Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Di Susun Oleh :
1. Ixsa Mardania (20121142)
2. Nadya Dian Utami ( 20121149)
3. Rizhka Pratitis (20121154)
4. Surya Adi Pratama (20121158)
Kata pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan
karunia-nya sehingga tersusunnya tugas makalah ini.
Pengembangan pembelajaran dari materi yang ada pada makalah ini, dapat senantiasa
dilakukan oleh mahasiswa dalam bimbingan dosen. Upaya ini diharapkan dapat lebih
mengoptimalkan penguasaan mahasiswa terhadap kompetensi yang di persyaratkan.
Penyusun menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari hasil yang sempurna. Oleh
karenanya penyusun sangat mengharapkan kritik dan saran
Atas laporan ini sehingga dapat menjadi koreksi bagi penyusun.
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Retardasi mental menerangkan keadaan fungsi intelektual umum bertaraf subnormal yang
dimulai dalam masa perkembangan individu dan yang berhubungan dengan terbatasnya
kemampuan belajar maupun penyesuaian dari proses pendewasaan individu tersebut atau
kedua-duanya (Nelson, 2000).
Angka kejadian pada retardasi mental ini cukup banyak terutama dinegara yang sedang
berkembang dann merupakan dilema atau penyebab kecemasan keluarga, masyarakat, dan
negara. Diperkirakan kejadian retardasi mental berat dinegara yang sedang berkembang
sekitar 0,3 % dari seluruh populasi dan hampir 3% mempunyai IQ di bawah 70. Sebagai
sumber daya tentunya mereka tidak bisa dimanfaatkan karena 0,1% dari kelompok anak
ini memerlukan perawatan, Bimbingan, serta pengawasan sepanjang hidupnya (swaiman
dalam Tumbang Anak, Soetjiningsih, 1995) Hasil penelitian Triman Prasedio (1980)
mengemukakan angka prevalensi retardasi mental di Indonesia adalah 3%, hasil penelitian
ini diperkirakan suatu angka yang tinggi. Sebagai perbandingan di Prancis angka
prevalensinya adalah 1,5-8,6% dan di Inggris 1-8% (laporan WHO yang dikutip Triman
Prasedio) statistik menunjukkan bahwa di Indonesia didapatkan 10-30 dari 1000 penderita
Yang mengalami tuna grahita, terdapat 1.750.000-5.250.000 jiwa penderita tuna grahita.
Melalui data demologi dilaporkan bahwa 34,39% pengunjung puskesmas Berusia 5-15 tahun
menunjukkan gangguan mental emosional. Masalah retardasi mental ini terkait dengan
semua belah pihak terutama keluarga atau orang tuanya. Keluarga merupakan tempat
tumbuh kembang seorang individu, maka keberhasilan pembangunan sangat ditentukan
oleh kualitas dari individu yang terbentuk dari norma yang dianut dalam keluarga sebagai
patokanberperilaku setiap hari. Lingkungan keluarga secara langsung berpengaruh dalam
mendidik seorang anak karena pada saat lahir dan untuk masa Berikutnya yang cukup
panjang anak memerlukan bantuan dari keluarga dan Orang laim untuk melangsungkan
hidupnya. Keluarga yang mempunyai anak yang cacat akan memberikan suatu perlindungan
yang berlebihan pada anaknya sehingga anak mendapatkan pengalaman yang sesuai
dengan tingkat Perkembangannya. Semakin bertambahnya umur anak retardasi mental
maka para orang tua harus mengadakan penyesuaian terutama dalam pemenuhan
kebutuhan anak tersebut sehari-harinya. Agar nantinya mereka tidak mempunyai
ketergantungan yang berkepanjangan sehingga akan menimbulkan permasalahan seperti
isolasi soasial yang tidak menyenangkan. Peran keluarga secara optimal diharapkan dapat
memandirikan anak retardasi mental dalam hal memenuhi kebutuhan dirinya sendiri.
Retardasi mental adalah suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensi yang Rendah yang
menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap tuntutan
masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal [ ClTATlON Mut08 \l 1057 ] Anak tidak
mampu belajar dan beradaptasi karena intelegensi yang rendah, biasanya IQ di bawah 70.
Anak dengan retardasi mental akan mengalami gangguan perilaku adaptasi sosial, yaitu
dimana anak mengalami kesulitan menyesuaikan diri dengan masyarakat sekitarnya, tingkah
laku kekanak-kanakan tidak sesuai dengan umurnya. Retardasi mental memiliki kriteria,
fungsi intelektual umum di bawah normal (umumnya di bawah 70), terdapat kendala Dalam
perilaku adaptif sosial, gejalanya timbul dalam masa perkembangan, yaitu di bawah usia 18
tahun.
B. Rumusan masalah
1. definisi dari retardasi mental ?
2. Apa etiologi dari retardasi mental ?
3. Apa patofisiologi dari retardasi mental ?
4. Apa manifestasi klinis retardasi mental ?
5. Apa saja pemeriksaan diagnostik pada retardasi mental ?
6. Bagaimana penatalaksanan medis retardasi mental ?
7. Bagaimana diagnosa banding dari retardasi mental ?
8. Bagaimana asuhan keperawatan pada retardasi mental ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi dari retardasi mental.
2. Untuk mengetahui etiologi dari retardasi mental.
3. Untuk mengetahui patofisiologi dari retardasi mental.
4. Untuk mengetahui manifestasi klinis retardasi mental.
5. Untuk mengetahui apa saja pemeriksaan diagnostik pada retardasi mental.
6. Untuk mengetahui penatalaksanaan medis retardasi mental.
7. Untuk mengetahui diagnosa banding retardasi mental
8. Untuk mengetahui bagai mana asuhan keperawatan pada pasien retardasi mental.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian
Retardasi mental adalah suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensi yang rendah
yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap
tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal [ ClTATlON Mut08 \l
1057 ]Keterbelakangan Mental (Retardasi Mental, RM) adalah suatu keadaan yang
ditandai dengan fungsi kecerdasan umum yang berada dibawah rata-rata disertai
dengan berkurangnya kemampuan untuk menyesuaikan diri (berpelilaku adaptif),
yang mulai timbul sebelum usia 18 tahun. Orang-orang yang secara mental
mengalami keterbelakangan, memiliki perkembangan kecerdasan (intelektual) yang
lebih rendah dan mengalami Kesulitan dalam proses belajar serta adaptasi sosial. 3%
dari jumlah penduduk mengalami keterbelakangan mental. Terdapat berbagai definisi
mengenai retardasi mental.Menurut WHO (dikutip dari Menkes 1990), retardasi
mental adalah kemampuan mental yang tidak mencukupi. Carter CH (dikutip) dari
Toback C ), mengatakan retardasi mental adalah suatu kondisi yang ditandai oleh
intelegensi yang rendah yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar
dan beradaptasi terhadap Tuntutan masyarakat atas keemampuan yang dianggap
normal. Menurut Crocker AC 1983, retadarsi mental adalah apabila jelas terdapat
fungsi intelegensi yang Rendah, yang disertai adanya kendala dalam penyesuaian
perilaku, dan gejalanya timbul pada masa perkembangan. Sedangkan menurut Melly
Budhiman, seseorang dikatakan retardasi mental bila memenuhi kriteria sebagai
berikut:
1. Fungsi intelektual umum dibawah normal
2. Terdapat kendala dalam perilaku adaptif sosial
3. Gejalanya timbul dalam masa perkembangan yaitu dibawah usia 18 tahun.
Fungsi intelektual dapat diketahui dengan test fungsi kecerdasan dan hasilnya
dinyatakan sebagai suatu taraf kecerdasan atau IQ (intelegence Quotient).
IQ adalah MA / CA x 100 %
MA = Mental Age, umur mental yang didapat dari hasil test
CA = Chronological Age, umur berdasarkan perhitungan tanggal lahir
Yang dimaksud fungsi intelektual dibawah normal yaitu apabila IQ dibawah
70. Anak ini tidak dapat mengikuti pendidikan sekolah biasa, karena cara berpikirnya
yang terlalu sederhana, daya tangkap dan daya ingatnya lemah, demikian pula dengan
pengertian bahasa dan hitungannya juga sangat lemah.
Sedangkan yang dimaksud dengan perilaku adaptif sosial adalah kemampuan
seeorang untuk mandiri, menyesuaikan diri dan mempunyai Tanggung jawab
sosial yang sesuai dengan kelompok umur dan budayanya.Pada penderita retardasi
mental gangguan perilaku adaptif yang paling menonjol adalah Kesulitan
menyesuaikan diri dengan masyarakatsekitarnya. Biasanya tingkah lakunya kekanak-
kanakan tidak sesuai dengan umurnya. Gejala tersebut harus timbul pada masa
perkembangan, yaitu dibawah umur 18 tahun. Karena kalau gejala tersebut timbul
setelah umur 18 tahun, bukan lagi disebut retardasi mental tetapi penyakit lain sesuai
dengan gejala klinisnya.
B. Etiologi
Adanya disfungsi otak merupakan dasar dariretardasi mental.Untuk Menetahui
adanya retardasi mental perlu anamnesis yang baik, pemeriksaan fisik dan
laboratorium.Penyebab dari retardasi mental sangat kompleks dan
Multifaktorial. Walaupun begitu terdapat beberapa faktor yang potensial berperanan
dalam terjadinya retardasi mental seperti yang dinyatakan oleh Taft LT (1983) dan
Shonkoff JP (1992) di bawah ini :
Faktor-faktor yang potensial sebagai penyebab retardasi mental
1. Non — organik
Kemiskinan dan keluarga yang tidak harmonis
Faktor sosiokultural
Interaksi anak-pengasuh yang tidak baik
Penelantaran anak
2. Organik
Faktor Prakonsepsi
Abnormalitas single gen (penyakit- penyakit metabolik)
Kelainan kromosom
3. Faktor Pranatal
Gangguan pertumbuhan otak trimester I, II, dan III
Kelainan kromosom (trisomi, mosaik, dll)
Infeksi intrauterin, misalnya TORCH, HIV
Ibu malnutrisi
Disfunsi plasenta
Kelainan kongenital dari otak (idiopatik)
Zat-zat teratogen (alkohol, kokain,logam berat, dll)
Ibu : diabetes melitus, PKU (phenylketonuria)
Toksemia gravidarum
4. Faktor Perinatal
Prematur
Asfiksia neonatorum
Trauma lahir : perdarahan intra kranial
Meningitis
Kelainan metabolik : hipoglikemia, hiperbilirubinemia
5. Faktor Post natal
Trauma berat pada kepala/susunan saraf pusat
Gangguan metabolik/hipoglikemia
Malnutrisi
CVA ( Cerebrovascular accident)
Infeksi
Anoksia, misalnya tenggelam
Kebanyakan anak yang menderita retardasi mental ini berasal dari
golongan sosial ekonomi rendah, akibat kurangnya stimulasi dari lingkungannya
Sehingga secara bertahap menurunkan IQ yang bersamaan dengan terjadinya
Maturasi.Demikian pula pada keadaan sosial ekonomi yang rendah dapat sebagai
penyebab organik dari retardasi mental, misalnya keracunan logam berat yamg
subklinik dalam jangka waktu yang lama dapat mempengaruhi kemampuan Kognitif,
ternyata lebih banyak anak-anak dikota dari golongan sosial ekonomi rendah.
C. Manifestasi Klinis
Gejala klinis retardasi mental terutama yang berat sering disertai beberapa kelainan
fisik yang merupakan stigmata kongenital, yang kadang-kadang gambaran stigmata
mengarah ke suatu sindrom penyakit tertentu. Di bawah ini beberapa kelainan fisik
dan gejala yang sering disertai retardasi mental, yaitu :
A. Kelainan pada mata :
1. Katarak
a. Sindrom Cockayne
b. Sindrom Lowe
c. Galaktosemia
d. Sindrom Down
e. Kretin
f. Rubela pranatal
2. Bintik Cherry-merah pada daerah makula
a. Mukolipidosis
b. Penyakit Niemann-Pick
c. Penyakit Tay-Sachs
3. Korioretinitis
a. Lues kongenital
b. Penyakit sitomegalo virus
c. Rubela prenatal
4. Kornea keruh
a. Lues kongenital
b. Sindrrom Hunter
c. Sindrom Hurler
d. Sindrom Lowe
B. Kejang
1. Kejang umum tonik klonik
a. Defisiensi glikogen sinthetase
b. Hiperlisinemia
c. Hipoglikemia
2. Kejang pada masa neonatal
a. Arginosuccinic asiduria
b. Hiperammonemia I dan II
c. Laktik asidosis.
C. Kelainan pada kulit
a. Bintik cafe-au-lait
b. Ataksia —telengiektasia
c. Tuberous selerosis
D. Kelainan rambut
a. Rambut rontok
b. Rambut cepat memutih
c. Rambut halus.
E. Kepala
a. Mikrosefali
b. Perawakan pendek
c. Distonia
Sedangkan gejala dari retardasi mental tergantung dari tipenya adalah sebagai berikut:
A. Retardasi mental ringan.
Kelompok ini merupakan bagian terbesar dari retardasi mental.Kebanyakan
dari mereka ini termasuk dalam tipe sosial budaya, dan diagnosis dibuat
setelah anak beberapa kali tidak naik kelas. Golongan ini termasukmampu
didik , artinya selain dapat diajar baca tulis bahkan bisa sampai Kelas 4-6 SD,
juga bisa dilatih keterampilan tertentu sebagai bekal hidupnya kelakdan
mampu mandiri seperti orang dewasa yang normal. Tetapi pada umumnya
mereka ini kurang mampu menghadapi stres, sehingga tetap membutuhkan
bimbingan dari keluarganya.
B. Retardasi mental sedang.
Kelompok ini kira-kira 12% dari seluruh penderita retardasi mental, mereka
ini mampu latihtapi tidak mampu didik.Taraf kemampuan intelektualnya
hanya dapat sampai kelas 2 SD saja, tetapi dapat dilatih menguasai suatu
keterampilan tertentu misalnya pertukangan, pertanian, dll dan apabila
bekerja nanti mereka ini perlu pengawasan.Mereka juga perlu dilatih
bagaimana mengurus diri sendiri. Kelompok ini juga kurang mampu
menghadapi stres dan kurang dapat mandiri, sehingga memerlukan bimbingan
dan pengawasan.
C. Retardasi mental berat. Sekitar 7% dari seluruh penderita retardasi mental
masuk kelompok ini. Diagnosisi mudah ditegakkan secara dini, karena selain
adanya gejala fisik yang menyertai juga berdasarkan keluhan dari orang tua
dimana anak sejak awal sudah terdapat keterlambatan perkembangan motorik
dan bahasa. Kelompok ini termasuk tipe klinik.Mereka dapat dilatih higiene
dasar saja dan kemampuan berbicara yang sederhana, tidak dapat dilatih
keterampilan kerjadan memerlukan pengawasan dan bimbingan sepanjang
hidupnya.
D. Retardasi mental sangat berat.Kelompokini sekitar 1% dan termasuk dalam
tipe klinik.Diagnosis dini mudah dibuat karena gejala baik mental dan fisik
sangat jelas.Kemampuan berbahasanya sangat minimal.Mereka ini seluruh
hidupnya tergantng pada orang disekitarnya.
D. Patofisiologi
kastilah retardasi mental merujuk pada keterbatasan nyata fungsi hidup sehari-hari.
Retardasi mental ini termasuk kelemahan atau ketidakmampuan kognitif yang
muncul pada masa kanak-kanak (sebelum usia 18 tahun) yang ditandai dengan fungsi
kecerdasan di bawah normal (IQ 70 sampai 75 atau kurang) dan disertai
keterbatasan-keterbatasan lain pada sedikitnya dua area Fungsi adaptif:
berbicara dan berbahasa, keterampilan merawat diri, Kerumahtanggaan,
keterampilan social, penggunaan sarana-sarana komunitas, pengarahan diri, kesehatan
dan keamanan, akademik fungsional, bersantai, dan bekerja (American Association on
Mental Retardation [AAMR] 1992). Definisi Yang lebih baru tentang ratardasi mental
ini menggunakan pendekatan fungsional, bukan terminologi yang dulu mejelaskan
tingkat retardasi mental dengan ringan, Sedang, berat, dan sangat berat. Penyebab
retardasi mental dapat digolongkan menjadi penyebab prenatal, perinatal, dan
pascanatal.Penyabab prenatal termasuk penyakit kromosom (trisomi 21 [Sindrom
Down], Findrom fragile-X) gangguan sindrom (distrbabofi otot Duchenne,
neurofibromatosis [tipe 1]), dan gangguan metabolism sejak lahir
(fenilketonuria).Penyebab perinatal dapat digolongkan menjadi yang berhubungan
dengan masalah intrauterine seperti abrupsio plasenta, diabetes maternal, dan
Kelahiran premature serta kondisi neonatal termasuk meningitis dan perdarahan
intracranial. Penyebab pascanatal mencakup kondisi-kondisi yang terjadi karena
Cedera kepala, infeksi, dan gangguan degeneratif dan demielinisdasi (AAMR, 1992).
Sindrom Fragile-X, Sindrom Down, dan sindrom alcohol fetal merupakan sepertiga
individu-individu yang menderita retardasi mental. Munculnya masalah- masalah,
seperti paralisis serebral, deficit sensoris, gangguan psikiatrik, dan kejang
berhubungan dengan retardasi mental yang lebih berat.Diagnosis retardasi mental
ditetapkan secara dini pada masa kanak-kanak. Prognosis jangka panjang pada
akhirnya ditentukan olrh seberapa jauh individu tersebut dapat berfungsi Mandiri
dalam masyarakat (mis: bekerja, hidup mandiri, keterampilan social).
E. Phatway
F. Klasifikasi Retardasi Mental
Rentang IQ bukanlah satu-satunya dasar bagi penegakan diagnosis, kelemahan dalam
perilaku adaptif juga merupakan kriteria retardasi mental. Beberapa orang yang
termasuk dalam kelompok retardasi ringan berdasarkan IQ mungkin tidak
mengalami kelemahan perilaku adaptif sehingga tidak akan Dianggap sebagai
orang-orang yang mengalami retardasi mental. Pada kenyataanya, kriteria IQ
biasanya diterapkan hanya setelah kelemahan dalam perilaku adaptif diidentifikasi.
Berikut ini merupakan ringkasan karakteristik orang-orang yang masuk dalam
masing-masing level retardasi mental (Robinson & Robinson, 1976)
a. Retardasi Mental Ringan (IQ 50-55 hingga 68-70).
Diklasifikasikandalam kelompok retardasi mental ringan.Mereka tidak selalu
dapat dibedakan dari anak-anak normal sebelum mulai bersekolah. Di usia
remaja akhir Biasanya mereka dapat mempelajari keterampilan akademik yang
kurang lebih sama dengan level kelas 6. Ketika dewasa mereka mampu
melakukan pekerjaan yang tidak memerlukan keterampilan atau di balai karya
di rumah penampungan, meskipun mereka mungkin membutuhkan bantuan
dalam masalah sosial dan keuangan.Mereka bisa menikah dan mempunyai
anak.
b. Retardasi Mental Sedang (IQ 35-40 hingga 50-55)
Diklasifikasikan dalam kelompokretardasi mental sedang. Kerusakan otak dan
berbagai patologi lain sering terjadi.oranng-orang yang mengalami retardasi
Mental sedang dapat memiliki kelemahan fisik dan disfungsi neurologis yang
menghambat keterampilan motorik yang normal, seperti memegang dan
mewarnai di dalam garis, dan keterampilan motorik kasar, seperti berlari dan
memanjat. Mereka mampu, dengan banyak bimbingan dan latihan, berpergian
sendiri di daerah lokal yang tidk asing bagi mereka.Banyak yang tinggal di
institusi penampungan, namun sebagian besar hidup bergantung bersama
keluarga atau dalam rumah-rumah bersama yang disupervisi.
c. Retardasi Mental Berat (IQ 20-25 hingga 35-40)
Di antara mereka yang memiliki IQ kurang dari 70, sekitar 3 sampai 4 persen
masuk dalam kelompok retardasi mental parah.Orang-orang tersebut
umumnya memiliki abnormalitas fisik sejak lahir dan keterbatasan
sensori motor.Sebagian besar dimasukkan dalam institusi penampungan dan
membutuhkan bantuan dan supervisi terus-menerus. Orang Dewasa yang
mengalami retardasi mental parah dapat berperilaku ramah, namun biasanya
hanya dapat berkomunikasi secara singkat di level yang sangat konkret.
Mereka hanya dapat melakukan sedikit aktivitas secara mandiri dan sering kali
terlihat lesu karena kerusakan otak mereka yang parah menjadikan mereka
relatif pasif dan kondisi kehidupan mereka hanya memberikan sedikit
stimulasi.mereka mampu melakukan pekerjaan yang sangat sederhana dengan
supervisi terus- menerus.
d. Retardasi Mental Sangat Berat (IQ di bawah 20-25)
Hanya 1 hingga 2 persen dari mereka yang mengalami retardasi mental yang
masukdalam kelompok retardasi mental sangat berat, yang membutuhkan
supervisi total dan sering kali harus diasuh sepanjang hidup mereka.
Sebagian besar memiliki abnormalitas fisik berat serta kerusakan neurologis
dan tidak dapat berjalan sendiri kemana pun.Tingkat kematian dimasa kanak-
kanak pada orang- orang yang mengalami retardasi mental sangat berat sangat
tinggi.
G. Komplikasi
Menurut Betz, Cecily R (2002) komplikasi retardasi mental adalah :
a) Serebral palsi
b) Gangguan kejang
c) Gangguan kejiwaan
d) Gangguan konsentrasi/hiperaktif
e) Defisit komunikasi
f) Konstipasi (karena penurunan motilitas usus akibat obat-obatan antikonvulsi,
kurang mengkonsumsi makanan berserat dan cairan).
H. Pemeriksaan Penunjang
1) Kromosomal Kariotipe
a) Terdapat beberapa kelainan fisik yang tidak khas
b) Anamnesis ibu tercemar zat-zat teratogen
c) Terdapat beberapa kelainan kongenital
2) EEG ( Elektro Ensefalogram)
a) Gejala kejang yang dicurigai
b) Kesulitan mengerti bahasa yang berat
3) CT ( Cranial Computed Tomography) atau MRI ( Magnetic Resonance Imaging)
a) Pembesaran kepala yang progresif
b) Tuberous sklerosis
c) Dicurigai kelainan otak yang luas
d) Kejang lokal
e) Dicurigai adanya tumor intrakranial
4) Titer virus untuk infeksi kongenital
a) Kelainan pendengaran tipe sensorineural
b) Neonatal hepatosplenomegali
c) Petechie pada periode neonatal
d) Chorioretinitis
e) Mikroptalmia
f) Kalsifikasi intrakranial
g) Mikrosefali
5) Serum asam urat ( uric acid serum)
a) Gout
b) Sering mengamuk
6) Laktat dan piruvat darah
a) Asidosis metabolik
b) Kejang mioklonik
I. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan anak dengan retardasi mental adalah multidimensi dan sangat
individual. Tetapi perlu diingat bahwa tidak setiap anak penanganan multidisiplin
merupakan jalan yang terbaik. Sebaiknya dibuat rancangan suatu strategi pendekatan
bagi setiap anak secara individual untuk mengembangkan Potensi anak tersebut
seoptimal mungkin. Untuk itu perlu melibatkan psikologi untuk menilai
perkembangan mental anak terutama kemampuan kognitifnya, dokter anak
intukmemeriksa fisik anak, menganalisi penyebab, dan mengobati penyakit atau
kelainan yang mungkin ada.Juga kehadiran pekerja sosial kadang-kadang diperlukan
untuk menilai situasi keluarganya.Atas dasar itu maka dibuatlah strategi terapi.
Seringkali lebih melibatkan lebih banyak ahli lagi, misalnya ahli saraf bila anak
juga menderita epilepsi, palsi serebral, dll. Psikiater, bila anaknya menunjukkan
kelainan tingkah laku atau bila orang tuanya membutuhkan dukungan terapi keluarga.
Ahli rehabilitasi medis, bila diperlukan untuk merangsang perkembangan motorik dan
sensoriknya. Ahli terapi wicara, untukmemperbaiki gangguan bicaranya atau untuk
merangsang perkembangan bicaranya. Serta diperlukan guru pendidikan luar biasa
untuk anak-anak yang retardasi mental ini. Pada orang tuanya perlu dberi penerangan
yang jelas mengenai keadaan anaknya, dan apa yang dapat diharapkan dari terapi
yang diberikan. Kadang-kadang diperlukan waktu yang lama untuk menyakinkan
orang tua mngenai keadaan anaknya.Bila orang tua belum dapat menerima keadaan
anaknya, maka perlu konsultan pula dengan psikolog atau psikiater.
Anak dengan retardasi mental memerlukan pendidikan khusus, yang disesuaikan
dengan taraf IQ-nya, mereka digolongkan yang mampu didik untuk golongan
retardasi mental ringan, dan yang mampu latih untuk anak dengan retardasi mental
sedang.Sekolah khusus untuk anak retardasi mental ini adalah SLB-C.Disekolah ini
diajarkan juga keterampilan-keterampilan dengan harapan mereka dapat hidup
mandiri dikemudian hari.Diajarkan pula tentang baik buruknya suatu tindakan
tertentu, sehingga mereka diharapkan tidak melakukan tindakan yang tidak terpuji,
seperti mencuri, merampas, kejahatan seksual, dll.Semua anak yang retardasi mental
ini juga memerlukan perawatan seperti pemeriksaan kesehatan yang rutin, imunisasi,
dan monitoring terhadap tumbuh kembangnya.Anak-anak ini sering juga disertai
dengan kelainan fisik yang memerlukan penanganan khusus.
KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian terdiri atas evaluasi komprehensif mengenai kekurangan dan kekuatan
yang berhubungan dengan ketrampilan adaptif ; komunikasi, perawatan diri, interaksi
sosial, penggunaan sarana-sarana di masyarakat pengarahan diri, pemeliharaan
kesehatan dan keamanan, akademik fungsional, pembentukan ketrampilan rekreasi
dan ketenangan dan bekerja.
Riwayat kesehatan sekarang
Pasien menunjukkan Gangguan kognitif ( pola, proses pikir ), Lambatnya
ketrampilan ekspresi dan resepsi bahasa, Gagal melewati tahap perkembangan
yang utama, Lingkar kepala diatas atau dibawah normal ( kadang-kadang
lebih besar atau lebih kecil dari ukuran normal ), lambatnya pertumbuhan,
tonus otot abnormal ( lebih sering tonus otot lemah ), ciri-ciri dismorfik, dan
terlambatnya perkembangan motoris halus dan kasar.
Riwayat kesehatan dahulu
Kemungkinan besar pasien pernah mengalami Penyakit kromosom
( Trisomi 21 ( Sindrom Down), Sindrom Fragile X, Gangguan Sindrom
( distrofi otot Duchene ), neurofibromatosis ( tipe 1), Gangguan metabolisme
sejak lahir ( Fenilketonuria ), Abrupsio plasenta, Diabetes maternal, Kelahiran
premature, Kondisi neonatal termasuk meningitis dan perdarahan intracranial,
Cedera kepala, Infeksi, Gangguan degenerative.
Riwayat kesehatan keluarga
Ada kemungkinan besar keluarga pernah mengalami penyakit yang serupa
atau penyakit yang dapat memicu terjadinya retardasi mental, terutama dari
ibu tersebut.
Pemeriksaan fisik
a) Kepala :Mikro/makrosepali, plagiosepali (btk kepala tdk simetris)
b) Rambut : Pusar ganda, rambut jarang/tdk ada, halus, mudah putus dan
cepat berubah
c) Mata : mikroftalmia, juling, nistagmus, dll
d) Hidung : jembatan/ mendatar, ukuran kecil, cuping melengkung ke
atas, dll
e) Mulut : bentuk “V” yang terbalik dari bibir atas, langit-langit
lebar/melengkung
f) tinggi Geligi : odontogenesis yang tdk normal Telinga : keduanya letak
rendah; dll
g) Muka : panjang filtrum yang bertambah, hipoplasia
h) Leher : pendek; tdk mempunyai kemampuan gerak sempurna
i) Tangan : jari pendek dan tegap atau panjang kecil meruncing, ibujari
gemuk dan lebar, klinodaktil, dll
j) Dada & Abdomen : tdp beberapa putting, buncit, dll Genitalia :
mikropenis, testis tidak turun, dll
k) Kaki : jari kaki saling tumpang tindih, panjang & tegap/panjang kecil
meruncing diujungnya, lebar, besar, gemuk
B. Diagnosa Keperawatan
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d.
kelainan fungsi kognitif Gangguan komunikasi verbal b.d.
kelainan fungsi kognitif Risiko cedera b.d.
perilaku agresif ketidakseimbangan mobilitas fisik Gangguan interaksi social
b.d.
kesulitan bicara/ kesulitan adaptasi sosial Gangguan proses keluarga b.d.
memiliki anak retardasi mental.
Deficit perawatan diri b.d. perubahan mobilitas
fisik/kurangnya kematangan perkembangan.
C. Intervensi keperawatan
Gangguan pertumbuhan dan perkembangan b.d. kelainan fungsi kognitif
Tujuan : Tidak mengalami kegagalan tumbang
Kriteria Hasil :
- Tak ada kemunduran mental
- Anak mampu melakukan kegiatan sesuai kemampuan secara optimal
Intervensi :
1. Kaji tingkat perkembangan anak
2. Dorong / libatkan anak dalam melakukan aktivitas
3. Berikan aktivitas sesuai dengan kemampuan anak
4. Ajarkan hal-hal yang perlu diketahui anak (aktivitas dasar)
5. Pantau tingkat perkembangan anak
Rasional :
Informasi data dlm menentukan intervensi
Melatih kemampuan meningkatkan harga diri
Menstimulasi kemampuan fisik, kognitif anak
Meningkatkan kemampuan
Mengetahui kemajuan / perkembangan anak
Gangguan interaksi social b.d. kesulitan bicara/ kesulitan adaptasi sosial
Tujuan : Anak mampu berinteraksi social
Kriteria Hasil :
Anak tidak mengisolasi diri.
Anak mapu bergaul dengan lingkungan
Intervensi :
Kaji factor penyebab gangguan perkembangan dan isolasi sosial Tingkatkan
komunikasi verbal
Tingkatkan komunikasi verbal
Dorong anak melakukan sosialisasi dengan kelompok
Beri reinforcement yang positif atas hasil yang dicapai anak
Ajarkan anak untuk bermain bersama teman kelompoknya
Rasional :
Informasi data dlm menentukan intervensi
Melatih anak dalam berkomunikasi
Meningkatkan kemampuan dalam bersosialisasi
Meningkatkan harga diri anak
Meningkatkan kemampuan dalam bersosialisasi
Deficit perawatan diri b.d. perubahan mobilitas fisik /kurangnya
kematangan perkembangan.
Tujuan : Perawatan diri terpenuhi
Kriteria Hasil :
Anak tampak bersih
Anak mampu berperan dalam perawatan dirinya
Intervensi :
Kaji tingkat kemampuan anak
Pantau anak dalam memenuhi kebutuhannya
Libatkan anak dalam memenuhi kebutuhannya
Jelaskan secara berulang-ulang tentang perawatan diri
Beri dorongan anak untuk merawat dirinya
Rasional :
Untuk menentukan intervensi
Kebutuhan sehari-hari terpenuhi
Meningkatkan kemampuan dan harga diri anak
Meningkatkan pemahaman anak ttg perawatan diri
Meningkatkan motivasi anak.
D. Implementasi Keperawatan
Implementasi merupakan tindakan yang sesuai dengan yang telah direncanakan,mencakup
tindakan mandiri dan kolaborasi. Rencana tindakan tersebut diterapkan dalam situasi yang
nyata untuk mencapai tujuan yang ditetapkan dan hasil yang di harapakan. Tindakan
keperawatan harus mendetail. Agar semua tenaga keperwatan dapat menjalankan tugasnya
dengan baik dalam jangka waktu yang telah ditetapkan dan di lakukan sesuai dengan kondisi
pasien.
E. Evaluasi Keperawatan
Evaluasi atau hasil penilaian yang dapat di capai setelah tindakan keperawatan antara lain:
Tidak mengalami kegagalan tumbang
Anak mampu berinteraksi social
Perawatan diri terpenuhi
komunikasi verbar dapat meningkat
kelurga menerima kondisi anaknya
BAB III
PENUTUP
a) Kesimpulan
Retardasi mental adalah suatu kondisi yang ditandai oleh intelegensi yang rendah
yang menyebabkan ketidakmampuan individu untuk belajar dan beradaptasi terhadap
tuntutan masyarakat atas kemampuan yang dianggap normal. Klasifikasi dari retardasi
mental yaitu Retardasi Mental Ringan (IQ 50-55 hingga 68-70), Retardasi Mental
Sedang (IQ 35-40 hingga 50-55), Retardasi Mental Berat (IQ 20-25 hingga 35-40)
dan Retardasi Mental Sangat Berat (IQ di bawah 20-25)
Faktor-faktor yang potensial sebagai penyebab retardasi mental :
Non — organik
- Kemiskinan dan keluarga yang tidak harmonis
- Faktor sosiokultural
- Interaksi anak-pengasuh yang tidak baik
- Penelantaran anak.
Organik
- Faktor Prakonsepsi
- Faktor Pranatal
- Faktor Perinatal
- Faktor Post nata
B. Uraian
Dalam penulisan ini tentunya banyak kurang dan tentunya ada lebihnya juga, untuk itu
penulis atau penyusun mengharapkan kritik dan saran kepada para pembaca.
Dengan adanya makalah ini penulis mengaharapkan agar para pembaca bisa memahami apa
yang sudah dijelaskan sehingga dapat bermanfaat bagi semuanya dan agar lebih dapat
mengaplikasikan dalam merawat pasien dan mampu dalam
Pembuatan asuhan keperawatan yang tepat yang banyak melibatkan orang
terdekat klien, mulai dari keluarga, kerabat sampai teman dekat klien.
Daftar pustaka
Muttaqin, A. (2008). Csulca Ndpdrcwctca Nhida kdafca Fcaffuca Uistdj Ydrscrcpca. Jakarta:
Salemba Merdeka.
Soetjiningsih, Editor, IG. N. Gde Ranuh. (1995). [ujmul Ndjmcaf Cacn. Jakarta: EGC