Anda di halaman 1dari 4

TUGAS KELOMPOK ANALISIS KASUS BAD PRACTICE

Nama : dr. Devuandre Naziat (Ketua Kelompok)


dr. Septami Putri Hajati
Selli Amalia Arafa, S.P
Dessy Novita Sary, S.P
Anuwar Iqbal, S.Kep, Ners

Angkatan/ Kelompok : Angkatan LXXI Kelompok 1


Tanggal : 29 September 2021

Dalam hal ini penulis akan membahas bad practice dalam pelayanan kepada
masyarakat. Adapun kasus yang kami ambil adalah mengenai pungutan liar kepada
masyarakat.

1. Contoh Kasus

JAMBI, KOMPAS.com - Sebanyak dua anggota Satpol PP Kota Jambi dipecat, karena
terbukti melakukan pemerasan terhadap pedagang saat pemberlakukan PPKM level 4
berlangsung. Dua oknum yang dipecat yakni ZH dan RT adalah tenaga honorer yang telah
bekerja selama 10 tahun. "Ya benar, kita sudah melakukan apel luar biasa pemberhentian
secara tidak hormat. Keduanya sudah tidak bertugas lagi sejak saat itu," kata Kepala Satpol PP
Kota Jambi, Mustari Affandi kepada Kompas.com, Jumat (3/9/2021).
Ia mengatakan pemecatan oknum berinisial ZH dan RT, sudah dilakukan terhitung sejak
31 Agustus 2021. Ketika melakukan pungli, kata Mustari, para oknum tersebut dilengkapi
dengan pakaian dinas. Mereka langsung mendatangi pemilik usaha yang melanggar
pengetatan PPKM level 4. Bukannya menindak sesuai kebijakan pengetatan PPKM level 4,
mereka justru meminta uang dengan intimidasi.
Korban yang ketakutan terpaksa memberikan uang kepada oknum itu. "Ada sikap
cenderung intimidasi yang dilakukan keduanya terhadap pedagang tersebut," jelas Mustari. Ia
enggan membeberkan nilai uang yang diambil oknum tersebut. Menurutnya tidak terlalu besar,
tetapi tetap tidak bisa ditoleransi. "Karena itu tertuang dalam kode etik, dan beberapa dasar
hukum lainnya. Jelas itu bukan kapasitas mereka untuk melakukan tindakan saat adanya
pelanggaran," tegasnya.
Pascadilaporkan warga, mereka pun tidak pernah masuk kantor lagi. Setelah dilakukan
pemeriksaan, keduanya terbukti telah melakukan pungli dan intimidasi. Bukan satu kali mereka
melakukan pungli. Selama 10 tahun sebagai tenaga honorer, sudah berulang kali mereka
melakukannya. Berangkat dari pelanggaran tadi, Mustari mengimbau para pedagang atau
pelaku usaha agar lebih waspada terhadap oknum anggota Satpol PP yang melakukan
pemerasan. "Kejadian ini dapat dijadikan contoh buat anggota lain supaya tidak terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan kembali," terangnya.
Dari rekam video korban pedagang yang diminta dua orang oknum Pol PP kota Jambi,
memberikan ucapan terima kasih sudah memberikan keadilan dengan durasi video 04:24
menit.
Seorang pedagang laki-laki dalam video yang diterima Kompas.com, Jumat (3/9/2021)
mengucapkan terima kasih kepada pihak Satpol PP Kota Jambi, karena telah mengembalikan
uang yang diminta oleh pelaku. Sementara pedagang perempuan, yang menjadi korban
pungutan liar oleh Satpol PP kota Jambi berharap oknumnya tidak lagi melakukan pemerasan
dan membantu masyarakat kecil.

2. Analisis Kasus dari Segi Manajemen ASN, Pelayanan Publik dan Whole of Govern-
ment
2.1. Analisis Kasus dari Segi Manajemen ASN

Manajemen ASN merupakan pengelolaan ASN untuk menghasilkan pegawai ASN yang
profesional, memiliki nilai dasar, etika profesi, bebas dari praktik korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Manajemen ASN lebih menekankan kepada pengaturan profesi pegawai, sehingga diharapkan
agar selalu tersedia sumber daya Aparatur Sipil Negara yang unggul, selaras dengan perkem-
bangan zaman. Namun, kasus pungutan liar (pungli) yang dilakukan oleh pelayan publik me-
nunjukkan salah satu sikap yang tidak selaras dengan tujuan dari manajemen ASN.
Tindakan pemerasan terhadap pedagang saat pemberlakuan PPKM level 4 menunjukkan
sikap lalai dan tidak profesional dalam menjalankan tugas. Hal ini dikarenakan pemerasan den-
gan sejumlah uang terhadap pelaku pelanggaran PPKM bukan merupakan tindakan yang
sesuai dengan peraturan yang berlaku dan kapasitas Satpol PP tersebut.
Tindakan pungutan liar juga menunjukkan tidak adanya etika dasar profesi yang tertanam
dalam diri oknum Satpol PP. Tugas Satpol PP untuk menjaga ketertiban pengetatan PPKM
level 4 justru dimanfaatkan untuk kepentingan pribadi. Dengan demikian, hal ini mencerminkan
belum adanya manajemen ASN yang baik yang dimiliki oleh oknum Satpol PP.

2.2. Analisis Kasus dari Segi Pelayanan Publik


Berdasarkan Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2009 Tentang Pelayanan Publik, kewa-
jiban pokok penyelenggara pelayanan publik (pemerintah) adalah menyelenggarakan
pelayanan prima dengan penyusunan standar pelayanan dan pengelolaan pengaduan. Selain
itu, berdasarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (MenPAN) Nomor 63/
KEP/M.PAN/7/2003 pelayanan publik pada hakekatnya adalah pemberian pelayanan prima
kepada masyarakat yang merupakan kewajiban aparatur negara sebagai abdi masyarakat. Dari
kedua peraturan tersebut, dapat disimpulkan bahwa ASN sebagai abdi masyarakat harus
memenuhi kewajibannya dalam pelayanan publik yaitu memberikan pelayanan prima kepada
masyarakat.
Hal yang dilakukan oleh kedua oknum Satpol PP tersebut mencerminkan nilai bad prac-
tice ASN dalam melakukan pelayanan publik. Pelayanan publik seharusnya mengedepankan
prinsip-prinsip kesederhanaan, kejelasan, keamanan, kesopanan dan keramahan, serta kenya-
manan. Namun kedua oknum Satpol PP tersebut telah melanggar prinsip-prinsip tersebut den-
gan mengambil keuntungan pribadi lewat pemerasan dan pemungutan liar terhadap pedagang
yang melakukan pelanggaran pengetatan PPKM level 4. Terlebih lagi, pemungutan liar tersebut
diiringi dengan intimidasi yang memperburuk kualitas pelayanan seorang ASN.

2.3. Analisis Kasus dari Segi Whole of Government

WoG adalah sebuah pendekatan penyelenggaraan pemerintahan yang menyatukan up-


aya-upaya kolaboratif pemerintahan dari keseluruhan sektor dalam ruang lingkup koordinasi
yang lebih luas guna mencapai tujuan-tujuan pembangunan kebijakan, manajemen program
dan pelayanan publik. Oleh karenanya WoG juga dikenal sebagai pendekatan interagency,
yaitu pendekatan yang melibatkan sejumlah kelembagaan yang terkait dengan urusan-urusan
yang relevan.
Dari kasus ini, dapat disimpulkan bahwa tidak adanya pendekatan WOG yaitu tidak
adanya koordinasi satpol PP dengan pihak-pihak terkait dalam melakukan penertiban dan
menindaklanjuti pelanggaran yang dilakukan oleh pedagang. Ketiadaan koordinasi ini mengaki-
batkan oknum satpol PP tersebut bertindak sewenang-wenang bahkan melakukan tindak pungli
dan pemerasaan terhadap pedagang. Proses tindak lanjut pelanggaran yang dilakukan peda-
gang tersebut juga tidak sesuai dengan prosedur yang dilakukan. Seharusnya satpol pp
melakukan kerjasama dengan instansi/organisasi terkait seperti kelurahan, kecamatan dan or-
ganisasi lain sehingga penertiban dan proses tindaklanjut ini dapat menerapakan prinsip WOG
dan tidak terjadi pungli serta pemerasan dan intimidasi.
3. Rekomendasi untuk Penyelesaian Bad Practice yang Ditemukan

Untuk menyelesaikan permasalahan dari praktik Bad Practice tersebut, penulis memberikan
beberapa rekomendasi, yaitu :
1. Mengidentifikasi area yang berpotensi terjadi pungli dan mengambil langkah-langkah
efektif untuk memberantas pungli, seperti memberikan sanksi tegas kepada pelaku
pungli;
2. Melakukan investigasi lebih mendalam untuk menjaring keterlibatan oknum-oknum
lain;
3. Meminta para kepala instansi untuk memberlakukan pengembangan sistem
pelayanan berbasis teknologi informasi untuk mengurangi hubungan langsung antara
petugas dengan masyarakat;
4. Memberikan akses yang luas pada masyarakat terhadap standar pelayanan secara
transparan;
5. Meningkatkan sistem pengawasan internal untuk mencegah praktik pungli;
6. Membuka akses yang mudah dan murah bagi masyarakat untuk melakukan pengad-
uan;
7. Melakukan respons cepat terhadap pengaduan dari masyarakat dan menerapkan sis-
tem pengaduan internal untuk membuat menekan potensi praktik pungutan liar.

Anda mungkin juga menyukai