Anda di halaman 1dari 8

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

I. KONSEP DASAR JARINGAN PERIODONTAL


A. Pengertian Jaringan Periodontal
Jaringan periodontal merupakan sistem fungsional jaringan yang
mengelilingi gigi dan melekatkan pada tulang rahang, dengan demikian
dapat mendukung gigi sehingga tidak terlepas dari soketnya (Harapan,
Ali, & Fione, 2020).
Jaringan periodontal adalah struktur jaringan yang berfungsi
sebagai penyangga gigi. Jaringan periodontal ini terdiri dari 4 jaringan,
yaitu: gingiva, ligamen periodontal, sementum, dan tulang alveolar
(Carranza , Michael, & Henry, 2006).
B. Komponen Jaringan Periodontal
1. Gingiva
Gingiva adalah bagian dari mukosa mulut yang melapisi
prosessus alveolar dari tulang rahang tempat melekatnya gigi.
Gingiva berfungsi melapisi dan mengelilingi gigi. Secara anatomis
gingiva terdiri dari margin gingiva, attached gingiva, dan
interdental area.
a. Margin gingiva
Margin gingiva atau unattached gingiva merupakan tepi
dari perbatasan gingiva yang mengelilingi gigi yang berbentuk
seperti kerah baju. Lebar dari margin gingiva adalah 1 mm
yang membentuk dinding jaringan lunak dari sulkus gingiva.
Bagian ini dapat dipisahkan dengan gigi menggunakan probe
periodontal.
b. Attached gingiva
Attached gingiva merupakan gingiva yang melekat
secara kontinyu dengan margin gingiva yang sifatnya kuat dan
erat pada tulang dibawahnya. Attached gingiva meluas ke
mukosa alveolar yang relatif longgar dan bergerak dan dibatasi
oleh mukogingiva. Lebar attached gingiva berbeda-beda,
umumnya terbesar di daerah insisivus (maks 3,5 sampai 4,5
mm pada rahang atas, rahang bawah 3,3 sampai 3,9 mm),dan
lebih sempit di segmen posterior (1,9 mm pada gigi premolar
pertama rahang atas dan 1,8 mm pada rahang bawah).
Persimpangan mukogingiva tidak berubah sepanjang kehidupan
desawa, perubahan lebar gingiva yang melekat disebabkan oleh
modifikasi posisi pada bagian korona. Lebar attached gingiva
meningkat seiring bertambahnya usia dan waktu erupsi gigi.
Pada aspek lingual mandibula, attached gingiva berakhir
dipertemuan mukosa alveolar lingual yang kontinyu dengan
membran mukosa yang melapisi dasar mulut. Permukaan
palatal dari attached gingiva pada maxila menyatu dengan
mukosa palatal yang sama kuat.
c. Interdental area
Interdental area merupakan ruang interproksimal di
bawah area kontak gigi yang berbentuk piramidal atau bentuk
col. Bentuk gingiva dalam ruang interdental yang diberikan
tergantung pada titik kontak antara dua gigi yang berdampingan
dan ada atau tidaknya derajat resesi. Pada permukaan fasial
lebih runcing ke arah kontak interproksimal, sedangkan
permukaan mesial dan distal sedikit cekung. Batas lateral dan
ujung intedental dibentuk oleh margin gingiva dari gigi yang
berdampingan.
2. Ligamentum periodontal
Ligamentum periodontal merupakan jaringan ikat khusus
antara sementum yang menutupi akar gigi dan tulang alveolar yang
biasanya berasal dari folikel gigi yang berasal dari sel kista neural
kranial. Ligamen memiliki susunan serat yang berorientasi dan
bersifat vaskuler. Ligamentum periodontal bersifat seluler yang
mengandung fibroblast, osteoblast dan sementoblast. Ligamen
periodontal berfungsi melindungi, mendukung, dan memberikan
respon sensorik untuk sistem pengunyahan dan juga memelihara
homeostasis serta perbaikan kerusakan jaringan yang disebabkan
oleh penyakit periodontal ataupun mekanis dan trauma.
Kelompok serat dentoalveolar terdiri dari lima kelompok
utama dan berfungsi untuk melawan kekuatan dan gerakan. Serat
tersebut terdiri dari alveolar crest, horizontal, obliq, Apikal, dan
interradicular. Serat-serat ini bertindak untuk menahan pemisahan
gigi dan perpindahan gingiva. Alveolar crest berjalan dalam apikal
condong dari arah sementum gigi tepat di bawah epitel fungsional
menuju puncak alveolar yang berfungsi untuk mencegah ekstrusi
gigi dan menahan gerakan gigi dari arah lateral. Serat horizontal
berjalan tegak lurus terhadap sumbu panjang gigi, dari sementum ke
tulang alveolar dan menutupi apikal dua pertiga dari akar.
Serat obliq adalah serat yang paling melimpah dalam
ligamen periodontal, memanjang dari sementum dalam arah koronal
miring ke tulang alveolar. Berfungsi untuk menahan kekuatan
vertikal dan intrusif sehingga menanggung sebagian besar tekanan
pengunyahan vertikal dan perpindahan tekanan ke dalam tulang
alveolar. Serat apikal memancar secara tidak teratur dari sementum
ke tulang alveolar di daerah apikal soket dan terbentuk hanya
setelah root benar-benar terbentuk. Bundel serat ligamen tidak
semuanya masuk ke dalam tulang alveolar.
Serat interradicular menyebar dari sementum ke gigi daerah
furkasi gigi multiroot. Serat dentogingival adalah paling banyak dan
lari dari sementum serviks ke lamina propria dari gingiva yang
bebas dan melekat. Serat kelompok alveologingiva memancar dari
tulang puncak alveolar ke dalam lamina propria. Serat melingkar
melingkari leher setiap gigi untuk membentuk pita di dalam gingiva
marginal. Serat transseptal berasal dari sementum satu gigi dan
masukkan ke dalam gigi yang berdekatan dengan melintasi septum
interdental.
3. Sementum
Sementum merupakan jaringan messenchymal yang
avaskuler dan terklasifikasi yang membentuk permukaan luar akar
gigi. Jaringan ini menutupi dentin didaerah radiks dan komposisinya
serupa tulang, meskipun tidak ada system havers dan pembuluh
darah. Sementum pada bagian apikal gigi lebih tebal, dan terdapat
sel-sel yang mirip osteosit, yang disebut sementosit. Bila ligament
periodontal dihancurkan, sementum akan mengalami nekosis dan
mungkin diresorbsi.
Sementum terdiri dari: matrix interfibrilar yang
terklasifikasi, da fibril kolagen. Pada sementum terdapat 2 bagian,
yaitu :
a) Komponen aseluler
Bagian sementum yang terbentuk paling awal, menutupi 1/3
servikal-1/2 bagian akar, tidak mengandung sel, ketebalannya
mencapai 20-230 mikrometer.
b) Komponen seluler
Baru terbentuk setelah gigi mencapai oklusal, mengandung sel,
irregular, kurang terklasifikasi.
4. Tulang alveolar
Tulang alveolar juga biasa disebut sebagai tulang gigi
karena apabila kehilangan gigi dapat menyebabkan hilangnya tulang
alveolar. Sebagian besar tulang alveolar adalah tulang trabekuler
yang mengandung tulang kompak yang berdekatan dengan
ligamentum periodontal yang disebut dengan lamina dura. Ligamen
periodontal menembus lamina dura dan jangkar ke tulang alveolar
dengan ujung lainnya tehubung ke sementum. Lempeng kortikal
dalam (lingual) dan luar (labial) juga terdiri dari tulang padat.
Tulang alveolar merupakan jaringan ikat yang termineralisasi yang
mengandung mineral, matriks organik, dan air. Pada tulang alveolar
23% adalah jaringan mineral, 37% matriks organik yang sebagian
besar adalah kolagen, dan 40% lainnya adalah air. Usia merupakan
faktor risiko untuk pengurangan massa tulang dalam osteoporosis,
itu tidak menyebabkan dan karena itu harus dibedakan dari proses
penuaan fisiologis, akan tetapi perubahan tulang dengan usia tidak
berpengaruh terhadap penyembuhan tulang dalam soket pasca
ekstraksi.
C. Community Periodontal Index for Treatment Needs (CPITN)
1. Pengertian Community Periodontal Index for Treatment Needs (CPITN)
Community Periodontal Index for Treatment Needs (CPITN)
adalah Indeks resmi yang digunakan WHO untuk mengukur kondisi
jaringan periodontal serta perkiraan akan kebutuhan perawatan dengan
menggunakan sonde khusus. Tahun 1978 di bentuk kelompok kerja sama
antara Federation Dental International (FDI) dan Oral Health Unit dari
WHO untuk memantapkan validitas dari CPITN dengan melakukan suatu
trial di lapangan. Community Periodontal Index for Treatment Needs
diterima sebagai indeks resmi pada World Dental Conggres dari
kedokteran gigi internasional di Rio de Janeiro pada bulan September
tahun 1981, dan WHO probe digunakan sebagai alat resmi untuk
pengukuran CPITN (Putri, Herijulianti dan Nurjanah, 2011).
2. Tujuan CPITN
Menurut Tedjasulaksana (2006), tujuan CPITN adalah
a) Untuk mendapatkan data tentang status periodontal masyarakat.
b) Untuk merencanakan program kegiatan penyuluhan.
c) Untuk menentukan kebutuhan perawatan yang meliputi jenis
tindakan, besar beban kerja dan kebutuhan tenaga.
d) Memantau kemajuan kondisi periodontal individu.
3. Prinsip kerja CPITN
Prinsip kerja CPITN menurut Tedjasulaksana (2006), sangat
sederhana yaitu adanya :
a) WHO periodontal examination probe
1) Kedalaman pocket ditentukan atau diukur dengan menggunakan
WHO probe dengan melihat warna pada ujung probe berjarak 3,5
mm dari ujung sampai 5,5 mm. Probe secara cepat dan tepat
ditentukan dengan kriteria normal atau abnormal dengan
kedalaman 3,5 mm – 5,5 mm.
2) Pada ujung probe terdapat bola kecil berdiameter 0,5 mm
sehingga mudah mendeteksi adanya subgingival kalkulus.
Bentuknya tipis, ringan dan ada bolanya, untuk mengurangi
kesalahan dalam menentukan dasar pocket, juga mengurangi
tendensi salah hitung. Fungsi sonde khusus ini adalah untuk
melihat adanya perdarahan, sebagai sensing instrument akan
adanya karang gigi, dan juga untuk melihat dalamnya pocket.
Dalamnya pocket 4-5 mm maka hanya sebagian warna hitam
yang masih terlihat dan untuk pocket dengan kedalaman lebih
dari 6 mm maka seluruh bagian sonde yang berwarna hitam tidak
akan terlihat/tampak.
3) Cara penggunaannya. Tanpa rasa sakit ujung sonde yang
berbentuk bola dimasukan di daerah distal ke saku gusi
kemudian mengikuti bentuk anatomi dari permukaan akar gigi.
Sonde digerakkan ke arah mesial pada permukaan buccal atau
lingual. Tekanan yang diberikan tidak boleh lebih dari 25 gram,
tekanan yang lebih besar dapat menimbulkan rasa sakit. Sebagai
patokan untuk mengukur tekanan tersebut ujung probe
dimasukkan di bawah kuku ibu jari tangan dengan tidak ada rasa
sakit.
b) Tehnik penilain CPITN
Menurut Tedjasulaksana (2006 ), penilaian CPITN seperti
pada tabel dibawah ini.
Table 1
Penilaian Atas Kondisi Jaringan Periodontal
c) Sextan yang diperiksa pada CPITN Untuk penilaian CPITN gigi–gigi
rahang atas dan rahang bawah dibagi menjadi enam sextan yaitu :

Gambar 1. Sextan
Suatu sextan hanya diperiksa bila di sextan tersebut terdapat
dua gigi atau lebih dan tidak terindikasi cabut. Suatu sextan yang
hanya terdapat satu gigi saja maka gigi tersebut dimasukan ke sextan
sebelahnya, dengan demikian pada sextan tersebut tidak diberi nilai.
Keadaan terparah ataupun nilai/skor tertinggi yang dicatat pada
suatu sextan.
d) Gigi indeks yang diperiksa pada CPITN Untuk mencatat berbagai
kondisi dari jaringan periodontal tidak diperiksa semua gigi
melainkan hanya beberapa gigi saja yang disebut sebagai gigi indeks.
Gigi indeks yang diperiksa adalah :
1) Usia 20 tahun ke atas.

Gambar 2. Gigi indek yang diperiksa usia 20 tahun keatas


2) Untuk usia 19 tahun ke bawah

Gambar 3. Gigi indek yang diperiksa usia 19 tahun ke bawah

Catatan :
(a) Salah satu gigi molar dari indeks tidak ada maka tidak perlu
dilakukan penggantian gigi tersebut.
(b) Suatu sextan tidak terdapat gigi indeks, maka semua gigi
yang terdapat dalam sextan tersebut diperiksa dan nilai /skor
tertinggi atau keadaan terparah pada sextan tersebut dicatat.
(c) Usia 19 tahun ke bawah tidak dilakukan pemeriksaan gigi
molar kedua utuk menghindari adanya false pocket.
(d) Usia di bawah 15 tahun penilaian hanya dilakukan atas
adanya perdarahan dan karang gigi saja, dan tidak untuk
pocket, hal ini untuk menghindari tercatatnya false pocket.
II. KONSEP DASAR KESEHATAN GIGI DAN MULUT
III. KONSEP DASAR PENYIRIH

Anda mungkin juga menyukai