Anda di halaman 1dari 21

JURNAL DI AJUKAN UNTUK MEMENUHI PERSYARATAN

MENGIKUTI LK II (INTERMEDIATE TRAINING) HMI CABANG


SUMBAWA

“IMPLEMENTASI KEPEMIMPINAN PROFETIK DALAM MEMBANGUN


ORGANISASI”

Oleh : Dita Rianty

HIMPUNAN MAHASISWA ISLAM

KOMISARIAT FISIKOMTA-UNSA

CABANG SUMBAWA

1443 H /2022 M
ABSTRAK
Kepemimpinan merupakan hal yang sangat mendasar dalam kehidupan
bermasyarakat maupun berorganisasi. Pada dasarnya semua manusia adalah
pemimpin, baik memimpin dirinya sendiri maupun orang lain. Salah satu gaya
kepemimpinan yang dapat diterapkan di organisasi adalah kepemimpinan
profetik. Kepemimpinan profetik adalah kemampuan seseorang untuk
mempengaruhi orang lain mencapai tujuan sebagaimana yang dilakukan oleh para
nabi dan rosul (AdzDzakiyaey dan Bakran, 2005: 12). Kepemimpinan profetik
sangat cocok diterapkan di organisasi karena seorang pemimpin yang mempunyai
gaya kepemimpinan profetik mempunyai integritas yang tinggi (As Sidq), dapat
dipercaya (Al Amanah) berarti pemimpin organisasi harus membuktikan bentuk
kerja yang nyata, At-Tabligh berarti pemimpin harus mau menerima masukan
konstruktif, dan Al Fatanah, pemimpin harus membuat dirinya mampu bekerja
dengan cerdas dan tegas dengan memadukan kecerdasan intelektual (IQ),
kecerdasan emosional (EQ), dan kecerdasan spiritual (SQ). Namun dalam usaha
pencapaian tujuan tersebut tetap memperhatikan perilaku para bawahan dimana
perilaku para bawahan tersebut sebagai pertimbangan oleh pemimpinan untuk
mengambil keputusan. Dengan memahami perilaku yang berbeda maka di
butuhkanlah Manajemen kepemimpinan. Manajemen kepemimpinan adalah suatu
ilmu yang mengkaji secara komprehensif bagaimana seseorang melaksanakan
kepemimpinan dengan mempergunakan seluruh sumberdaya yang dimiliki serta
dengan selalu mengedepankan konsep dan aturan yang berlaku dalam ilmu
manajemen. Dengan manajemen kepemimpinan yang baik maka tujuan organisasi
akan dapat terealisasi dalam mencapai tujuan yang di harapkan, dari teori di atas
muncullah suatu wadah yaitu Organisasi yang bertujuan sebagai tempat
berkumpul,bekerja sama secara rasional dan sistematis,terencana,terpimpin serta
terkendali dalam memanfaatkan sumber daya untuk mencapai tujuan bersama.

Kata kunci :kepemimpinan profetik,Manajemen dan Organisasi


ABSTRACT
Leadership is a very basic thing in social and organizational life. Basically all
humans are leaders, both leading themselves and others. One of the leadership
styles that can be applied in organizations is prophetic leadership. Prophetic
leadership is a person's ability to influence others to achieve goals as did the
prophets and messengers (AdzDzakiyaey and Bakran, 2005: 12). Prophetic
leadership is very suitable to be applied in organizations because a leader who has
a prophetic leadership style has high integrity (As Sidq), trustworthy (Al Amanah)
means that organizational leaders must prove a real form of work, At-Tabligh
means leaders must be willing to accept constructive input , and Al Fatanah,
leaders must make themselves able to work smartly and decisively by combining
intellectual intelligence (IQ), emotional intelligence (EQ), and spiritual
intelligence (SQ). However, in an effort to achieve these goals, they still pay
attention to the behavior of subordinates where the behavior of the subordinates is
taken into consideration by the leader to make decisions. By understanding
different behaviors, leadership management is needed. Leadership management is
a science that studies comprehensively how a person carries out leadership by
using all available resources and by always prioritizing the concepts and rules that
apply in management science. With good leadership management, organizational
goals will be realized in achieving the expected goals, from the above theory a
forum emerges, namely an organization that aims as a gathering place, working
together rationally and systematically, planned, guided and controlled in utilizing
resources for achieve common goals.

Keywords: prophetic leadership, Management, Organizations.


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan Rahmat, Taufik, Hidayah serta
Inayah-Nya sehingga saya dapat menyelesaikan jurnal ini sebagai salah satu
syarat mengikuti Intermediate Training (Latihan Kader II) Tingkat Regional
BADKO BALI-NUSRA yang dilaksanakan oleh Himpunan Mahasiswa Islam
Cabang Sumbawa. Saya berharap dari jurnal yang berjudul “implementasi
kepemimpinan profetik dalam membangun organisasi” dapat menambah
wawasan para pembaca lebih khususnya penulis. Tak Ada Manusia Yang
Sempurna mungkin adalah kata yang cukup pantas pada makalah ini, selaku
penulis saya memohon maaf yang sebesarnya jika terdapat kesalahan dan
kekeliriuan pada karya sederhana ini. Demikianlah yang dapat penulis
sampaikan semoga dapat bermanfaat bagi kita semua Aamiin.

Sumbawa, 06 April 2022


Penulis

Dita Rianty
BAB I
PENDAHULUAN
Kepemimpinan merupakan kekuatan yang sangat penting dibalik kekuasaan
berbagai organisasi dan bahwa untuk menciptakan organisasi yang efektif maka
ruang lingkup kerja mengenai apa yang bisa mereka capai, kemudian
memobilisasi organisasi itu untuk berubah kearah visi baru tersebut (Werren
Bennis & Burt Nanus, 2006:2). Tidak dapat dipungkiri bahwa kesuksesan sebuah
organisasi sangat ditentukan oleh faktor kepemimpinan. Di dalam konsep
kepemimpinan terdapat pula konsep kepemimpinan profetik. Kepemimpinan
profetik adalah kemampuan seseorang untuk mempengaruhi orang lain mencapai
tujuan sebagaimana yang dilakukan oleh para nabi dan rosul (AdzDzakiyaey dan
Bakran, 2005: 12). Inti dari kepemimpinan profetik adalah seorang pemimpin
harus mencerminkan sifat-sifat yang dimiliki oleh Nabi dan Rasul, yaitu: siddik,
amanah, tabligh, dan fatonah. Raharjo (2011: 67) menjelaskan sosok pemimpin
tauladan harus memenuhi 4 pilar suri tauladan para Nabi dan Rosul, yakni:
a. Siddik, yaitu jujur, benar berintegrasi tinggi dan terjaga dari
kesalahan, benar dalam bertindak berdasarkan hukum dan
peraturan.
b. Amanah, yaitu dapat dipercaya, memiliki legitimasi dan akuntabel
dalam mempergunakan kekayaan/fasilitas yang diberikan.
c. Tabligh, yaitu senantiasa menyampaikan risalah kebenaran, tidak
pernah menyembunyikan yang wajib disampaikan dan tidak takut
memberantas kemungkaran/KKN dan sebagainya.
d. Fathonah, yaitu cerdas, memiliki intelektual, emosional dan
spiritual yang tinggi dan profesional, serta cerdik bisa mencari
jalan keluar dari berbagai kesulitan.

Tetapi untuk mencapai tujuan itu semua maka diperlukan pengelolaan atau
manajemen yang tepat. Stoner dkk (1996 : 7) menyatakan bahwa manajemen
adalah proses merencanakan, mengorganisasikan, memimpin dan mengendalikan
pekerjaan anggota organisasi dan menggunakan semua sumber daya organisasi
untuk mencapai sasaran yang telah ditetapkan. Disini peran pemimpin adalah
sangat besar dalam menjalankan fungsi manajemen yang lain yaitu dalam
perencanaan, pengorganisasian dan pengendalian organisasi. Pemimpin adalah
orang yang paling bertanggungjawab terhadap organisasi dalam mencapai
tujuannya. Organisasi adalah terdiri dari sekumpulan orang yang tentu
mempunyai keinginan dan kebutuhan yang berbeda-beda. Dalam memuaskan
berbagai keinginan dan kebutuhan anggota organisasi ini peran pemimpin sangat
diperlukan. Pemimpin juga bertanggung jawab dalam mengintegrasikan antara
kebutuhan dan keinginan dari anggota organisasi dengan kebutuhan organisasi.
Dengan demikian akan terjadi hubungan yang menguntungkan antara kedua belah
pihak dalam upaya memenuhi kebutuhan dan mencapai tujuan organisasi dan
individu dalam organisasi tersebut.
BAB II
PEMBAHASAN
A. KEPEMIMPINAN PROFETIK
1. KEPEMIMPINAN
Pemimpin (Leader) pada dasarnya adalah orang yang mampu
menggerakkan sumber daya (terutama manusia) untuk bekerja bersama untuk
mencapai tujuan. Menurut Jack Welch dalam Slater (2001 : 33), pemimpin
adalah orang yang memberikan inspirasi dengan visi yang jelas mengenai
bagaimana sesuatu dapat dikerjakan dengan cara yang lebih baik. Pemimpin
dan kepemimpinan adalah sesuatu yang tak dapat dipisahkan, merupakan
suatu kesatuan. Seorang pemimpin harus mempunyai jiwa kepemimpinan.
Jiwa kepemimpinan ini terbentuk dari suatu proses dari waktu ke waktu
hingga akhirnya akan mengkristal dalam suatu bentuk karakteristik
kepemimpinan. Seseorang yang mempunyai jiwa kepemimpinan, dengan
usaha yang gigih akan dapat membantu lahirnya penegasan sikap
kepemimpinan pada dirinya (Fahmi, 2012 : 16). Robbins (2003 : 40)
menyatakan bahwa kepemimpinan (leadership) adalah kemampuan untuk
mempengaruhi suatu kelompok kearah tercapainya tujuan. Sementara Stoner
(1996 : 161) menyatakan bahwa kepemimpinan adalah proses mengarahkan
dan mempengaruhi aktifitas yang berkaitan dengan pekerjaan dari anggota
kelompok. Dari definisi ini terdapat empat implikasi penting, yaitu :
1) Kepemimpinan melibatkan orang lain-bawahan atau pengikut.
Kesediaan mereka untuk menerima pengarahan dari pemimpin, akan
membantu dalam menentukan status atau kedudukan pemimpin dan
membuat proses kepemimpinan dapat berjalan. Tanpa bawahan,
semua mutu atau kualitas kepemimpinan dari seorang manajer
menjadi tidak relevan.
2) Kepemimpinan melibatkan distribusi kekuasaan yang tidak merata
antara pemimpin dan anggota kelompok. Pemimpin biasanya
mempunyai kekuasaan yang lebih besar dan mempunyai wewenang
untuk mengarahkan berbagai kegiatan dari anggota organisasi.
3) Kepemimpinan adalah kemampuan menggunakan berbagai bentuk
kekuasaan untuk mempengaruhi tingkah laku pengikut dengan
berbagai cara. Pemimpin tidak hanya dapat memerintah bawahan
”apa” yang harus dilakukan, tetapi juga dapat mempengaruhi
”bagaimana” bawahan akan melaksanakan perintahnya.
4) Kepemimpinan adalah mengenai ”nilai”. Seorang pemimpin harus
memperhatikan komponen moral dalam melaksanakan
kepemimpinannya. Pemimpin harus dapat menjadi contoh atau guru
etika bagi para bawahan atau pengikutnya.
b. Tipe-Tipe Kepemimpinan
Ada beberapa tipe kepemimpinan menurut gaya kepemimpinannya,Gaya
kepemimpinan menurut Sutikno (2014:35) mengatakan gaya kepemimpinan
atau perilaku kepemimpinan atau sering disebut Tipe Kepemimpinan. Tipe
kepemimpinan yang luas dikenal dan diakui keberadaanya adalah sebagai
berikut :
1) Tipe Otokratik
Tipe kepemimpinan ini menganggap bahwa kepemimpinan adalah hak
pribadinya (pemimpin), sehingga ia tidak perlu berkonsultasi dengan
orang lain dan tidak boleh ada orang lain yang turut campur. Seorang
pemimpin yang tergolong otokratik memiliki serangkaian karateristik
yang biasanya dipandang sebagai karakteristik yang negatif. Seorang
pemimpin otokratik adalah seorang yang egois. Seorang pemimpin
otokratik akan menunjukan sikap yang menonjolakan keakuannya, dan
selalu mengabaikan peranan bawahan dalam proses pengambilan
keputusan, tidak mau menerima saran dan pandangan bawahannya.
2) Tipe Kendali Bebas atau Masa Bodo (Laisez Faire)
Tipe kepemimpinan ini merupakan kebalikan dari tipe kepemimpinan
otokratik. Dalam kepemimpinan tipe ini sang pemimpin biasanya
menunjukkan perilaku yang pasif dan seringkali menghindar diri dari
tanggung jawab. Seorang pemimpin yang kendali bebas cenderung
memilih peran yang pasif dan membiarkan organisasi berjalan menurut
temponya sendiri. Disini seorang pemimpin mempunyai keyakinan
bebas dengan memberikan kebebasan yang seluas-luasnya terhadap
bawahan maka semua usahanya akan cepat berhasil.
3) Tipe Paternalistik
Tipe kepemimpinan yang peranannya dalam kehidupan organisasi
dapat dikatakan diwarnai oleh harapan bawahan kepadanya. Harapan
bawahan berwujud keinginan agar pemimpin mampu berperan sebagai
bapak yang bersifat melindungi dan layak dijadikan sebagai tempat
bertanya dan untuk memperoleh petunjuk, memberikan perhatian
terhadap kepentingan dan kesejahteraan bawahannya. Pemimpin yang
paternalistik mengharapkan agar legitimasi kepemimpinannya
merupakan penerimaan atas peranannya yang dominan dalam
kehidupan organisasi.
4) Tipe Kharismatik
Tipe kepemimpinan kharismatik memiliki karakteristik khusus yaitu
daya tariknya yang sangat memikat, sehingga mampu memperoleh
pengikut yang sangat besar dan para pengikutnya tidak selalu dapat
menjelaskan secara konkrit mengapa orang tersebut itu dikagumi.
Hingga sekarang, para ahli belum berhasil menemukan sebab-sebab
mengapa seorang pemimpinmemiliki kharisma. Yang diketahui ialah
bahwa pemimpin yang demikian mempunyai daya penarik yang amat
besar.
5) Tipe Militeristik
Tipe kepemimpinan militeristik ialah pemimpin dalam menggerakan
bawahannya lebih sering mempergunakan sistem perintah, senang
bergantung kepada pangkat dan jabatannya, dan senang kepada
formalitas yang berlebih-lebihan. Menuntut disiplin yang tinggi dan
kaku dari bawahannya, dan sukar menerima kritikan dari bawahannya.
6) Tipe Pseudo-demokratik
Tipe kepemimpinan ini disebut juga kepemimpinan manipulatif atau
semi demokratik. Tipe kepemimpinan ini ditandai oleh adanya sikap
seorang pemimpin yang berusaha mengemukakan keinginan-
keinginannya dan setelah itu membuat sebuah panitia, dengan berpura-
pura untuk berunding tetapi yang sebenarnya tiada lain untuk
mengesahkan saran-sarannya. Pemimpin seperti ini menjadikan
demokrasi sebagai selubung untuk memperoleh kemenangan tertentu.
Pemimpin yang bertipe pseudo-demokratik hanya tampaknya saja
bersikap demokratis padahal sebenarnya dia bersikap otokratis.
Pemimpin ini menganut demokrasi semu dan lebih mengarah kepada
kegiatan pemimpin yang otoriter dalam bentuk yang halus, samarsamar.
7) Tipe Demokratik
Tipe demokratik adalah tipe pemimpin yang demokratis, dan bukan
kerena dipilihnya sipemipin secara demokratis. Tipe kepemimpinan
dimana pemimpin selalu bersedia menerima dan menghargai saran-
saran, pendapat, dan nasehat dari staf dan bawahan, melalui forum
musyawarahuntuk mencapai kata sepakat. Kepemimpinan demokratik
adalah kepemimpinan yang aktif, dinamis, dan terarah. Kegiatan-
kegiatan pengendalian dilaksanakan secara tertib dan bertanggung
jawab. Pembagian tugas disertai pelimpahan wewenang dan tanggung
jawab yang jelas, memungkinkan setiap anggota berpartisipasi secara
aktif.
2. MANAJEMEN KEPEMIMPINAN
Manajemen kepemimpinan adalah suatu ilmu yang mengkaji secara
komprehensif bagaimana seseorang melaksanakan kepemimpinan dengan
mempergunakan seluruh sumberdaya yang dimiliki serta dengan selalu
mengedepankan konsep dan aturan yang berlaku dalam ilmu manajemen
(Fahmi, 2012 : 2). Salah satu bagian terpenting dalam ilmu manajemen adalah
menggunakan seni dalam menggerakkan orang lain untuk mencapai tujuan
organisasi. Dengan seni ini, seorang pemimpin dapat memberikan arahan
kepada seseorang untuk melaksanakan suatu pekerjaan secara tepat. Ilmu
manajemen juga mendukung pemimpin dalam melaksanakan konsep ”the
right man in the right place” secara tepat. Konsep ini berarti bahwa dalam
menempatkan seorang karyawan dalam tugas pekerjaan, disesuaikan dengan
kemampuan dan kompetensinya. Jack Welch dalam Slater (2001 : 35) tugas
seorang pemimpin adalah menempatkan orang terbaik pada posisi dengan
peluang terbaik, mentransfer ide, mengalokasikan sumber daya dan
mengalokasikan dana pada bidang yang tepat. Dengan demikian, manajemen
kepemimpinan jelas akan dapat mendukung terlaksananya pekerjaan secara
tepat, sehingga pencapaian tujuan organisasi akan dapat dilaksanakan secara
lebih baik.
a. Implementasi Manajemen Kepemimpinan Dalam Organisasi
Implementasi manajemen kepemimpinan sangat diperlukan dalam
mencapai tujuan sebuah organisasi. kepemimpinan dalam sebuah organisasi
harus ditopang dengan karakter-karakter kepemimpinan (leadership
characters) dan prinsip-prinsip kepemimpinan (leadership principles) yang
melekat pada diri pemimpin. Kedua hal ini dapat disebut sebagai bahan dasar
kepemimpinan (leadership ingredient). Melalui fungsi panutan (role
modeling) pemimpin harus membudayakan (culturing) karakter dan prinsip
kepemimpinan tersebut di kalangan anak buah (followers). Proses
pembudayaan ini dilakukan dengan menginternalisasikan karakter dan prinsip
kepemimpinan tersebut ke seluruh anak buah sehingga mereka memahami,
menghayati, dan melakukannya. Ketika proses pembudayaan ini berlangsung
massal dan mencakup seluruh orang didalam organisasi, ia akan dapat
membentuk iklim kepemimpinan (leadership climate) dalam organisasi.
b. Fungsi Manajemen kepemimpinan Dalam Organisasi
Fungsi Manajemen kepemimpinan dalam organisasi menurut George R.
Terry, 1958 dalam bukunya Principles of Management (Sukarna, 2011:
10) membagi empat fungsi dasar manajemen, yaitu
1. Planning(Perencanaan)yaitu “Perencanaan adalah pemilih fakta dan
penghubungan fakta - fakta serta pembuatan dan penggunaan
perkiraan - perkiraan atau asumsi – asumsi untuk masa yang akan
datang dengan jalan menggambarkan dan 20 merumuskan kegiatan –
kegiatan yang diperlukan untuk mencapai hasil yang diinginkan”.
2. Organizing (Pengorganisasian) yaitu “Pengorganisasian ialah
penentuan, pengelompokkan, dan penyusunan macam - macam
kegiatan yang dipeelukan untuk mencapai tujuan, penempatan orang -
orang (pegawai), terhadap kegiatan - kegiatan ini, penyediaan factor -
faktor physik yang cocok bagi keperluan kerja dan penunjukkan
hubungan wewenang, yang dilimpahkan terhadap setiap orang dalam
hubungannya dengan pelaksanaan setiap kegiatan yang diharapkan.”
3. Actuating (Pelaksanaan/Penggerakan) “Penggerakan adalah
membangkitkan dan mendorong semua anggota kelompok agar
supaya berkehendak dan berusaha dengan keras untuk mencapai
tujuan dengan ikhlas serta serasi dengan perencanaan dan usaha -
usaha pengorganisasian dari pihak pimpinan”.
4. Controlling (Pengawasan yaitu “Pengawasan dapat dirumuskan
sebagai proses penentuan apa yang harus dicapai yaitu standard, apa
yang sedang dilakukan yaitu pelaksanaan, menilai pelaksanaan, dan
bila mana perlu melakukan perbaikan - perbaikan, sehingga
pelaksanaan sesuai dengan rencana, yaitu selaras dengan standard
(ukuran)”. Pengawasan mempunyai peranan atau kedudukan yang
penting sekali dalam manajemen, mengingat mempunyai fungsi untuk
menguji apakah pelaksanaan kerja teratur tertib, terarah atau tidak.
Dengan demikian control mempunyai fungsi untuk mengawasi segala
kegaiatan agara tertuju kepada sasarannya, sehingga tujuan yang telah
ditetapkan dapat tercapai
Karakter dan prinsip kepemimpinan yang dibangun dengan baik dan
mulia akan menciptakan iklim kepemimpinan yang kondusif. Iklim yang
kondusif ini pada akhirnya akan mengefektifkan organisasi dalam
mengeksekusi strategi dan mendorong tercapainya kinerja yang luar biasa.
Sebaliknya apabila karakter dan prinsip kepemimpinan yang dibangun
kurang baik, iklim yang tercipta akan bersifat destruktif, sehingga
organisasi akan terkendala dalam mengeksekusi strategi, sehingga kinerja
yang diraih menjadi buruk. Demikianlah, apabila manajemen
kepemimpinan ini benar-benar dilaksanakan dengan baik, maka organisasi
akan dapat mencapai tujuannya dengan lebih baik.
3. KONSEP KEPEMIMPINAN PROFETIK
Kepemimpinan profetik adalah kemampuan seseorang untuk
mempengaruhi orang lain mencapai tujuan sebagaimana yang dilakukan
oleh para nabi dan rosul (AdzDzakiyaey dan Bakran, 2005: 12). Istilah
profetik di Indonesia diperkenalkan oleh Kuntowijoyo (1991: 45) melalui
gagasannya mengenai pentingnya ilmu sosial transformatif yang disebut
ilmu sosial profetik. Ilmu sosial profetik tidak hanya menjelaskan dan
mengubah fenomena sosial, tapi juga memberi petunjuk ke arah mana
transformasi dilakukan, untuk apa, dan oleh siapa. Ilmu sosial profetik
mengusulkan perubahan berdasarkan cita-cita etik dan profetik tertentu
(dalam hal ini etika Islam), yang melakukan reorientasi terhadap
epistemologi, yaitu reoreintasi terhadap mode of thought dan mode of
inquiry bahwa sumber ilmu pengetahuan tidak hanya dari rasio dan empiri,
tetapi juga dari wahyu. Berdasarkan pengertian tersebut, kepemimpinan
profetik dalam penelitian ini merupakan konsep kepemimpinan yang
disusun berdasarkan sudut pandang agama, dalam hal ini Agama Islam,
yang diimplementasikan dalam kehidupan masyarakat. Inti dari
kepemimpinan profetik adalah seorang pemimpin harus mencerminkan
sifat-sifat yang dimiliki oleh Nabi dan Rasul, yaitu: siddik, amanah,
tabligh, dan fatonah. Raharjo (2011: 67) menjelaskan sosok pemimpin
tauladan harus memenuhi 4 pilar suri tauladan para Nabi dan Rosul, yakni:
a. Siddik, yaitu jujur, benar berintegrasi tinggi dan terjaga dari
kesalahan, benar dalam bertindak berdasarkan hukum dan peraturan.
b. Amanah, yaitu dapat dipercaya, memiliki legitimasi dan akuntabel
dalam mempergunakan kekayaan/fasilitas yang diberikan.
c. Tabligh, yaitu senantiasa menyampaikan risalah kebenaran, tidak
pernah menyembunyikan yang wajib disampaikan dan tidak takut
memberantas kemungkaran/KKN dan sebagainya.
d. Fathonah, yaitu cerdas, memiliki intelektual, emosional dan spiritual
yang tinggi dan profesional, serta cerdik bisa mencari jalan keluar
dari berbagai kesulitan.
B. ORGANISASI
Organisasi adalah sekelompok orang (Dua atau lebih ) yang secara
formal di persatukan dalam suatu kerja sama untuk mencapai tujuan yang
telah di tetapkan. Sedangkan Menurut Hasibuan (2003 :120) Organisasi
adalahsuatu sistem perserikatan formal,berstruktur,dan terkoordinasi dari
sekelompok orang yang bekerja sama dalam mencapai tujuan tertentu.
1) Struktur Organisasi
Struktur organisasi adalah susunan komponen-komponen (unit-unit
kerja) dalam organisasi. Struktur organisasi menunjukkan adanya
pembagian kerja dan meninjukkan bagaimana fungsi-fungsi atau
kegiatan-kegiatan yang berbeda-beda tersebut diintegrasikan
(koordinasi). Selain daripada itu struktur organisasi juga menunjukkan
spesialisasi-spesialisasi pekerjaan, saluran perintah dan penyampaian
laporan.
2) Unsur – Unsur Organisasi
Setiap bentuk organisasi akan mempunyai unsur-unsur tertentu, yang
antara lain sebagai berikut :
a. Sebagai Wadah Atau Tempat Untuk Bekerja Sama
Organisasi adalah merupakan suatu wadah atau tempat dimana orang-
orang dapat bersama untuk mencapai suatu tujuan yang telah
ditetapkan tanpa adanya organisasi menjadi saat bagi orang-orang
untuk melaksanakan suatu kerja sama, sebab setiap orang tidak
mengetahui bagaimana cara bekerja sama tersebut akan dilaksanakan.
Pengertian tempat di sini dalam arti yang konkrit, tetapi dalam arti
yang abstrak, sehingga dengan demikian tempat sini adalah dalam
arti fungsi yaitu menampung atau mewadai keinginan kerja sama
beberapa orang untuk mencapai tujuan tertentu. Dalam pengertian
umum, maka organisasi dapat berubah wadah sekumpulan orang-
orang yang mempunyai tujuan tertentu misalnya organisasi buruh,
organisasi wanita, organisasi mahasiswa dan sebagainya.
b. Proses kerja sama sedikitnya antar dua orang
Suatu organisasi, selain merupakan tempat kerja sama juga
merupakan proses kerja sama sedikitnya antar dua orang. Dalam
praktek, jika kerja sama tersebut di lakukan dengan banyak orang,
maka organisasi itu di susun harus lebih sempurna dengan kata lain
proses kerja sama di lakukan dalam suatu organisasi, mempunyai
kemungkinan untuk di laksanakan dengan lebih baik hal ini berarti
tanpa suatu organisasi maka proses sama itu hanya bersifat
sementara, di mana hubungan antar kerja sama antara pihak-pihak
bersangkutan kurang dapat diatur dengan sebaik-baiknya.
c. Jelas tugas kedudukannya masing-masing
Dengan adanya organisasi maka tugas dan kedudukan masing-masing
orang atau pihak hubungan satu dengan yang lain akan dapat lebih
jelas, dengan demikian kesimpulan dobel pekerjaan dan sebagainya
akan dapat di hindarkan. Dengan kata lain tanpa orang yang baik
mereka akan bingung tentang apa tugas-tugasnya dan bagaimana
hubungan antara yang satu dengan yang lain.
d. Ada tujuan tertentu
Betapa pentingnya kemampuan mengorganisasi bagi seorang
manajer. Suatu perencana yang kurang baik tetapi organisasinya baik
akan cenderung lebih baik hasilnya dari pada perencanaan yang baik
tetapi organisasi tidak baik. Selain itu dengan cara mengorganisasi
secara baik akan mendapat keuntungan antara lain sebagai berikut:
Pelaksanaan tugas pekerjaan mempunyai kemungkinan dapat
dilaksanakan secara efisien dan efektif
Secara ringkas unsur-unsur organisasi yang paling dasar adalah :
- Harus ada wadah atau tempatnya untuk bekerja sama.
- Harus ada orang-orang yang bekerja sama.
- Kedudukan dan tugas masing-masing orang harus jelas.
- Harus ada tujuan bersama yang mau dicapai.
C. IMPLEMENTASI KEPEMIMPINAN PROFETIK
Konsep kepemimpinan profetik (prophetic leadership) pada dasarnya
merupakan konsep kepemimpinan yang dijalankan oleh Nabi dan Rasul yang
sebenarnya mereka juga manusia sama seperti umat-Nya namun mereka
memiliki keistimewaan dan mempunyai sifat-sifat yang luhur dan agung
sesuai dengan kedudukannya. Sifat-sifat tersebut menurut al-Mishri dan Hadi
(1994: 56) adalah:
1) As Sidq (integritas)
2) Al Amanah (dapat dipercaya)
3) At-Tabligh (menyampaikan/keterbukaan)
4) Al Fatanah (cerdas).
Konsep kepemimpinan pofetik ini sebenarnya dapat diterapkan dalam
berbagai tempat termasuk dalam perpustakaan. Seorang pemimpin di
perpustakaan dapat menerapkan gaya atau konsep kepemimpinan profetik ini
dengan mengikuti gaya kepemimpinan Rasulullah saw yaitu:
a. As Sidq (benar, jujur) Sifat ini merupakan kelaziman bagi seorang
nabi, mekipun sifat ini merupakan suatu keharusan bagi setiap orang, sifat ini
adalah sifat yang lazim, lekat dan merupakan fitriyah mereka. As Sidq penulis
artikan dengan istilah integritas yaitu suatu konsep yang menunjuk
konsistensi antara tindakan dengan nilai dan prinsip. Integritas dapat diartikan
juga sebagai kejujuran dan kebenaran dari tindakan seseorang. Integritas
seorang pemimpin di organisasi dapat mewujudkan situasi organisasi yang
lebih baik. Pemimpin yang memiliki integritas berpikir bahwa dirinya itu
melayani siapa saja yang dipimpinnya, bukan sebaliknya. Pemimpin yang
melayani harus mewujudkan keadilan. Pemimpin yang memiliki jiwa adil
akan disenangi dan dihormati oleh bawahannya. Organisasi memerlukan
pemimpin yang berintegritas yaitu bertindak sesuai dengan ucapan, sama
didepan dan dibelakang umum, konsisten antara apa yang diucapkan dan
kelakukannya, antara sikap dan tindakkan. Pemimpin yang matang dan
berintegritas berfokus untuk mencapai tujuan yang mulia, selain itu pemimpin
yang berintegritas tinggi akan bertanggung jawab atas segala tugas yang
diembannya. Oleh sebab itu, kepemimpinan tersebut sangat tepat diterapkan
dalam mewujutkan visi, misi serta tujuan organisai sehingga organisasi akan
maju dan berkembang dengan kepemimpinan yang tepat.
b. Al Amanah (dapat dipercaya) Nabi adalah orang yang dapat dipercaya
dalam mengemban wahyu, menyampaikan perintah-perintah dan larangan-
larangan Allah kepada hamba-hambaNya, tanpa ditambah dan dikurangi,
tanpa diubah dan diganti. Seorang pemimpin di organisasi haruslah bersifat
amanah, karena tanggung jawab yang diembannya lebih besar dibanding yang
lain. Jika pemimpin tidak mempunyai sifat amanah, tentu yang terjadi adalah
penyalahgunaan jabatan dan wewenang untuk hal-hal yang tidak baik. Setiap
organisasi senantiasa menantikan sosok pemimpin yang jujur dan dapat
dipercaya. Sifat amanah (trust) dapat diperoleh oleh seorang pemimpin
dengan sukarela dari para anggotanya. Artinya pemimpin tidak melakukan
paksaan kepada anggotanya untuk mempercayainya. Untuk mendapatkan
kepercayaan dapat diterapkan oleh seorang pemimpin melalui perilakunya
sehari-hari dalam memimpin. Oleh sebab itu pemimpin diorganisasi perlu
membuktikan bentuk kerjanya yang nyata, yaitu dengan mewujudkan visi,
misi serta tujuan organiasi tersebut. Selain itu seorang pemimpin tidak boleh
menyia-nyiakan kepercayaan yang telah diberikan oleh bawahannya.
Pemimpin yang jujur akan mewujudkan organisasi yang bersih, bebas dari
korupsi, kolusi dan nepotisme. Pemimpin yang jujur akan melahirkan
sumberdaya manusia yang jujur pula. karena peran pemimpin sangat
diperhitungkan dalam membangun sumberdaya organisasi. Setiap
pemimpinan pasti akan diminta pertanggungjawaban, oleh sebab itu
kepemimpinan yang jujur akan sangat diperhitungkan dalam berbagai hal.
c. At Tablig (menyampaikan/keterbukaan) At tabligh berarti bahwa para
rasul menyampaikan hukum-hukum Allah dan menyampaikan wahyu yang
diturunkan kepada mereka dari Allah. Secara istilah at-tabligh juga dapat
diartikan keterbukaan, seorang pemimpin akan dapat bekerja secara tenang
tanpa terganggu praduga-praduga yang negatif dari bawahannya ataupun dari
koleganya yang lain. Pemimpin perpustakaan diharapkan mampu
menyampaikan ide dan gagasanya terkait dengan pencapaian visi misi
perpustakaan. pemimpin yang mempunyai tabligh (menyampaikan) bisa
disebut juga dengan pemimpin yang transformasional. Kepemimpinan
transformasional merupakan kepemimpin yang dimana seorang pimpinannya
memiliki kemampuan untuk menginspirasi dan memotivasi orang lain untuk
mencapai hasil melebihi harapan (Bertocci, 2009: 46). At Tabligh yang
berarti keterbukaan bisa juga diartikan mau menerima masukan konstruktif,
kritik ataupun protes yang memang ada dasarnya, dari siapapun, tanpa
melihat level yang memberi masukan, sepanjang disampaikan secara etis.
Seorang pemimpin diorganisasi harus bisa menerima saran dan masukan dari
bawahannya untuk kemajuan organisasi tersebut. Pemimpin yang tabligh juga
memiliki peran penting dalam pengembangan sumberdaya manusia di
organisasi.
d. Al Fatanah (cerdas) Setiap nabi yang diutus Allah pasti memiliki
kecerdasan yang tinggi, pikiran yang sempurna dan lurus, cerdik dan
cendikia. Semua nabi dan rasul diberi akal dan kecerdasan oleh Allah dengan
sangat sempurna. Mereka juga memiliki pikiran yang cemerlang agar dapat
mematahkan argumentasi kaumnya, sehingga dapat memecahkan segala
permasalahan yang dihadapi oleh kaumnya. Pemimpin diorganisasi harus
memiliki ilmu pengetahuan dan keterampilan yang membuat dirinya mampu
memimpin dengan cerdas dan tegas. Setelah kualitas kecerdasan intelektual
sudah dikuasai dengan baik, pemimpin harus mempersiapkan dirinya dengan
kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional sangat diperlukan untuk
membangun kerjasama yang harmonis dalam organisasi, termasuk untuk
meningkatkan kualitas sikap baik kepemimpinan di semua aspek kerja
organisasi. Untuk dapat menyelesaikan konflik dan berbagai permasalahan,
pemimpin harus bisa menyeimbangkan antara kecerdasan kognitif dan
kecerdasan emosional. Dimilikinya keempat sifat tersebut diatas (sidiq,
amanah, tabligh dan fatanah) akan mencegah praktek korupsi, kolusi dan
nepotisme di organisasi.
BAB III
PENUTUP

KESIMPULAN
Kepemimpinan merupakan hal yang sangat mendasar dalam kehidupan
bermasyarakat. Pada dasarnya semua manusia adalah pemimpin, baik memimpin
dirinya sendiri maupun orang lain. Ketika harus memimpin orang lain inilah
kepemimpinan menjadi suatu hal yang tidak mudah untuk dilakukan sehingga di
butuhkan teori manajemen kepemimpinan yang bagus agar roda kepemimpinana
berjalan sesuai dengan apa yang di harapakan dalam berorganisasi, Dasar
kepemimpinan adalah mengorangkan orang. Memimpin adalah menempatkan
orang pada posisinya yang semestinya.Seorang pemimpin dalam sebuah
organisasi akan mendapat respek dari anggotanya ketika pemimpin tersebut
mampu memanusiakan diri mereka serta dapat menjadi teladan bagi yang lain.
Ada beberapa tipe kepemimpinan menurut gaya kepemimpinannya
diantaranya yaitu tipe kepemimpinan otokratik, kendali bebas atau masa bodo
(Laisez Faire),paternalistik , kharismatik, militeristik, pseudo-demokratik dan
demokratik. Dimana pemimpin yang baik adalah pemimpin yang tahu
menempatkan dirinya serta mampu memahami kondisi orang yang
dipimpinnya.Karena itu dibutuhkan suatu manajemen kepemimpinan yaitu
planning,organizing,actuanting,controlling sehingga dari teori manajemen
kepemimpinan ini ketika kita akan mengarahkan orang tentunya kita harus tahu
betul akan karakter orang yang dipimpin tersebut apalagi dalam suatu wadah
organisasi sebagai pemersatu persepsi dan tujuan dari sinilah seorang pemimpin
memiliki titik sentral. Titik sentral pemimpin adalah kemampuan dalam arti
intelektual, emosional dan spiritual bukan harta duniawi seperti rumah, tanah,
mobil dan sejenisnya. Kepemimpinan sangat erat kaitannya dengan kekuasaan.
Oleh sebab itulah, dalam memilih pemimpin kita harus mempunyai beberapa
kriteria untuk dijadikan acuan sehingga kita tidak salah dalam memilih pemimpin
yang nantinya akan menahkodai suatu organisasi dan mudah-mudahan akan ada
sosok pemimpin ideal sesuai kriteria yang kita harapkan demi kemajuan wadah
kita bersama yaitu organisasi.
DAFTAR PUSTAKA
Bennis,Warren.,Burt Nanus,2006. Leaders strategi untuk mengemban tanggung
jawab. Jakarta :PT. Buana Ilmu Populer Kelompok Gramedia.
Fahmi, Irham ( 2012). Manajemen Kepemimpinan : Teori & Aplikasi. Cetakan
Kesatu. Bandung : Alfabeta.
Hasibuan, M. 2003. Organisasi dan Motivasi Dasar Peningkatan Produktivitas.
Jakarta: Bumi Aksara
Robbins, Stephen P. (2003). Perilaku Organisasi. Jakarta : Indeks.
Slater, Robert (2001). Jack Welch and The GE Way :Wawasan Manajemen dan
Rahasia Kepemimpinan CEO Legendaris (Terjemah oleh Fandy Tjiptono). Edisi
I. Yogyakarta : ANDI
Stoner, James A.F., R. Edward Freeman, dan Daniel R. Gilbert Jr. (1996),
Manajemen, Jilid II, Jakarta : Prenhallindo.
Sukarna. 2011. Dasar-Dasar Manajemen. CV. Mandar Maju. Bandung
Sutikno, sobry M. (2014). Pemimpin Dan Gaya Kepemimpinan, Edisi Pertama
Lombok: Holistica
Adz-Dzakiyaey, Bakran, Hamdani, 2005, Prophetic Intelligence, Kecerdasan
Kenabian. Menumbuhkan Potensi Hakiki Insane Melalui Pengembangan
Kesehatan Ruhani, Yogyakarta: Islamika.
Budiharto, Sus dan Himam, Fathul. 2006. “Konstruk Teoritis dan Pengukuran
KepemimpinanProfetik”, Jurnal Psikologi, Volume 33, No. 2.
Kuntowijoyo, 1991. Paradigma Islam. Bandung: Mizan.
CURICULLUM VITAE

Nama. : Yahdil

TTL : Labuan Bajo,14 Maret 1999

Asal Cabang : HMI Cabang Sumbawa

Fak/Prodi/angkatan : Teknik/Mesin/2018

Alamat : Desa Boak Kec.Moyo Hulu Kabupaten Sumbawa

Jenjang Pendidikan

1. SDIT Al-kahfi Jakarta Timur


2. MIS Muhammadiyah Waioti
3. SMP Muhammadiyah Waipare
4. MAN Manggarai Barat
Jenjang Training Di HMI

1. LK 1 HMI Cabang Sumbawa


Pengalaman Organisasi

1. Anggota Divisi Advokasi Himpunan Mahasiswa Mesin Periode 2019-


2020
2. Wasekum P3A Komisariat Elang Muda-UTS Periode 2018-2019
Motto Hidup : “Selalu jadi orang yang bermanfaat’’

Anda mungkin juga menyukai