Oleh :
TARISA RAMADHANI
061830320858
Oleh :
Tarisa Ramadhani
061830320858
Menyetujui,
Ketua Program Studi Pembimbing Kerja Praktek
Teknik Elektronika
Mengetahui,
Ketua Jurusan Teknik Elektro
Tarisa Ramadhani
061830320858
Laporan Kerja Praktek Ini Telah Diterima Sebagai Salah Satu Syarat
Untuk Memenuhi Persyaratan Mata Kuliah Kerja Praktek Pada
Jurusan Teknik Elektro Program Studi DIII Teknik Elektronika
Palembang,
Ketua Program Studi Teknik Elektro
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang selalu melimpahkan
rahmat serta karunia-Nya yang tak terhingga, tak lupa shalawat dan salam selalu
tercurahkan kepada baginda Rasulullah SAW beserta keluarga, sahabat, dan
umatnya hingga akhir zaman. Berkat rahmat dan karunia-Nyalah penulis dapat
menyelesaikan laporan kerja praktek yang berjudul “SISTEM PROTEKSI
VIBRASI PADA TURBIN GAS PT PLN (PERSERO) UNIT PELAKSANA
PENGENDALIAN PEMBANGKIT KERAMASAN”.
Kerja Praktek ini disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan pendidikan
diploma III di Jurusan Teknik Elektro Program Studi Teknik Elektronika
Politeknik Negeri Sriwijaya. Tujuan dari adanya Kerja Praktek ini adalah untuk
mengenal secara langsung lingkungan kerja di lapangan serta membandingkannya
dengan teori yang didapat di bangku kuliah.
Dalam penyusunan Laporan Kerja Praktek ini penulis mengucapkan terima kasih
sebesar-besarnya kepada:
1. Bapak Dr. Ing. Ahmad Taqwa, M.T., selaku Direktur Politeknik Negeri
Sriwijaya.
2. Bapak Ir. Iskandar Lutfi, M.T., selaku Ketua Jurusan Teknik Elektro
Politeknik Negeri Sriwijaya.
3. Ibu Dewi Permata Sari, S.T., M.Kom., selaku Ketua Program Studi Teknik
Elektronika.
4. Bapak Yudi Wijanarko, S.T., M.T., selaku Pembimbing Laporan Kerja
Praktek.
5. Bapak Hasyim Irawan selaku Manager ULPL.PT PLN (Persero) UPDK
Keramasan Palembang.
6. Bapak Dicky Hermindo selaku Supervisor Pemeliharaan di PT PLN (Persero)
UPDK Keramasan Palembang.
7. Bapak Januar Rizky Aulia selaku pembimbing lapangan di PT PLN (Persero)
UPDK Keramasan Palembang.
8. Seluruh staff dan karyawan bagian ULPL dan Bengkel di PT PLN (Persero)
UPDK Keramasan Palembang.
9. Keluarga kami tercinta yang telah memberikan dukungan dan kepercayaan
penuh untuk melaksanakan kerja praktek ini.
10. Teman-teman yang telah memberikan dukungan selama melaksanakan kerja
praktek ini.
Penulis berharap semoga laporan ini dapat bermanfaat ke depan bagi semua
pihak pada perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Penulis menyadari
bahwa laporan ini masih terdapat kesalahan dan kekurangan, oleh karena itu kritik
dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan demi kesempurnaan
laporan ini.
Penulis
DAFTAR ISI
LEMBAR PENGESAHAN.................................................................................... i
LEMBAR PERSETUJUAN..................................................................................ii
KATA PENGANTAR...........................................................................................iii
DAFTAR ISI...........................................................................................................v
DAFTAR GAMBAR...........................................................................................viii
DAFTAR TABEL................................................................................................. ix
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................1
1.1. Latar belakang...................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah.............................................................................2
1.3. Batasan Masalah............................................................................... 2
1.4. Tujuan dan Manfaat.......................................................................... 2
1.4.1 Tujuan....................................................................................2
1.4.2 Manfaat..................................................................................2
1.5. Waktu dan Tempat Kerja Praktek.....................................................3
1.6. Metode Penulisan..............................................................................3
1.7. Sistematika Penulisan....................................................................... 4
BAB IV PEMBAHASAN..................................................................................35
4.1. Vibrasi Yang Digunakan GT Keramasan......................................35
4.2. Diagram Blok................................................................................ 35
4.3. Proximity Probe.............................................................................36
4.4. Kabel Extension............................................................................ 37
4.5. Proximitor Bently Nevada 3300 XL............................................. 37
4.6. Vibrasi monitor..............................................................................39
4.7. TCP ( Turbine Contol Panel )........................................................40
4.8. DCS ( Distributed Control System)...............................................41
4.9. Data Hasil Pengukuran Vibrasi..................................................... 42
4.10. Cara linearity atau pengecakan kondisi alat yang digunakan......42
BAB V PENUTUP.............................................................................................44
5.1. Kesimpulan..................................................................................... 44
5.2. Saran............................................................................................... 44
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR GAMBAR
PENDAHULUAN
1
karena itu, hasil kerja praktek yang dituangkan dalam laporan praktek ini yaitu
membahas mengenai “SISTEM PROTEKSI VIBRASI PADA TURBIN GAS DI
PT PLN (PERSERO) UNIT PELAKSANA PENGENDALIAN
PEMBANGKITAN KERAMASAN”.
1.4.1 Tujuan
1.4.2 Manfaat
Bagi Mahasiswa
a. Dapat mengetahui secara langsung tentang ruang lingkup dunia kerja
secara langsung
b. Dapat megetahui prinsip kerja sistem proteksi vibrasi pada turbingas.
2
Bagi Jurusan
c. Sebagai masukan untuk mengevaluasi sampai sejauh mana
kurikulum yang ada sesuai dengan kebutuhan industri.
d. Mempererat kerja sama dan sosialisasi antara institusi dan
perusahaan.
3
1.7. Sistematika Penulisan
Untuk mempermudah penulisan laporan dan pemahamannya, maka harus
disusun secara sistematis, sehingga laporan ini disusun dalam lima bab yang
masing-masing membahas tentang pokok dalam laporan ini. Bab-bab yang
terkandung dalam laporan ini adalah sebagai berikut:
BAB I : PENDAHULUAN
Bab ini mengemukakan secara garis besar mengenai latar belakang, tujuan
dan manfaat, perumusan masalah, metode penulisan, serta sistematika
penulisan laporan.
BAB II : PT PLN (PERSERO) UNIT PELAKSANA PENGENDALIAN
PEMBANGKITAN KERAMASAN
Bab ini membahas tentang profil perusahaan tempat dilaksanakannya
perkuliahaan berbasis kerja di PT PLN (PERSERO) UNIT PELAKSANA
PENGENDALIAN PEMBANGKITAN KERAMASAN.
BAB III : TINJAUAN PUSTAKA
Bab ini berisi tentang teori-teori yang mendukung dan menunjang laporan
Kerja Praktek ini sesuai dengan judul yang diambil.
BAB IV : PEMBAHASAN
Bab ini berisi tentang pembahasan mengenai sistem SISTEM PROTEKSI
VIBRASI PADA TURBIN GAS.
BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN
Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari hasil Kerja Praktek yang dilaK
sanakan.
4
BAB II
TINJAUAN UMUM PERUSAHAAN
5
Selain UU dalam sektor ketenagalistrikan, dari sisi korporat implementasi,
pelaksanaan tugas sebagai PKUK berpedoman pada UU nomor 19 tahun 2002
tentang BUMN.
Dalam perkembangannya, PT PLN (Persero) telah mendirikan 9 anak
Perusahaan dan 1 Perusahaan Patungan yaitu :
a. PT Indonesia Power yang bergerak di bidang pembangkit tenaga listrik dan
usaha-usaha lain yang terkait, yang berdiri tanggal 3 Oktober 1995 dengan
nama PT PJB 1 dan baru tanggal 1 September 2000 namanya berubah
menjadi PT Indonesia Power.
b. PT Pembangkitan Jawa Bali (PT PJB) bergerak dibidang pembangkit tenaga
listrik dan usaha-usaha lainnya yang terkait dan berdiri tanggal 22 September
2000, namanya berubah menjadi PTPJB.
c. Pelayanan Listrik Nasional Batam (PT PLN Batam) yang bergerak dalam
usaha penyediaan tenaga listrik bagi kepentingan umum di Wilayah Pulau
Batam, didirikan tanggal 3 Oktober 2000.
d. PT Indonesia Comments Plus, yang bergerak dalam bidang usaha
telekomunikasi didirikan pada tanggal 3 Oktober 2000.
e. PT Prima Layanan National Enjiniring, Rekayasa Enjiniring dan Supervisi
Konstruksi, didirikan pada tanggal 3 Oktober 2000.
f. Pelayanan Listrik Nasional Tarakan (PT PLN Tarakan), bergerak dalam
bidang usaha penyediaan tenaga listrik bagi kepentingan umum di wilayah
Pulau Tarakan.
g. PT PLN Batubara, yang bergerak di bidang usaha tambang batu bara sebagai
bahan utama dari Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) didirikan tanggal 11
Agustus 2008.
h. PT PLN Geothermal, terfokus kepada usaha penyediaan tenaga listrik
terbarukan, melalui kegiatan pengembangan dan pengoperasian pembangkit
tenaga listrik panas bumi yang ekonomis bermutu tinggi dengan keandalan
yang baik.
i. PT Haleyora Power (HP) yang berdiri pada 18 Oktober 2011 ditugaskan PLN
untuk melaksanakan pengamanan layanan Operasi dan Pemeliharaan (Ophar)
6
Transmisi dan Distribusi Tenaga Listrik.
j. Geo Dipa Energi, perusahaan patungan PLN - PERTAMINA yang bergerak
dibidang Pembangkitan Tenaga Listrik terutama yang meggunakan energi
Panas Bumi. Sebagai Perusahaan Perseroan Terbatas, maka Anak Perusahaan
diharapkan dapat bergerak lebih leluasa dengan antara lain membentuk
Perusahaan Joint Venture, menjual Saham dalam Bursa Efek, menerbitkan
Obligasi dan kegiatan-kegiatan usaha lainnya. Disamping itu, untuk
mengantisipasi Otonomi daerah, PLN juga telah membentuk Unit Bisnis
Strategis berdasarkan kewilayahan dengan kewenanagan manajemen yang
lebih luas.
7
a. Makna Persegi Panjang Vertikal
8
insan perusahaan serta keberanian dalam menghadapi tantangan
perkembangan zaman.
c. Tiga Gelombang
Memiliki arti gaya rambat energi listrik yang dialirkan oleh tiga bidang
usaha utama yang digeluti perusahaan yaitu pembangkitan, penyaluran,
dan distribusi yang seiring sejalan dengan kerja keras para insan PT PLN
(Persero) guna memberikan layanan terbaik bagi pelanggannya. Diberi
warna biru untuk menampilkan kesan konstan (sesuatu yang tetap) seperti
halnya listrik yang tetap diperlukan dalam kehidupan manusia. Di
samping itu biru juga melambangkan keandalan yang dimiliki insan-insan
perusahaan dalam memberikan layanan terbaik bagi para pelanggannya.
9
PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Unit Pelaksana Pengendalian
Pembangkitan Keramasan pada mulanya diawali dengan perencanaan
pembangunan unit PLTU Keramasan yaitu tahun 1962, dimana pada saat itu
kemampuan dari PLTD Boom Baru (dibawah pengelolaan PLN Cabang
Palembang) tidak dapat lagi memenuhi permintaan kebutuhan tenaga listrik untuk
para konsumen.
Tahun 1963 dimulai pelaksanaan pembangunan berupa penyediaan tanah,
penimbunan rawa-rawa dan penampungan peralatan yang didatangkan dari
Yoguslavia. Pada tahun 1964-1968, kegiatan pembangunan mengalami slow down,
akibat tidak tersedianya dana pembangunan. Setelah ditetapkannya proyek
Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Keramasan sebagai salah satu bagian
dari proyek Pembangunan Lima Tahun (Pelita) I Nasional (1 April 1969) tahap
demi tahap dilanjutkan pembangunannya sampai tahun 1974.
Tanggal 1 Januari 1975, mantan Presiden Soeharto meresmikan Trial
Operation Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Unit I dan Unit II Keramasan
Palembang yang merupakan bagian dari unit kerja PT Perusahaan Listrik Negara
(Persero) Pembangkitan Sumbagsel yang mengemban tugas melaksanakan
penyediaan dan pelayanan tenaga listrik di Sumbagsel, khususnya di Kotamadya
Palembang dengan sistem interkoneksi 70 KV. Tetapi sistem interkoneksi tersebut
belum memenuhi kebutuhan listrik di Kotamadya Palembang sehingga pada tahun
1979 dibangun Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Unit III di Keramasan
dengan kapasitas 14,5 MW dan mulai dioperasikan pada tahun 1983.
Meningkatnya kebutuhan energi listrik di Sumbagsel, Sejarah, dan
Perkembangan PT Perusahaan Listrik Negara (persero) Unit Pelaksana
Pengendalian Pembangkit Keramasan mulai membangun sektor pembangkit
listrik lainnya di wilayah Sumbagsel.
Tahun 2002, didirikan Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Unit I
Indralaya yang dibawah manajemen PT Indonesia Power. Tahun 2005 PT
Perusahaan Listrik Negara (persero) Unit Pelaksana Pengendalian Pembangkit
Keramasan membangun Pembangkit Listrik Tenaga Gas (PLTG) Unit II Indralaya
yang langsung berada dibawah manajemen Sektor Keramasan.
10
Tahun 2006, PT Perusahaan Listrik Negara (persero) Unit Pelaksana
Pengendalian Pembangkit Keramasan berencana untuk membangun pembangkit
listrik yang menerapkan prinsip siklus kombinasi Brayton dan Rankine. Tujuan
penggunaan siklus kombinasi ini adalah untuk memanfaatkan panas buang dari
siklus Brayton yang dimanfaatkan untuk pemanasan awal pembuatan steam
sehingga konsumsi bahan bakar lebih ekonomis. Pembangkit Listrik Tenaga Gas
dan Uap Indralaya diharapkan dapat mengimbangi peningkatan kebutuhan listrik
di daerah Sumbagsel sebesar 1.273.754,04 MW. Maka, pada tahun 2008
dilakukan peresmian Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap Indralaya.
Pada tanggal 22 Maret 2011 dilakukan penandatanganan kontrak
pembangunan PLTGU Unit I dan Unit II Sektor Keramasan Palembang, PT PLN
(Persero) bekerjasama dengan Marubeni Corp sebagai kontraktor dengan nilai
kontrak yang mencapai Rp. 98.208.800.000 (sembilan puluh delapan miliar dua
ratus delapan juta delapan ratus ribu rupiah). Hal ini bertujuan untuk
menggantikan peran PLTU unit I dan II Keramasan yang akan berhenti beroperasi,
sehingga kebutuhan energi listrik di Sumbagsel sebesar 1.320.163,15 MW dapat
terpenuhi.
Tahun 2012, PT Perusahaan Listrik Negara (Persero) Keramasan
membangun Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap karena kebutuhan energi
listrik di Sumbagsel meningkat menjadi 1.339.971,87 MW.
Pada 10 Februari 2014 Pembangkit Listrik Tenaga Gas dan Uap Sektor
Keramasan diresmikan dan dioperasikan untuk pertama kalinya. Pembangkit
Listrik Tenaga Gas dan Uap Sektor Keramasan diharapkan dapat mengimbangi
peningkatan kebutuhan listrik di daerah Sumbagsel.
Dalam rangka meningkatkan efisiensi dan produktivitas pengelolahan
tenaga listrik dikawasan Sumatera maka Direksi PT PLN (Persero) menetapkan
kebijakan untuk melakukan restrukturisasi organisasi pengelola kelistrikan di
kawasan pulau Sumatera yang saat ini dilaksanakan oleh PT PLN (persero)
wilayah III dan IV dengan membentuk unit Organisasi Pembangkitan Sumatera
Bagian Selatan berdasarkan keputusan direksi PT PLN (Persero) No.
177.K/010./DIR/2004 tanggal 24 Agustus 2004. Tujuan pokok kantor Induk PT
11
PLN (Persero) Pembangkitan Sumatera Bagian Selatan adalah mengusahakan
pembangkitan dan penyedian listrik dalam jumlah yang memadai serta melakukan
usaha sesuai dengan kaidah ekonomi yang sehat, memperhatikan kepentingan
stake holder serta meningkatkan kepuasan pelanggan.
Wilayah kerja kantor induk PT. PLN (Persero) Unit Pengendalian
Pembangkitan Sumatera Bagian Selatan meliputi 9 Sektor Pembangkitan yaitu :
1. Unit Pengendalian Pembangkitan Bengkulu, mulai beroperasi tahun 1972.
2. Unit Pengendalian Pembangkitan Keramasan, mulai beroperasi tahun 1975.
3. Unit Pengendalian Pembangkitan Bukit Tinggi, mulai beroperasi tahun 1977.
4. Unit Pembangkitan Bukit Asam, mulai beroperasi tahun 1987.
5. Unit Pengendalian Pembangkitan Ombilin, mulai beroperasi tahun 1996.
6. Unit Pengendalian Pembangkitan Bandar lampung, mulai beroperasi tahun
2001.
7. Unit Pembangkitan Tarahan, mulai beroperasi tahun 2007.
8. Unit Pengendalian Pembangkitan Jambi, mulai beroperasi tahun 2009.
9. Unit Pembangkitan Teluk Sirih, mulai beroperasi tahun 2014.
A. Visi
“Menjadi Perusahaan Listrik Terkemuka se-Asia Tenggara dan #1 Pilihan
Pelanggan untuk Solusi Energi”
B. Misi
Sesuai dengan Anggaran Dasar PT PLN (Persero) maka ditetapkan Misi
Perusahaan sebagai berikut :
1. Menjalankan bisnis kelistrikan dan bidang lain yang terkait,
berorientasi pada kepuasan pelanggan, anggota perusahaan, dan
pemegang saham.
2. Menjadikan tenaga listrik sebagai media untuk meningkatkan
kualitas kehidupan masyarakat.
12
3. Mengupayakan agar tenaga listrik menjadi pendorong kegiatan
ekonomi.
4. Menjalankan kegiatan usaha yang berwawasan lingkungan.
C. Moto
“ LISTRIK UNTUK KEHIDUPAN YANG LEBIH BAIK”
D. Tata Nilai
Tata Nilai PLN merupakan panduan bagi seluruh Insan PLN, dalam pola
pikir, sikap, dan perilaku sehari-hari dalam bekerja untuk memberikan
kontribusi kepada Perusahaan yang dirumuskan dalam AKHLAK
(Amanah, Kompeten, Harmonis, Loyal, Adaptif, Kolaboratif):
1. AMANAH
1. Memenuhi janji dan komitmen.
2. Bertanggung-jawab atas tugas, keputusan dan tindakan yang
dilakukan.
3. Berpegang teguh kepada nilai moral dan etika.
2. KOMPETEN
1. Meningkatkan Kompetensi diri untuk menjawab tantangan yang
selalu berubah.
2. Membantu orang lain belajar.
3. Menyelesaikan tugas dengan kualitas terbaik.
3. HARMONIS
1. Menghargai setiap orang apapun latar belakangnya.
2. Suka menolong orang lain.
3. Membangun lingkungan kerja yang kondusif.
4. LOYAL
1. Menjaga nama baik sesama karyawan, pimpinan, BUMN, dan
Negara.
2. Rela berkorban untuk mencapai tujuan yang lebih besar.
3. Patuh kepada pimpinan sepanjang tidak bertentangan dengan
hukum dan etika.
13
5. ADAPTIF
1. Cepat menyesuaikan diri untuk menjadi lebih baik.
2. Terus menerus melakukan perbaikan mengikuti perkembangan
teknologi.
3. Bertindak proaktif.
6. KOLABORATIF
1. Memberi kesempatan kepada berbagai pihak untuk
berkontribusi.
2. Terbuka dalam bekerja sama untuk menghasilkan nilai tambah.
3. Menggerakkan pemanfaatan berbagai sumber daya untuk tujuan
bersama.
14
Gambar 2. 4 Desain Perencanaan Unit PLTGU Sektor Keramasan
2.3.3. Produk
15
70 KV dan bagian kedua aliran listrik juga di distribusikan ke plant Sumatera
seperti Banda Aceh, Medan, Jambi, Lampung sebesar 11,5 KV. Saluran 70 KV di
kota Palembang menginterkoneksikan antara pembangkit tenaga listrik yang ada
di Boom Baru, Sungai Juaro dan Keramasan. Sistem interkoneksi berfungsi untuk
memenuhi kebutuhan listrik setiap Unit Pelaksana apabila terdapat gangguan
ataupun ketika dilakukan pemeliharan. Tegangan 70 KV didapat dengan
menaikkan tegangan pada pusat pembangkit melalui Step Up Transformer lalu
disalurkan melalui saluran transmisi ke gardu-gardu induk. Pada gardu induk
tegangan 70 KV diturunkan menjadi 20 KV melalui Step Down Transformer yang
akan disalurkan ke distributor. Selanjutnya disalurkan ke rumah-rumah
masyarakat dengan menurunkan tegangannya menjadi 220-380 V.
16
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
17
ini akan menghasilkan gas bersuhu dan bertekanan tinggi yang berenergi
(enthalpy). Gas ini lalu disemprotkan ke turbin, hingga enthalpy gas diubah oleh
turbin menjadi energi gerak yang memutar generator untuk menghasilkan listrik.
Setelah melalui turbin sisa gas panas tersebut dibuang melalui
cerobong/stack. Karena gas yang disemprotkan ke turbin bersuhu tinggi, maka
pada saat yang sama dilakukan pendinginan turbin dengan udara pendingin dari
lubang udara pada turbin. Untuk mencegah korosi akibat gas bersuhu tinggi ini,
maka bahan bakar yang digunakan tidak boleh mengandung logam Potasium,
Vanadium, dan Sodium yang melampaui 1 part per mill (ppm).
3.1.2. Deskripsi
Berbicara tentang Prinsip kerja PLTGU sama halnya dengan membahas
siklus dasar turbin gas yang disebut siklus Brayton, yang pertama kali diajukan
pada tahun 1870 oleh George Brayton seorang insinyur dari Boston. Siklus
Brayton digunakan hanya pada turbin gas, yang merupakan cikal bakal dari
PLTGU dengan proses kompresi dan ekspansi terjadi pada alat permesinan yang
berputar. John Barber telah mempatenkan dasar turbin gas pada tahun 1791. Dua
penggunaan utama mesin turbin gas adalah pendorong pesawat terbang dan
pembangkit tenaga listrik.
Turbin gas digunakan untuk membangkitkan tenaga listrik yang berdiri
sendiri (simple cycle) atau dengan turbin uap (combined cycle) pada sisi suhu
tingginya. Turbin uap (combined cycle) memanfaatkan gas buang turbin gas
sebagai sumber panasnya. Turbin uap dianggap sebagai mesin pembakaran luar
(external combustion), dimana pembakaran terjadi diluar mesin. Energi termal
dipindah ke uap sebagai panas.
Turbin gas pertama kali berhasil dioperasikan pada pameran nasional
Swiss (Swiss National Exhibition) tahun 1939 di Zurich. Turbin gas yang
dibangun antara tahun 1940-an hingga tahun 1950-an efisiensinya hanya sekitar
17 persen, hal ini disebabkan oleh rendahnya efisiensi kompresor dan turbin dan
suhu masuk turbin yang rendah karena keterbatasan teknologi metalurgi pada saat
itu. Turbin gas terpadu dengan turbin uap (combined cycle) yang pertama kali
18
dipasang pada tahun 1949 di Oklahoma oleh General Electric menghasilkan daya
3,5 MW.
Sebelum ini, pembangkit daya ukuran besar berbahan bakar batu bara
ataupun bertenaga nuklir telah mendominasi pembangkitan tenaga listrik. Tetapi
sekarang, turbin gas berbahan bakar gas alam yang telah mendominasinya karena
kemampuan start (black start) yang cepat, efisiensi yang tinggi, biaya awal yang
lebih rendah, waktu pemasangan yang lebih cepat, karakter gas buang yang lebih
baik dan berlimpahnya persediaan gas alam. Biaya pembangunan pembangkit
tenaga turbin gas kira-kira setengah kali biaya pembangunan pembangkit tenaga
turbin uap berbahan bakar fosil yang merupakan pembangkit tenaga utama hingga
awal tahun 1980-an. Lebih dari setengah dari seluruh pembangkit daya yang akan
dipasang di masa akan datang.
Di awal tahun 1990-an, General Electric telah memasarkan turbin gas
dengan ciri perbandingan tekanan (pressure ratio) 13,5 menghasilkan daya net
135,7 MW dengan efisiensi termal 33 persen pada operasi sendiri (simple cycle
operation). Turbin gas terbaru yang dibuat General Electric bersuhu masuk 1425
OC (2600 OF) menghasilkan daya hingga 282 MW dengan efisiensi termal
mencapai 39.5 persen pada operasi sendiri (simple cycle operation).
Bahan bakar minyak ringan seperti minyak diesel, minyak tanah, minyak
mesin jet, dan bahan bakar gas yang bersih (seperti gas alam) paling cocok untuk
turbin gas. Bagaimanapun, bahan bakar diatas tersebut akan menjadi lebih mahal
dan pasti akan habis. Oleh karena itu, pemikiran kemasa depan harus dilakukan
untuk menggunakan bahan bakar alternatif lain.
Biasanya turbin gas beroperasi pada siklus terbuka. Udara yang segar
mengalir ke kompresor, suhu dan tekanannya dinaikkan. Udara bertekanan terus
mengalir ke ruang pembakaran, dimana bahan bakar dibakar pada tekanan tetap.
Gas panas yang dihasilkan masuk ke turbin, kemudian berekpansi ke
tekanan udara luar melalui berbaris sudu nosel. Ekspansi ini menyebabkan sudu
turbin berputar, yang kemudian memutar poros rotor berkumparan magnet,
sehingga menghasilkan tegangan listrik dikumparan stator generator. Gas buang
19
(exhaust gases) yang meninggalkan turbin siklus terbuka tidak digunakan
kembali.
20
siklus PLTU sehingga terbentuk siklus gabungan yang disebut “Combined Cycle”
atau Pembangkit Listrik Tenaga Gas Uap (PLTGU).
Siklus PLTGU terdiri dari gabungan siklus PLTG dan siklus PLTU. Siklus
PLTG menerapkan siklus Brayton, sedangkan siklus PLTU menerapkan siklus
ideal Rankine. Penggabungan siklus turbin gas dengan siklus turbin uap dilakukan
melalui peralatan pemindah panas berupa boiler atau umum disebut “Heat
Recovery Steam Generator” (HRSG). Siklus kombinasi ini selain meningkatkan
efisiensi termal juga akan mengurangi pencemaran udara.
Dengan menggabungkan siklus tunggal PLTG menjadi unit pembangkit
siklus kombinasi (PLTGU) maka dapat diperoleh beberapa keuntungan,
diantaranya adalah:
Efisiensi termalnya tinggi, sehingga biaya operasi (Rp/kwh) lebih rendah
dibandingkan dengan pembangkit thermal lainnya.
Biaya pemakaian bahan bakar (konsumsi energi) pada PLTGU lebih
rendah.
Proses pembangunan PLTGU relatif lebih cepat.
Kapasitas daya PLTGU bervariasi dari kecil hingga besar.
Menggunakan bahan bakar gas yang bersih dan ramah lingkungan.
Fleksibilitas PLTGU tinggi.
Tempat yang diperlukan tidak terlalu luas, sehingga biaya investasi lahan
lebih sedikit.
Pengoperasian PLTGU yang menggunakan komputerisasi memudahkan
pengoperasian.
Waktu yang dibutuhkan: untuk membangkitkan beban maksimum 1 blok
PLTGU relatif singkat yaitu 150 menit.
Prosedur pemeliharaan lebih mudah dilaksanakan dengan adanya fasilitas
sistem diagnosa.
21
3.2. Komponen-Komponen Gas Turbin
Setiap sistem turbin gas selalu dilengkapi dengan filter inlet udara. Filter
ini berfungsi untuk mencegah partikel-partikel pengotor masuk ke dalam sistem
turbin gas. Hal tersebut dikarenakan adanya berbagai macam resiko yang
22
mungkin terjadi jika partikel-partikel tersebut masuk ke dalam sistem turbin gas.
Berikut adalah resiko-resiko tersebut:
Kerusakan parah akibat masuknya benda-benda asing seperti batu, kerikil,
kayu, dan lain sebagainya.
Pasir dan debu dapat mengerosi atau mengikis komponen-komponen
turbin gas secara perlahan.
Partikel-partikel halus juga dapat membentuk kerak di area sudu-sudu jika
berkombinasi dengan air, uap minyak, dan garam-garaman.
Jika partikel pengotor mencapai temperatur leburnya pada sisi
keluaran combustion chamber, sangat mungkin ia akan bereaksi fusi
dengan permukaan sudu turbin sehingga dapat mengubah struktur kimia
dan sifat-sifat fisiknya. Kerusakan terakhir yang mungkin terjadi adalah
korosi pada sudu-sudu kompresor dan turbin akibat masuknya zat-zat
asing seperti garam-garaman, asam-asaman, uap, atau juga gas-gas aktif
seperti klorin, oksida, dan sulfit.
23
3.2.2. Kompresor
Satu stage kompresor aksial tersusun atas dua bagian sudu yakni rotor dan
stator. Sudu rotor berbentuk aerofoil (semacam sayap pesawat) berfungsi untuk
mengakselerasi udara sehingga kecepatannya meningkat. Sedangkan sudu stator
berbentuk difuser, yang berfungsi untuk mengkonversi kecepatan udara tersebut
menjadi tekanan. Sehingga prinsip kerja kompresor aksial pada turbin gas ini
adalah dengan mengakselerasi kecepatan udara, diikuti dengan pengkonversian.
kecepatan udara tersebut menjadi tekanan oleh difuser. Pada sisi akhir stator
24
terdapat difuser yang berfungsi untuk meningkatkan tekanan udara serta
mengontrol kecepatannya sebelum masuk ke area combustion chamber.
Combustor turbin gas tersusun atas beberapa komponen yang penting untuk
diketahui, berikut adalah komponen-komponen tersebut:
Casing. Casing ruang bakar pada turbin gas berfungsi utama sebagai
dinding yang membatasi proses bertekanan tinggi yang ada di dalam
ruang bakar, dengan udara yang bertekanan atmosfer. Casing ini tidak
terlalu terekspos dengan temperatur tinggi karena di sisi dalamnya
merupakan tempat udara mengalir sebelum masuk ke dalam ruang bakar
yang sebenarnya.
25
Gambar 3 6 Skema Bagian-bagian Combustor
Difuser. Difuser ini dilewati oleh udara kompresi sesaat sebelum masuk
ke ruang bakar. Tujuan dari adanya difuser ini adalah untuk menurunkan
kecepatan aliran udara, dan meningkatkan lagi tekanan kerja. Sehingga
nantinya proses pembakaran terjadi dengan kecepatan yang optimal.
Dome/Swirler. Swirler menjadi tempat masuknya udara primer ke dalam
ruang bakar. Komponen ini didesain khusus sehingga dapat menciptakan
aliran turbulen pada saat udara primer masuk ke dalam dome.
Injektor Bahan Bakar. Injektor menjadi tempat masuknya bahan bakar
ke dalam ruang bakar. Bersama-sama dengan swirler, injektor bertugas
menciptakan kondisi sehingga terjadi pencampuran yang tepat antara
udara dengan bahan bakar.
26
Ignitor. Komponen ini sama seperti busi pada mesin mobil atau sepeda
motor. Ia berfungsi sebagai pemantik api sehingga proses pembakaran
dapat terjadi. Ignitor ini menggunakan arus listrik untuk menciptakan
percikan api. Dan biasanya hanya digunakan pada proses awal penyalaan
turbin gas, jika api di dalam ruang bakar sudah menyala, maka ignitor
akan otomatis mati.
Liner. Liner inilah yang menjadi dinding sebenarnya dari proses
pembakaran. Pada dinding liner ini terdapat lubang-lubang yang berfungsi
untuk mengatur masuknya udara sekunder dan tersier ke dalam ruang
bakar.
Campuran udara dan bahan bakar kemudian terbakar dan menuju ke zona
pembakaran. Di zona pembakaran ini udara sekunder masuk ke dalam liner dan
jumlah oksigen yang masuk menyempurnakan proses pembakaran. Secara ideal,
27
udara sekunder ini bertugas mengirim oksigen ke ruang bakar untuk bereaksi
dengan bahan bakar, sehingga tidak ada bahan bakar sedikitpun yang belum
terbakar pada saat udara panas keluar dari combustion chamber.
Udara tersier, atau juga biasa disebut dengan delution air, masuk ke dalam
ruang bakar pada sisi akhir ruang tersebut. Udara ini berfungsi untuk menyerap
secara lebih merata keseluruhan energi panas yang telah dibangkitkan oleh proses
pembakaran. Penyerapan energi panas yang merata ini akan diikuti dengan
ekspansi volume udara (sebut juga pemuaian cepat) yang lebih merata. Sehingga
udara panas yang keluar dari combustion chamber memiliki temperatur, atau
energi panas, yang merata pada semua bagian.
Udara pendingin adalah bagian terakhir udara terkompresi yang masuk ke
dalam ruang bakar. Udara ini masuk melalui lubang-lubang kecil liner, dan
membentuk lapisan film tipis untuk mendinginkan plat liner. Sehingga panas yang
dihasilkan proses pembakaran lebih optimal diserap oleh udara terkompresi, dan
tidak terserap justru komponen-komponen combustor.
28
`
Selain ada dua tipe di atas, turbin gas juga dapat berupa turbin impuls
maupun turbin reaksi. Turbin impuls adalah turbin yang putaran porosnya
diakibatkan oleh tumbukan fluida bertekanan ke sudu-sudu rotor. Sedangkan
turbin reaksi adalah turbin yang putaran rotornya diakibatkan oleh dorongan
fluida kerja yang menyemprot keluar dari sudu-sudu rotor. Penerapan turbin
impuls atau reaksi pada turbin gas, ditunjukan dengan bilangan rasio reaksi.
Ciri-ciri turbin gas tipe impuls adalah posisi nozzle yang terletak pada sisi
stator. Sedangkan sudu rotor murni berfungsi menerima tumbukan dari udara
panas, dan hanya membelokan arah udara sekitar 90°. Nozzle pada sisi stator
berfungsi untuk merubah energi panas pada udara, menjadi kecepatan kinetik.
Kecepatan kinetik udara tersebut akan menabrak sudu rotor, dan sudu rotor ini
akan merubah kecepatan kinetik udara menjadi kecepatan mekanis. Tampak pada
diagram di atas, bahwa peningkatan kecepatan kinetik terjadi pada setiap
tingkatan nozzle stator. Dan penurunan tekanan statik udara hanya terjadi pada
29
setiap tingkatan sudu rotor. Turbin impuls jika ditunjukan dengan bilangan rasio
reaksi, maka turbin impuls adalah turbin reaksi yang memiliki angka rasio reaksi
nol (R = 0)
Turbin reaksi murni memiliki angka rasio reaksi satu (R = 1). Nozzle
pada turbin reaksi murni terletak hanya pada sisi rotor. Sehingga perubahan energi
panas menjadi energi kinetik, hanya terjadi pada setiap sudu rotor. Sudu stator
hanya berfungsi untuk membelokan arah aliran udara panas kembali ke
rotor stage selanjutnya. Energi kinetik yang dibangkitkan oleh sudu rotor ini,
langsung dikonversikan menjadi energi mekanik putaran rotor oleh sudu rotor
tersebut. Turbin reaksi murni tipe ini sangat tidak praktis, karena kecepatan
putaran rotor harus sangat cepat untuk mendapatkan efisiensi yang tinggi.
Turbin gas dengan rasio kompresi 0,5 memiliki efisiensi yang paling baik.
Tidak salah jika turbin jenis ini adalah yang paling banyak diaplikasikan di
berbagai kebutuhan termasuk untuk pembangkit tenaga listrik. Pada turbin reaksi
ini, sudu rotor dan stator didesain sebagai nozzle. Sehingga perubahan energi
panas di dalam udara menjadi energi kinetik, terjadi pada setiap tingkatan sudu.
30
Nampak pada gambar di atas bahwa penurunan tekanan statik juga terjadi pada
setiap tingkatan sudu.
Pada sebuah hasil percobaan yang dirilis oleh Fakultas Teknik Mesin
Universitas Tokyo, menunjukan bahwa beban aksial dan radial pada saat proses
penyalaan awal gas turbin, bernilai sangat fluktuatif. Oleh karena itu,
penggunaan thrust dan journal bearing harus didesain dengan tepat. Beberapa
parameter yang mempengaruhi desain bearing antara lain adalah beban total,
kecepatan putaran rotor, sistem lubrikasi yang digunakan, susunan shaft, target
keawetan, sistem mounting, dan kondisi lingkungan.
31
Sistem bearing pada turbin gas tidak dapat dilepaskan dari sistem lubrikasi
oli. Pada saat turbin gas beroperasi, permukaan journal bearing dan thrust
bearing terbentuk lapisan film oli sebagai pelapis bertemunya permukaan bearing
dengan stator maupun rotor. Oli lubrikasi ini disirkulasikan dengan melewati filter
dan heat exchanger untuk menjaga agar oli tetap bersih dan dingin.
32
3.3.2. Prinsip Kerja Turbin Uap
Uap betekanan tinggi diumpankan ke turbin dan mengalir sepanjang
porosnya melalui beberapa baris sudu tetap dan gerak. Mulai dari titik masuk
turbin hingga titik keluar, sudu-sudu dan casing turbin berangsur membesar untuk
memberikan ruang ekspansi bagi uap.
Sudu tetap bertindak selaku nozzle dimana uap berekspansi dan
meningkatkan kecepatan aliran dengan tekanan menurun. Pada saat uap
bersinggungan dengan sudu gerak, secara langsung memindahkan sebagian energi
kinetiknya pada sudu gerak.
33
satu frekuensi natural pada sistem, maka akan didapat keadaan resonansi dan
osilasi besar yang berbahaya mungkin terjadi.
Vibrasi atau getaran mempunyai tiga parameter yang dapat dijadikan sebagai
tolak ukur yaitu :
a. Amplitudo
Amplitudo dapat didefinisikasi sebagai ukuran atau besarnya sinyal
vibrasi yang dihasilkan. Makin besar ganguan yang terjadi makan akan
makin tinggi juga amplitudo yang ditunjukkan. Besarnya amplitudo
tergantung pada tipe mesin yang ada.
b. Frekuensi
Frekuensi adalah merupakan banyaknya getaran pada periode yang terjadi
dalam satu putaran waktu. Besarnya frekuensi terjadinya saat timbulnya
vibrasi dapat mengindikasikan jenis jenis ganguan yang terjadi. Cycle Per
Menit (CPM) merupakan bentuk dari nilai Frekuensi, yang biasanya
disebut dengan istilah Hertz(Hz).
c. Phase Vibrasi
Phase adalah tinjauan akhir dari pada karakteristik getaran atau vibrasi
yang terjadi pada mesin. Phase ini merupakan perpindahan atau
perubahan posisi pada bagian bagian yang bergetar secara relatif untuk
menentukan titik referensi atau titik awal pada bagian lain yang bergetar.
34
BAB IV
PEMBAHASAN
Proximity TCP
Probe
Vibrasi
Kabel Proximitor Monitor
Extension
35
Gambar 4.2 merupakan gambar diagram blok sistem pengukuran vibrasi.
Turbin poros vibrasi diukur oleh sénsor vibrasi. Kemudian sensor tersebut
dihubungkan dengan kabel ektension kemudian dari kabel ekstension tersebut
dihubungkan kembali dengan proximitor dan data tersebut akan masuk pada layar
vibrasi monitor, lalu data akan di kontrol dan di proteksi pada TCP lalu
disambungkan pada DCS.
36
tersebut tergantung dari jarak antara logam dengan sensor, jarak yang dikenal
dengan istilah gap.
37
Gambar 4.5 di atas merupakan proximitor bently Nevada 3300 XI yang
dipakai untuk pengukuran vibrasi. Proximitor ini merupakan sebuah transduser
yang di dalamnya terdapat beberapa rangkaian elektronik yaitu rangkaian osilasi,
rangkaian resonansi, rangkaian demodulasi dan rangkaian linearisasi, yang
digunakan untuk memberikan eksitasi pada sensor kumparan tersebut. Proximitor
ini mendapatkan suplai power 24 VDC. Jarak dari Sensor dan Shaft
direpresentasikan dalam tegangan DC melalui Proximitor Bently Nevada 3300 XL.
Proximitor bently nevada 3300 XL memiliki 3 buah keluaran dimana 2 keluaran
untuk penyediaan dan satunya lagi untuk melayani dengan monitor vibrasi.
Prinsip kerja dari proximitor ini adalah perubahan nilai eddy current
antara ujung sensor dan permukaan target yang menyebabkan perubahan
impedansi pada sensor coil, kemudian proximitor akan menangkap nilai
impedansi ini sebagai sinyal masukan yang kemudian akan di proses dalam
rangkaian elektronik yang ada di dalam proximitor, sebagai hasilnya proximitor
akan menghasilkan keluaran yang sebanding dengan jarak atau gap antara ujung
sensor dengan permukaan target.
Proses pengolahan sinyal di dalam proximitor dapat diterangkan sebagai
berikut; sinyal impedansi yang diterima dari sensor oleh rangkaian resonansi akan
menjadi tegangan AC (tegangan AC) lalu diteruskan ke rangkaian demodulator,
sebagai keluaran dari demodulator adalah tegangan DC (DC voltage signal) yang
besarnya sebanding dengan jarak antara sensor dengan target. Keluaran dari
demodulator lalu di linearisasi oleh rangkaian linearization sehingga keluaran
akhir dari proximitor berupa output yang linier yaitu tegangan proporsional
terhadap jarak antara sensor dengan sinyal Output target tersebut kemudian
dikirim menuju vibrasi monitor Bently Nevada 3500 yang kemudian akan
diproses untuk dijadikan data.
Proximitor Bently Nevada 3300 XL ini memiliki output sebesar 7,87
v/mm atau sama dengan 200 mV / mil tegangan (1mil-1 / l000 inch).
38
4.6. Vibrasi monitor
39
Gambar 4 7 Aplikasi Rak Konfigurasi pada Vibrası Monitor
40
Gambar diatas adalah TCP yang merupakan kontrol dalam proteksi,
berfungsi sebagai pembaca getaran vibrasi, di dalam TCP terdapat batasan alarm
dan trip point vibrasi turbin sebagai proteksi. Apabila menyentuh batasan/ set
point pada turbin vibrasinya akan bekerja.
Gambar 4.9 di atas adalah DCS yang merupakan sistem kontrol yang
mampu menghimpun seluruh data dari lapangan dan memutuskan akan diapakan
data tersebut. Pada Sistem pengukuran ini untuk data yang tampil pada vibrasi
monitor akan terhubung atau ditransmisikan melalui Ethernet modbus ke bagian
utama dari DCS. Hal ini dilakukan agar operator pada DCS lebih mudah dalam
mengontrol dan mengecek hasil vibrasi. Bagian utama dari DCS yang dimaksud
Human Machine Interface (HMI) yang berfungsi sebagai layar monitor untuk
menampilkan, mengoperasikan serta me-record data-data yang diperoleh dari hasil
vibrasi tersebut, sehingga jika terjadi trouble pada hasil vibrasi ,maka langsung
terpantau pada ruangan.
41
4.9. Data Hasil Pengukuran Vibrasi
42
Adapun prosedur atau langkah-langkah yang dilakukan untuk melakukan
linearity atau verifikasi yaitu sebagai berikut:
1. Secara fisik periksa probe getaran dan kabel ekstensi untuk setiap kerusakan,
jika sudah silahkan Ganti dengan yang baru.
2. Periksa resistansi probe getaran dan kontinuitas kabel ekstensi itu harus
antara 5 hingga 9Ω dan 5 hingga 20 Ω (nilai resistansi bervariasi dari model
ke model).
3. Tempatkan probe getaran pada spindel TK-3 dan sesuaikan dengan
permukaan pelat target dan pastikan skalanya harus nol.
4. Hubungkan multimeter pada proximeter common dan terminal Vout.
Terapkan tegangan input.
5. Ukur tegangan keluaran (pembacaan multimeter) dan tingkatkan jarak target
di kalibrator TK-3 dan ikuti langkah-langkah yang sama seperti tabel yang
diberikan dan catat tegangan keluaran pada perpindahan yang berbeda
(celah).
6. Setelah ini buat grafik yang menunjukkan hubungan antara gap dan tegangan.
7. Jika grafik linier antara 10 mil sampai 80 mil maka probe dalam kondisi baik.
43
BAB V
PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan tinjauan dan pembahasan yang telah diuraikan pada bab
sebelumnya, maka dapat disimpulkan.
1. sensor vibrasi pabrikan Bently Nevada, dengan sensor proximitor tipe
3300 XL 5/8 mm.
2. Sensor vibrasi proximity bekerja untuk menghitung getaran yang ada
pada turbin gas dengan menampilkan outputnya pada monitor, dan akan
memberi tanda alarm dan trip ketika getaran dideteksi melebihi trip
( 155μm) turbin.
3. TCP yang merupakan kontrol dalam proteksi, berfungsi sebagai
pembaca getaran vibrasi, di dalam TCP terdapat batasan alarm dan trip
point vibrasi turbin sebagai proteksi. Apabila menyentuh batasan/ set
point pada turbin vibrasinya akan bekerja.
4. Hasil pengukuran pengukuran vibrasi pada turbin G39VST-1A dan
G39VST-1B menunjukan dalam kondisi baik, masih dijauh batasan
alert (105μm) dan danger (155μm).
.
5.2. Saran
Saran yang dapat menjadi bahan evaluasi pembaca dan PT.PLN
1. Persiapkan semua kebutuhan kerja praktek sebelum kerja praktek
dimulai baik perlengkapan alat, fisik, mental maupun pengetahuan
materi.
2. Belajarlah bersosialisasi agar ketika berbicara didepan umum sudah
terbiasa, melalui prose presentasi laporan kerja praktek.
3. Selalu perhatikan kesehatan dan keselamatan kerja selama proses kerja
praktek berlangsung.
4. Untuk perkembangan data pada laporan, kedepannya diharapkan untuk
melakukan pengecekan kondisi alat.
44
DAFTAR PUSTAKA
PT PLN (Persero). 2019.” Pedoman dan Perilaku Etika Bisnis”. Diakses dari
https://web.pln.co.id/statics/uploads/2019/09/PLN-5.pdf pada hari 15 Desember
2020 14:00 WIB.
45