Anda di halaman 1dari 14

BAB 1

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Indonesia merupakan Negara di Asia Tenggara yang dilintasi garis
khatulistiwa dan berada diantara daratan benua Asia dan Australia, serta antara
Samudra Pasifik dan Samudra Hindia dan memiliki berbagai macam profesi salah
satunya profesi kesehatan seperti perawat, kebidanan, kedokteran dan farmasi.
Farmasi adalah suatu profesi kesehatan yang berhubungan dengan pembuatan
dan distribusi dari produk yang berkhasiat obat, ini meliputi seni dan ilmu
pengetahuan dari sumber alam atau sintetik menjadi material atau produk yang
cocok dipakai untuk mencegah, dan mendiagnosa penyakit. Dalam farmasi juga
mempelajari berbagai ilmu terapan, salah satunya farmasi fisika.
Farmasi Fisika adalah kajian atau cabang ilmu hubungan antara fisika (sifat-
sifat Fisika) dengan kefarmasian (sediaan Farmasi, farmakokinetik, serta
farmakodinamiknya) yang mempelajari tentang analisis kualitatif serta kuantitatif
senyawa organik dan anorganik yang berhubungan dengan sifat fisikanya serta
menganalisis pembuatan dan pengujian hasil akhir dari sediaan obat.
Keadaan bahan secara keseluruhan dapat dibagi menjadi zat gas, padat, dan
fluida. Zat padat tentu mempertahankan bentuknya, sedangkan fluida tidak
mempertahankan bentuknya, serta gas mengembang menempati semua ruang
tanpa memperdulikan bentuknya.teori fluida sangat kompleks, sehingga dimulai
dari yang paling dasar yaitu kerapatan zat dan penentuan bobot jenis.
Bobot jenis suatu zat adalah perbandingan bobot zat terhadap air volume
sama yang ditimbang di udara pada suhu yang sama. Sedangkan, Kerapatan
merupakan rasio massa suatu senyawa dengan volumenya. Bila kerapatan suatu
senyawa lebih besar daripada kerapatan air, maka senyawa tersebut akan
tenggelam dalam air. Namun, apabila kerapatannya lebih kecil maka senyawa
tersebut akan mengapung di atas air. Perbedaan kerapatan suatu zat terkadang
dapat pula dilihat dari kemampuannya untuk bercampur.

1
Penentuan bobot jenis dan rapat jenis suatu zat ini sangat penting dalam
menentukan berbagai zat tambahan yang dapat dikombinasikan dengan zat
tersebut.
Mengingat pentingnya pengetahuan mengenai penentuan massa dan bobot
jenis suatu sampel yang baik dan benar maka dilakukanlah praktikum ini untuk
mendapat formulasi dan sediaan obat yang ideal.
I.2       Maksud, Tujuan dan Prinsip
I.2.1    Maksud Percobaan
Adapun maksud dari praktikum kali ini adalah agar mahasiswa mampu
mengetahui dan memahami cara-cara penentuan bobot jenis dan rapat jenis suatu
zat cair dengan menggunakan metode tertentu.
I.2.2    Tujuan Percobaan
Adapun tujuan dari praktikum kali ini yaitu agar mahasiswa dapat
menentukan pemeriksaan identitas, konsentrasi, dan kemurnian dari suatu zat
selain itu dengan mengetahui bobot jenis suatu zat akan mempermudah dalam
memformulasi dan juga menentukan apakah suatu zat dapat bercampur atau tidak
dengan zat lain.
I.2.3    Prinsip Percobaan
Adapun prinsip dari praktikum kali ini yaitu penentuan bobot jenis alkohol
dengan penimbangan piknometer kosong dan piknometer yang telah diisi alkohol,
lalu selisih kedua penimbangan dibagi dengan volume piknometer yang
ditentukan sebagai bobot jenis lalu dibandingkan dengan bobot jenis air untuk
mendapatkan rapat jenis alkohol.

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Dasar Teori
2.1.1 Bobot Jenis
Bobot jenis adalah konstanta/tetapan yang bergantung pada suhu untuk
padar, cair, bentuk gas yang homogen. Didefinisikan sebagai hubungan massa (m)
suatu bahan terhadap volumenya. Atau bobot jenis adalah suatu karakteristik
bahan yang penting yang digunakan untuk pengujian identitas dan kemurniaan
dari bahan obat dan bahan pembantu, terutama dari cairan dan zat-zat bersifat
seperti malam (Voight, 1994).
Bobot jenis dinyatakan dalam desimal dengan beberapa angka di belakang
koma sebanyak akurasi yang diperlukan pada penentuannya.Bobot jenis
menggambarkan hubunga antara bobot suatu zat terhadap bobot suatu zat baku.
Dalam farmasi, Bobot jenis merupakan faktor yang memungkinkan pengubahan
jumlah zat dalam formula.Bobot jenis juga digunakan untuk mengubah
pernyataan kekuatan dalam konsentrasi persen. (Ansel, 2004)
Penentuan bobot jenis selain piknometer, neraca westphalt, dan areopmeter
adalah neraca hidrostalik, neraca Reimen, untuk menentukan mengetahui berat
jenis zat cair, neraca Ephim, untuk mengakur zat cair, neraca Qeimann, untuk
mengukur zat cair saja (karena telah memiliki benda padat yang tak bisa diganti
dengan zat padat (Raharjo, 2008).
Kecuali dinyatakan lain dalam masing-masing monografi, penetapan bobot
jenis dugunakan hanya untuk cairan, dan kecuali dinyatakan lain, didasarkan pada
perbandingan bobot zat diudara pada suhu 25 terhadap bobot air dengan volume
dan suhu yang sama. Bila suhu ditetapkan dalam monografi, bobot jenis adalah
perbandingan bobot zat di udara pada suhu yang ditetapkan terhadap bobot air
dengan volume suhu yang sama. Bila pada suhu 25 zat terbentuk padat, tetapkan
bobot jenis pada suhu yang telah tertera pada masing-masing monografi, dan
mengacu pada air yang tetap pada suhu 25 (Voight, R.1994).

3
Dalam farmasi perhitungan bobot jenis terutama menyangkut cairan, zat
padat, dan air merupakan pilihan yang tepat untuk digunakan sebagai standar
karena mudah didapat dan mudah dimurnikan (Howard, Ansel, 1989).
Pengujian bobot jenis dilakukan untuk menentukan 3 macam bobot jenis
yaitu (Lachman, L, 1994):
1. Bobot jenis nyata
Massa partakel dibagi volume pertikel tidak termasuk rongga yang terbuka dan
tertutup.
2. Bobot jenis nyata
Massa pertikel dibagi volume partikel tidak termasuk pori/lubang terbuka,
tetapi termasuk pori yang terbuka.
3. Bobot jenis efektif
Massa partikel dibagi volume partikel termasuk pori yang terbuka dan tertutup

Berikut adalah Rumus perhitungan bobot jenis :


piknometer yang berisi cairan−bobot piknometer kosong
bj=
volume piknometer

2.1.2 Kerapatan
Kerapatan adalah turunan besaran karena menyangkut satuan massa dan
volume. Batasannya adalah massa per satuan volume pada temperatur dan tekanan
tertentu dan dinyatakan dalam sistem cgs dalam gram per sentimeter
kubik(gram/cm³) (Martin, 1993).
Hubungan antara massa dan volume tidak hanya menunjukan ukuran dan
bobot molekul suatu komponen, tetapi juga gaya-gaya yang mempengaruhi sifat
karakteristik “pemadatan” (“Packing Characteristic”). Dalam sistem matriks
kerapatan diukur dengan gram/milimeter (untuk cairan) atau gram/cm2 (Martin,
1993).
Kerapatan atau densitas adalah massa per satuan. Satuan umumnya adalah
kilogram per meter kubik, atau ungkapan  yang  umum, gram per sentimeter
kubik, atau gram per milliliter. Kerapatan berubah dengan perubahan temperatur

4
(dalam banyak kasus, kerapatan menurun dengan kenaikan temperature, karena
hamper semua substansi mengembang ketika dipanaskan). Konsekuensinya,
temperature harus dicatat dengan nilai kerapatannya, tekanan gas harus spesifik.
Kerapatan adalah massa per unit volume suatu zat pada temperatur dan tertentu.
Sifat ini merupakan salah satu sifat fisika yang paling sederhana dan sekaligus
merupakan salah satu sifat fisika yang paling definitive, dengan demikian dapat
digunakan untuk menentukan kemurnian suatu zat. Hubungan antara massa dan
volume tidak hanya menunjukan ukuran dan bobot molekul suatu komponen,
tetapi juga gaya-gaya yang mempengaruhi sifat karakteristik pemadatan ( Packing
Characteristic ). Dalam sistem matriks kerapatan diukur dengan gram / milliliter
(untuk cairan) atau gram/cm2 (Stoker, 1993).
Kerapatan partikel bisa keras dan lembut dalam satu hal dan kasar serta
berpori dalam hal lainnya, seseorang harus menyatakan kerapatan dengan hati-
hati. Kerapatan partikel secara umum didefinisikan sebagai berat per satuan
volume, kesulitan timbul bila seseorang mencoba untuk menentukan volume dan
partikel yang mengandung retakan-retakan mikroskopis pori-pori dalam ruang
kapiler. Penentuan bobot jenis berlangsung dengan piknometer, Areometer,
timbangan hidrostatik (timbangan Mohr-Westphal) dan cara manometris. Metode
Piknometer, pinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan
penentuan rungan yang ditempati cairan ini. Ruang piknometer dilakukan dengan
menimbang air. Menurut peraturan apotek, harus digunakan piknometer yang
sudah ditera, dengan isi ruang dalam ml dan suhu tetentu (20oC). Ketelitian
metode piknometer akan bertambah sampai suatu optimum tertentu dengan
bertambahnya volume piknometer. Optimun ini terletak sekitar isi ruang 30 ml.
Ada dua tipe piknometer, yaitu tipe botol dengan tipe pipet (Martin, 1993).
Ahli farmasi sering kali mempergunakan besaran pengukuran ini apabila
mengadakan perubahan antara massa dan volume. Kerapatan adalah turunan
besaran karena menyangkut satuan massa dan volume. Batasannya adalah massa
per satuan volume pada temperatur dan tekanan tertentu, dan dinyatakan dalam
sistem cgs dalam gram per sentimeter kubik (gram/cm3) (Martin, 1993).

5
Ketika suatu bubuk dituangkan kedalam sebuah wadah, volume yang
menempati wadah tersebut tergantung dari faktor seperti uuran partikel, bentuk
partikel dan sifat parmukaan. Dalam keadaan normal biasanya akan terdiri dari
partikel padat dan ruang udara intrapartikel ( kosong atau pori-pori ). Partikel
sendiri juga terdiri atas pori tertutup atau pori intrapartikel. Jika serbuk partikel
dibiarkan dan diberi getaran atau tekanan, partikel akan bergerak relatif terhadap
satu sama lain untuk meningkatkan kerapatannya. Pada akhirnya kondisi
kerapatan mampat dapat tercapai yang tidak mungkin tanpa perubahan bentuk
partikel. (Gibson.2004)
Berbeda dengan kerapatan, berat jenis adalah bilangan murni tanpa dimensi,
yang dapat diubah menjadi kerapatan dengan menggunakan rumus yang cocok.
Berat jenis didefinisikan sebagai perbandingan kerapatan dari suatu zat terhadap
kerapatan air, harga kedua zat itu ditentukan pada temperatur yang sama, jika
tidak dengan cara lain yang khusus. Istilah berat jenis, dilihat dari definisinya,
sangat lemah, akan lebih cocok apabila dikatakan sebagai kerapatan relatif
(Martin, 1993).
Berat jenis untuk penggunaan praktis lebih sering didefinisikan sebagai
perbandingan massa dari suatu zat terhadap massa sejumlah volume air yang sama
pada suhu 4oC atau temperatur lain yang tertentu. Notasi berikut sering ditemukan
dalam pembacaan berat jenis: 25oC/25oC, 25oC/4oC, dan 4oC/4oC. Angka yang
pertama menunjukkan temperatur udara di mana zat ditimbang; angka di bawah
garis miring menunjukkan temperatur air yang dipakai. Buku-buku farmasi resmi
menggunakan patokan 25oC /25oC untuk menyatakan berat jenis (Martin, 1993).
Suatu sifat yang besarnya tergantung pada jumlah bahan yang sedang
diselidiki disebut sifat ekstensif. Baik massa maupun volume adalah sifat-sifat
ekstensif. Suatu sifat tergantung pada jumlah bahan adalah sifat intensif. Rapatan
yang merupakan perbandingan antara massa dan volume, adalah sifat intensif.
Sifat-sifat intensif umumnya dipilih oleh para ilmuwan untuk pekerjaan ilmiah
karena tidak tergantung pada jumlah bahan yang sedang diteliti (Petrucci, 1985).

6
2.1.3 Metode Penentuan Bobot Jenis
Menurut Roth (1988), metode penentuan untuk cairan adalah sebagai
berikut:
1. Metode Piknometer.
Prinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan
penentuan ruang, yang ditempati cairan ini. Untuk ini dibutuhkan wadah
untuk menimbang yang dinamakan piknometer. Ketelitian metode
piknometer akan bertambah hingga mencapai keoptimuman tertentu dengan
bertambahnya volume piknometer. Keoptimuman ini terletak pada sekitar isi
ruang 30 ml.
2. Metode Neraca Hidrostatik.
Metode ini berdasarkan hukum Archimedes yaitu suatu benda yang
dicelupkan ke dalam cairan akan kehilangan massa sebesar berat volume
cairan yang terdesak.
3. Metode Neraca Mohr-Westphal.
Benda dari kaca dibenamkan tergantung pada balok timbangan yang
ditoreh menjadi 10 bagian sama dan disetimbangkan dengan bobot lawan.
Keuntungan penentuan kerapatan dengan neraca Mohr-Westphal adalah
penggunan waktu yang singkat dan mudah dilaksanakan.
4. Metode Areometer.
Penentuan kerapatan dengan areometer berskala (timbangan benam,
sumbu) didasarkan pada pembacaan seberapa dalamnya tabung gelas tercelup
yang sepihak diberati dan pada kedua ujung ditutup dengan pelelehan.

7
2.2 Uraian Bahan
2.2.1 Alkohol (Dirjen POM, 1995; Anjasari, 2014; Rowe,et al, 2009)
Nama Resmi : AETHANOLUM
Nama Lain : Alkohol; Etanol
Berat molekul : 46,068 g/mol
Rumus Struktur :

Rumus Molekul : C2H6O


Kelarutan : Sangat mudah larut dalam air.
Pemerian : Cairan tidak berwarna, jernih, mudah menguap, dan
mudah bergerak, bau khas, rasa panas, mudah
terbakar, dan memberikan nyala biru.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup rapat, terhindar dari cahaya
Khasiat : Desinfektan (membunuh jaringan bakteri) dan
antiseptik (membunuh bakteri pada jaringan hidup).
Kegunaan : Sebagai disenfektan.
2.2.2 Aquadest (Depkes, 1979)
Nama Resmi : AQUA DESILATA
Nama Lain : Air
Berat molekul : 18,02 g/mol
Rumus Struktur :
O

H H
Rumus Molekul : H2O
Pemerian : Cairan jernih, tidak berwarna, tidak berbau, tidak
mempunyai rasa.
Penyimpanan : Dalam wadah tertutup baik
Kegunaan : Pembersih sampel.

8
BAB III
METODE PRAKTIKUM
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum mengenai Bobot jenis di laksanakan di Laboratorium Teknologi
Farmasi, Fakultas Olahraga dan Kesehatan, Universitas Negeri Gorontalo pada
hari Sabtu, tanggal 24 Oktober 20120 pukul 13.00-16.00 WITA.
3.2. Alat dan Bahan
3.2.1 Alat
Adapun alat yang digunakan untuk praktikum yaitu corong, lap halus dan
kasar, neraca analitik, oven, penjepit, piknometer, termometer, dan wadah
3.2.2 Bahan
Adapun bahan yang digunakan untuk praktikum yaitu Alkohol 70%, air, es
batu, dan tisu.
3.3 Cara Kerja
1. Dibersihkan piknometer dengan air, kemudian dibilas dengan alkohol 70%
2. Dipanaskan piknometer pada suhu 100○C selama 15 menit
3. Dikeluarkan piknometer dari oven lalu ditimbang massa piknometer
kosong 25 ml pada neraca analitik sebanyak 3 kali
4. Di masukkan alkohol kedalam piknometer 25ml
5. Dimasukkan piknometer yang sudah di beri alkohol kedalam wadah
stainless yang berisi es batu
6. Diukur suhunya menggunakan termometr sampai mencapai suhu 25○C
7. Setelah mencapai suhu 25○C, diangkat piknometer dan dibersihkan bagian
luar piknometer menggunakan tisu
8. Ditimbang kembali piknometer pada neraca analitik sebanyak 3 kali
9. Dihitung bobot jenis alkohol.

9
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
4.1.1 Tabel Hasil Pengamatan
No Piknometer Kosong Piknometer Berisi alkohol
1. 31,23 g 52,61 g

2. 31,23 g 52,61 g

3. 31,23 g 52,61 g

Ʃ 31,23 Ʃ 52,61

4.2 Perhitungan
m
4.2.1 Bobot jenis ρ =
v
b2 - b1
=
v
56,61 – 31,23
=
25 ml
20,78 gr
=
25 ml
= 0,8312 g/ml
ρzat
4.2.2 Rapat jenis d =
ρair
0,8312 g/ml
=
1 g/ml
= 0,8312

10
4.3 Pembahasan
Menurut Depkes (1979), bobot jenis adalah perbandingan antara bobot zat
dibandingkan dengan volume zat pada suhu tertentu (biasanya 25ᵒC). Rapat jenis
adalah perbandingan antara bobot jenis suatu zat dengan air pada suhu. Dalam
bidang farmasi juga biasanya digunakan 25⁰/25⁰. Adapun tujuan dari praktikum
kali ini yaitu agar mahasiswa dapat menentukan pemeriksaan identitas,
konsentrasi, dan kemurnian dari suatu zat selain itu dengan mengetahui bobot
jenis suatu zat akan mempermudah dalam memformulasi dan juga menentukan
apakah suatu zat dapat bercampur atau tidak dengan zat lain.
Menurut Roth (1988), metode penentuan bobot jenis antara lain metode
piknometer, metode neraca hidrostatik, metode neraca Mohr-Westphal, dan
metode areometer. Dalam praktikum kali ini digunakan metode piknometer.
Prinsip metode ini didasarkan atas penentuan massa cairan dan penentuan ruang,
yang ditempati cairan ini. Untuk ini dibutuhkan wadah untuk menimbang yang
dinamakan piknometer. Ketelitian metode piknometer akan bertambah hingga
mencapai keoptimuman tertentu dengan bertambahnya volume piknometer.
Keoptimuman ini terletak pada sekitar isi ruang 30 ml.
Sebelum menentukan bobot jenis dan rapat jenis dari alkohol, terlebih
dahulu disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan. Alat yang digunakan pada
praktikum ini yaitu corong, lap halus dan kasar, neraca analitik, oven, penjepit,
piknometer, termometer, dan wadah. Bahan yang digunakan yaitu alkohol 70%,
air, es batu, alkohol dan tisu. Setelah itu dibersihkan dengan menggunakan
aquades lalu dibilas dengan alkohol 70%. Menurut Muda (2011), langkah ini
bertujuan untuk membebas lemakkan alat dari kotoran yang melekat. Menurut
Depkes (1995), tujuan menggunakan alkohol 70% agar alat yang digunakan
tersebut terhindar dari mikroba dan benda asing lainnya.
Piknometer yang telah dibersihkan, akan dipanaskan menggunakan oven
pada suhu 100⁰C selama 15 menit. Menurut Suharno (2011), pemanasan ini
bertujuan untuk memperoleh bobot kosong dari piknometer dan mengembalikan
piknometer pada keadaan murni, jika masih terdapat titik air didalamnya dapat
mempengaruhi hasil yang diperoleh. Sedangkan menurut Roth (1988), yaitu

11
untuk membebaskan lemak dan mempercepat proses pengeringan pada sisa-sisa
air yang terdapat pada piknometer.
Piknometer yang telah dipanaskan didalam oven dikeluarkan dengan
menggunakan penjepit kayu dan dialas dengan tisu pada bagian bawah
piknometer. Piknometer kosong yang telah dipanaskan kemudian ditimbang
menggunakan timbangan analitik sebanyak tiga kali. Menurut Parrot (1970),
tujuan dilakukan penimbangan sebanyak tiga kali yaitu agar data yang dihitung
lebih akurat. Diperoleh rata-rata dari piknometer kosong adalah 31,23 g. Setelah
didapatkan hasilnya, alkohol dituangkan kedalam piknometer sebanyak 25 mL.
Menurut Bayley, (1950) ketelitian metode piknometer akan bertambah hingga
mencapai keoptimuman tertentu dengan bertambahnya volume piknometer.
Kemudian piknometer yang telah berisi alkohol ini dimasukkan ke dalam wadah
yang berisi es batu untuk mempercepat proses penurunan suhu. Suhu alkohol
dalam piknometer diukur menggunakan termometer hingga mencapai 25°C.
Menurut Farmakope edisi III (1979), suhu yang biasa digunakan pada penentuan
bobot jenis adalah 25°C, salah satu faktor yang mempengaruhi bobot jenis adalah
temperatur, dimana pada suhu tinggi senyawa yang diukur berat jenisnya dapat
menguap sehingga dapat mempengaruhi bobot jenisnya, demikian pula halnya
pada suhu yang sangat rendah dapat menyebabkan semyawa membeku sehingga
sulit untuk menentukan bobot jenisnya. Oleh karena itu, digunakan suhu dimana
biasanya senyawa stabil, yaitu pada suhu kamar (25°C).
Piknomoter diangkat dari wadah lalu kemudian dilakukan penimbangan
yang berisi alkohol sebanyak tiga kali menggunakan timbangan analitik. Menurut
Suharno (2007), pengulangan ini bertujuan untuk meningkatkan ketepatan dan
ketelitian pada hasil percobaan. Menurut Parrot (1970), tujuan  dilakukan
penimbangan sebanyak tiga kali yaitu agar data yang dihitung lebih akurat.
Diperoleh rata-rata piknometer berisi alkohol yaitu 52,61 g.
Dilakukan percobaan ini didapatkan hasil dari bobot jenis alkohol adalah
0,8312 g/mL dan rapat jenisnya adalah 0,8312 Namun dalam Farmakope
Indonesia Edisi Ketiga dinyatakan bahwa bobot jenis alkohol adalah 0,8119 g/ml
sampai 0,8139 g/ml. Perbedaan hasil praktikum dengan literatur ini disebabkan

12
karena kurangnya ketelitian praktikan dalam menggunakan alat yaitu setelah
pemanasan, piknometer terkontaminasi lagi dengan butiran air.

13
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penentuan bobot jenis dan rapat jenis dapat diketahui
identitas, konsentrasi dan kemurnian dari alkohol serta dari percobaan diatas,
maka dapat disimpulkan bahwa bobot jenis yaitu 0,8312 g/ml dan rapat jenis dari
yaitu 0,8312.
5.2 Saran
5.2.1 Jurusan
Sebaiknya jurusan menyediakan anggaran demi kebutuhan laboratorium
agar praktikum berjalan degan lancar.
5.2.2 Laboratorium
Sebaiknya laboratorium menyediakan sarana dan prasarana terutama pada
ketersediaan alat dan bahan agar praktikum berjalan dengan lancar.
5.2.3 Asisten
Diharapkan untuk asisten selalu menjaga hubungan baik antara praktikan
dengan asisten agar bisa menciptakan suasana praktikum yang baik dan nyaman.

14

Anda mungkin juga menyukai