Diet untuk penyakit komplikasi pada diabetes melitus
A. Pengertian diabetes melitus Diabetes melitus merupakan suatu penyakit menahun atau kronis yang ditandai oleh hiperglikemia, yaitu kadar glukosa darah melebihi nilai normal. Penyakit yang biasa disebut diabetes atau DM ini akan menimbulkan koplikasi yang berakibat fatal, seperti penyakit jantung, penyakit ginjal, kebutaan, amputasi, dan mudah mengalami aterosklerosis jika dibiarkan tidak terkendali. Kata ”diabetes” artinya ‘mengalir terus’, sedangkan “melitus” artinya ‘manis’. Disebut diabetes karena penderitanya selalu minum dalam jumlah banyak (polidipsi), kemudian mengalir terus berupa urin. Disebut, “melitus” karena urin penderita penyakit ini mengandung gula (glikosa). Kadar glukosa orang sehat waktu puasa sekitar 80-100 mg/dl dan dibawa 140 mg/dl pada dua jam sesudah makan. Data laporan WHO tahun 2003 menunjukkan hanya 50% pasien DM di negara maju mematuhi pengobatan yang diberikan. Pada DM yang tidak terkendali dapat terjadi komplikasi. Timbulnya komplikasi mempengaruhi kualitas hidup dan mempengaruhi perekonomian. Prevalensi diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 adalah sebesar 2,1%. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan tahun 2007 (1,1%). Sebanyak 31 provinsi (93,9%) menunjukkan kenaikan prevalensi diabetes mellitus yang cukup berarti. Prevalensi untuk Provinsi Jawa Tengah sebesar (1,9%) (Kemenkes RI, 2014). Jumlah kasus DM tipe 2 di Jawa Tengah tahun 2015 sebanyak 99.646 kasus. Hal ini berbeda dengan tiga tahun sebelumnya. Pada tahun 2014 kasus diabetes melitus tipe 2 sebanyak 96.431 kasus (0,29%). Pada tahun 2013 kasus diabetes mellitus tipe 2 di Jawa Tengah yaitu sebesar 142.925 (0,43%) kasus, sedangkan pada tahun 2012 sebesar 181.543 (0,55%) kasus. B. Jenis diabetes melitus 1. Diabetes melitus tipe 1 Diabetes melitus tipe 1, dahulu disebut insulin -de umumnya timbul sebelum penderita berumur 40 tahun. Jenis diabetes ini yang pertama kali di kenal. Penderita diabetes jenis ini mengalami kerusakan sel-sel pada pulau langerhans di dalam prankeas yang memproduksi insulin. Umumnya kerusakan di sebebkan oleh gangguan sistem kekebalan tubuh yang disebut autoimmun. Gangguan sistem kekebalan ini diduga juga berkaitan dengan faktor genetik. Reaksi autoimunitas dapat juga dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh. Penderita diabetes tipe 1 umumnya memiliku kesehatan dan berat badan yang baik saat penyakit ini mudah di derita. Selain itu, sensitivitas maupun respon tubuh terhadap insulin umumnya normal, terutama tahap awal. Namun, perawatan diabetes tipe 1 harus berkelanjutan tetap, serta di siplin dalam pemeriksaan dan pengobatan yang di jalankan. Tingkat glukosa rata-rata untuk pasien diabetes tipe 1 harus sedekat mungkin ke angka normal (80-120 mg/dl). Beberapa dokter menyarankan sampai ke 140-150 mg/dl untuk penderita yang bermasalah dengan angka yang lebih rendah. Sampai saat ini diabetes tipe 1 tidak dapat di cegah. Diabetes tipe 1 hanya hanya dapat diobati dengan penggunaan insulin. Pengawasan terhadap tingkat glukosa darah dilakukan secara teliti melalui alat monitor pengujian darah. Tanpa insulin, akan menjadi ketosis dan diabetic ketoacidosis sehingga bisa menyebabkan koma, bahkan kematian. Pemberian insulin umumnya melalui injeksi. 2. Diabetes melitus tipe 2 Diabetes melitus tipe 2, dahulu di sebut non-insulin-dependent diabetes melitus (NIDDM) atau diabetes yang tidak bergantung pada insulin. Diabetes jenis ini terjadi karena kombinasi dari "kecatatan dalam produksi insulin" dan "resistensi terhadap insulin" atau "berkurangnya sensitivitas terhadap insulin" (adanya efek respon jaringan terhadap insulin). Tahap awal abnormalitas yang paling utama adalah berkurangnya sensitivitas terhadap insulin yang ditandai dengan meningkatnya kadar insulin didalam darat. Pada tahap ini, hiperglikemia dapat dibatasi, salah satunya dengan penggunaan obat antidiabetes yang dapat meningkatkan sensitivitas terhadap insulin atau menguragi produksi glukosa dari hati. Namun, semakin parah penyakit, sekresi insulin pun semakit berkurang sehingga terapi dengan insulin kadang di butuhkan. Dibates tipe 2 lebih sering terjadi jika di bandingkan dengan DM tipe 1. Diabetes jenis ini umumnya timbul setelah berumur 40 tahun. Faktor yang memperngaruhi timbulnya diabetes jenis ini, di antaranya riwayat diabetes keluarga, usia lanjut, obesitas, pola makan, dan aktifitas fisik yang kurang. Walaupun proses terjadinya DM tipe 2 juga dipengaruhi oleh faktor genetik, bentuk cara penurunannya belum diketahui dengan jelas. Tampaknya hal tersebut berkaitan dengan resistansi insulin sehubungan dengan kegemukan. Pasalnya 50-90% penderitanya overweight. Diabetes tipe 2 awalnya diatasi dengan peningkatan aktifitas fisik, pengaturan makan (pengurangan asupan karbohidrat), dan pengurangan berat badan. Tujuannya untuk mengembalikan kepekaan hormon insulin. Langkah berikutnya dengan pemberian obat antidiabetes jika di perlukan 3. Diabetes melitus gestasional DM gestasional (gestational diabetes melitus, GDM) disebabkan oleh ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi hormon insulin dalam jumlah yang memadai selama proses kehamilan. GDM timbul sekitar 2-5% dari terjadinya kehamilan.diabetes jenis ini mempunyai kecenderungan untuk berkembang menjadi DM tipe 2. GDM dapat membahayakan kesehatan ibu dan janin. Akibat yang di timbulkan, antara lain permasalahan macrosomia (bayi lahir dengan berat badan melebihi normal), kecacatatan janin, dan penyakit jantung bawaan. Diabetes melitus pada kehamilan umumnya sembuh dengan sendirinya setelah persalinan. Penyakit diabetes melitus atau kencing manis telah telah menjadi masalah kesehatan dunia. Prevalensi dan insiden penyakit ini meningkat secara drastis di negara-negara industri baru dan negara sedang berkembang. Termasuk indonesia, pada tahun 2003 terhadap sekitas 150 juta kasus diabetes di dunia. Tahun 2025 diperkirakan jumlah meningkat 2 kali lipat dan jumlah penderita diabetes di indonesia di prediksi mencapai 12 juta jiwa pada tahun tersebut. Penyebabnya adalah kemudahan hidup membuat manusia kurang bergerak dan kurang aktif secara fisik. Selain itu, perubahan pola makan tradisional ke pola makan modern merupakan faktor yang memberikan kontribusi besar dalam peningkatan prevalensi diabetes melitus. C. Penyebab dan faktor risiko diabetes melitu Diabetes dapat terjadi karena faktor penyebab terjadinya diabetes. Selain faktor penyebab ada lagi faktor risiko terjadinya diabetes. Secara keilmuan, faktor risiko suatu penyakit adalah karakteristik, tanda atau kumpulan gejala pada penyakit yang di derita individu yang secara statistic yang berhubungan dengan peningkatan kejadian baru pada sebuah kelompok masyarakat. Faktor risiko juga memiliki arti, hal, atau variable yang terkait dengan peningkatan suatu risiko terjadinya penyakit. Faktor risiko ini dapat menentukan berapa besar kemungkinan orang sehat dapat menjadi sakit. Berikut adalah penyebab atau pemicu meningkatnya risiko diabetes melitus: 1) Keturunan 2) Pola makan tidak sehat 3) Obesitas 4) Usia 5) Jenis kelamin 6) Infeksi prankeas 7) Olahraga a) Keturunan Orang dengan bertalian darah dengan orang yang mengidap diabetes lebih cenderung juga mengidap penyakit yang sama ketimbang dengan mereka yang keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit tersebut. Risiko bergantung pada jumlah anggota keluarga yang memiliki diabetes. makin banyak jumlah sanak saudara yang mengidap diabetes, makin tinggi risiko yang ia hadapi. Terdapat 5% resiko mengidap diabetes jika orang tua atau saudara kandung juga mengidap diabetes. Risiko yang meningkat dari 50% jika memiliki kelebihan berat badan. b) Pola makan tidak sehat Bermacam-macam pola makan tidak sehat banyak kita temui. Pola makan yang tidak sehat menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya diabetes. Kita perlu menjaga diri dari makanan yang terlalu banyak mengandung gula dan makanan dengan indeks glikemik yang tinggi. Selain itu, makanan yang mengandung lemak tinggi dan kolestrol tinggi juga dapat memicu diabetes makanan jenis ini dapat memicu kegemukan atau obesitas. c) Obesitas/kegemukan Hampir 80% orang terjangkit diabetes pada usia lanjut biasanya memiliki kelenihan berat badan/ kelebihan berat badan akan meningkatkan kebutuhan insulin pada tubuh. Orang dewasa yang kegemukan memiliki sel-sel lemak yang lebih besar pada tubuh mereka, diyakini, sel-sel lemak yang lebih besar tidak merespon insulin dengan baik. Gejala-gejala diabetes mungkin dapat menghilang seiring menurunnya verat badan/ d) Usia Risiko diabetes meningkat sejalan dengan bertambahnya usia, terutama setelah usia 40 tahun. Hal ini terjadi karena jumlah sel-sel beta di dalam prankeas yang memproduksi insulin menurun seiring bertambahnya usia e) Jenis kelamin Baik pria maupun wanita memiliki risiko yang sama besar terkena diabetes hingga usia dewasa awal. Stelah usia 30 tahun, wanita memiliki risiko yang lebih tinggi dibandingkan pria. Wanita yang terkena diabetes selama kehamilan memiliki risiko lebih tinggi terkena diabetes tipe 2 pada usia lanjut f) Infeksi pada kelenjar pancreas Hormone insulin yang mengatur kadar gula dalam darah dihasilkan oleh kelenjar pankreas. Jika terjadi infeksi dalam tubuh dan menyerang pankreas maka organ tersebut tidak dapat memproduksi hormone insulin dengan baik sehingga tanda-tanda diabetes akan muncul. Kecelakan atau cedera yang merusak pankreas juga bisa merusak sel-sel beta sehungga menyebabkan diabetes . g) Kurang aktifitas fisik (olahraga) Kebanyakan orang di zaman modern tidak sempat untuk melakukan olahraga. Padahal demi tubuh yang sehat seseorang dianjurkan untuk melakukan olahraga setiap hari. Jika tidak melakukan olahraga akan mengakibatkan efek lanjutan berupa obesitas. Sudah dijelaskan di atas bahwa obesitas menjadi oenyebab diabetes. Badan kesehatan dunia (WHO) mengatakan bahwa kasus diabetes di negara-negara asia akan naik hingga 90% dalam 20 tahun kedepan. Dalam 10 tahunterakhir jumlah penyakit diabetes di Hanoi, Vietnam, berlipat ganda karena masyarakat dikota ini lebih memilih naik motor dari pada sepeda. Kesimpulannya bahwa mereka yang sedikit melakukan aktifitas fisim memiliki risiko obesitas lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang rajin bersepeda,berjalan kaki, atau beraktifitas lain. Di Indonesia, kondisi seperti ini juga terjadi. Mudahnya fasilitas membuat masyarakat makin tidak mempunyai kesempatan untuk bergerak dan beraktifitas. Banyaknya pembangunan Gedung terutama s Di perkotaan makin mengurangi tempat atau lapangan untuk melakukan aktifitas berolahraga. Kondisi ini kemungkinan menjadi penyebab angka terjadinya diabetes makin meningkat. Meningkatnya teknologi akan menambah berat badan. Misalnya, pengguna remote control membuat orang malas untuk beranjang dari tempat duduk. Akibatnya, ia pun malas bergerak atau berolahraga. Malalui hitungan sederhana dapat diketahui kenaikan berat badan pertahun dengan keberadaan remote control. Dulu, dalam sehari kita bisa sekitar 29 kali mondar-mandir mengganti chanel televisi. Jarak antara penonton dan televisi sekitas 20 meter. Faktor yang memengaruhi terjadinya diabetes melitus (DM) Usia lebih dari 45 tahun Kegemukan (indeks massa tubuh >110-120 %) Kurang aktifitas dan kurang olahraga Mudah mengalami stres Riwayat DM dalam keluarga Wanita yang perna mengalami DM saat mengandung Wanita yang perna melahirkan bayi dengan berat lebih dari 4 kg Hipertensi/tekanan darah tinggi Tingginya kadar lemak dalam darah Riwayat toleransi glukosa terganggu (TGT) atau gula darah puasa terganggu (GDPT) Pemeriksaan gula darah rata-rata selama tiga bulan (HbA1C) tinggi Riwayat penyakit jantung Penggunaan obat jangka panjang D. Gejala diabetes melitus Tiga serangkain yang klasik tentang gejala kencing manis adalah poliuria (sering kencing), polidipsia (sering berasa kehausan), dan polifagia (sering merasa lapar). Gejala awal tersebut berhubungan dengan efek langsung dari kadar gula darah yang tinggi. Jika kadar gula lebih tinggi dari normal, ginjal akan membuang air tambahan untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Oleh karena ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang berlebihan, penderita sering berkemih dalam jumlah yang banyak (poliuria). Akibat lebih lanjut adalah penderita merasakan haus yang berlebihan sehingga banyak minum (polidipsia). Selain itu, penderita mengalami penurunan berat badan karena sejumlah besar kalori hilang ke dalam air kemih. Untuk mengompensasikan hal tersebut, penderita sering kali merasakan lapar yang luar biasa sehingga banyak makan (polifagia). Gelaja diabetes lainnya yang timbul, di antaranya pandangan kabur, pusing, mual, dan berkurangnya ketahanan selama melakukan olahraga. Selain itu, penderita diabetes yang kurang terkontrol lebih peka terhadap infeksi. 1. Gejala khusus penderita diabetes tipe 1 Gejala yang timbul pada penderita diabetes tipe 1, secara tiba- tiba dan bisa berkembang dengan cepat kedalam suatu keadaan yang disebut dengan metoasidosis diabetikum. Penyebab terjadinya ketoasidosis adalag kadar gula didalam darah yang tinggi. Namun, sebagian besar sel tidak dapat menggunakan gula tanpa insulin sehingga sel mengambil energi dari sumber yang lain, seperti lemak, sel lemak yang dipecah akan menghasilkan keton. Keton merupakan senyawa kimia beracun yang bisa menyebabkan darah menjadi asal (ketoasidosis). Gejala awal dari ketoasidosis diabetikum adalah rasa haus dan berkemih yang berlebihan, mual, muntah, lelah, dan nyeri perut. Selain itu, pernapasan menjadi dalam dan cepat karena tubuh berusaha untuk memperbaiki keasaman darah. Bau napas penderita tercium seperti bau aseton. Tanpa pengobatan, ketoasidosis diabetikum bisa berkembang menjadi koma, kadang dalam waktu hanya beberapa jam. Sebelum menjalani pengobatan, penderita diabetes tipe 1 hampir selalu mengalami penurunan berat badan karena kekurangan insulin yang berat. Setelah menjalani terapi insulin, penderita diabetes tipe 1 bisa mengalami ketoasidosis jika mereka melewatka satu kali penyuntikan insulin atau mengalami stres akibat infeksi, kecelakaan, atau penyakit yang serius. Tanda-tanda peringatan diabetes berdasarkan american institute for preventive medicine (diabetes and caution) Perhatikan munculnya gejala-gejala berikut: Browsiness (mengantuk) Itching (gatal-gatal) A family history of diabetes (sejarah diabetes dalam keluarga) Blurre vision (pandang kabut) Excessive weight (berat badan yang berlebiham) Tingting (mati rasa atau rasa sakit pada anggota tubuh bagian bawah) Easy infection (infeksi kulit, serasa dipotong-potong,dan gatal- gatal khususnya kaki) Skin infection (infeksi kulit ) Tanda-tanda lainnya adalah sebagai berikut: Constant urination (kencing terus-menerus) Abnormal thirst (haus yang tidak seperti biasanya) Unusual hunger (rasa lapar yang aneh) The rapid lost of weight (turun berat badan secara cepat) Irritability (cepat naik darah) Obviousty weakness and fitique (sangat lemah dan lemas) Nausea (mual dan muntah)
2. Gejala khusus penderita diabetes tipe 2
Sebagian besar penderita diabetes tipe 2 tidak mengalami
penurunan berat badan. Bahkan, penderita diabetes jenis ini bisa tidak menunjukan gejala-gejala selama beberapa tahun. Jika kekurangan insulin semakin parah, timbullah gejala berupa sering berkemih dan sering merasa haus, tetapi jarang terjadi ketoasidosis. Jika kadar gula sangat tinggi (sapai lebih dari 1.000 mg/dl), penderita akan mengalami dehidrasi berat dan bisa menyebabkan kebingungan mental, pusing, kejang, dan suatu keadaan yang disebut koma hiperglikemia-hiperosmoral nonketotik, penyebabnya adalah stres, infeksi, atau obat-obatan.
Gejala lain yang mungkin timbul, diantaranya kesemutan, gatal,
mata kabur, dan impoten pada pasien pria serta pruritus vulvae pada pasien wanita. Pada penderita yang tidak begitu berat, peningkatan kadar gula darahnya tidak begitu mencolok sehingga harus dilakukan tes toleransi terhadap glukosa. Tes toleransi glukosa berguna untuk mengetahui kemampuan tubuh dalam mengatur kadar gula darah.
E. Komplikasi diabetes melitus
1. Komplikasi akut Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidak seimbangan jangka pendek dari glukosa darah. a. Hipoglikemia Hipoglikemia adalah kadar gula darah yang rendah. Salah satu bentuk dari kegawatan hipoglikemik adalah koma hipoglikemik. Diagnosis dibuat dari tanda klinis dengan gejala hipoglikemik terjadi bila kadar gula darah dibawa 50 mg/dl atau 40 mg/dl pada pemeriksaan kadar gula jari. Gejala hipoglikemia Lelah Pusing Pucat Bibir kesemutan Gemetar Berkeringat Merasa lapar Jantung berdebar-debar Sulit berkonsentrasi Mudah marah Penglihatan kabur Penderira hipoglikemia yang kondisinya makin memburuk akan mengalami gejala-grjala seperti: Mengantuk Gangguan penglihatan Seperti kebingungan Gefrakan menjadi canggung bahkan berperilaku seperti orang mabuk Kejang Hilang lkesadaran Langkah mengatasi 1. Ketika gejala hipoglikemia muncul, segera konsumsi makanan yang mengandung kadar gula tinggi,seperti permen atau minuman ringan atau air gula. 2. Anda juga dapat mengkonsumsi makanan, seperti roti lapis,sereal, atau birkuit. 3. Jika gejala tergolong parah atau pengangan awal tidak efektif sehingga kondisi anda memburuk,maka segera ke dokter atau rumah sakit. 4. Pastikan untuk tidak memasukkan makanan atau minuman apapun kemulut saat penderita dalam kondisin tidak sadar untuk menghindari sesak. Pencegahan hipoglikemia Berikut ini beberapa tips untuk menjengah munculnya gejala hipoglikemia dan tips agar gejala hipoglikemia yang muncul tidak memburuk. Memakan dengan sesuai aktifitas yang kita lakukan Hal ini penting untuk menjaga ketersediaan gula yang dibutuhkan oleh tubuh. Terutama untuk penderita diabetes yang akan di melakukan olahraga. Pastikan anda mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat cukup dan menyesuaikan dosis unsulun yang anda pakai sesuai dengan anjuran dokter. Juga di anjurkan untuk mengkonsumsi cemilan sehat yang mengandung karbohidrat sebelum tidur, seperti susu atau biskuit. Selain itu, simpan makanan bergula di tempat tidur sebagai antisipasi jika gejala hipoglikemia mengganggu tidur anda. Selalu siapkan makanan atau obat-obatan Pereda gejala di mana oun anda Salah satu obat yang mungkin akan di anjurkan penggunaannya oleh dokter adalah suntikan glukagon. Pantau kadar gula anda secara berkala Hal ini penting dilakukan tiap hari untuk memastikan kadar gula darah berada dalam kisaran normal. Kenali gejala hipoglikemia yang muncul Pengetahuan kita mengenal hal ini dapat membantu menangani hipoglikemia secara cepat. Hati-hati mengendarai kendaraan Pastikan kondisi anda prima sebelum berkendara. Hindari membawa kendaraan jika sedang dalam kondisi pemulihan atau baru menjanai perawatan dalam 48 jam terakhir. Hentikan kendaaran jika mengalami serangan hipoglikemia dan tangani sedini mungkin. Penyebab hipoglikemia Berikut ini bebera penyebab hipoglikemia yang biasa terjadi pada penderita diabetes. Penggunaan suntik insulin pada khasus diabetes tipe 1 yang melebihi dosis, atau terlalu banyak memakai obat- obatan oral pada kasus diabetes tipe 2yang dapat memicu pelepasan insulin berlebihan. Salah satu obat tersebut adalah sulphonylurea. Menggunakan insulin dengan dosis normal, namun tubuh kekurangan asupan karbohidrat. Masalah ini bisa terjadi karena penderita terlalu banyak melakukan aktifitas fisik, tidak cukup mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat, lupa makan, atau menunda makan. b. Sindrom Hipeglikemik hiperosmoral non ketotik (Hhnc/Honk. HONK merupakan keadaan hiperglikemia dan hiperosmolaritas tanpa terdapatnya ketosis. Konsentrasi gula darah lebuh dari 600mg bahkan sampai 2000mg, tidak terdapat aseton, osmolaritas darah tinggi melewati 350 mOsm perkilogram, tidak terdapat asidosis dan fungsi ginjal pada umumnya terganggu dimana BUN banding kreatinin lebih dari 30:1, elektrolit natrium berkisar antara 100-150 mEq perliter kalium bervariasi. c. Ketoasidosis diabetic (Kad) DM ketuasidosis adalah komplikasi akut diabetes melitus Yang ditandai dengan dehidrasi, kehilangan elektron dan asidosis. Etiologic Tidak adanya insulin atau tidak cukuonya jumlah in sulin yang nyata, yang dapat disebabkan oleh. 1. Insulin tidak diberikan atau diberikan dengan dosis yang dikurangi 2. Keadaan sakit atau infeksi 3. Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang tidak terdiagnosis dan tidak di obati Gejala utama pada ketoasidosis diabetic nfase awal adalah: 1. Napas pendek atau sesak napas 2. Volume urin meningkat 3. Merasa haus terus menerus 4. Kelelahan 5. Peningkatan kadar gula darah dan/atau ketone 6. Sakit perut Jika tidak ditangani, penderita akan mengalami gejala: 1. Napas lebih cepat 2. Detak jantung lebih cepat (takikardia) 3. Muntah 4. Pusing dan kebingungan atau linglung 5. Napas berbau seperti obat tetes anak-anak atau pembersih kutek 6. Mudah mengantuk 7. Koma 2. Komplikasi kronik Makrovaskular Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar), mengenai sirkulasi koroner. vaskular perifer dan vascular selebral. Mikrovaskular Mikrovaskular (penyakit pembukuh darah kecil), mengenai mata, (retinopati) dan ginjal (nefropati). Kontrol kadar glukosa darah untuk memperlambat atau menunda awitan baik komplikasi mikrovaskular maupun makrovaskular. Penyakit neuropati Penyakit neoropati, mengenai saraf sensorik-motorik dan autonomi serta menunjang masalah seperti impotensi dan ulkus pada kaki. E. Pengendalian diabete melitus
Diabetes melitus (DM) memang penyakit yang tidak dapat
disembuhkan, namun dapat dikendalikan sehingga penderita dapat menjalani kehidupan dengan normal. Pengendalian tersebut meliputi mengatur pola makam (diet), olahraga, dan pengobatan pemeriksaan gula darah. 1. Pengaturan makanan Pengaturan makan atau diet pada penderita DM prinsipnya hampir sama dengan pengaturan makanan pada masyarakat umumnya yaitu dengan mempertimbangkan jumlah kebutuhan kalori serta gizi yang seimbang. Penderita DM di tekankan pada pengaruran dalam 3 jam yakni keteraturan jadwal makan, jenis makanan, dan jumlah kandungan kalori. Komposisi makanan yang di anjurkan terdiri dari karbohidrat yang tidak lebih dari 45-65% dari jumlah total asupan energi yang dibutuhkan, lemak yang di anjurkan 20-25% kkal dari asupan energi, protein 10-20% kkal dari asupan energi. 2. Olahraga Olahraga atau latihan jasmani seharusnya di lakukan secara rutin yaitu sebanyak 3-5 kali dalam seminggu selama kurang lebih 30 menit dengan jeda latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut. Kegiatan sehari-hari atau aktifitas sehari-hari bukan termasuk dalam olahraga meskipun di anjurkan untuk selalu aktif setiap hari. Olahraga selain untuk menjaga kebugaran juga dapat menurunkan berat badan guna untuk memperbaiki sensitivitas insulin, sehingga dapat kengendalikan kadar gula darah. Olahraga yang di anjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti: jalan cepat, bersepeda santai, jogging dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya di sesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Kegiatan yang kurang gerak seperti menonton televisi perlu di batasi atau jangan terlalu lama. Apa bila kadar gula darah < 100 mg/dl maka pasien DM di anjurkan untuk makan terlebih dahulu, dan jika kadar gula darah >250 mg/dl maka latihan harus di tunda terlebih dahulu. Kegiatan fisik sehari-hari bukan dikatakan sebagai latihan jasmani. 3. Pengobatan Pengobatan pada penderita DM diberikan sebagai tambahan jika pengaturan diet serata olahraga belum dapan mengendalikan gula darah. Pengobatan disini berupa pemberian obat hiperglikemi oral (OHO) atau injeksi insulin, dosis pengobatan di tentukan oleh dokter. 4. Pemeriksaan gulan darah Pemeriksaan gula darah digunakan untuk memantau kadar gula darah. Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan kadar gula darah puasa dan glukosa 2 jam setelah makan yang bertujuan untuk mengetahui keberhasilan terapi. Selain itu pada pasien yang telah mencapai sasaran terapi disertai dengan kadar gula yang terkontrol maka pemeriksaan tes hemoglobin terglikosilasi (HbA1C) bisa dilakukan minimal 1 tahun 2 kali. Selain itu pasien DM juga dapat melakukan pemeriksaan gula darah mandiri (PGDM) dwngan menggunakan alat yang sederhana serta mudah untuk digunakan (glukometer). Hasil pemeriksaan gula darah menggunakan alat ini dapat di percaya sejauh kalibrasi dilakukan dengan baik dan teratur serta pemeriksaan menggunakan sesuai dengan standar yang telah dianjurkan. F. Pencegahan diabete melitus Pencegahan penyakit diabete melitus (DM) terutama di tujukan kepada orang-orang yang memiliki risiko untuk penderita DM. Tujuannya adalah untuk memperlambat timbulnya DM, menjaga fungsi sel penghasil insulin di pankreas, dan mencegah atau memperlambat munculnya gangguan pada jantung dan pembuluh darah. Faktor risiko DM dapat di bedakan menjadi faktor yang dapat dimodifikasi dan faktor yang tidak dapat dimodifikasi. Usaha pencegahan dilakukan dengan mengurangi risiko yang dapat dimodifikasi. Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi contohnya ras dan etnik, riwayat anggota keluarga menderita DM, usia lenih dari 45 tahun (risiko menderita DM meningkatkan sering bertambahnya usia), riwayat melahirkan bayi dengan berat badan lahir bayi >4000gram atau riwayat perna menderita DM getasional (DMG), dan riwayat lahir dengan berat badan rendah (kurang dari 2,5 kg). Faktor risiko yang dapat dimodifikasi contohnya berat badan berlebihan (IMT > 23 kg/m²), kurangnya aktifitas fisik, hipertensi (>140/90 mmHg), gangguan profil lipid dalam darah (HDL <35 mg/dL dan/atau trigliserida > 250 mg/dL), dan diet tidak sehat yang tinggi gula dan rendah serat. Pencegahan DM juga harus dilakukan oleh pasien-pasien pre- diabetes yakni mereka yang mengalami intoleransi glukosa [glukosa darah puasa terganggu (DGPT) dan toleransi glukosa terganggu (TGT) dan berisiko tinggi menderita DM [mereka yang memiliki riwayat penyakit kardiovaskular, seperti stroke, penyakit jantung koroner, atau PAD (peripberal arterial diseases). Pencegahan DM pada orang-orang yang berisiko pada prinsipnya adalah dengan mengubah gaya hidup yang meliputi olahraga, penurunan berat badan, dan pengaturan pola makan. Berdasarkan analisis terhadap sekelompok orang dengan perubahan gaya hidup intensif, pencegahan diabates paling berhubungan dengan penurunan berat badan. Penurut penelitian, penurunan berat badan 5/10% dapat kencegah atau memperlambat munculnya DM. Dianjurkan pula melakukan pola makan yang sehat, yakni terdiri dari karbohidrat kompleks, mengandung sedikit lemak jenuh, dan tinggi serat larut. Asupan kalori ditunjukan untuk mencapai berat badan ideal. Aktifitas fisik harus di tingkatkan dengan berolahraga ruti, minimal 150 menit per minggu, dibagi 3-4 kali seminggu. Olahraga dapat memperbaiki resistensi insulin yang terjadi pada pasien pre-diabetes, meningkatkan kadar HDL (kolestrol baik), dan membantu mencapai berat badan ideal. Selain olahraga, dianjurkan juga lebih aktif saat beraktifitas sehari-hari, misalnya dengan memilih menggunakan tangga dari pada elevator, berjalan kaki ke pasar dari pada menggunakan mobil, dan lain-lain. Merokok walaupun tidak secara langsung menimbulkan intoleransi glukosa, dapat memperberat komplikasi kardiovaskular dari intoleransi glukosa dan DM. Oleh karena itu, pasien juga dianjurkan berhenti merokok. Pencegahan primer Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada kelompok yang memiliki faktor risiko, yakni mereka yang belum terkena, tetapi berpotensi untuk menderita DM dan intoleransi glukosa. Identifikasi dan pemeriksaan penyaring kelompok risiko tinggi diabetes dan pre-diabetes dapat dilihat pada penjelasan bab sebelumnya. Pencegahan primer DM dilakukan dengan tindakan penyuluhan dan pengelolaan yang ditujukan untuk kelompok masyarakat yang mempunyai risiko tinggi DM dan intoleransi glukosa. Upaya pencegahan dilakukan terutama melalui perubahan gaya hidup. Berbagai bukti yang kuat menunjukan bahwa perubahan gaya hidup dapat mencegah DM. Perubahan daya hidup harus menjadi intervensi awal bagi semua pasien terutama kelompok risiko tinggi. Perubahan gaya hidup juga dapat sekaligus memperbaiki komponen faktor risiko diabetes dan sindrom metabolik lainnya seperti obesitas, hipertensi, dislipidemia, dan hiperglikemia. Indikator keberhasilan intervensi gaya hidup adalah penurunan berat badan 0,5 - 1 kg/ minggu atau 5-7% penurunan berat badan dalam 6 bulan dengan cara mengatur pola makan dan meningkatkan aktifitas fisik. Penelitian diabetes prevention programme (DPP) menunjukan bahwa intervensi gaya hidup yang intensif dapat menurunkan 58% insiden DM tipe 2 dalam tiga tahun. Tindak lanjut dari DPP outcome study menunjukan penurunan insiden DM tipe 2samapai 34% dan 27% dalam 10 dan 15 tahun. Perubahan gaya hidup yang di anjurkan untuk individu risiko tinggi DM dan intoleransi glukosa adalah: 1. Pengaturan pola makan Jumlah asupan kalori ditujukan untuk mencapai berat badan ideal Karbohidrat kompleks merupakan pilihan dan diberikan secara terbagi dan seimbang sehingga tidak menimbulkan puncak (peak) glukosa darah yang tinggi setelah makan. Komposisi diet sehat mengandung sedikit lemak jenuh dan tinggu serat larut. 2. Meningkatkan aktifitas fisik dan latihan jasmani Latihan jasmani yang di anjurkan Latihan dikerjaka sedikitnya selama 150 menit/minggu dengan latihan aerobik sedang (mencapai 50 - 70% denyut jantung maksimal) atau 90 menit/minggu dengan latihan aerobik berat (mencapai denyut jantung >70% maksimal). Latihan jasmani dibagi menjadi 3 -4 kali aktivitas/minggu. Menghentikan kebiasaan merokok Pada kelompok dengan risiko tinggi diperlukan intervensi farmakologis Tidak semua individu dengan risiko tinggi dapat mejalankan perubahan gaya hidup dan mencapai target penurunan berat badan seperti yang diharapkan, oleh karena itu dibutuhkan intervensi lain yaitu dengan pengunaan obat- obatan. Intervensi farmakologis untuk pencegahan DM direkomendasikan sebagai intervensi sekunder yang diberikan setelah atau bersama-sama dengan intervensi perubahan gaya hidup. Metformin merupakan obat yang faoat digunakan dalam pencegahan diabetes dengan bukti terkuat dan kemana jangka panjang terbaik. Metformin dapat dipertimbangkan pemberiannya pada pasien pre-diabetes berusia <60 tahun dengan obesitas atau wanita dengan riwayat diabetes gestasional. Obat lain yang dapat dipertimbangkan adalah alfa glukosidase inbibitor (acarbose) yang bekerja dengan cara menghambat kerja enzim alfa glukosidase yang kencerna karbohidrat. Berdasarkan studi STOP-NIDDM dalam tindak lanjut selama 3,3 tahun, acarbose terbukti menurunkan risiko DM tipe 2 samapi 25% dan risiko penyakit kardiovaskular sebesar 49%. Pencegahan sekunder terhadap komplikasi diabetes melitus Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau menghambat tibulnya penyulit oada pasien yang terdiagnosis DM. Tindakan pencegahan sekunder dilakukan dengan pengendalian kadar glukosa sesuai target terapi serta pengendalian faktor risiko penyulit yang lain dengan pemberian pengobatan yang optimal. Melakukan deteksi dini adanya penyulit meruapakan bagian dari pencegahan sekunder. Tindakan ini dilakukan sejak awal pengolahan penyakit DM. Program penyuluhan memegang peran penting untuk meningkatkan kepatuhan pasien dengan menjalani program pengobatan sehingga mencapai target terapi yang diharapkan. Penyuluhan dilakukan sejak pertemuan pertama dan perlu selalu diulang pada pertemuan berikutnya. Menurut kushartanti, kegiatan yang tepat untuk mencapai program pencegahan sekunder pada penderita DM yaitu: Diet yaitu menkonsumsi makanan yang berserat tinggi, rendah gula, dan banyak air putih. Olahraga yang teratur Olahraga intermiten (1-3-1) untuk mengelolah kadar glukosa darah dan memperbaiki profil lipid. Perbandingan irama gerak 1- 3-1 artinya 1 anaerob, 3 (acrob), dan 1 (anaerob). Stretching dan loosening untuk kelenturan sendi dan lancarnta aliran darah tepi. Meditasi dan senam pernapasan. Olahraga yang di anjurkan untuk penderita diabetes adalah olahraga aerobic low impact dan ritmis seperti senam, jogging, berenang dan naik sepeda. Porsi latihan juga harus diperhatikan, latihan yang berlebihan akan merugikan kesehatan, sedangkan latihan yang terlalu sedikit tidak begitu bermanfaat. Penentuan porsi latihan tersebut harus memperhatikan intensitas latihan, lama latihan dan frekuensi latihan. Pencegahan tersier Pencegahan tersier ditujukan pada kelompok penyandang diabetes yang telah mengalami peyulit dalam upaya mencegahan terjadinya kecacatan lebih lanjut serta meningkatkan kualitas hidup. Upaya rehabilitas pada pasien dilakukan sedini mungkin, sebelum kecacatan menetap. Pada upaya pencegahan tersier tetap dilakukan penyuluhan pada pasien dan keluarga. Materi penyuluhan termasuk upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan untuk mencapai kualitas hidup yang optimal. Pencegahan tersier memerlukan pelayanan kesehatan komprehensif dan terintegrasi antar disiplin yang terkait, terutama dirumah sakit rujukan. Kerja sama yang baik antara para ahli di berbagai disiplin (jantung, ginjal, mata, saraf, bedah ortopedi, bedah vaskular, radiologi, rehabilitas medis, gizi, pediatris, dan lain"). Sangat diperlukan dalam menunjukan keberhasilan pencegahan tersier. G. diet penderita diabetes melitus Telah diketahui bahwa diabetes melitus merupakan penyakit degenerative. Dengan demikian, tidak ada obat yang dapat menyembuhkan penyakit diabetes. Oleh karena itu, tujuan umum pengobatan pada diabetes melitus adalah mengendalikan kadar gula darah dan meningkatkan kualitas hidup pemderita. Salah satu cara dengan mengatur diet. Prinsip diet Tujuan pengaturan diet penyakit DM adalah membantu pasien memperbaiki kebiasaan makan. Asapun prinsip penyusunan sebagai berikut: 1. Mempertahankan kadar gula darah supaya tetap normal dengan menyeimbangkan asupan makanan, insulin (endogenous atau exogenous), obat penurunan gula oral, serta aktifitas fisik. 2. Mencapai dan mempertahankan kadar lipida serum normal 3. Memberi kecukupan energi untuk mempertahankan atau mencapai berat badan normal 4. Menghindari atau menangani komplikasi akut pasien yang menggunakan insulin, seperti hipeglikemia serta komplikasi jangka pendek dan jangka lama 5. Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi yang optimal, Menurut sutanto, prinsip penyusunan diet untuk penderita diabetes bertujuan untuk meyesuaikan kesanggupan tubuh dalam menggunakan makanan sehingga membantu: 1. Menurunkan kadar gula darah mendekati normal 2. Menurunkan gula dalam urin menjadi negatif 3. Mencapai berat badan nirmal dan ideal. Syarat diet Syarat umum yang harus dipenuhi dalam penyusunan menu, di antaranya sebagai berikut: Kebutuhan kalori di sesuaikan dengan keadaan metabolik, umur, berat badan, dan aktifitas tubuh. Jumlah kalori disesuaikan dengan kesanggupan tubuh dalam penggunaannya Cukup protein, mineral dan vitamin dalam makanan Menggunakan bahan makanan yang mempunyai indeks glikemik frendah 1. Syarat diet diabetes melitus tanpa komplikasi a) Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat badan normal. Makanan dibagi dalam tiga porsi besar, yaitu makanan pagi (20%), siang (30%) dan sore (25%). 2-3 porsi kecil untuk makanan selingan masing-masing 10-15%. b) Kebutuhan protein normal, yaitu 10-15% dari kebutuhan energi total c) Kebutuhan lemak sedang, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi total. Lemak terdiri atas <10% dari lemak jenuh, 10% lemak tidak jenuh ganda, dan sisanya dari lemak tidak jenuh tunggal. Asupan kolestrol <300 mg per hari. d) Kebutuhan karbohidrat 60-70% energi total e) Penggunaan guka murni dalam makanan dan minuman tidak diperbolehkan, kecuali jumlahnya sedikit sebagai bumbu. Jika kadar gula darah sudah terkendali, di perbolehkan mengonsumsi gula murni sampai 5% dari kebutuhan energi total/ f) Penggunaan gula alternatif (bahan pemanis selain sukrosa)dalam jumlah terbatas. Ada dua jenis gula alternatif, yaitu yang bergizi (fruktosa, gula alkohol berupa sorbitol, manito, dan silitol) aerta gula tidak bergizi (aspartame dan sakarin)/ g) Asupan serat di ajnurkan 25 g/hari dengan mengutamakan serat larut air yang terdapat di dalam sayur dan buah h) Penderita DM dengan tekanan darah normal diperoleh mengonsumsi garam dapur sebanyak 3.000 mg/hari i) Ckup vitamin dan mineral. 2. Syarat diet penyakit diabetes melitus dengan nefropati a) Energi mencukupi, yaitu 25/30 kkal/kg BB ideal b) Kebutuhan protein rendah, yaitu 10% dari kebutuhan energi total atau 0,8 g/kg BB c) Kebutuhan karbohidrat sedang, yaitu 55-60% dari kebutuhan energi total. Gunakan karbohidrat kompleks sebagai sumber karbohidrat utama. Pemberian karbohidrat sederhana berupa gula murni dalam jumlah terbatas dan diberikan Bersama makanan utama d) Kebutuhan lemak normal,yaitu 20-25% dari total energi dengan mengutamakan asam lemak tidak jenuh ganda atau tunggal. Asupan lemak jenuh hendaknya <10% asuoan energi total serta asuoan kolestrol <300 mg e) Kebutuhan natrium sebanyak 1.000-3.000 mg, tergantung tekanan darah, adanya adema dan ekskresi natrium f) Kebutuhan kalium dibatasi hingga 40-70 mEq atau (1.600- 2.800 mg) atau 40 mg/kg BB jika ada hiperkalemia (GFR <10 ml/menit) atau apabila jumlah urin <1.000 ml/hari g) Kebutuhan fosfor tinggi, yaitu 8-12 mg/kg BB h) Kebutuhan kalsium tinggi, yaitu 1.200-1.600 mg i) Kebutuhan vitamin tinggi. Jika nafsu makan menurun, berikan suplemen vitamin B kompleks, asam folat dan piridoksi. Serta vitamin C 3. Pola diet Peraturan diet perlu memperhatikan pola makan penderita setelah sakit. Hal ini diupayakan agar pola makan tidak terlalu menyimpang dari biasanya sehingga makanan dapat mudah diterima oleh penderita. Pada dasarnya diet diabetes melitus diberikan dengan interval waktu tiga jam, meliputi tiga kali makan utama Dan tiga kali makan selingan. 1) Pukul 06.30 =makan pagi 2) Pukul 09.30 =selingan pagi (snack atau bauh) 3) pukul 12.30 =makan siang 4) Pukul 15.30 =selingan sore (snack atau buah) 5) Pukul 18.30 =makan malam 6) Pukul 21.30 =selingan malam (snack atau buah) 4. Bahan makanan yang di anjurkan Bahan makanan yang dianjurkan dapat di konsumsi penderita diabetes melitus, diantaranya sebagai berikut. 1) Sumber karbohidrat kompleks, Jenis pangan sumber karbohidrat komplek di antaranya nasi,kentang, singkong, ubi, sagu, roti, dan mie. Setiap jenis sumber karbohidrat memoynyau kecepatan yang berbeda-beda dalam menaikkan gula darah. Tingkat kecepatannya sangat ditentukan oleh komponen penyusun bahan pangan tersebut. Semakin utuh suatu bahan dan tinggi kandungan seratnya, semakin pelan dalam menaikkan kadar gula darah. Bahan pangan yang rendah dalam menaikkan kadar gula darah tersebut mempunyai indeks glikemik rendah. Contohnya, indeks glikemik beras merah lebih rendah dari pada beras yang di sosoh. Selain itu. Beras mempunyai indeks glikemik yang rendah dari pada tepung beras. Serat dalam pangan juga dapat membantu menurunkan indeks glikemik bahan pangan. Oleh karena itu, penderita DM sangat dianjurkan mengonsumsi sumber karbohidrat yang masi utuh atau pangan yang mempunyai indeks glikemik rendah. 2) Sumber protein rendah lemak, jenis pangan sumber protein rendah lemak, di antaranya ikan, ayam tanpa kulit, susu skim, tempe, tahu, dan kacang-kacangan. 3) Sumber lemak dalam jumlah terbatas. Sumber lemak dalam jumlah terbatas dapat diperoleh dari pangan yang diolah dengan cara dipanggang, di kukus, disetup, direbus, dan dibakar. 5. Bahan makanan yang harus dibatasi atau dihindari Ada beberapa jenis pangan yang harus dibatasi atau dihindari oleh penderita diabetes melitus,di antaranya sebagai berikut: 1) Mengandung banyak gula sederhana a) Gula pasir dan gula jawa b) Sirup, selai, jeli, buah yang diawetkan dengan gula, susu kental manis, minuman botol ringan, dan es krim c) Kue-kue manis, dodol, cake, dan tart 2) Mengandung banyak lemak, seperti cake, makan siap saji (fast food), dan goreng-gorengan 3) Mengandung banyak natrium, seperti ikan asin, telur asin, makanan yang diawetkan, makanan yang banyak mengandung MSG. DAFTAR PUSTAKA https://www.google.co.id/books/edition/ Diet_Sehat_untuk_Penderita_Diabetes_Mell/rbtgCAAAQBAJ? hl=id&gbpv=1&dq=diet+sehat+untuk+penyakit+dm&printsec=frontcov er https://books.google.co.id/books? id=3moPEAAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=buku+diet+untuk+penya kit+komplikasi+pada+diabetes+melitus&hl=id&sa=X&redir_esc=y#v=on epage&q&f=false file:///C:/Users/USER%20X/Downloads/14448-Article%20Text-46991- 2-10-20180402.pdf http://webadmin.ipusnas.id/ipusnas/publications/books/111493