Anda di halaman 1dari 8

LAPORAN PRAKTIKUM

IMUNOLOGI DAN SEROLOGI

OBJEK 6

“CROSS MATHCING (RUTIN)”

NAMA : DIVA ROHADATUL AISY

NIM : 1811012020

KELOMPOK/SHIFT : 3/1

HARI/TANGGAL : SENIN/1 NOVEMBER 2021

ANGGOTA :

1. Mila Andela 1811011025


2. Fahradytha Mellaniga Yf 1811012012
3. Yolanda Zazna Syaputri 1811012013
4. Hafifah Putri Jayusman 1811012037
5. Rizkya Alifa A. Gazali 1811012050

LABORATORIUM IMUNOLOGI DAN SEROLOGI

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS ANDALAS

PADANG

2021
OBJEK 5

“CROSS MATCHING(RUTIN)”

I. Tujuan
 Mengetahui cara melakukan pemeriksaan cross matching
 Mengetahui fungsi dilakukannya cross matching
 Memahami prinsip pemeriksaan cross matching
II. Teori

Transfusi darah adalah pemberian darah atau komponen darah dari donor
yang sehat kepada penerima yang membutuhkan. Darah terdiri dari sel darah dan
plasma, sel darah terdiri dari eritrosit, leukosit dan hemoglobin. Pemberian
transfusi darah dan komponen darah sebenarnya memerlukan pemeriksaan lebih
lanjut terhadap ABO dan Rhesus (D), serta uji cross match untuk memeriksa
darah donor dan darah pasien agar kompatibel untuk menghindari reaksi
aglutinasi atau hemolisis yang mengancam pasien dan berujung pada kematian.[1]

Pemeriksaan uji cocok serasi adalah pemeriksaan kesesuaian darah pasien


dan donor. Pemeriksaan ini untuk mengetahui apakah antigen eritrosit donor
sesuai dengan antibodi di serum pasien (uji mayor) dan antigen eritrosit pasien
terhadap antibodi di serum donor (uji minor). Pemeriksaan uji cocok serasi dapat
dilakukan dengan metode tabung (metode konvensional) dan Gel.[1]

Pemeriksaan reaksi silang (Cross Match) diperlukan sebelum melakukan


transfusi darah untuk melihat apakah darah pasien / resipien sesuai dengan darah
donor. Pemeriksaan Cross Match ini sangat perlu untuk mencegah reaksi transfuse
dengan memastikan penderita tidak mengandung antibody yang reaktif terhadap
antigen pada sel darah merah donor dan bermanfaat bagi pasien.[2]

Tahapan uji crossmatch antara lain identifikasi contoh darah pasien yang
benar, mengecek riwayat pasien sebelumnya, memeriksa golongan darah pasien,
darah donor yang sesuai golongan darah pasien, pemeriksaan crossmatch,
pelabelan yang benar sebelum darah dikeluarkan. Crossmath menurut urgensi
permintaan darah bagi seorang pasien dibagi dalam tiga kategori yaitu crossmatch
rutin, crossmatch emergency dan crossmatch persiapan operasi [3]

Untuk mengetahui apakah sel darah merah donor bisa hidup didalam tubuh
pasien dan untuk mengetahui ada tidaknya antibody komplet (tipe IgM) maupun
antibody inkomplet (tipe IgG) dalam serum pasien (mayor) maupun dalam serum
donor yang melawan sel pasien (minor).[2]

Pada reaksi silang mayor (Mayor Cross Match) dilakukan untuk


memeriksa ketidakcocokan oleh karena adanya antibody dalam serum pasien
terhadap antigen sel darah merah donor. Sedangkan pada uji silang serasi minor
(Minor Cross Match) adalah untuk memastikan ketidakcocokan oleh karena
adanya antibody dalam serum donor terhadap antigen sel darah merah pasien.
Pada pemeriksaan auto adalah mereaksikan antara sel darah merah pasien dengan
serumnya untuk mengetahui apakah terdapat autoantibodi atau tidak untuk melihat
reaksi autoimun.[2]

Mayor crossmatch merupakan tindakan terakhir untuk melindungi


keselamatan penerima darah dan sebaiknya dilakukan demikian sehingga
complete antibodies maupun incomplete Antibodies. Reaksi silang yang
dilakukan hanya pada suhu kamar saja, tidak dapat mengesampingkan aglutinin
rhesus yang hanya bereaksi pada suhu 37º C.[4]

Uji silang serasi dilakukan dalam fase dan medium yang berbeda karena
jenis antibody golongan darah mempunyai karakter yang berbeda.

a. Fase I: fase suhu kamar (20⁰C – 25⁰C) dalam medium saline, mendeteksi
antibody komplet yang bersifat IgM (cold antibody)
b. Fase II: fase inkubasi pada suhu 37⁰C dalam medium bovine albumin,
pada fase ini antibody inkomplet dapat mengikat sel darah merah
c. Fase III: fase antiglobulin test, semua antibody inkomplet yang telah diikat
pada sel darah merah (pada fase II) akan beraglutinasi (positif) dengan
baik setelah penambahan Coombs serum.
Untuk validasi hasil pemeriksaan maka sample tersebut setelah fase 3 direaksikan
dengan Coombs Control Cell (CCC) bila hasilnya di fase III negatif maka
ditambah dengan CCC hasilnya positif.[2]

Pemeriksaan crossmatch dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu


pemeriksaan crossmatch metode tabung dan pemeriksaan crossmatch metode gel.
Prinsip pemeriksaan crossmatch metode tabung adalah sel donor dicampur dengan
serum penerima (mayor crossmatch) dan sel penerima dicampur dengan serum
donor (minor crossmatch) dalam bovine albumin 20% akan terjadi aglutinasi atau
gumpalan dan hemolisis bila golongan darah tidak cocok. Sel dan serum
kemudian diinkubasi selama 15-30 menit untuk memberi kesempatan antibodi
melekat pada permukaan sel, lalu ditambahkan serum antiglobulin dan bila
penderita mengandung antibodi dengan eritrosit donor maka terjadi gumpalan.[3]

Pemeriksaan crossmatch metode gel ditemukan oleh Yves Lampiere dari


Perancis dan dikembangkan metode gel di Switzerland pada akhir 1985 sebagai
metode standar sederhana dan dapat dibaca dengan mudah. Teknik gel terdiri dari
partikel gel dekstran akrilamida dalam tabung mikro dan serum Coomb.
Prinsipnya dengan mereaksikan antibody disajikan dalam serum/plasma dengan
antigen aktif eritrosit di mikro-tabung kemudian disentrifugasi membentuk
aglutinasi. Jika reaksinya positif, artinya agglutinate yang terperangkap dalam gel.
Sedangkan jika reaksi negatif, ini menunjukkan bahwa antibodi tidak menempel
pada eritrosit dan eritrosit bebas lewat melalui gel ke bagian bawah tabung mikro.
[1]

Metode pemeriksaan crossmatch metode gel adalah penambahan suspensi


sel dan serum atau plasma dalam microtube yang berisi gel di dalam buffer berisi
reagen (Anti-A, Anti-B, Anti-D, enzim, Anti-Ig G, Anti komplement). Microtube
selanjutnya diinkubasi selama 15 menit pada suhu 37º C dan disentrifus.
Aglutinasi yang terbentuk akan terperangkap di atas permukaan gel. Aglutinasi
tidak terbentuk apabila eritrosit melewati pori-pori gel, dan akan mengendap di
dasar microtube.[5]
Permasalahan yang terjadi dalam pemeriksaan crossmatch adalah
kesalahan administrasi dan pengambilan sampel pasien (contohnya: salah dalam
pelabelan dan salah mengambil sampel), reagen atau alat yang bermasalah,
prosedur pemeriksaan yang salah, pasien/donor memiliki antibodi tertentu atau
permasalahan lain dalam darah pasien atau donor.[6]
III. Prosedur Kerja
A. Alat dan Bahan
Alat:
- Objek glas
- Tabung reaksi
- Pipet tetes
- Rak tabung reaksi
- Sentrifugasi
- Incubator

Bahan:

- Bovin albumin
- Reagen Coomb
- Darah resipien
- Darah donor
- Larutan NaCl fisiologi
B. Cara Kerja
 Tahap Mayor 2 tetes serum resipien ditambah 1 tetes
eritrosit 5% donor, kemudian ditambahkan lagi 2 tetes
bovin albumin.
 Tahap Minor 2 tetes serum donor ditambah 1 tetes eritrosit
5% resipien, kemudian ditambahkan lagi 2 tetes bovin
albumin.
 Aduk tahap mayor dan minor, lalu disentrifugasi pada
kecepatan 1000 rpm selama satu menit.
 Amati hasilnya (Bila terjadi aglutinasi maka darah tersebut
incompatible pengujian tidak perlu dilanjutkan, dan bila
reaksi negative reaksi dilanjutkan).
 Inkubasi pada suhu 37 derjat selsius selama 15 menit, lalu
disentrifugasi lagi pada kecepatan 1000 rpm selama 1
menit.
 Amati hasilnya (Bila terjadi aglutinasi maka darah tersebut
incompatible pengujian tidak perlu dilanjutkan, dan bila
reaksi negative reaksi dilanjutkan).
 Cuci dengan larutan NaCl fisiologi sebanyak 3 sampai 4
kali.
 Tambahkan 2 tetes Reagen Coombs, sentrifugasi lagi
dengan kecepatan 1000 rpm selama 1 menit.

Amati hasilnya (Bila terjadi aglutinasi maka darah tersebut


incompatible artinya tidak dapat dilakulkan tranfusi, dan bila reaksi
negative maka baru boleh dilakukan tranfusi darah)
Daftar Pustaka
[1] Irawaty, Rachmawati AM, Mansyur Arif. Characteristics of crossmatch types
in compatibility testing on diagnosis and blood types using gel method.
Indonesian Journal of Clinical Pathology and Medical Laboratory, 2016; 23(1):
36–41
[2] Setyati J, Soemantri A. Transfusi Darah Yang Rasional. Semarang: Pelita
Insani; 2010.

[3] Syafitri R. Kasus-Kasus Rujukan Imuno Hematologi. UDD PMI Pusat; 2014.

[4] MJAFI. Comparive study of blood crossmatching using convensional and gel
method. 2008.

[5] Ken, Ritchie Ni. Inkompatibilitas Dalam Pemeriksaan Crossmatch. 2014.

Anda mungkin juga menyukai