Anda di halaman 1dari 9

8.

4 SIFAT-SIFAT UNSUR

Dalam pasal ini kita akan mempelajari secara singkat bagaimana pengetahuan kita mengenai struktur
atom membantu kita untuk me mahami sifat-sifat fisika dan kimia berbagai unsur. Bahasan kita akan
didasarkan pada kedua aturan berikut:

1. Subkulit yang terisi penuh lazimnya merupakan konfigurasi pa ling mantap. Atom dengan satu
elektron di luar kulit tertutupnya rela melepaskan elektron tersebut pada atom lain guna memben tuk
suatu ikatan kimia. Begitu pula, atom yang kulit tertutupnya kekurangan satu elektron cenderung
menerima tambahan elek tron dari atom lain guna membentuk suatu ikatan kimia. 2. Subkulit yang terisi
penuh tidak memberi saham pada sifat fisika dan kimia suatu atom. Hanya elektron-elektron pada
subkulit tidak terisi penuh yang perlu ditinjau.

Kita akan meninjau sejumlah sifat fisika berbagai unsur, dan akan mencoba memahami sifat-sifat
tersebut berdasarkan teori atom.

1. Jari-jari Atom. Telah kita pelajari bahwa jari-jari sebuah atom bukanlah suatu besaran yang
tertentukan secara pasti, karena "ukuran" sebuah atom ditentukan oleh rapat probabilitas elek tron.
Begitu pula, jari-jari atom merupakan suatu besaran yang sulit diukur lewat percobaan, dan ternyata,
percobaan yang ber beda menghasilkan pula nilai jari-jari yang berbeda. Salah satu cara untuk
mendefinisikan jari-jari atom adalah dengan meng ukur jarak antara atom dalam sebuah kristal yang
mengandung unsur itu. Tetapi, jika unsurnya muncul dalam kristal yang berbeda dengan valensi yang
berbeda, jari-jari yang diukur dapat pula berbeda. Gambar 8.3 memperlihatkan ketergantungan jari-jari
khas atom tersebut pada Z.

2. Energi Ionisasi. Energi minimum yang diperlukan untuk membe

baskan sebuah elektron dari atomnya dikenal sebagai energi ioni sasi. Sebagai contoh, hidrogen memiliki
energi ionisasi sebesar 13,6 eV. Helium memiliki energi ionisasi sebesar 24,6 eV bagi elektron pertama,
dan 54,4 eV bagi elektron kedua. Tabel 8.3 menyajikan daftar energi ionisasi beberapa unsur, dan
Gambar 8.4 memper lihatkan ketergantungan energi ionisasi pada bilangan atom Z.
3. Resistivitas Elektrik. Apabila antara kedua ujung bahan makro dikenakan suatu beda potensial
(tegangan), maka aliran elektrik akan mengalir di dalamnya. Arus I dan tegangan V dalam keba

nyakan bahan saling terkait menurut hukum Ohm, V = IR, di mana R adalah resistans elektrik bahan
tersebut. Jika panjang bahan adalah L dan luas penampangnya A, maka resistansnya adalah

R= p L/A
Resistivitas p merupakan sifat khas bahan dan diukur dalam sa tuan ohm'cm. Konduktor elektrik yang
baik memiliki resistivi tas yang kecil (p= 1,7 x 10-6 ohmcm bagi tembaga); kon jelek memiliki resistivitas
yang besar (p= 2 × 10 ohmcm bagi belerang). Dari sudut pandang atom, arus bergan tung pada aliran
elektron yang relatif lemah ikatannya, yang

mudah dibebaskan dari atomnya dengan mengenakan suatu be da potensial. Selain itu, juga bergantung
pada kemampuan elek tron untuk berpindah dari satu atom ke atom lainnya. Jadi, un sur-unsur dengan
elektron s, yang lebih sering didapati berada jauh dari inti atom dibandingkan terhadap elektron-
elektron dengan nilai yang besar, diperkirakan akan memiliki resistivitas yang kecil.

Gambar 8.5 memperlihatkan ketergantungan resistivitas elek trik pada nomor atom.
4. Suseptibilitas Magnet. Apabila sebuah bahan ditempatkan dalam. suatu medan magnet dengan
intensitas B, maka bahannya ter magnetkan" dan memiliki suatu magnetisasi M, yang besarnya
sebanding dengan B:

X' adalah suseptibilitas magnet. (Bahan yang memiliki x > 0 disebut paramagnet, dan yang memiliki x < 0
disebut diamagnet; bahan yang tetap bersifat magnet walaupun medan B dihilangkan disebut
feromagnet dan bagi bahan seperti itu, x tidak terdefi nisikan).

Dari sudut pandang teori atom, kemagnetan atom bergantung pada I dan s elektron-elektron terluarnya,
karena kedua momen magnet , dan , berbanding lurus dengan I dan s [ingat kembali Persamaan (7.16)
dan (7.24)]. Efek inilah yang berperan bagi su septibilitas paramagnet dan terjadi semua atom. Diamag
netisme disebabkan oleh efek berikut: apabila pada suatu untai elektrik dikenakan suatu medan magnet,
maka akan mengalir arus imbas dalam untai tersebut; arus imbas ini menimbulkan medan magnet yang
cenderung melawan medan yang dikenakan (hukum Lenz). Dalam kasus fisika atom, kias untai elektrik
ada lah elektron yang mengorbit, dan arus imbas terdiri atas sedikit penambahan atau penurunan laju
elektron dalam orbitnya. Ini menghasilkan magnetisasi bahan dengan arah melawan medan B yang
dikenakan, karena itu saham diamagnet pada x adalah negatif.

Gambar 8.6 memperlihatkan suseptibilitas magnet beberapa un sur.

Dengan hanya mengkaji Gambar 8.3 hingga 8.6, anda dapat melihat betapa luar biasanya keteraturan
sifat-sifat berbagai un sur. Teristimewa kesamaan sifat berbagai urutan unsur yang ber beda-sebagai
contoh, resistivitas elektrik unsur-unsur subkulit d atau susceptibilitas magnet unsur-unsur subkulit-p.
Sekarang marilah kita lihat bagaimana peran struktur atom dalam men jelaskan sifat-sifat unsur ini.

Gas Mulia Gas mulia menempati kolom terakhir daftar berkala.Karena subkulit atomnya terisi penuh,
maka gas mulia pada umumnya tidak bergabung dengan unsur lain guna membentuk senyawa; unsur-
unsur ini sangat sulit melepaskan atau menerima elektron. Pada suhu ruang, mereka berbentuk gas
monoatom (satu atom), dan ka.tena atom-atomnya tidak saling mengikat, titik didihnya sangat ren
dah (-200°C). Energi ionisasinya lebih besar daripada unsur-unsur tetangganya, karena diperlukan energi
tambahan untuk membuka subkulit yang terisi penuh.

Unsur-unsur Subkulit-p Unsur-unsur pada kolom sebelum gas mulia

adalah unsur halogen (F, Cl, Br, I, At). Atom unsur-unsur ini ke kurangan satu elektron untuk membentuk
suatu kulit tertutup dan memiliki konfigurasi np⁵. Karena subkulit p tertutup adalah kon figurasi yang
sangat stabil, maka unsur-unsur ini akan mudah sekali membentuk senyawa dengan atom lain yang
dapat memenuhi tam bahan elektron yang diperlukannya untuk mengisi penuh subkulit p. Oleh karena
itu, unsur halogen sangat reaktif.
Bila kita menyusuri deret keenam yang subkulit p-nya sedang mengalami pengisian, jari-jari atom
tampak menyusut. "Penyusutan" ini terjadi karena muatan inti atom bertambah sehingga menarik se
mua orbit lebih dekat ke inti atom. Dari Gambar 8.3 dapat anda catat bahwa unsur halogen memiliki jari-
jari terkecil di antara tiap deret subkulit p. (Jari-jari kristal semua gas mulia tidak diketahui).

Bila muatan inti atom kita perbesar, ikatan elektron-elektron p juga menjadi lebih kuat; dari Gambar 8.4
kita lihat bagaimana energi ionisasi bertambah secara teratur bila subkulit p diisi.

Dari Gambar 8.6 kita lihat bahwa tiap subkulit p bersifat diamag net, dengan ciri khas susceptibilitas
magnet yang negatif.

Unsur-unsur Subkulit-s Unsur-unsur kedua kolom pertama berturut turut dikenal sebagai unsur alkali
(konfigurasi ns¹) dan alkali tanah (ns). Kehadiran elektron tunggal s membuat unsur alkali cukup reaktif;
unsur alkali tanah juga sama reaktifnya, meskipun subkulit s-nya tertutup. Ini terjadi karena fungsi
gelombang elektron s meluas agak lebih jauh dari inti atom, sehingga ia hanya merasakan muatan inti
yang terhalangi (oleh Z1 elektron lainnya) yang berakibat menurunkan kekuatan ikatannya. (Dari
Gambar 8.3 kita lihat bahwa konfigurasi ns¹ dan ns² memberi jari-jari atom yang paling besar, dan dari
Gambar 8.4 tampak bahwa mereka memiliki energi ionisasi terkecil). Dengan alasan yang sama, unsur-
unsur ns¹ dan ns² merupa kan konduktor elektrik yang relatif baik. Dari Gambar 8.6 kita lihat bahwa
unsur-unsur ini bersifat paramagnet (x > 0); penjelasan dalam gambaran orbit adalah bahwa orbit s
berbentuk elips sangat pipih dengan luas bidang elips nol. Karena itu, tidak timbul medan magnet imbas
(hukum Lenz tidak berperan) sehingga dengan demikian tidak terjadi peristiwa diamagnet.

Logam Transisi Ketiga deret unsur yang subkulit d-nya mengalami

pengisian (Sc hingga Zn, Y hingga Cd, Lu hingga Hg) dikenal sebagai logam transisi. Sebagian besar sifat
kimianya ditentukan oleh elektron elektron "terluar"-yang fungsi gelombangnya meluas lebih jauh lagi
dari inti atom. Bagi logam transisi, elektron-elektron terluar ini adalah selalu elektron s, yang memiliki
jari-jari rata-rata yang lebih besar daripada elektron d. (Ingat bahwa jari-jari rata-rata hanya bergan tung
pada n; elektron s pada logam transisi memiliki n yang lebih besar daripada elektron d). Begitu nomor
atom dalam deret logam transisi bertambah, kita menambah satu elektron d dan satu satuan muatan
pada inti atom; efek totalnya pada elektron s sangat kecil, karena elektron d tambahan ini menghalangi
tambahan muatan inti tadi. Oleh karena itu, sifat kimia logam transisi tidak berbeda banyak satu sama
lainnya, sebagaimana diperlihatkan oleh kecilnya perubahan jari jari atom dan energi ionisasinya.
Resistivitas elektrik logam transisi memperlihatkan dua pola menarik: kenaikan tajam pada pertengahan
deret, dan penurunan tajam dekat ke ujung deret (Gambar 8.5). Penurunan tajam dekat ke ujung deret
inilah yang menyebabkan kecilnya resistivitas (konduktivitas besar) yang dimiliki tembaga, perak, dan
emas. Jika kita mengisi subkulit d mengikuti urutan ini, maka tembaga akan memiliki konfigurasi 45² 3d
tetapi subkulit d penuh bersifat lebih mantap daripada subkulit s penuh, sehingga salah satu elektron s
dipindahkan ke subkulit d. yang menghasilkan konfigurasi 45¹3d10. Elektron s tunggal yang re latif bebas
inilah yang menyebabkan tembaga bersifat sebagai kon duktor yang amat baik.

Pada pertengahan deret logam transisi terjadi kenaikan tajam dalam resistivitas; ternyata kulit setengah-
penuh juga merupakan suatu kon figurasi mantap, sehingga Mn (3d) dan Re (5d) memiliki resistivitas
yang lebih besar daripada tetangganya. (Unsur Tc, dengan konfigurasi 4d, bersifat radioaktif, tetapi tidak
terdapat di alam; resistivitasnya tidak diketahui). Kenaikan yang sama dalam resistivitas juga terlihat
pada unsur-unsur pertengahan deret 4f.

Logam transisi memiliki suseptibilitas magnet yang sama, yang oleh besarnya momentum sudut yang
dimiliki elektron elektron d dan juga karena besarnya jumlah elektron subkulit-d yang dapat saling
menggandengkan momen magnet spin-nya. Kedua efek ini cukup besar untuk mengatasi efek
diamagnet gerak orbit. Elektron d, dengan momentum sudutnya yang besar, juga berperan bagi sifat
feromagnet besi, nikel, dan kobal. Tetapi, begitu subkulit d terisi pe nuh, momen magnet spin dan orbit
tidak lagi memberi saham pada sifat magnet unsur (karena semua nilai m, dan m,, positif maupun
negatif, terpakaikan); karena alasan inilah, tembaga dan seng ber sifat diamagnet, bukannya
paramagnet seperti logam transisi tetang ga mereka.

Lantanida (Unsur Tanah-Langka) Unsur tanah-langka agak mirip dengan logam transisi dalam hal bahwa
subkulit "terdalam" (4) diisi kemudian setelah subkulit "terluar" (6s). Berdasarkan alasan yang sama
seperti dibahas di atas, maka sifat unsur tanah-langka seharus nya juga tidak berbeda jauh; dan memang
jari-jari atom dan energi ionisasi mereka menunjukkan bahwa hal ini benar.

Karena besarnya momentum sudut elektron subkulit-f (1 3) dan juga karena banyaknya jumlah elektron
subkulit-f yang dapat menyearahkan momen magnet spin mereka, maka suseptibilitas paramagnet
unsur tanah-langka lebih besar daripada suseptibilitas logam transisi. Bahkan feromagnet unsur tanah-
langka juga le bih besar daripada kelompok besi. Umumnya, kita berpendapat bahwa besi adalah unsur
yang paling bersifat magnet daripada semua logam lainnya. Jika kita magnetkan sepotong besi, maka
medan magnet dalamnya (dalam potongan besi itu) adalah sekitar 28 T. Logam holmium, sebuah unsur
tanah-langka, yang termagnetkan, memiliki medan magnet dalam sebesar 800 T, secara kasar 30 kali
yang di miliki besi! Banyak unsur tanah-langka lainnya memiliki sifat magnet yang sama. (Unsur-unsur
tanah-langka tidak memperlihatkan "sifat feromagnet" mereka pada suhu ruang, kecuali bila didinginkan
hing ga suhu yang lebih rendah. Holmium, misalnya, untuk dapat memperli hatkan sifat magnetnya,
harus didinginkan hingga mencapai suhu 20 K).

Aktinida Unsur-unsur deret aktinida seharusnya memiliki pula sifat kimia dan fisika yang sama seperti
unsur-unsur tanah-langka. Sayang nya, sebagian besar unsur aktinida (yang setelah uranium) bersifat
radioaktif dan tidak terdapat di alam. Mereka adalah unsur buatan dan hanya tersedia dalam jumlah
yang sangat kecil. Dengan demikian kita tidak mampu menentukan sifat makronya.

Anda mungkin juga menyukai