online, media
komunikasi dengan pengguna (saran dan kritik), hubungan dengan situs lain, dan
sebagainya.

f. Hot Spot

Hot Spot berarti menyediakan layanan internet bebas untuk suatu lingkungan
yang terbatas, sebagai contoh di sekitar gedung perpustakaan. Dengan memiliki hot spot
perpustakaan menyediakan jasa penelusuran internet yang dapat diakses oleh pengguna
dari Laptop/Note Book yang biasa dibawa oleh pengguna, dengan syarat memiliki LAN
Card Wireless.

2. Ditinjau dari segi SDM yang mengelola perpustakaan tersebut.

Dalam menghadapi tuntunan kebutuhan pengguna perpustakaan yang semakin tinggi


dan beraneka ragam, maka perpustakaan perlu mempersiapkan pustakawan yang profesional.
Jika pustakawan ingin disebut profesional, maka pustakawan perlu memiliki ”skill”,
”knowledge”, kemampuan (ability), serta kedewasaan psikologis (Ratnaningsih, 1998). 14

Namun dalam prakteknya sampai sejauh ini pustakawan Indonesia belum bisa
dikatakan mampu untuk menjadi profesional (ideal pun belum ) bahkan masih sangat jauh
dari konsep ideal. Sebagai pustakawan profesional, kita perlu mengikuti perkembangan dan
informasi mutakhir dalam bidang Pusdokinfo. Perkembangan TI mengakibatkan semua
bidang pekerjaan perpustakaan tidak ada lagi yang tidak mendapat sentuhan ”keajaiban” TI.

Keilmuan perpustakaan pun saat ini dituntut mampu mengikuti perubahan sosial
pemakainya. Perubahan dalam kebutuhan informasi, perubahan dalam berinteraksi dengan
orang lain, dan dalam berkompetisi. Pustakawan perlu menyadari bahwa perlu ditumbuhkan
suatu jenis kepustakawanan dengan paradigma-paradigma baru yang mampu menjawab

14
Pawit M. Yusuf. Ilmu Informasi, Komunikasi dan Kepustakaan, Jakarta: Bumi Aksara, 2009
tantangan media elektronik tanpa meninggalkan kepustakawanan konvensional yang
memang masih dibutuhkan (hybrid library). Hanya dengan sumber daya manusia (SDM)
dalam hal ini tenaga pengelola perpustakaan dan tenaga fungsional pustakawan yang
berkualitaslah (melalui keilmuannya) kita bisa membangun paradigma kepustakawanan
Indonesia. Oleh karena itu profil pustakawan diharapkan :15

a. Berorientasi kepada kebutuhan pengguna

b. Mempunyai kemampuan berkomunikasi yang baik

c. Mempunyai kemampuan teknis perpustakaan yang tinggi

d. Mempunyai kemampuan pengembangan secara teknis dan prosedur kerja

e. Kemampuan berbahasa asing yang memadai terutama bahasa Inggris

f. Mempunyai kemampuan melaksanakan penelitian di bidang perpustakaan.

g. Mempunyai kemampuan dalam memanfaatkan kemajuan teknologi informasi, antara


lain:

1. Kemampuan dalam penguasaan peralatan TI (tools and technological skill)

2. Kemampuan dalam penguasaan teknologi jaringan (computer networks)

3. Kemampuan dalam penguasaan internet dan intranet

Manfaat Pengunaan Teknologi Informasi pada Perpustakaan.

Dengan kemudahan yang diperoleh melalui penggunaan teknologi informasi maka


diharapkan pekerjaan kegiatan, dan layanan perpustakaan semakin meningkat menjadi lebih baik
sehingga perkembangan perpustakaan akan mengalami percepatan. Berikut manfaat yang bisa
dipetik dari penerapan teknologi informasi di perpustakaan:16

a. Mengefesiensikan dan mempermudah pekerjaan dalam perpustakaan


15
Soeatminah, Perpustakaan Kepustakawanan dan Pustakawan, Yogyakarta: Kanisius, 1992.

16
Laksmi, Tamara Adriani Sosetyo-Salim, Ari Imansyah. 2011. Manajemen Lembaga Informasi : Teori
dan Praktek. Jakarta: Penaku
b. Memberikan layanan yang lebih baik kepada pengguna perpustakaan

c. Meningkatkan citra perpustakaan

d. Pengembanga infrastruktur nasional, regional, dan global.

Manfaat lain dari penggunaan teknologi informasi pada perpustakaan adalah:

1. Meningkatkan kualitas layanan

Peningkatan kualitas layanan pada kecepatan pencarian referensi, kelengkapan data


referensi, keberadaan buku, peminjaman, pembuatan KTA, dan akses.

2. Memberikan kemudahan dalam pengambilan keputusan.

Pengambilan keputusan baik bagi pengguna maupun pengelola perpustakaan menjadi


cepat dan akurat dengan ketersediaan data. Bagi pengguna misal menentukan referensi mana
yang akan dipinjam dengan kondisi buku lama dan baru, alternative pengganti jika buku
sedang keluar, kapan harus dikembalikan dan sebagainya. Bagi pengelola, misal memutuskan
penerimaan anggota, jumlah denda, keberadaan buku, jumlah buku, keperluan pengadaan,
dan penataan koleksi.

3. Pengembangan otomasi perpustakaan

Perpustakaan sebagai pilar utama dalam melestarikan dan menyediakan informasi


ilmu pengetahuan perlu didukung kebutuhan TI seiring dengan kegiatan menulis, mencetak,
mendidik, dan pemenuhan kebutuhan masyarakat akan informasi yang semakin berkembang
dan beragam.

4. Penerapan TI di perpustakaan difungsikan untuk mengidentifikasi, mengumpulkan, dan


mengelola data-data dalam bentuk basis data serta menyediakan menjadi informasi yang
berguna bagi masyarakat dalam kemasan digital yang fleksibel dan mudah dibagikan.17

17
Pendit, Putu Laxman. 2009. Perpustakaan Digital: Kesinambungan dan Dinamika. Jakarta: Cita Karya Karsa.
Konsep Perpustakaan Digital

Secara umum pengertian perpustakaan disebutkan bahwa perpustakaan adalah institusi


pengelola koleksi karya tulis, karya cetak, dan/atau karya rekam secara profesional dengan
sistem yang baku guna memenuhi kebutuhan pendidikan, penelitian, pelestarian, informasi dan
rekreasi para pemustaka. (UU No. 43/2007 Bab I pasal 1 ayat 1). Kemudn pengertian
perpustakaan menurut Sulistyo Basuki (1991) bahwa perpustakaan adalah sebuah ruangan,
bagian sebuah gedung ataupun gedung itu sendiri yang digunakan untuk menyimpan buku dan
terbitan yang biasanya disimpan menurut tata susunan tertentu untuk digunakan pembaca, bukan
untuk dijual. (Sulistyo-Basuki, 1991).

Pada dasarnya perpustakaan digital sama saja dengan perpustakaan biasa, perbedaanya
adalah perpustakaan konvensional menggunakan koleksi berbasis tercetak sedangkan
perpustakaan digital memakai prosedur kerja berbasis komputer dan sumber daya digital. Secara
definitif bahwa perpustakaan digital adalah perpustakaan yang mengelola semua atau sebagian
yang substansi dari koleksi-koleksinya dalam bentuk komputerisasi sebagai bentuk alternatif,
suplemen atau pelengkap terhadap cetakan konvensional dalam bentuk mikro material yang saat
didominasi koleksi perpustakaan.

Berikut ini dijelaskan definisi perpustakaan digital sebagai berikut, menurut Borgman
dalam Teed (2005) disebutkan bahwa :“Digital libraries are set of electronic resources and
associated technical capabilities for creating, searching and using information. In this sence they
are an extension and enhancement of information storage and retrieval systems that manipulate
digital data in any medium (text, images, sounds …) and nexist in distributed networks.

Menurut International Conference of Digital Library (2004 ) bahwa pengertian


perpustakaan digital adalah sebagai perpustakaan elektronik yang informasinya didapat,
disimpan, dan diperoleh kembali melalui format digital. Perpustakaan digital merupakan
kelompok workstations yang saling berkaitan dan terhubung dengan jaringan (networks)
berkecepatan tinggi. Pustakawan menghadapi tantangan yang lebih besar dalam mendapatkan,
menyimpan, memformat, menelusuri atau mendapatkan kembali, dan memproduksi informasi
non teks. Sistem informasi modern kini dapat menyajikan informasi secara elektronik dan
memanipulasi secara otomatis dalam kecepatan tinggi. Berdasarkan paparan diatas dapatakses
sumber elektronik.

Kemudian dalam upaya pengembangannya bahwa dalam penyimpanan, penelusuran


informasi serta mamanipulasi data dalam media teks, gambar, suara atau gambar yang dapat
didistribusikan melalui jaringan (networks). Menurut Digital Library Federation, mendefinisikan
sebagai berikut : “digital libraries are organizations that provide the resources, including the
specialized staff, to select, structure, offer intellectual access to, interpret,distribute, preserve the
integrity of, and ensure the persistence over time of collections of digital works so that they are
readily and economically available for use by a defined community or set of communities.

Dalam pendapat di atas dijelaskan bahwa perpustakaan digital merupakan organisasi


sumber daya yang melibatkan staf pengelola untuk menyeleksi, mengembangkan,
menginterpretasikan, melestarikan dan melayankan koleksi digital sebagai akses intelektual
untuk dimanfaatkan kepada masyarakat secara cepat dan ekonomis. Definisi diatas juga
menegaskan bahwa perpustakaan digital sesungguhnya merupakan upaya yang terorganisir
dalam memanfaatkan teknologi yang ada bagi masyarakat pemustakanya.18

Menurut International Conference of Digital Library (2004 ) bahwa pengertian


perpustakaan digital adalah sebagai perpustakaan elektronik yang informasinya didapat,
disimpan, dan diperoleh kembali melalui format digital. Perpustakaan digital merupakan
kelompok workstations yang saling berkaitan dan terhubung dengan jaringan (networks)
berkecepatan tinggi. Pustakawan menghadapi tantangan yang lebih besar dalam mendapatkan,
menyimpan, memformat, menelusuri atau mendapatkan kembali, dan memproduksi informasi
non teks. Sistem informasi modern kini dapat menyajikan informasi secara elektronik dan
memanipulasi secara otomatis dalam kecepatan tinggi.

Berdasarkan paparan diatas dapat disimpulkan bahwa perpustakaan digital adalah


perpustakaan yang memiliki sebagian besar atau sebagian koleksinya dalam bentuk digital dan
dapat diakses secara online melalui jaringan (networks). Dalam konteks manajemen
perpustakaan digital bahwa perpustakaan digital melaksanakan tugas dalam menghimpun,
mengelola, melestarikan dan melayankan koleksi kapada masyarakat berbasis pada koleksi

18
Koswara. E. (editor) (1998). Dinamika Informasi dalam Era Global. Bandung: Remaja Rosdakary
digital yang dapat diakses secara online melalui jaringan. Berkaitan dengan konsep perpustakaan
digital tersebut, bahwa perpustakaan digital, berkaitan dengan bagaimana mendigitalisasikan
obyek/bahan dan menyediakannya secara online. 19

Selanjutnya bagaimana memasukkan informasi baru yang belum memiliki bentuk


penyajian secara nyata seperti layaknya koleksi perpustakaan, dan bagaimana menemukan
bahan-bahan dalam perpustakaan digital. Perpustakaan digital memiliki perbedaan dengan
perpustakaan tradisional, perpustakaan hibrida dan perpustakaan virtual. Perpustakaan tradisional
adalah perpustakaan yang bertugas dalam menghimpun, mengelola, melestarikan dan
melayankan koleksi dalam bentuk tercetak (printed) dan bersifat manual. Sedangkan
perpustakaan digital adalah perpustakaan yang menyimpan koleksi baik sebagian besar maupun
sebagian terdiri koleksi digital yang dapat diakses secara online melalui jaringan. Kemudian
perpustakaan hibrida adalah perpustakaan yang menyimpan, mengelola dan melayankan koleksi
tercetak dan koleksi elektronik secara duanya untuk kepentingan pemustaka.

Sedangkan perpustakaan virtual adalah perpustakaan yang semua koleksinya digital dan
hanya dapat diakses secara online melalui jaringan. Perpustakaan digital merupakan sebuah
inovasi baru dalam dunia perpustakaan yang lebih lanjut memiliki keunggulan keunggulan yang
dapat dimanfaatkan. Kelebihan perpustakaan digital sebagaimana Arms dalam Abdurahman
Saleh (2014) adalah sebagai berikut :

1. Perpustakaan digital membawa perpustakaan ke pengguna

2. Komputer dapat dimanfaatkan untuk mengakses dan menjelajah (browsing)

3. Informasinya dapat digunakan secara bersama (sharing)

4. Informasi yang ada mudah untuk diperbarui (diupdate)

5. Informasi selalu tersedia sepanjang hari, sepanjang masa, sepanjang hayat dan
memungkinkan bentuk informasi baru.

19
Pendit, Putu Laxman. (2007). Perpustakaan Digital: Perspektif Perpustakaan Perguruan Tinggi Indonesia.
Jakarta : Sagung Seto
Sedangkan kelebihan perpustakaan digital dibandingkan dengan perpustakaan konvensional
sebagaimana lebih lanjut diungkapkan Saleh (2014) adalah sebagai berikut:

a. Menghemat ruangan

b. Akses ganda (multiple access)

c. Tidak dibatasi oleh ruang dan waktu

d. Koleksi dapat berbentuk multimedia

e. Biaya lebih murah.

Urgensi dan Peran Perpustakaan Digital dalam Membangun Aksesibilitas Informasi

Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi informasi antara lain ditandai adanya
perubahan prilaku masyarakat dalam mendapatkan informasi serta semakin tinggi tuntutan
kebutuhan informasi yang sangat bervariasi.

Kondisi ini memiliki arti penting bagi perpustakaan untuk membangun ketersediaan
informasi melalui sistem simpan dan temu kembali informasi dan informasi dalam format digital.
Berbagai perubahan dalam bidang teknologi informasi dan komunikasi (TIK) menuntut layanan
informasi yang cepat, tepat, mudah dan murah. 20

Menurut Rubin (2016) dalam era informasi, perpustakaan dihadapkan pada permasalahan
media informasi dan aksesibilitas informasi yang mengarah pada kompetensi peran perpustakaan
konvensional akan tergantikan tugas-tugas kerumah tanggaannya. Kemajuan teknologi informasi
internet dan berbagai sumber daya elektronik (e-resources) berimbas dalam kegiatan
pengembangan koleksi sumber informasi, organisasi informasi, pelestarian, layanan jasa sumber
informasi dan kebijakan perpustakaan dalam menganggarkan serta mempersiapkan sumber
informasi elektronik (digital). Trend kemajuan jaman tersebut menuntut kesiapan para
profesionalisasi pustakawan dalam mempersiapkan dan mengorganisasi informasi.

20
Lisda Rahayu. Pelayanan Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka, 2011.
Dalam era industri dan pertanian, bahwa indikator kekayaan seseorang adalah
kepemilikan dan penguasaan tanah. Tetapi kemudian ketika era industri datang, yang dianggap
kekayaan adalah penguasaan industri. Dengan datangnya era informasi diyakini bahwa kekayaan
yang sesungguhnya adalah modal intelktual dan kecerdasan (intelectual capital). Di Indonesia
saat ini, terlihat bahwa era tersebut berlangsung secara serempak, namun sebagian besar
penduduk Indonesia masih tergantung pada pertanian, sebagian lagi sudah masuk dan bergerak
dalam bidang industri informasi. Kekayaan alam Indonesia belum dapat menjamin kesejahteraan
karena keterbatasan penguasaaan ilmu dan teknologi.

Dalam karakteristik perpustakaan digital dalam lingkungan perpustakaan sebagaimana


Siregar (2008) disebutkan sebagai berikut.

1. Akses terhadap perpustakaan tidak dibatasi oleh ruang dan waktu serta dapat diakses dari
mana dan kapan saja.

2. Koleksi dalam bentuk elektronik akan terus meningkat dan koleksi dalam bentuk cetak akan
menurun.

3. Koleksi dapat berbentuk teks, gambar, atau suara.

4. Penggunaan informasi elektronik akan terus meningkat dan penggunaan bahan tercetak akan
menurun.

5. Pengeluaran anggaran informasi akan beralih dari kepemilikan kepada pelanggan dan lisensi.

6. Pendanaan untuk peralatan dan infrastruktur akan meningkat.

7. Penggunaan bangunan akan beralih dari ruang koleksi ke ruang studi.

8. Pekerjaan, pelatihan, dan rekruitmen akan berubah.

Secara teknis bahwa pengadaan koleksi digital digitalisasi adalah sebuah proses yang
mengubah sinyal analog menjadi bentuk digital. Proses digital dapat dilakukan terhadap berbagai
bentuk bahan pustaka, seperti peta, naskah kuno, karya seni pattung, audiovisual, atau lukisan.
Proses digital pada karya seni patung dilakukan dengan menggunakan kamera digital, sehingga
menghasilkan foto digital atau gambar bergerak dalam format digital. Foto atau gambar bergerak
tersebut selanjutnya dapat disimpan dalam server, sehingga dapat diakses secara bersama-sama
di dalam sebuah jaringan komputer. Proses digital bertujuan melestarikan dokumen (konservasi).
Untuk naskah yang sudah sangat rapuh dibutuhkan proses laminating dengan plastik khusus
sebelum dokumen tersebut dipindai atau difoto.

Proses digital dapat dibedakan menjadi tiga kegiatan utama, yaitu: 21

a. Pemindaian (Scanning) yaitu proses memindai dokumen dalam bentuk cetak dan
mengubahnya dalam bentuk berkas digital (misalnya PDF).

b. Pengeditan (Editing) yaitu proses mengolah berkas PDF di dalam komputer dengan cara
memberikan password, watermark, catatan kaki, daftar isi, hyperlink, dan sebagainya.
Kebijakan mengenai hal-hal yang perlu diedit dan dilindungi di dalam berkas tersebut
disesuaikan dengan kebijakan yang ditetapkan perpustakaan. Proses OCR (Optical Character
Recognition) dikategorikan pula dalam pengeditan. OCR adalah sebuah proses yang
mengubah gambar menjadi bentuk teks.

c. Pengunggahan (Uploading) adalah proses pengisian meta data dan mengunggah berkas
dokumen tersebut ke perpustakaan digital.

PENUTUP

Dari uraian pembahasan diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa peran dari teknologi
informasi adalah sebagai tools atau perangkat alat yang digunakan untuk mengotomatiskan
kinerja dari layanan perpustakaan. Dengan penerapan TI baik pustakawan maupun pengguna
diharapkan semakin cepat dalam bekerja dan mengakses berbagai layanan perpustakaan.

Dengan adanya penerapan teknologi informasi di perpustakaan tentunya komponen


pengelolaan perpustakaan pun perlu menyesuaikan diri dengan manajemen yang berbasis
teknologi dan informasi mutakhir sehingga mampu menjadi pusat informasi pertama dan utama.

Dalam dinamika pengembangan perpustakaan digital tidak saja terkonsentrasi pada


masalah implementasi teknologi, masalah aspek manajemen, hukum dan keragaman budaya
(multicultural) menjadikan faktor penting dalam pengembangan perpustakaan digital dalam

21
Pawit M. Yusuf. Ilmu Informasi, Komunikasi dan Kepustakaan, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.
membangun aksesibilitas informasi. Perpustakaan harus mengalami metamorfosa membangun
layanan perpustakaan berbasis teknologi informasi kedalam era informasi. Pada akhirnya
nantinya bahwa pengembangan perpustakaan digital dituntut membangun aksesibilitas informasi
dan mendesiminasi pengetahuan menuju masyarakat informasi.22

Masyarakat informasi merupakan keadaan masyarakat dimana kualitas hidupnya, prospek


perubahan sosial dan pembangunan ekonominya bergantung pada peningkatan informasi dan
pemanfaatnya. Kemudian dalam memberikan layanan pada masyarakat modern, perpustakaan
memerlukan pengaturan tentang hak dan kewajiban dalam cara menyajikan, menyimpan,
menyebarkan dan menggunakan informasi dalam kegiatan pendidikan tinggi. Perpustakaan juga
masih bekerja dengan prinsip-prinsip legal dan etika yang didasarkan pada tradisi cetak.
Manakala teknologi digital membawa ciri-ciri baru kedunia kepustakawanan, maka adalah tugas
pustakawan untuk memahami aturan-aturan baru yang diperlukan agar kegiatan perpustakaan
tetap pada koridor hukum yang berlaku di sebuah masyarakat.

Keberhasilan pengembangan perpustakaan digital bukan saja ditentukan pada aspek


teknis,tetapi perlu mengembangkan strategi manajemen sumber daya manusia, implementasi
teknologi informasi, strategi perumusan kebijakan akses informasi, dan strategi pengembangan
resource sharing.

22
Soeatminah, Perpustakaan Kepustakawanan dan Pustakawan, Yogyakarta: Kanisius, 1992.
DAFTAR PUSTAKA

Lasa HS. 2009. Kamus Kepustakawanan Indonesia. Yogyakarta: Pustaka Book Publisher

Lucas, H.C.Jr. 1987. Analisis Desain dan Implementasi Sistem Informasi. Erlangga.

Supriyanto, Wahyu & Ahmad Muhsin. 2008. Teknologi Informasi Perpustakaan. Yogykarta:
Kanisius

Kusmayadi, Eka. 2014. Teknologi Komunikasi dan Informasi. Jakarta : Universitas Terbuka.

Laksmi, Tamara Adriani Sosetyo-Salim, Ari Imansyah. 2011. Manajemen Lembaga Informasi :
Teori dan Praktek. Jakarta: Penaku

Pendit, Putu Laxman. 2009. Perpustakaan Digital: Kesinambungan dan Dinamika. Jakarta: Cita
Karya Karsa.

Koswara. E. (editor) (1998). Dinamika Informasi dalam Era Global. Bandung: Remaja
Rosdakarya
Pendit, Putu Laxman. (2007). Perpustakaan Digital: Perspektif Perpustakaan Perguruan Tinggi
Indonesia. Jakarta : Sagung Seto

Qalyubi, Syihabuddin dkk. (2003). Dasar-dasar Ilmu perpustakaan dan Informasi. Yogyakarta:
Jurusan Ilmu Perpustakaan dan Informasi Fakultas Adab IAIN Sunan Kalijaga.

Saleh, Abdul Rahman. (2010). Membangun Perpustakaan Digital. Jakarta: Sagung Seto.

Supriyanto, Wahyu dan Ahmad Muhsin. (2008). Teknologi Informasi Perpustakaan: Strategi
Perancangan Perpustakaan digital. Yogyakarta: Kanisius

B. Mustafa. Perubahan Paradigma Layanan Perpustakaan Memasuki Era Teknologi Informasi.


Jurnal Pustakawan Indonesia Vol 1, No 1, 1997.

Lisda Rahayu. Pelayanan Bahan Pustaka. Jakarta: Universitas Terbuka, 2011.

Pawit M. Yusuf. Ilmu Informasi, Komunikasi dan Kepustakaan, Jakarta: Bumi Aksara, 2009.

Soeatminah, Perpustakaan Kepustakawanan dan Pustakawan, Yogyakarta: Kanisius, 1992.

Anda mungkin juga menyukai