Anda di halaman 1dari 23

PAPER

Diet untuk penyakit komplikasi pada diabetes melitus


A. Pengertian diabetes melitus
Diabetes melitus merupakan suatu penyakit menahun atau kronis
yang ditandai oleh hiperglikemia, yaitu kadar glukosa darah melebihi
nilai normal. Penyakit yang biasa disebut diabetes atau DM ini akan
menimbulkan koplikasi yang berakibat fatal, seperti penyakit jantung,
penyakit ginjal, kebutaan, amputasi, dan mudah mengalami
aterosklerosis jika dibiarkan tidak terkendali.
Kata ”diabetes” artinya ‘mengalir terus’, sedangkan “melitus”
artinya ‘manis’. Disebut diabetes karena penderitanya selalu minum
dalam jumlah banyak (polidipsi), kemudian mengalir terus berupa urin.
Disebut, “melitus” karena urin penderita penyakit ini mengandung gula
(glikosa). Kadar glukosa orang sehat waktu puasa sekitar 80-100 mg/dl
dan dibawa 140 mg/dl pada dua jam sesudah makan.
Data laporan WHO tahun 2003 menunjukkan hanya 50% pasien DM
di negara maju mematuhi pengobatan yang diberikan. Pada DM yang
tidak terkendali dapat terjadi komplikasi. Timbulnya komplikasi
mempengaruhi kualitas hidup dan mempengaruhi perekonomian.
Prevalensi diabetes mellitus di Indonesia pada tahun 2013 adalah
sebesar 2,1%. Angka tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan tahun
2007 (1,1%). Sebanyak 31 provinsi (93,9%) menunjukkan kenaikan
prevalensi diabetes mellitus yang cukup berarti. Prevalensi untuk
Provinsi Jawa Tengah sebesar (1,9%) (Kemenkes RI, 2014). Jumlah
kasus DM tipe 2 di Jawa Tengah tahun 2015 sebanyak 99.646 kasus.
Hal ini berbeda dengan tiga tahun sebelumnya. Pada tahun 2014 kasus
diabetes melitus tipe 2 sebanyak 96.431 kasus (0,29%). Pada tahun
2013 kasus diabetes mellitus tipe 2 di Jawa Tengah yaitu sebesar
142.925 (0,43%) kasus, sedangkan pada tahun 2012 sebesar 181.543
(0,55%) kasus.
B. Jenis diabetes melitus
1. Diabetes melitus tipe 1
Diabetes melitus tipe 1, dahulu disebut insulin -de umumnya
timbul sebelum penderita berumur 40 tahun. Jenis diabetes ini yang
pertama kali di kenal. Penderita diabetes jenis ini mengalami
kerusakan sel-sel pada pulau langerhans di dalam prankeas yang
memproduksi insulin. Umumnya kerusakan di sebebkan oleh
gangguan sistem kekebalan tubuh yang disebut autoimmun.
Gangguan sistem kekebalan ini diduga juga berkaitan dengan faktor
genetik. Reaksi autoimunitas dapat juga dipicu oleh adanya infeksi
pada tubuh.
Penderita diabetes tipe 1 umumnya memiliku kesehatan dan
berat badan yang baik saat penyakit ini mudah di derita. Selain itu,
sensitivitas maupun respon tubuh terhadap insulin umumnya
normal, terutama tahap awal. Namun, perawatan diabetes tipe 1
harus berkelanjutan tetap, serta di siplin dalam pemeriksaan dan
pengobatan yang di jalankan. Tingkat glukosa rata-rata untuk pasien
diabetes tipe 1 harus sedekat mungkin ke angka normal (80-120
mg/dl). Beberapa dokter menyarankan sampai ke 140-150 mg/dl
untuk penderita yang bermasalah dengan angka yang lebih rendah.
Sampai saat ini diabetes tipe 1 tidak dapat di cegah. Diabetes tipe
1 hanya hanya dapat diobati dengan penggunaan insulin.
Pengawasan terhadap tingkat glukosa darah dilakukan secara teliti
melalui alat monitor pengujian darah. Tanpa insulin, akan menjadi
ketosis dan diabetic ketoacidosis sehingga bisa menyebabkan koma,
bahkan kematian. Pemberian insulin umumnya melalui injeksi.
2. Diabetes melitus tipe 2
Diabetes melitus tipe 2, dahulu di sebut non-insulin-dependent
diabetes melitus (NIDDM) atau diabetes yang tidak bergantung
pada insulin. Diabetes jenis ini terjadi karena kombinasi dari
"kecatatan dalam produksi insulin" dan "resistensi terhadap
insulin" atau "berkurangnya sensitivitas terhadap insulin" (adanya
efek respon jaringan terhadap insulin).
Tahap awal abnormalitas yang paling utama adalah
berkurangnya sensitivitas terhadap insulin yang ditandai dengan
meningkatnya kadar insulin didalam darat. Pada tahap ini,
hiperglikemia dapat dibatasi, salah satunya dengan penggunaan
obat antidiabetes yang dapat meningkatkan sensitivitas terhadap
insulin atau menguragi produksi glukosa dari hati. Namun, semakin
parah penyakit, sekresi insulin pun semakit berkurang sehingga
terapi dengan insulin kadang di butuhkan.
Dibates tipe 2 lebih sering terjadi jika di bandingkan dengan DM
tipe 1. Diabetes jenis ini umumnya timbul setelah berumur 40
tahun. Faktor yang memperngaruhi timbulnya diabetes jenis ini, di
antaranya riwayat diabetes keluarga, usia lanjut, obesitas, pola
makan, dan aktifitas fisik yang kurang. Walaupun proses terjadinya
DM tipe 2 juga dipengaruhi oleh faktor genetik, bentuk cara
penurunannya belum diketahui dengan jelas. Tampaknya hal
tersebut berkaitan dengan resistansi insulin sehubungan dengan
kegemukan. Pasalnya 50-90% penderitanya overweight.
Diabetes tipe 2 awalnya diatasi dengan peningkatan aktifitas
fisik, pengaturan makan (pengurangan asupan karbohidrat), dan
pengurangan berat badan. Tujuannya untuk mengembalikan
kepekaan hormon insulin. Langkah berikutnya dengan pemberian
obat antidiabetes jika di perlukan
3. Diabetes melitus gestasional
DM gestasional (gestational diabetes melitus, GDM) disebabkan
oleh ketidakmampuan tubuh untuk memproduksi hormon insulin
dalam jumlah yang memadai selama proses kehamilan. GDM
timbul sekitar 2-5% dari terjadinya kehamilan.diabetes jenis ini
mempunyai kecenderungan untuk berkembang menjadi DM tipe 2.
GDM dapat membahayakan kesehatan ibu dan janin. Akibat yang di
timbulkan, antara lain permasalahan macrosomia (bayi lahir
dengan berat badan melebihi normal), kecacatatan janin, dan
penyakit jantung bawaan. Diabetes melitus pada kehamilan
umumnya sembuh dengan sendirinya setelah persalinan.
Penyakit diabetes melitus atau kencing manis telah telah
menjadi masalah kesehatan dunia. Prevalensi dan insiden penyakit
ini meningkat secara drastis di negara-negara industri baru dan
negara sedang berkembang. Termasuk indonesia, pada tahun 2003
terhadap sekitas 150 juta kasus diabetes di dunia. Tahun 2025
diperkirakan jumlah meningkat 2 kali lipat dan jumlah penderita
diabetes di indonesia di prediksi mencapai 12 juta jiwa pada tahun
tersebut. Penyebabnya adalah kemudahan hidup membuat
manusia kurang bergerak dan kurang aktif secara fisik. Selain itu,
perubahan pola makan tradisional ke pola makan modern
merupakan faktor yang memberikan kontribusi besar dalam
peningkatan prevalensi diabetes melitus.
C. Penyebab dan faktor risiko diabetes melitu
Diabetes dapat terjadi karena faktor penyebab terjadinya
diabetes. Selain faktor penyebab ada lagi faktor risiko terjadinya
diabetes. Secara keilmuan, faktor risiko suatu penyakit adalah
karakteristik, tanda atau kumpulan gejala pada penyakit yang di
derita individu yang secara statistic yang berhubungan dengan
peningkatan kejadian baru pada sebuah kelompok masyarakat.
Faktor risiko juga memiliki arti, hal, atau variable yang terkait
dengan peningkatan suatu risiko terjadinya penyakit. Faktor risiko
ini dapat menentukan berapa besar kemungkinan orang sehat
dapat menjadi sakit.
 Berikut adalah penyebab atau pemicu meningkatnya risiko diabetes
melitus:
1) Keturunan
2) Pola makan tidak sehat
3) Obesitas
4) Usia
5) Jenis kelamin
6) Infeksi prankeas
7) Olahraga
a) Keturunan
Orang dengan bertalian darah dengan orang yang mengidap diabetes
lebih cenderung juga mengidap penyakit yang sama ketimbang dengan
mereka yang keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit tersebut. Risiko
bergantung pada jumlah anggota keluarga yang memiliki diabetes. makin
banyak jumlah sanak saudara yang mengidap diabetes, makin tinggi risiko
yang ia hadapi. Terdapat 5% resiko mengidap diabetes jika orang tua atau
saudara kandung juga mengidap diabetes. Risiko yang meningkat dari 50%
jika memiliki kelebihan berat badan.
b) Pola makan tidak sehat
Bermacam-macam pola makan tidak sehat banyak kita temui. Pola makan
yang tidak sehat menjadi salah satu faktor penyebab terjadinya diabetes.
Kita perlu menjaga diri dari makanan yang terlalu banyak mengandung
gula dan makanan dengan indeks glikemik yang tinggi. Selain itu, makanan
yang mengandung lemak tinggi dan kolestrol tinggi juga dapat memicu
diabetes makanan jenis ini dapat memicu kegemukan atau obesitas.
c) Obesitas/kegemukan
Hampir 80% orang terjangkit diabetes pada usia lanjut biasanya memiliki
kelenihan berat badan/ kelebihan berat badan akan meningkatkan
kebutuhan insulin pada tubuh. Orang dewasa yang kegemukan memiliki
sel-sel lemak yang lebih besar pada tubuh mereka, diyakini, sel-sel lemak
yang lebih besar tidak merespon insulin dengan baik. Gejala-gejala
diabetes mungkin dapat menghilang seiring menurunnya verat badan/
d) Usia
Risiko diabetes meningkat sejalan dengan bertambahnya usia, terutama
setelah usia 40 tahun. Hal ini terjadi karena jumlah sel-sel beta di dalam
prankeas yang memproduksi insulin menurun seiring bertambahnya usia
e) Jenis kelamin
Baik pria maupun wanita memiliki risiko yang sama besar terkena diabetes
hingga usia dewasa awal. Stelah usia 30 tahun, wanita memiliki risiko yang
lebih tinggi dibandingkan pria. Wanita yang terkena diabetes selama
kehamilan memiliki risiko lebih tinggi terkena diabetes tipe 2 pada usia
lanjut
f) Infeksi pada kelenjar pancreas
Hormone insulin yang mengatur kadar gula dalam darah dihasilkan oleh
kelenjar pankreas. Jika terjadi infeksi dalam tubuh dan menyerang
pankreas maka organ tersebut tidak dapat memproduksi hormone insulin
dengan baik sehingga tanda-tanda diabetes akan muncul. Kecelakan atau
cedera yang merusak pankreas juga bisa merusak sel-sel beta sehungga
menyebabkan diabetes .
g) Kurang aktifitas fisik (olahraga)
Kebanyakan orang di zaman modern tidak sempat untuk melakukan
olahraga. Padahal demi tubuh yang sehat seseorang dianjurkan untuk
melakukan olahraga setiap hari. Jika tidak melakukan olahraga akan
mengakibatkan efek lanjutan berupa obesitas. Sudah dijelaskan di atas
bahwa obesitas menjadi oenyebab diabetes.
Badan kesehatan dunia (WHO) mengatakan bahwa kasus diabetes di
negara-negara asia akan naik hingga 90% dalam 20 tahun kedepan. Dalam
10 tahunterakhir jumlah penyakit diabetes di Hanoi, Vietnam, berlipat
ganda karena masyarakat dikota ini lebih memilih naik motor dari pada
sepeda. Kesimpulannya bahwa mereka yang sedikit melakukan aktifitas
fisim memiliki risiko obesitas lebih tinggi dibandingkan dengan mereka
yang rajin bersepeda,berjalan kaki, atau beraktifitas lain.
Di Indonesia, kondisi seperti ini juga terjadi. Mudahnya fasilitas membuat
masyarakat makin tidak mempunyai kesempatan untuk bergerak dan
beraktifitas. Banyaknya pembangunan Gedung terutama s
Di perkotaan makin mengurangi tempat atau lapangan untuk melakukan
aktifitas berolahraga. Kondisi ini kemungkinan menjadi penyebab angka
terjadinya diabetes makin meningkat.
Meningkatnya teknologi akan menambah berat badan. Misalnya,
pengguna remote control membuat orang malas untuk beranjang dari
tempat duduk. Akibatnya, ia pun malas bergerak atau berolahraga.
Malalui hitungan sederhana dapat diketahui kenaikan berat badan
pertahun dengan keberadaan remote control.
Dulu, dalam sehari kita bisa sekitar 29 kali mondar-mandir mengganti
chanel televisi. Jarak antara penonton dan televisi sekitas 20 meter.
 Faktor yang memengaruhi terjadinya diabetes melitus (DM)
 Usia lebih dari 45 tahun
 Kegemukan (indeks massa tubuh >110-120 %)
 Kurang aktifitas dan kurang olahraga
 Mudah mengalami stres
 Riwayat DM dalam keluarga
 Wanita yang perna mengalami DM saat mengandung
 Wanita yang perna melahirkan bayi dengan berat lebih dari 4 kg
 Hipertensi/tekanan darah tinggi
 Tingginya kadar lemak dalam darah
 Riwayat toleransi glukosa terganggu (TGT) atau gula darah puasa
terganggu (GDPT)
 Pemeriksaan gula darah rata-rata selama tiga bulan (HbA1C) tinggi
 Riwayat penyakit jantung
 Penggunaan obat jangka panjang
D. Gejala diabetes melitus
Tiga serangkain yang klasik tentang gejala kencing manis adalah
poliuria (sering kencing), polidipsia (sering berasa kehausan), dan
polifagia (sering merasa lapar). Gejala awal tersebut berhubungan
dengan efek langsung dari kadar gula darah yang tinggi. Jika kadar
gula lebih tinggi dari normal, ginjal akan membuang air tambahan
untuk mengencerkan sejumlah besar glukosa yang hilang. Oleh
karena ginjal menghasilkan air kemih dalam jumlah yang
berlebihan, penderita sering berkemih dalam jumlah yang banyak
(poliuria). Akibat lebih lanjut adalah penderita merasakan haus yang
berlebihan sehingga banyak minum (polidipsia). Selain itu,
penderita mengalami penurunan berat badan karena sejumlah
besar kalori hilang ke dalam air kemih. Untuk mengompensasikan
hal tersebut, penderita sering kali merasakan lapar yang luar biasa
sehingga banyak makan (polifagia).
Gelaja diabetes lainnya yang timbul, di antaranya pandangan
kabur, pusing, mual, dan berkurangnya ketahanan selama
melakukan olahraga. Selain itu, penderita diabetes yang kurang
terkontrol lebih peka terhadap infeksi.
1. Gejala khusus penderita diabetes tipe 1
Gejala yang timbul pada penderita diabetes tipe 1, secara tiba-
tiba dan bisa berkembang dengan cepat kedalam suatu keadaan
yang disebut dengan metoasidosis diabetikum. Penyebab terjadinya
ketoasidosis adalag kadar gula didalam darah yang tinggi. Namun,
sebagian besar sel tidak dapat menggunakan gula tanpa insulin
sehingga sel mengambil energi dari sumber yang lain, seperti lemak,
sel lemak yang dipecah akan menghasilkan keton. Keton merupakan
senyawa kimia beracun yang bisa menyebabkan darah menjadi asal
(ketoasidosis).
Gejala awal dari ketoasidosis diabetikum adalah rasa haus dan
berkemih yang berlebihan, mual, muntah, lelah, dan nyeri perut.
Selain itu, pernapasan menjadi dalam dan cepat karena tubuh
berusaha untuk memperbaiki keasaman darah. Bau napas penderita
tercium seperti bau aseton. Tanpa pengobatan, ketoasidosis
diabetikum bisa berkembang menjadi koma, kadang dalam waktu
hanya beberapa jam.
Sebelum menjalani pengobatan, penderita diabetes tipe 1 hampir
selalu mengalami penurunan berat badan karena kekurangan
insulin yang berat. Setelah menjalani terapi insulin, penderita
diabetes tipe 1 bisa mengalami ketoasidosis jika mereka melewatka
satu kali penyuntikan insulin atau mengalami stres akibat infeksi,
kecelakaan, atau penyakit yang serius.
 Tanda-tanda peringatan diabetes berdasarkan american institute for
preventive medicine (diabetes and caution)
 Perhatikan munculnya gejala-gejala berikut:
 Browsiness (mengantuk)
 Itching (gatal-gatal)
 A family history of diabetes (sejarah diabetes dalam keluarga)
 Blurre vision (pandang kabut)
 Excessive weight (berat badan yang berlebiham)
 Tingting (mati rasa atau rasa sakit pada anggota tubuh bagian
bawah)
 Easy infection (infeksi kulit, serasa dipotong-potong,dan gatal-
gatal khususnya kaki)
 Skin infection (infeksi kulit )
 Tanda-tanda lainnya adalah sebagai berikut:
 Constant urination (kencing terus-menerus)
 Abnormal thirst (haus yang tidak seperti biasanya)
 Unusual hunger (rasa lapar yang aneh)
 The rapid lost of weight (turun berat badan secara cepat)
 Irritability (cepat naik darah)
 Obviousty weakness and fitique (sangat lemah dan lemas)
 Nausea (mual dan muntah)

2. Gejala khusus penderita diabetes tipe 2

Sebagian besar penderita diabetes tipe 2 tidak mengalami


penurunan berat badan. Bahkan, penderita diabetes jenis ini bisa
tidak menunjukan gejala-gejala selama beberapa tahun. Jika
kekurangan insulin semakin parah, timbullah gejala berupa sering
berkemih dan sering merasa haus, tetapi jarang terjadi ketoasidosis.
Jika kadar gula sangat tinggi (sapai lebih dari 1.000 mg/dl),
penderita akan mengalami dehidrasi berat dan bisa menyebabkan
kebingungan mental, pusing, kejang, dan suatu keadaan yang
disebut koma hiperglikemia-hiperosmoral nonketotik, penyebabnya
adalah stres, infeksi, atau obat-obatan.

Gejala lain yang mungkin timbul, diantaranya kesemutan, gatal,


mata kabur, dan impoten pada pasien pria serta pruritus vulvae
pada pasien wanita. Pada penderita yang tidak begitu berat,
peningkatan kadar gula darahnya tidak begitu mencolok sehingga
harus dilakukan tes toleransi terhadap glukosa. Tes toleransi
glukosa berguna untuk mengetahui kemampuan tubuh dalam
mengatur kadar gula darah.

E. Komplikasi diabetes melitus


1. Komplikasi akut
Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidak seimbangan
jangka pendek dari glukosa darah.
a. Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah kadar gula darah yang rendah. Salah satu
bentuk dari kegawatan hipoglikemik adalah koma hipoglikemik.
Diagnosis dibuat dari tanda klinis dengan gejala hipoglikemik terjadi
bila kadar gula darah dibawa 50 mg/dl atau 40 mg/dl pada
pemeriksaan kadar gula jari.
 Gejala hipoglikemia
 Lelah
 Pusing
 Pucat
 Bibir kesemutan
 Gemetar
 Berkeringat
 Merasa lapar
 Jantung berdebar-debar
 Sulit berkonsentrasi
 Mudah marah
 Penglihatan kabur
Penderira hipoglikemia yang kondisinya makin memburuk akan
mengalami gejala-grjala seperti:
 Mengantuk
 Gangguan penglihatan
 Seperti kebingungan
 Gefrakan menjadi canggung bahkan berperilaku seperti orang
mabuk
 Kejang
 Hilang lkesadaran
 Langkah mengatasi
1. Ketika gejala hipoglikemia muncul, segera konsumsi makanan
yang mengandung kadar gula tinggi,seperti permen atau
minuman ringan atau air gula.
2. Anda juga dapat mengkonsumsi makanan, seperti roti
lapis,sereal, atau birkuit.
3. Jika gejala tergolong parah atau pengangan awal tidak efektif
sehingga kondisi anda memburuk,maka segera ke dokter atau
rumah sakit.
4. Pastikan untuk tidak memasukkan makanan atau minuman
apapun kemulut saat penderita dalam kondisin tidak sadar
untuk menghindari sesak.
 Pencegahan hipoglikemia
Berikut ini beberapa tips untuk menjengah munculnya gejala
hipoglikemia dan tips agar gejala hipoglikemia yang muncul tidak
memburuk.
 Memakan dengan sesuai aktifitas yang kita lakukan
Hal ini penting untuk menjaga ketersediaan gula yang
dibutuhkan oleh tubuh. Terutama untuk penderita diabetes
yang akan di melakukan olahraga. Pastikan anda
mengkonsumsi makanan yang mengandung karbohidrat
cukup dan menyesuaikan dosis unsulun yang anda pakai
sesuai dengan anjuran dokter. Juga di anjurkan untuk
mengkonsumsi cemilan sehat yang mengandung karbohidrat
sebelum tidur, seperti susu atau biskuit. Selain itu, simpan
makanan bergula di tempat tidur sebagai antisipasi jika gejala
hipoglikemia mengganggu tidur anda.
 Selalu siapkan makanan atau obat-obatan Pereda gejala di
mana oun anda
Salah satu obat yang mungkin akan di anjurkan
penggunaannya oleh dokter adalah suntikan glukagon.
 Pantau kadar gula anda secara berkala
Hal ini penting dilakukan tiap hari untuk memastikan
kadar gula darah berada dalam kisaran normal.
 Kenali gejala hipoglikemia yang muncul
Pengetahuan kita mengenal hal ini dapat membantu
menangani hipoglikemia secara cepat.
 Hati-hati mengendarai kendaraan
Pastikan kondisi anda prima sebelum berkendara. Hindari
membawa kendaraan jika sedang dalam kondisi pemulihan
atau baru menjanai perawatan dalam 48 jam terakhir.
Hentikan kendaaran jika mengalami serangan hipoglikemia
dan tangani sedini mungkin.
 Penyebab hipoglikemia
Berikut ini bebera penyebab hipoglikemia yang biasa terjadi
pada penderita diabetes.
 Penggunaan suntik insulin pada khasus diabetes tipe 1
yang melebihi dosis, atau terlalu banyak memakai obat-
obatan oral pada kasus diabetes tipe 2yang dapat memicu
pelepasan insulin berlebihan. Salah satu obat tersebut
adalah sulphonylurea.
 Menggunakan insulin dengan dosis normal, namun tubuh
kekurangan asupan karbohidrat. Masalah ini bisa terjadi
karena penderita terlalu banyak melakukan aktifitas fisik,
tidak cukup mengkonsumsi makanan yang mengandung
karbohidrat, lupa makan, atau menunda makan.
b. Sindrom Hipeglikemik hiperosmoral non ketotik (Hhnc/Honk.
HONK merupakan keadaan hiperglikemia dan
hiperosmolaritas tanpa terdapatnya ketosis. Konsentrasi
gula darah lebuh dari 600mg bahkan sampai 2000mg,
tidak terdapat aseton, osmolaritas darah tinggi melewati
350 mOsm perkilogram, tidak terdapat asidosis dan fungsi
ginjal pada umumnya terganggu dimana BUN banding
kreatinin lebih dari 30:1, elektrolit natrium berkisar antara
100-150 mEq perliter kalium bervariasi.
c. Ketoasidosis diabetic (Kad)
DM ketuasidosis adalah komplikasi akut diabetes
melitus Yang ditandai dengan dehidrasi, kehilangan
elektron dan asidosis.
 Etiologic
Tidak adanya insulin atau tidak cukuonya jumlah
in sulin yang nyata, yang dapat disebabkan oleh.
1. Insulin tidak diberikan atau diberikan dengan dosis
yang dikurangi
2. Keadaan sakit atau infeksi
3. Manifestasi pertama pada penyakit diabetes yang
tidak terdiagnosis dan tidak di obati
 Gejala utama pada ketoasidosis diabetic nfase awal adalah:
1. Napas pendek atau sesak napas
2. Volume urin meningkat
3. Merasa haus terus menerus
4. Kelelahan
5. Peningkatan kadar gula darah dan/atau ketone
6. Sakit perut
 Jika tidak ditangani, penderita akan mengalami gejala:
1. Napas lebih cepat
2. Detak jantung lebih cepat (takikardia)
3. Muntah
4. Pusing dan kebingungan atau linglung
5. Napas berbau seperti obat tetes anak-anak atau
pembersih kutek
6. Mudah mengantuk
7. Koma
2. Komplikasi kronik
 Makrovaskular
Makrovaskular (penyakit pembuluh darah besar),
mengenai sirkulasi koroner. vaskular perifer dan
vascular selebral.
 Mikrovaskular
Mikrovaskular (penyakit pembukuh darah kecil),
mengenai mata, (retinopati) dan ginjal (nefropati).
Kontrol kadar glukosa darah untuk memperlambat atau
menunda awitan baik komplikasi mikrovaskular
maupun makrovaskular.
 Penyakit neuropati
Penyakit neoropati, mengenai saraf sensorik-motorik
dan autonomi serta menunjang masalah seperti
impotensi dan ulkus pada kaki.
E. Pengendalian diabete melitus

Diabetes melitus (DM) memang penyakit yang tidak dapat


disembuhkan, namun dapat dikendalikan sehingga penderita dapat
menjalani kehidupan dengan normal. Pengendalian tersebut meliputi
mengatur pola makam (diet), olahraga, dan pengobatan pemeriksaan gula
darah.
1. Pengaturan makanan
Pengaturan makan atau diet pada penderita DM prinsipnya hampir
sama dengan pengaturan makanan pada masyarakat umumnya yaitu
dengan mempertimbangkan jumlah kebutuhan kalori serta gizi yang
seimbang. Penderita DM di tekankan pada pengaruran dalam 3 jam yakni
keteraturan jadwal makan, jenis makanan, dan jumlah kandungan kalori.
Komposisi makanan yang di anjurkan terdiri dari karbohidrat yang tidak
lebih dari 45-65% dari jumlah total asupan energi yang dibutuhkan, lemak
yang di anjurkan 20-25% kkal dari asupan energi, protein 10-20% kkal dari
asupan energi.
2. Olahraga
Olahraga atau latihan jasmani seharusnya di lakukan secara rutin yaitu
sebanyak 3-5 kali dalam seminggu selama kurang lebih 30 menit dengan
jeda latihan tidak lebih dari 2 hari berturut-turut. Kegiatan sehari-hari atau
aktifitas sehari-hari bukan termasuk dalam olahraga meskipun di anjurkan
untuk selalu aktif setiap hari. Olahraga selain untuk menjaga kebugaran
juga dapat menurunkan berat badan guna untuk memperbaiki sensitivitas
insulin, sehingga dapat kengendalikan kadar gula darah. Olahraga yang di
anjurkan berupa latihan jasmani yang bersifat aerobik seperti: jalan cepat,
bersepeda santai, jogging dan berenang. Latihan jasmani sebaiknya di
sesuaikan dengan umur dan status kesegaran jasmani. Kegiatan yang
kurang gerak seperti menonton televisi perlu di batasi atau jangan terlalu
lama. Apa bila kadar gula darah < 100 mg/dl maka pasien DM di anjurkan
untuk makan terlebih dahulu, dan jika kadar gula darah >250 mg/dl maka
latihan harus di tunda terlebih dahulu. Kegiatan fisik sehari-hari bukan
dikatakan sebagai latihan jasmani.
3. Pengobatan
Pengobatan pada penderita DM diberikan sebagai tambahan jika
pengaturan diet serata olahraga belum dapan mengendalikan gula darah.
Pengobatan disini berupa pemberian obat hiperglikemi oral (OHO) atau
injeksi insulin, dosis pengobatan di tentukan oleh dokter.
4. Pemeriksaan gulan darah
Pemeriksaan gula darah digunakan untuk memantau kadar gula darah.
Pemeriksaan yang dilakukan meliputi pemeriksaan kadar gula darah puasa
dan glukosa 2 jam setelah makan yang bertujuan untuk mengetahui
keberhasilan terapi. Selain itu pada pasien yang telah mencapai sasaran
terapi disertai dengan kadar gula yang terkontrol maka pemeriksaan tes
hemoglobin terglikosilasi (HbA1C) bisa dilakukan minimal 1 tahun 2 kali.
Selain itu pasien DM juga dapat melakukan pemeriksaan gula darah mandiri
(PGDM) dwngan menggunakan alat yang sederhana serta mudah untuk
digunakan (glukometer). Hasil pemeriksaan gula darah menggunakan alat
ini dapat di percaya sejauh kalibrasi dilakukan dengan baik dan teratur serta
pemeriksaan menggunakan sesuai dengan standar yang telah dianjurkan.
F. Pencegahan diabete melitus
Pencegahan penyakit diabete melitus (DM) terutama di tujukan
kepada orang-orang yang memiliki risiko untuk penderita DM. Tujuannya
adalah untuk memperlambat timbulnya DM, menjaga fungsi sel penghasil
insulin di pankreas, dan mencegah atau memperlambat munculnya
gangguan pada jantung dan pembuluh darah. Faktor risiko DM dapat di
bedakan menjadi faktor yang dapat dimodifikasi dan faktor yang tidak
dapat dimodifikasi. Usaha pencegahan dilakukan dengan mengurangi risiko
yang dapat dimodifikasi.
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi contohnya ras dan etnik,
riwayat anggota keluarga menderita DM, usia lenih dari 45 tahun (risiko
menderita DM meningkatkan sering bertambahnya usia), riwayat
melahirkan bayi dengan berat badan lahir bayi >4000gram atau riwayat
perna menderita DM getasional (DMG), dan riwayat lahir dengan berat
badan rendah (kurang dari 2,5 kg).
Faktor risiko yang dapat dimodifikasi contohnya berat badan
berlebihan (IMT > 23 kg/m²), kurangnya aktifitas fisik, hipertensi (>140/90
mmHg), gangguan profil lipid dalam darah (HDL <35 mg/dL dan/atau
trigliserida > 250 mg/dL), dan diet tidak sehat yang tinggi gula dan rendah
serat. Pencegahan DM juga harus dilakukan oleh pasien-pasien pre-
diabetes yakni mereka yang mengalami intoleransi glukosa [glukosa darah
puasa terganggu (DGPT) dan toleransi glukosa terganggu (TGT) dan
berisiko tinggi menderita DM [mereka yang memiliki riwayat penyakit
kardiovaskular, seperti stroke, penyakit jantung koroner, atau PAD
(peripberal arterial diseases).
Pencegahan DM pada orang-orang yang berisiko pada prinsipnya
adalah dengan mengubah gaya hidup yang meliputi olahraga, penurunan
berat badan, dan pengaturan pola makan. Berdasarkan analisis terhadap
sekelompok orang dengan perubahan gaya hidup intensif, pencegahan
diabates paling berhubungan dengan penurunan berat badan. Penurut
penelitian, penurunan berat badan 5/10% dapat kencegah atau
memperlambat munculnya DM. Dianjurkan pula melakukan pola makan
yang sehat, yakni terdiri dari karbohidrat kompleks, mengandung sedikit
lemak jenuh, dan tinggi serat larut. Asupan kalori ditunjukan untuk
mencapai berat badan ideal.
Aktifitas fisik harus di tingkatkan dengan berolahraga ruti, minimal 150
menit per minggu, dibagi 3-4 kali seminggu. Olahraga dapat memperbaiki
resistensi insulin yang terjadi pada pasien pre-diabetes, meningkatkan
kadar HDL (kolestrol baik), dan membantu mencapai berat badan ideal.
Selain olahraga, dianjurkan juga lebih aktif saat beraktifitas sehari-hari,
misalnya dengan memilih menggunakan tangga dari pada elevator, berjalan
kaki ke pasar dari pada menggunakan mobil, dan lain-lain.
Merokok walaupun tidak secara langsung menimbulkan intoleransi
glukosa, dapat memperberat komplikasi kardiovaskular dari intoleransi
glukosa dan DM. Oleh karena itu, pasien juga dianjurkan berhenti merokok.
 Pencegahan primer
Pencegahan primer adalah upaya yang ditujukan pada kelompok yang
memiliki faktor risiko, yakni mereka yang belum terkena, tetapi berpotensi
untuk menderita DM dan intoleransi glukosa. Identifikasi dan pemeriksaan
penyaring kelompok risiko tinggi diabetes dan pre-diabetes dapat dilihat
pada penjelasan bab sebelumnya. Pencegahan primer DM dilakukan
dengan tindakan penyuluhan dan pengelolaan yang ditujukan untuk
kelompok masyarakat yang mempunyai risiko tinggi DM dan intoleransi
glukosa.
Upaya pencegahan dilakukan terutama melalui perubahan gaya hidup.
Berbagai bukti yang kuat menunjukan bahwa perubahan gaya hidup dapat
mencegah DM. Perubahan daya hidup harus menjadi intervensi awal bagi
semua pasien terutama kelompok risiko tinggi. Perubahan gaya hidup juga
dapat sekaligus memperbaiki komponen faktor risiko diabetes dan sindrom
metabolik lainnya seperti obesitas, hipertensi, dislipidemia, dan
hiperglikemia.
Indikator keberhasilan intervensi gaya hidup adalah penurunan berat
badan 0,5 - 1 kg/ minggu atau 5-7% penurunan berat badan dalam 6 bulan
dengan cara mengatur pola makan dan meningkatkan aktifitas fisik.
Penelitian diabetes prevention programme (DPP) menunjukan bahwa
intervensi gaya hidup yang intensif dapat menurunkan 58% insiden DM tipe
2 dalam tiga tahun. Tindak lanjut dari DPP outcome study menunjukan
penurunan insiden DM tipe 2samapai 34% dan 27% dalam 10 dan 15 tahun.
Perubahan gaya hidup yang di anjurkan untuk individu risiko tinggi DM
dan intoleransi glukosa adalah:
1. Pengaturan pola makan
Jumlah asupan kalori ditujukan untuk mencapai berat badan ideal
Karbohidrat kompleks merupakan pilihan dan diberikan secara
terbagi dan seimbang sehingga tidak menimbulkan puncak (peak)
glukosa darah yang tinggi setelah makan.
Komposisi diet sehat mengandung sedikit lemak jenuh dan tinggu
serat larut.
2. Meningkatkan aktifitas fisik dan latihan jasmani
 Latihan jasmani yang di anjurkan
Latihan dikerjaka sedikitnya selama 150 menit/minggu
dengan latihan aerobik sedang (mencapai 50 - 70% denyut
jantung maksimal) atau 90 menit/minggu dengan latihan
aerobik berat (mencapai denyut jantung >70% maksimal).
Latihan jasmani dibagi menjadi 3 -4 kali aktivitas/minggu.
Menghentikan kebiasaan merokok
 Pada kelompok dengan risiko tinggi diperlukan intervensi
farmakologis
Tidak semua individu dengan risiko tinggi dapat
mejalankan perubahan gaya hidup dan mencapai target
penurunan berat badan seperti yang diharapkan, oleh karena
itu dibutuhkan intervensi lain yaitu dengan pengunaan obat-
obatan. Intervensi farmakologis untuk pencegahan DM
direkomendasikan sebagai intervensi sekunder yang diberikan
setelah atau bersama-sama dengan intervensi perubahan gaya
hidup. Metformin merupakan obat yang faoat digunakan
dalam pencegahan diabetes dengan bukti terkuat dan kemana
jangka panjang terbaik. Metformin dapat dipertimbangkan
pemberiannya pada pasien pre-diabetes berusia <60 tahun
dengan obesitas atau wanita dengan riwayat diabetes
gestasional. Obat lain yang dapat dipertimbangkan adalah alfa
glukosidase inbibitor (acarbose) yang bekerja dengan cara
menghambat kerja enzim alfa glukosidase yang kencerna
karbohidrat. Berdasarkan studi STOP-NIDDM dalam tindak
lanjut selama 3,3 tahun, acarbose terbukti menurunkan risiko
DM tipe 2 samapi 25% dan risiko penyakit kardiovaskular
sebesar 49%.
 Pencegahan sekunder terhadap komplikasi diabetes melitus
Pencegahan sekunder adalah upaya mencegah atau
menghambat tibulnya penyulit oada pasien yang terdiagnosis
DM. Tindakan pencegahan sekunder dilakukan dengan
pengendalian kadar glukosa sesuai target terapi serta
pengendalian faktor risiko penyulit yang lain dengan
pemberian pengobatan yang optimal. Melakukan deteksi dini
adanya penyulit meruapakan bagian dari pencegahan
sekunder. Tindakan ini dilakukan sejak awal pengolahan
penyakit DM. Program penyuluhan memegang peran penting
untuk meningkatkan kepatuhan pasien dengan menjalani
program pengobatan sehingga mencapai target terapi yang
diharapkan. Penyuluhan dilakukan sejak pertemuan pertama
dan perlu selalu diulang pada pertemuan berikutnya.
Menurut kushartanti, kegiatan yang tepat untuk mencapai
program pencegahan sekunder pada penderita DM yaitu:
 Diet yaitu menkonsumsi makanan yang berserat tinggi, rendah
gula, dan banyak air putih.
 Olahraga yang teratur
 Olahraga intermiten (1-3-1) untuk mengelolah kadar glukosa
darah dan memperbaiki profil lipid. Perbandingan irama gerak 1-
3-1 artinya 1 anaerob, 3 (acrob), dan 1 (anaerob).
 Stretching dan loosening untuk kelenturan sendi dan lancarnta
aliran darah tepi.
 Meditasi dan senam pernapasan.
Olahraga yang di anjurkan untuk penderita diabetes adalah
olahraga aerobic low impact dan ritmis seperti senam, jogging,
berenang dan naik sepeda. Porsi latihan juga harus diperhatikan,
latihan yang berlebihan akan merugikan kesehatan, sedangkan
latihan yang terlalu sedikit tidak begitu bermanfaat. Penentuan porsi
latihan tersebut harus memperhatikan intensitas latihan, lama
latihan dan frekuensi latihan.
 Pencegahan tersier
Pencegahan tersier ditujukan pada kelompok penyandang
diabetes yang telah mengalami peyulit dalam upaya mencegahan
terjadinya kecacatan lebih lanjut serta meningkatkan kualitas
hidup. Upaya rehabilitas pada pasien dilakukan sedini mungkin,
sebelum kecacatan menetap. Pada upaya pencegahan tersier
tetap dilakukan penyuluhan pada pasien dan keluarga. Materi
penyuluhan termasuk upaya rehabilitasi yang dapat dilakukan
untuk mencapai kualitas hidup yang optimal.
Pencegahan tersier memerlukan pelayanan kesehatan
komprehensif dan terintegrasi antar disiplin yang terkait,
terutama dirumah sakit rujukan. Kerja sama yang baik antara para
ahli di berbagai disiplin (jantung, ginjal, mata, saraf, bedah
ortopedi, bedah vaskular, radiologi, rehabilitas medis, gizi,
pediatris, dan lain"). Sangat diperlukan dalam menunjukan
keberhasilan pencegahan tersier.
G. diet penderita diabetes melitus
Telah diketahui bahwa diabetes melitus merupakan penyakit
degenerative. Dengan demikian, tidak ada obat yang dapat menyembuhkan
penyakit diabetes. Oleh karena itu, tujuan umum pengobatan pada
diabetes melitus adalah mengendalikan kadar gula darah dan
meningkatkan kualitas hidup pemderita. Salah satu cara dengan mengatur
diet.
 Prinsip diet
Tujuan pengaturan diet penyakit DM adalah membantu pasien
memperbaiki kebiasaan makan.
Asapun prinsip penyusunan sebagai berikut:
1. Mempertahankan kadar gula darah supaya tetap normal dengan
menyeimbangkan asupan makanan, insulin (endogenous atau
exogenous), obat penurunan gula oral, serta aktifitas fisik.
2. Mencapai dan mempertahankan kadar lipida serum normal
3. Memberi kecukupan energi untuk mempertahankan atau mencapai
berat badan normal
4. Menghindari atau menangani komplikasi akut pasien yang
menggunakan insulin, seperti hipeglikemia serta komplikasi jangka
pendek dan jangka lama
5. Meningkatkan derajat kesehatan secara keseluruhan melalui gizi
yang optimal,
Menurut sutanto, prinsip penyusunan diet untuk penderita
diabetes bertujuan untuk meyesuaikan kesanggupan tubuh dalam
menggunakan makanan sehingga membantu:
1. Menurunkan kadar gula darah mendekati normal
2. Menurunkan gula dalam urin menjadi negatif
3. Mencapai berat badan nirmal dan ideal.
 Syarat diet
Syarat umum yang harus dipenuhi dalam penyusunan menu, di
antaranya sebagai berikut:
 Kebutuhan kalori di sesuaikan dengan keadaan metabolik, umur,
berat badan, dan aktifitas tubuh.
 Jumlah kalori disesuaikan dengan kesanggupan tubuh dalam
penggunaannya
 Cukup protein, mineral dan vitamin dalam makanan
 Menggunakan bahan makanan yang mempunyai indeks glikemik
frendah
1. Syarat diet diabetes melitus tanpa komplikasi
a) Energi cukup untuk mencapai dan mempertahankan berat
badan normal. Makanan dibagi dalam tiga porsi besar, yaitu
makanan pagi (20%), siang (30%) dan sore (25%). 2-3 porsi
kecil untuk makanan selingan masing-masing 10-15%.
b) Kebutuhan protein normal, yaitu 10-15% dari kebutuhan
energi total
c) Kebutuhan lemak sedang, yaitu 20-25% dari kebutuhan energi
total. Lemak terdiri atas <10% dari lemak jenuh, 10% lemak
tidak jenuh ganda, dan sisanya dari lemak tidak jenuh tunggal.
Asupan kolestrol <300 mg per hari.
d) Kebutuhan karbohidrat 60-70% energi total
e) Penggunaan guka murni dalam makanan dan minuman tidak
diperbolehkan, kecuali jumlahnya sedikit sebagai bumbu. Jika
kadar gula darah sudah terkendali, di perbolehkan
mengonsumsi gula murni sampai 5% dari kebutuhan energi
total/
f) Penggunaan gula alternatif (bahan pemanis selain
sukrosa)dalam jumlah terbatas. Ada dua jenis gula alternatif,
yaitu yang bergizi (fruktosa, gula alkohol berupa sorbitol,
manito, dan silitol) aerta gula tidak bergizi (aspartame dan
sakarin)/
g) Asupan serat di ajnurkan 25 g/hari dengan mengutamakan
serat larut air yang terdapat di dalam sayur dan buah
h) Penderita DM dengan tekanan darah normal diperoleh
mengonsumsi garam dapur sebanyak 3.000 mg/hari
i) Ckup vitamin dan mineral.
2. Syarat diet penyakit diabetes melitus dengan nefropati
a) Energi mencukupi, yaitu 25/30 kkal/kg BB ideal
b) Kebutuhan protein rendah, yaitu 10% dari kebutuhan energi
total atau 0,8 g/kg BB
c) Kebutuhan karbohidrat sedang, yaitu 55-60% dari kebutuhan
energi total. Gunakan karbohidrat kompleks sebagai sumber
karbohidrat utama. Pemberian karbohidrat sederhana berupa
gula murni dalam jumlah terbatas dan diberikan Bersama
makanan utama
d) Kebutuhan lemak normal,yaitu 20-25% dari total energi
dengan mengutamakan asam lemak tidak jenuh ganda atau
tunggal. Asupan lemak jenuh hendaknya <10% asuoan energi
total serta asuoan kolestrol <300 mg
e) Kebutuhan natrium sebanyak 1.000-3.000 mg, tergantung
tekanan darah, adanya adema dan ekskresi natrium
f) Kebutuhan kalium dibatasi hingga 40-70 mEq atau (1.600-
2.800 mg) atau 40 mg/kg BB jika ada hiperkalemia (GFR <10
ml/menit) atau apabila jumlah urin <1.000 ml/hari
g) Kebutuhan fosfor tinggi, yaitu 8-12 mg/kg BB
h) Kebutuhan kalsium tinggi, yaitu 1.200-1.600 mg
i) Kebutuhan vitamin tinggi. Jika nafsu makan menurun, berikan
suplemen vitamin B kompleks, asam folat dan piridoksi. Serta
vitamin C
3. Pola diet
Peraturan diet perlu memperhatikan pola makan penderita setelah
sakit. Hal ini diupayakan agar pola makan tidak terlalu menyimpang
dari biasanya sehingga makanan dapat mudah diterima oleh
penderita. Pada dasarnya diet diabetes melitus diberikan dengan
interval waktu tiga jam, meliputi tiga kali makan utama Dan tiga kali
makan selingan.
1) Pukul 06.30 =makan pagi
2) Pukul 09.30 =selingan pagi (snack atau bauh)
3) pukul 12.30 =makan siang
4) Pukul 15.30 =selingan sore (snack atau buah)
5) Pukul 18.30 =makan malam
6) Pukul 21.30 =selingan malam (snack atau buah)
4. Bahan makanan yang di anjurkan
Bahan makanan yang dianjurkan dapat di konsumsi penderita diabetes
melitus, diantaranya sebagai berikut.
1) Sumber karbohidrat kompleks, Jenis pangan sumber karbohidrat
komplek di antaranya nasi,kentang, singkong, ubi, sagu, roti, dan
mie. Setiap jenis sumber karbohidrat memoynyau kecepatan yang
berbeda-beda dalam menaikkan gula darah. Tingkat kecepatannya
sangat ditentukan oleh komponen penyusun bahan pangan
tersebut. Semakin utuh suatu bahan dan tinggi kandungan seratnya,
semakin pelan dalam menaikkan kadar gula darah. Bahan pangan
yang rendah dalam menaikkan kadar gula darah tersebut
mempunyai indeks glikemik rendah. Contohnya, indeks glikemik
beras merah lebih rendah dari pada beras yang di sosoh. Selain itu.
Beras mempunyai indeks glikemik yang rendah dari pada tepung
beras. Serat dalam pangan juga dapat membantu menurunkan
indeks glikemik bahan pangan. Oleh karena itu, penderita DM
sangat dianjurkan mengonsumsi sumber karbohidrat yang masi
utuh atau pangan yang mempunyai indeks glikemik rendah.
2) Sumber protein rendah lemak, jenis pangan sumber protein rendah
lemak, di antaranya ikan, ayam tanpa kulit, susu skim, tempe, tahu,
dan kacang-kacangan.
3) Sumber lemak dalam jumlah terbatas. Sumber lemak dalam jumlah
terbatas dapat diperoleh dari pangan yang diolah dengan cara
dipanggang, di kukus, disetup, direbus, dan dibakar.
5. Bahan makanan yang harus dibatasi atau dihindari
Ada beberapa jenis pangan yang harus dibatasi atau dihindari oleh
penderita diabetes melitus,di antaranya sebagai berikut:
1) Mengandung banyak gula sederhana
a) Gula pasir dan gula jawa
b) Sirup, selai, jeli, buah yang diawetkan dengan gula, susu
kental manis, minuman botol ringan, dan es krim
c) Kue-kue manis, dodol, cake, dan tart
2) Mengandung banyak lemak, seperti cake, makan siap saji (fast
food), dan goreng-gorengan
3) Mengandung banyak natrium, seperti ikan asin, telur asin, makanan
yang diawetkan, makanan yang banyak mengandung MSG.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.google.co.id/books/edition/
Diet_Sehat_untuk_Penderita_Diabetes_Mell/rbtgCAAAQBAJ?
hl=id&gbpv=1&dq=diet+sehat+untuk+penyakit+dm&printsec=frontcov
er
https://books.google.co.id/books?
id=3moPEAAAQBAJ&printsec=frontcover&dq=buku+diet+untuk+penya
kit+komplikasi+pada+diabetes+melitus&hl=id&sa=X&redir_esc=y#v=on
epage&q&f=false
file:///C:/Users/USER%20X/Downloads/14448-Article%20Text-46991-
2-10-20180402.pdf
http://webadmin.ipusnas.id/ipusnas/publications/books/111493

Anda mungkin juga menyukai