Anda di halaman 1dari 13

PERENCANAAN PENGAJARAN DALAM PEMBELAJARAN

Disusun Oleh:

Rihadatul Aisyi (202112500417)


Harum Nurhanifah (202112500359)
Siti Dwi Lestari (202112500821)
Erna Nabila (202112500387)
Hanik Rohmawati (202112500347)

FAKULTAS BAHASA DAN SENI


UNIVERSITAS INDRAPRASTA PGRI JAKARTA

Alamat: TB. Simatupang, Jl. Nangka Raya No.58 C, RT.5/RW.5, Tj. Bar., Kec. Jagakarsa, Kota
Jaksel, Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta 12530
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. Karna berkat Rahmat-Nya tulisan ini
dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Penulisan makalah yang berjudul “Perencanaan
Pengajaran dalam Pembelajaran” dalam rangka menyampaikan ilmu yaitu pada bidang Belajar
dan Pembelajaran.
Kami menyadari bahwa tulisan ini tidak luput dari kesalahan dan kekurangan. Hal ini
dikarenakan keterbatasan pengetahuan dan kemampuan yang kami miliki. Oleh karena, itu
semua kritik dan saran dari para pembaca akan di terima dengan senang hati oleh kami.
Tulisan ini dapat terselesaikan berkat kerja sama kami dalam melaksanakan penulisan
makalah ini. Oleh karena itu, sudah sepantasnya kami berterima kasih kepada pihak-pihak yang
telah membantu dalam penulisan makalah ini. Semoga penulisan makalah yang jauh dari kata
sempurna ini dapat diterima dan bisa bermanfaat bagi para pembaca.

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ……………………………………………….
DAFTAR ISI ……………………………………………….
ABSTRAK ……………………………………………….

BAB I PENDAHULUAN ……………………………………………….


1.1 Latar Belakang ……………………………………………….
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………….

BAB II PEMBAHASAN ……………………………………………….


2.1 Perencanaan Pengajaran dan Pembelajaran …………………………
2.2 Pendekatan yang Digunakan dalam Perencanaan Pengajaran……….

BAB III PENUTUP ……………………………………………….

DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………..

ABSTRAK
Sistem perencanaan pembelajaran dalam Pendidikan merupakan proses dalam rangka
mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik mungkin dengan
lingkungannya dan yang akan menimbulkan perubahan pada dirinya yang memungkinkan ia
berfungsi sesuai kompetensinya dalam kehidupan masyarakat.
Dilihat dari sudut pengertian dan definisi, dengan demikian Pendidikan itu ialah usaha
sadar yang dilakukan oleh keluarga, masyarakat dan pemerintah melalui bimbingan, pengajaran
atau latihan yang berlangsung di sekolah dan di luar sekolah. Usaha sadar tersebut dilakukan
dalam bentuk pembelajaran dimana ada pendidik yang melayani para siswanya dalam melakukan
kegiatan belajar, dan pendidik menilai, dan mengukur tingkat keberhasilan belajar siswa tersebut
dengan prosedur yang ditentukan.

BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembelajaran merupakan kegiatan inti dalam proses Pendidikan, karena melalui kegiatan
belajar ini diharapkan dapat dicapai tujuan Pendidikan dalam bentuk terjadinya perubahan
tingkah laku dalam diri siswa, juga menjadi harapan semua pihak agar setiap siswa mencapai
hasil belajar yang sebaik-baiknya sesuai dengan kemampuan masing-masing. Proses
pembelajaran terjadi karena ada tujuan yang hendak dicapai. Akan tetapi banyak seorang guru
gagal dalam pembelajaran, seperti banyak siswa yang tidak mecapai tujuan yang diharapkan.
Guru yang baik akan berusaha sedapat mungkin agar pembelajarannya berhasil. Salah
satu faktor yang dapat membawa keberhasilan itu, adalah adanya perencanaan pembelajaran
yang dibuat guru sebelumnya. Melalui perencanaan yang maksimal, seorang guru dapat
menentukan strategi apa yang digunakan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai. Perencanaan
dapat menghindarkan kegagalan pembelajaran.

Pembelajaran sebagai proses kerja sama antara guru dan siswa pasti akan menghadapi
beberapa masalah pembelajaran. Hal tersebut akan berdampak pada kegagalan pembelajaran.
Melalui perencanaan yang baik, setidaknya dapat mengantisipasi atau meminimalisir
permasalahan- permasalahan yang nantinya akan muncul, sehingga pembelajaran berjalan
normal dan keberhasilan pembelajaran tercapai.

Perencanaan dapat membuat pembelajaran berlangsung secara sistematis Proses


pembelajaran tidak berlangsung seadanya, akan tetapi berlangsung secara terarah dan
terorganisir. Dengan demikian guru dapat menggunakan waktu secara efektif untuk mencapai
tujuan pembelajaran dan keberhasilan pembelajaran. Hal tersebut dapat berlangsung melalui
perencanaan pembelajaran yang baik.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas dapat kita simpulkan bahwa :
1. Apa saja perencanaan pengajaran dalam pembelajaran?
2. Pendekatan apa saja yang digunakan dalam perencanaan pengajaran?

BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Perencanaan Pengajaran dalam Pembelajaran
 Prinsip-perinsip pengajaran dalam perencanaa pengajaran
Ada beberapa prinsip pengajaran yang secara relatif berlaku umum di antaranya adalah prinsip:
perkembangan, perbedaan individu, minat dan kebutuhan, aktivitas, serta motivasi.

1. Prinsip Perkembangan
  

Siswa yang diajar di kelas sedang berbeda dalam proses perkembangan, dan akan terus berkembang.
Sehubungan dengan perkembangan ini maka kemampuan anak pada setiap jenjang usia dan tingkat kelas
berbeda-beda. 
Anak pada jenjang usia atau kelas yang lebih tinggi, memiliki kekampuan lebih tinggi dari yang di
bawahnya. Pada waktu memilih bahan dan metode mengajar, guru hendaknya memperhatikan dan
menyesuaikan dengan kemampuan-kemampuan anak tersebut. 
Perkembangan berarti perubahan. Perubahan itu ada yang cepat dan ada yang lambat. Seorang guru
hendaknya cukup mengerti dan bersabar, apabila pada suatu saat seorang siswa belum memperlihatkan
kemajuan dan kemajuannya lambat. Mungkin suatu minggu atau dua minggu berikutnya anak akan
memperlihatkan kemajuan dan perkembangan yang cepat.

2. Prinsip Perbedaan Individu


  

Seorang guru yang menghadapi 40 orang siswa di kelas, sebenarnya bukan hanya menghadapi ciri-ciri
satu kelas siswa, tetapi juga menghadapi 40 perangkat ciri-ciri siswa. Tiap orang siswa memiliki
pembawaan-pembawaan yang berbeda, dan menerima pengaruh dan perlakuan dari keluarganya yang
masing-masing juga berbeda. 
Dengan demikian adalah wajar apabila setiap siswa memiliki ciri-ciri tersendiri. Ada siswa yang badanya
tinggi kurus, atau pendek gemuk, cekatan atau lamban, kecerdasan tinggi, sedang atau rendah, berkat
dalam beberapa mata pelajaran, tetapi kurang berbakat dalam mata pelajaran-mata pelajaran tertentu,
tabah dan ulet atau mudah putus asa, periang atau pemurung, bersemangat atau acuh tak acuh, dan
sebagainya.

Guru perlu mengarti benar tentang adanya keragaman ciri-ciri siswa ini. Baik di dalam menyiapkan dan
menyajikan pelajaran maupun dalam memberikan tugas-tugas dan pembimbingan, guru hendaknya
menyesuaikan dengan perbedaan-perbedaan tersebut. 
Dalam model pengajaran program atau modul, penyesuaian pelajaran dengan perbedaan individu ini
sepenuhnya dapat dilakukan, karena cara belajarnya individual. Dalam pengajaran yang bersifat klasikal,
seperti umumnya dilaksanakan di sekolah-sekolah, penyesuaian pelajaran dengan perbedaan individu ini
terbatas sekali.
Umumnya guru-gur pada jam pelajaran yang sama, mengajarkan bahan yang sama dengan cara yang
sama, sehingga perbedaan individu tersebut sama sekali diabaikan. Pengajaran yang bersifat klasikal ini
dapat disempurnakan dengan cara-cara sebagai berikut. 
Pertama,  dalam mengajar hendaknya guru menggunakan metode atau strategi belajar mengajar yang
bervariasi. Sebab dengan variasi tersebut diharapkan beberapa perbedaan kemampaun anak dapat
terlayani. Kedua, hendaknya digunakan alat atau media pengajaran. Penggunaan media dan alat-alat
pelajaran dapat membantu siswa yang mempunyai kelemahan-kelemahan tertentu. Anak yang
kemampuan berpikir abstraknya kurang, dapat dibantu dengan alat peraga yang konkret, anak yang
pendengarannya kurang, dapat dibantu dengan penglihatan. 
Ketiga, hendaknya guru memberikan bahan pelajaran tambahan kepada anak-anak yang pandai, untuk
mengimbangi kepandaiannya. Bahan tambahan tersebut dapat berupa bahan bacaan, soal-soal yang harus
dipecahkan dan sebagainya. 
Keempat, hendaknya guru memberikan bantuan atau bimbingan khsusu kepada anak-anak yang kurang
pandai atau lambat dalam belajar. Bantuan atau bimbingan dapat diberikan pada jam pelajaran ataupun di
luar jam pelajaran. 
Kelima, pemberian tugas-tugas hendaknya disesuaikan dengan minat dan kemampuan anak.
    
 Anak-anak yang lebih pandai diberi tugas yang lebih banyak atau lebih sukar. Anak yang berminat akan
sastra diberi tugas di bidang sastra lebih banyak sedang yang lain di bidang Sosial, IPA, Matematika lebih
banyak.

3. Minat dan Kebutuhan Anak


  

Setiap anak mempunyai minat dan kebutuhan sendiri-sendiri. Anak di kita berbeda minat dan
kebutuhannya dengan anak di desa, di daerah pantai berbeda dengan di pegunungan, anak yang akan
bersekolah sampai perguruan tinggi berbeda dengan yang akan bekerja setalah tamat SLTA. 
Bahan ajaran dan cara penyampaian sedapat mungkin disesuaikan dengan minat dan kebutuhan tersebut.
Walaupun hampir tidak mungkin menyesuaikan pengajaran dengan minat dan kebutuhan setiap siswa,
sedapat mungkin perbedaan-perbedaan minat dan kebutuhan tersebut dapat dipenuhi. 
Pengajaran perlu memperhatikan minat dan kebutuhan, sebab keduanya akan menjadi penyebab
timbulnya perhatian. Sesuatu yang menarik minat dan dibutuhkan anak, akan menarik perhatiaannya,
dengan demikian mereka akan bersungguh-sungguh dalam belajar.

Anak-anak sekolah dasar sangat menyenangi cerita (dongeng). Sampai dengan kelas III mereka
menyenangi cerita fantasi sedangkan anak-anak kelas IV sampai dengan kelas VI menyenangi cerita-
cerita yang lebih konkret, kepahlawanan, avonturir dan sebagainya. 
Guru dapat memanfaatkan minat dan kebutuhan ini dengan memberikan cerita-cerita yang berisi
penanaman atau pengembangan ni;ai-nilai moral. Sampai dengan kelas IV sekolah dasar anak senang
bermain. Dalam pelajaran olahraga sebaiknya lebih banyak digunakan permainan, daripada senam dan
atletik.

4. Aktivitas Siswa
  

Mengajar merupakan upaya yang dilakukan oleh guru agar siswa belajar. Dalam pengajaran, siswalah
yang menjadi subyek, dialah pelaku kegiatan belajar. Agar siswa berperan sebagai pelaku dalam kegiatan
belajar, maka guru hendaknya merencanakan pengajaran, yang menuntut siswa banyak melakukan
aktivitas belajar. Hal ini tidak berarti siswa dibebani banyak tugas. Aktivitas atau tugas - tugas yang
dikerjakan siswa hendaknya menarik minat siswa, dibutuhkan dalam perkembangannya, erta bermanfaat
bagi mada depannya. Metode-metode yang banyak mengaktifkan siswa, di antaranya ialah metode;
diskaveri, inkuiri, eksperimen, demonstrasi pemecahan masalah, keterampilan proses, penegasan, dan
diskusi.

5. Motivasi
  
Setiap perbuatan, termasuk perbuatan belajar didorong oleh sesuatu atau beberapa motif. Motif atau biasa
juga disebut dorongan atau kebutuhan merupakan sesuatu tenaga yang berbeda pada diri individu atau
siswa yang mendorongnnya untuk berbuat mencapai suatu tujuan. 
Tenaga pendorong atau motif pada seseorang mungkin cukupn besar sehingga tanpa motivasi dari luar dia
sudah bisa berbuat. Orang atau siswa tersebut memiliki motif internal. Pada orang atau siswa lain, tenaga
pendorong ini kecil sekali, sehingga ia membutuhkan motivasi dari luar, yaitu dari guru, orang tua,
teman,buku-buku dan sebagainya. Orang atau siswa seperti itu memerlukanmotif eksternal.

Selain motif internal dan eksternal, dibedakan pula motif intrinsik dan ekstrinsik. Motif instrinsik adalah
tenaga pendorong yang sesuai atau berkaitan dengan perbuatan yang dilakukan. Motif ekstrinsik adalah
tenaga pendorong yang berada di luar perbuatan atau tidak ada hubungan langsung dengan perbuatan
yang dilakukannya, tetapi menjadi penyertanya. 
Motif instrinsik dapat bersifat internal, muncul dari dalam diri siswa atau eksternal datang dari luar.
Demikian juga motid ekstrinsik dapat bersifat internal atau eksternal, walaupun lebih banyak bersifat
eksternal. Motif ekstrinsi dapat berperan sebagai operant conditioning .

Motif memiliki peran yang cukup besar di dalam upaya belajar. Tanpa motif hampir tidak mungkin siswa
melakukan kegiatan belajar. Ada beberapa upaya yang dapat dilakukan guru untuk membangkitkan
belajar para siswa. 
Pertama, menggunakan cara atau metode dan media mengajar yang bervariasi. Dengan metode dan media
yang bervariasi kebosanan dapat dikurangi atau dihilangkan. 
Kedua, memilih bahan yang menarik minat dan dibutuhkan siswa. Sesuatu yang dibutuhkan akan menarik
perhatian, dengan demikian akan membangkitkan motif untuk mempelajarinya. 
Ketiga, memberikan sasaran antara. Sasaran akhir belajar adalah lulus ujian atau naik kelas. Sasaran akhir
baru dicapai pada akhir tahun. Untuk membangkitkan motif belajar maka diadakan sasaran antara, seperti
ujian semester, tengah semester, ulangan harian, kuis, dan sebagainya.
Keempat, memberikan kesempatan untuk sukses. Bahan atau soal-soal yang sulit hanya bisa diterima atau
dipecahkan oleh siswa pandai, siswa kurang pandai sukar menguasai atau memecahkannya. Agar siswa
yang kurang pandai juga bisa menguasai/memecahkan soal, maka berikan bahan/soal yang sesuai dengan
kemampuannya. Keberhasilan yang dicapai siswa dapat menimbulkan kepuasan, dan kemudian
membangkitkan motif. 
Kelima, diciptakan suasana belajar yang menyenangkan. Suasana belajar yang hangat berisi rasa
persahabatan, ada rasa humor, pengakuan akan keberadaan siswa, terhindar dari celaan dan makian, dapat
membangkitkan motif. 
Keenam, adakan persaingan sehat. Persaingan atau kompetisi yang sehat dapat membangkitkan motivasi
belajar. Siswa dapat bersaing dengan hasil belajarnya sendiri atau dengan hasil yang dicapai oleh orang
lain. Dalam persaingan ini dapat diberikan pujian, ganjaran ataupun hadiah.

 Konsep pendekatan system dalam pengajaran


2.2. Pendekatan Yang digunakan dalam Perencanaan Pengajaran
1. Pendekatan Kebutuhan Sosial
     Menurut pendekatan ini perencanaan pengajaran disususun dan di rancang dengan memperhatikan
kebutuhan dan permintaan masyarakat akan pendidikan pada umumnya dan pengajaran pada khususnya.
Yaitu bagaimana melayani kebutuhan masyarakat dalam mengembangkan dan memberdayakan dirinya
dalam artian menambah kemapuan masyarakat untuk dapat bertahan dan mengembangkan dalam semua
aspek kehidupan. Karenanya diperlukan perencanaan pengajaran yang dapat memberikan penngalaman
belajar bagi peserta didik dan memberi kecakapan hidup dalam bermasyarakat.
2. Pendekatan Kebutuhan Ketenaga Kerjaan
     Dalam pendekatan ini dalam perencanaan pengajaran dimaksudkan bahwa dalam menyusun
perencanaan pengajaran, siswa adalah komponen pengajaran dan objek sekaligus subyek pengajaran yang
diarahkan untuk memiliki ketrampilan yang dibutuhakan dalam dunia kerja baik teknik, sosial, dan
emosional.
3. Pendekatan Efisiensi Biaya
     Dalam pendekatan ini maksudnya yaitu dalam membuat perencanaan pengajaran harus memperhatikan
aspek pembiayaan untuk berlangsungnya proses pengajaran yang baik yang menyangkut sumber-sumber
pembiayaan, penggunaan maupun pertanggung jawabannya, dan efisiensi penggunaan biaya yang
digunakan dalam kepentingan proses pengajaran.
4. Pendekatan Sistem
     Pendekatan sistem merupakan kebiasaan dalam memandang benda atau peristiwa dalam hidup sebagi
sistem yang di gunakan dalam memecahkan masalah serta proses pemecahannya. Dalam melakukan
pendekatan sistem diperlukan untuk mengetahui teori umum, filosofi, analiasis serta sintesis system.
a. Pendekatan sistem
     Mendasarkan diri pada pada teori-teori umum sistem, mulai dari konsep sub sistem, hierarki system,
model system, pandangan sistem, batas sistem, entropi sistem, keadaan sistem, umpan balik,
pengembangan internal, pencarian tujuan ganda sampai equifinalitas sistem terbuka. Konsep-konsep
tersebut dapat mempermudah guru dalam membuat perencanaan, program pengajaran.
b. Filosofi sistem

     Filosofi sistem merupakan ”cara berpikir” (way of thinking) tentang fenomena secara keseluruhan
termasuk bagian, komponen atau subsistemnya dengan menekankan keterkaiatannya. Dibutuhkan
pemahaman filosofi sistem untuk dapat menjalankan suatu sistem. Menurut teori vitalis yang
dikemukakan oleh hoplins johnson dan rosenzweigh dalam salamoen terdapat beberapa kerangka dasar
yang melandasi berpikir sitem yaitu:
1. Keseluruhan sebagai suatu kesatuan (the whole) adalah yang utama, sedangkan bagian-bagiannya
adalah yang kedua
2. Integrasi merupakan kondisi keterkaitan dari berbagai bagian itu dalam satu kesatuan
3. Bagian-bagian membentuk satu kesatuan yang tak tepisahkan, sehingga tidak ada satu
bagian yang dapat dipengaruhi tanpa mempengaruhi juga bagian-bagian yang lain
4. Bagian-bagian memainkan peranan sesuai dengan tujuan yang mendasari keberadaan dari
keseluruhannya
5. Sifat dan fungsi bagian sesuai dengan posisinya dalam keseluruhan
6. Keseluruhan adalah suatu sistem, kompleks atau konfigurasi energi dan berperilaku
seperti sesuatu yang tunggal betapapun kompleksnya
7. Segala sesuatu dimulai dari keseluruhan sebagai dasar penalaran (premise) serta bagian-
bagian dan hubungannya harus berkembang

 Refleksi penyusunan perencanaan pengajaran


PRINSIP PERENCANAAN PENGAJARAN MELIPUTI PENDEKATAN SISTEM PENGAJARAN,
REFLEKSI PENYUSUNAN PERENCANAAN PENGAJARAN
Prinsip perencanaan pengajaran:
1.      Perencanaan pengajaran harus berdasarkan kondisi siswa.
2.      Perencanaan pengajaran harus berdasarkan kurikulum yang berlaku.
3.      Perencanaan harus memperhitungkan waktu yang tersedia
4.      Perencanaan pengajaran harus merupakan urutan kegiatan belajar-mengajar yang sistematis.
5.      Perencanaan pengajaran bila perlu lengkapi dengan lembaran kerja/tugas dan atau lembar observasi.
6.      Perencanaan pengajaran harus bersifat fleksibel.
7.      Perencanaan pengajaran mengutamakan keterpaduan antara tujuan, materi, kegiatan belajar dan
evaluasi.

Perencanaan merupakan suatu sistem yang terdiri dari komponen:


1.      Tujuan pembelajaran,
2.      Komponen isi
3.      Materi pembelajaran,
4.      Komponen kegiatan belajar-mengajar,
5.      Komponen evaluasi belajar.         

Refleksi dalam pengajaran


Refleksi merupakan kegiatan analisis, sintesis, interpretasi, dan eksplanasi terhadap semua informasi yang
diperoleh dari pelaksanaan tindakan dalam pelaksanaan pembelajaran. Pada saat merefleksikan dilakukan
evaluasi dengan menggunakan suatu kriteria, misalnya kriteria efektivitas pengajaran mempunyai
indikator penggunaan waktu, biaya, tenaga, dan pencapaian hasil. Evaluasi merupakan kegiatan yang
dilakukan selama  refleksi yang dapat dilakukan secara kualitatif atau kuantitatif. Kegiatan refleksi
penting dilakukan agar tindakan yang telah dilakukan dapat dievaluasi keefektifannya, sehingga dapat
dilakukan penyusunan rencana tindakan perbaikan pembelajaran berikutnya jika masalah belum dianggap
selesai. Hasil dari kegiatan refleksi adalah terjadinya peningkatan dalam profesionalisasi jabatan guru
peserta. Dinyatakan demikian karena salah satu indikasi profesionalnya seorang guru peserta adalah
selalu adanya keinginan untuk memperbaiki proses pembelajaran yang dilakukan dan pelayanan yang
diberikan secara berkelanjutan.
BAB III
PENUTUP

Perencanaan pengajaran merupakan hal yang sangat penting dalam mensukseskan proses
pembelajaran pada level dan bentuk Pendidikan mana pun. Berdasarkan dari hal tersebut dapat
disimpulkan hal-hal sebagai berikut :
1. Dalam konteks pembelajaran, perencanaan dapat diartikan sebagai proses
penyusunan materi pelajaran, penggunaan media pengajaran, penggunaan
pendekatan atau metode pengajaran, dalam suatu alokasi waktu yang akan
dilaksanakan pada masa satu semester yang akan datang, dalam rangka mencapai
tujuan yang ditentukan. Ringkasnya perencanaan pengajaran merupakan skenario
pembelajaran yang menjadi acuan dan pola pelaksanaan program pengajaran bagi
pihak pendidik, dan pengalaman belajar yang sistematis dan efektif bagi pihak
peserta didik.
2. Perencanaan dalam penyusunan program pengajaran harus sesuai dengan konsep
Pendidikan dan pengajaran yang dianut dalam kurikulum yang berlaku.
Penyusunan perencanaan program pengajaran sebagai proses, disiplin, ilmu
pengetahuan, realitas, sistem dan teknologi pembelajaran bertujuan agar
pelaksanaan pengajaran berjalan lebih lancar dan hasilnya lebih baik.
DAFTAR PUSTAKA

https://cararifin.blogspot.com/2020/08/prinsip-prinsip-pengajaran-dalam.html
http://jainiyubmee.blogspot.com/2015/11/konsep-dan-pendekatan-sistem-dalam.html
http://bangeud.blogspot.com/2011/03/strategi-dan-teknik-pengajaran.html

Anda mungkin juga menyukai