Latar Belakang
Indonesia merupakan daerah yang terletak tepat pada garis khatulistiwa
sehingga membuat daerah indonesia memiliki iklim tropis dimana matahari akan
melintasi garis equator sebanyak dua kali. Pergerakan matahari pada setiap tahun
ini menyebabkan wilayah indonesia memiliki dua musim yaitu musim hujan dan
musin kemarau. Sinar matahari dan curah hujan yang cukup menjadi keunggulan
negara indonesia, sinar matahari yang cukup membuat suhu tinggi sehingga
membuat proses pelapukan berlangsung cepat dan proses pembentukan tanah akan
berlangsung cepat pula selain itu dengan tingginya intensitas hujan yang
berlangsung diwilayah indonesia akan mempengaruhi sifat tanah utamanya sifat
kimia tanah sehingga tanah bereaksi masam yang disebabkan oleh pencucian
kation basa didalam tanah. Hal inilah yang menjadi alasan tanah indonesia
menjadi tempat yang ideal untuk pertanian seperti padi, jagung dan lain lain,
dimana kesuburan tanah dan iklim tropis yang membuat tanaman akan tumbuh
dengan baik.
Kesuburan tanah secaara alami bergantung kepada komposisi mineral
bahan bahan induk yang ada dalam tanah atau cadangan hara pada tanah. Apabila
kandungan hara tanah semakin tinggi maka semakin tinggi juga tingkat kesuburan
dari tanah tersebut. Kadar nilai cadangan hara yang terkandung dalam tanah
bergantung pada komposisi, banyak sedikitnya, dan jenis mineralnya. Secara
natural, tanah marginal yang berasal batuan sedimen masam yang terletak pada
daerah Kalimantan memiliki cadangan mineral atau sumber hara yang tergolong
kategori rendah, reaksi tanah yang bersifat masam dan juga kandungan dari bahan
organic seperti P dan K, serta basa rendah akana tetapi kejenuhan tingkat Al yang
tinggi. Oleh karena itu, perbaikan pada sifat kimia tanah dengan cara pengapuran,
penggunaan bahan organik, serta pemupukan yang dilakukan secara lengkap
benar benar diperlukan untuk meningkatkan reaksi tanah, mengurangi reaktivitas
Al, dan meningkatkan kadar hara dalam tanah. Tanah marginal dari batuan
sedimen masam mempunyai cadangan mineral atau cadangan hara yang rendah.
Tanah marginal atau “sub optimal” merupakan tanah yang potensial untuk
pertanian, baik untuk tanaman pangan, tanaman perkebunan maupun tanaman
hutan.
Kedelai (Glicyne max (L.) Merr.) merupakan salahs satu jenis pangan
utama ketiga setelah tanaman padi dan tanaman jagung yang berguna untuk
sumber protein nabati dibutuhkan untukkesehatan masyarakat. Kebutuhan kedelai
terus meningkat seiring dengan pertumbuhan jumlah penduduk dan kebutuhan
bahan baku industri olahan pangan seperti tahu, tempe, kecap, susu kedelai dan
sebagainya. Edamame merupakan tanaman potensial yang perlu dikembangkan
karena memiliki rata-rata produksi 3,5 ton ha lebih tinggi daripada produksi
tanaman kedelai biasa yang memiliki rata-rata produksi 1,7–3,2 ton ha.
Edammame mempunyai peluang pasar yang lumayan besar untuk lokal maupun
ekspor. Produktivitas edelai edamame bisa mencapai 3,5 ton/ha lebih tinggi
dibandingkan kedelai biasa yang hanya mampu menghasilkan 1,1-1,5 ton/ha.
Untuk mencapai produktifitas kedelai edamame yang tinggi tersebut maka perlu
adanya inovasi teknologi budidaya yang sesuai dengan kondisi lahan yang ada.
Menurut BPS (2021), tingkat rata-rata produksi dari tanaman kedelai
daerah Kalimantan Selatan selama lima tahun terakhir (2014-2018) sebesar
24,647 ton, dengan tingkat produktivitas kedelai sebesar 1,38 ton/ha, sedangkan
produktivitas nasional kedelai mencapai 1,71 ton/ha. Berdasarkan dari
perhitungan data tersebut dapat disimpulkan bahwa produktivitas tanaman kedelai
di kalimantan selatan masih tergolong pada tingkat kategori rendah. Faktor faktor
yang menjadi pengaruh tingkat produktivitas kedelai yang rendah pada
kalimantan selatan ini salah satunya adalah karakteristik tanah yang terletak pada
daerah kalimantan selatan yang merupakan tanah sub optimal yang memerlukan
tindakan lebih apabila ingin digunakan untuk lahan pertanian.
Lingkungan adalah tempat dimana tanaman di budidayakan sehingga
pengelolaan lingkungan akan menjadi salah satu faktor keberhasilan
pembudidayaan tanaman untuk memperoleh hasil maksimum dan meminimalkan
resiko kegagalan. Pengelolaan tanaman serta lingkungan yang baik seperti cara
pembiakan, perbanyakan dan pengaturan pertumbuhan tanaman serta pengelolaan
air, cahaya, tanah, serta pengetahuan tentang ekosistem pertanian menjadi sangat
penting dan menjadi fokus utama dalam pengembangan budidaya tanaman.
Penerapan ilmu pengetahuan agroekologi dalam bidang pertanian dapat menjaga
kualitas lingkungan karena penerapannya berdasar pada pengetahuan pengetahuan
lokal, yang dengan tetap memperhatikan hubungan antara alam, sosial, ekologi,
masyarakat, dan lingkungan yang memiliki produktivitas tinggi. Sehingga
penerapan ilmu agroekologi menjadi salah satu alternatif solusi yang dapat
dilakukan masyarakat dalam bidang pertanian untuk menjaga dan memlihara
kondisi lingkungan seklkitar dan manghindari terjadinya krisis pangan.
Tujuan
Tujuan pada praktikum ini adalah sebagai berikut :
1. Xx
2. Xx
TINJAUAN PUSTAKA
A. Tanaman Edamame
1. Deskripsi Tanaman
Kedelai adalah salah satu tanaman asli yang berasal dari Daratan Cina yang telah
dibudidayakan oleh manusia sejak dari tahun 2500 SM. Bersamaan dengan
pesatnya perkembangan kegiatan perdagangan oleh negara negara yang terjadi
pada mulai awal abad ke-19, sehingga menyebabkan tanaman kedelai juga ikut
menyebar ke seluruh negara tempat tujuan dari perdagangan tersebut, seprti
Jepang, Korea, Indonesia, India, Australia, dan Amerika. Tanaman kedelai mulai
diperkenalkan di Indonesia mulai sejak abad ke-16. Permulaan penyebaran dan
pembudidayaan tanaman kedelai yaitu dimulai dari Pulau Jawa, kemudian
berkembang ke Bali, Nusa Tenggara, dan pulau-pulau lain disekitarnya.
Klasifikasi tanaman kedelai sebagai berikut :
Divisio : Spermatophyta
Classis : Dicotyledoneae
Ordo : Rosales
Familia : Papilionaceae
Genus : Glycine
Species : Glycine max (L.) Merill
Tanaman edamame adalah tanaman yang termasuk kriteria tanaman
semusim, tumbuh tegak dengan memiliki daun yang lebat serta beraneka
macam morfologi. Tinggi dari tanaman edamame sekitar antara tinggi 30 cm
sampai dengan lebih dari tinggi 50 cm, tanaman edamame memilki cabang
yang sedikit atau banyak tergantung pada varietas dan lingkungan tempat
hidupnya. Tanaman kedelai memiliki daun yang majemuk dan terdiri atas tiga
buah helai anak daun (trifoliat) dan pada umumnya memiliki warna hijau muda
atau hijau kekuning-kuningan (Irwan, 2006).
Tanaman edamame memiliki dua stadium tumbuh, yaitu stadia vegetatif
dan juga stadia reproduktif. Pada Stadia vegetatif dimulai dari tanaman
berkecambah hingga saat tanaman berbunga, sedangkan pada stadia
reproduktif dimulai dari tanaman membentuk bunga hingga saat pemasakan
biji. Tanaman edamame ini termasuk sangat peka terhadap perbedaan panjang
hari, khususnya saat tanaman berada pada fase pembentukan bunga. Bentuk
bunga kedelai menyerupai bentuk kupu kupu dan tngkai bunganya umumnya
mulai tumbuh dari ketiak tangkai daun yang biasa disebut rasim. Jumlah bunga
tanaman edamame pada setiap ketiak tangkai daun memiliki jumlah yang
sangat beragam, antara 2-25 bunga, tergantung pada kondisi lingkungan
tumbuh dan varietas kedelai edamame. Warna bunga yang umum pada
berbagai varietas tanaman edamame hanya terdapat dua warna, yaitu putih dan
ungu (Pambudi, 2013).
Cabang cabang pada tanaman edamame akan muncul di batang
tanaman. Jumlah cabang tergantung dari varietas dan kondisi tanah, tetapi ada
juga varietas kedelai yang tidak bercabang. Jumlah batang tidak mempunyai
hubungan yang signifikan dengan jumlah 4 biji yang diproduksi. Artinya,
walaupun jumlah cabang banyak, belum tentu produk sikedelai juga banyak
(Irwan, 2006)
2. Syarat Tumbuh Tanaman
Kedelai merupakan tanaman yang tergolong pada tanaman pangan
seperti kacang kacangan dan lain lain yang berupa semak dan tumbuh secara
tegak, jenis liar Glycine ururiensis merupakan kedelai yang menurunkan
Glycine max. (L.), tanaman ini umumnya tumbuh di daerah yang memiliki
iklim tropis dan iklim subtropis. Daerah yang memiliki iklim kering lebih
memiliki peluang lebih tinggi tanaman ini untuk tumbuh dan berkembang
dibandingkan dengan daerah yang memiliki iklim lembab, tanaman edamame
ini dapat tumbuh baik pada daerah yang memiliki tingkat curah hujan sekitar
100- 400 mm/bulan, untuk memperoleh hasil yang maksimal membutuhkan
curah hujan antara 100-200 mm/bulan. Tanaman edamame lebih menyukai
suhu untuk tumbuh dan berkembang antara 210 – 340 C, suhu maksimal untuk
pertumbuhan 230 – 270 C. Pada saat fase perkecambahan benih kedelai lebih
memerlukan suhu sekitar 300 C (Bappenas, 2006).
Tanaman kedelai membutuhkan syarat untuk tumbuh antara lain pada
waktumuda memerlukan iklim basah dan menjelang tua memerlukan iklim
kering.Tanaman kedelai cocok ditanam didaerah dengan ketinggian 0-500
mdpl,memerlukan tanah yang subur, gembur, drainase dan aerasinya baik,
cukup unsurhara, bebas dari gulma dan tingkat kemasaman tanah (pH) 5,8 – 7
(Soeprapto,2002)
B. Lingkungan Tumbuh
1. Suhu
Secara umum, suhu dan kelembaban tanah merupakan unsur yang
berpengaruh terhadap pertumbuhan tanaman. Suhu tanah pada saat siang dan
malam sangat berbeda, pada siang hari ketika permukaan tanah dipanasi matahari,
udara yang dekat dengan permukaan tanah memperoleh suhu yang tinggi,
sedangkan pada malam hari suhu tanah semakin menurun (Rayadin dkk., 2016).
Lubis (2007) menambahkan suhu tanah berpengaruh terhadap penyerapan air.
Suhu di bawah minimum atau di atas maksimum akan menghambat pertumbuhan
dan perkembangan tanaman.
Suhu di bawah batas optimum tanaman akan menyebabkan berkurangnya
kecepatan pertumbuhan dan proses metabolisme. Akibatnya waktu yang
diperlukan untuk melengkapi siklus hidup tanaman akan menjadi lebih
lama,seiring dengan penurunan suhuhingga mencapai titik kritisnya, tanaman
akan mengalami kerusakan hingga kematian. Hayashi (2001) menyatakan suhu
rendah merupakan salah satu faktor utama yang membatasi potensi hasil karena
pengaruh pada pertumbuhan vegetatif dan generatif tanaman. Banyak tanaman
tropikal dan sub tropikal yang siklus hidupnya akan terganggu dan hasilnya
berkurang bila mendapat paparan suhu rendah.Semakin rendah suhu, maka sedikit
air yang diserap oleh akar, karena itulah penurunan suhu tanah mendadak dapat
menyebabkan kelayuan tanaman.
Kedelai dapat tumbuh baik ditempat yang berhawa panas, ditempat-tempat
terbuka dan bercurah hujan 100 –400 mm3 per bulan. Oleh karena itu, kedelai
kebanyakan ditanam didaerah yang terletak kurang dari 400 m diatas permukaan
laut dan jarang sekali ditanam didaerah yang terletak kurang dari 600 m diatas
permukaan laut. Jadi tanaman kedelai akan tumbuh baik jika ditanam didaerah
beriklim kering. Pertumbuhan optimum tercapai pada suhu 20 -25 0C. Suhu 12 –
20 0C adalah suhu yang sesuai bagi sebagian besar proses pertumbuhan tanaman,
tetapi dapat menunda proses perkecambahan benih dan pemunculan kecambah,
serta pembungaan dan pertumbuhan biji (Aak, 2002). Pada suhu yang lebih tinggi
dari 30 0C, fotorespirasi cenderung mengurangi hasil fotosintesis. Suhu yang
sesuai bagi pertumbuhan tanaman kedelai berkisar antara 22-27°C. Kelembaban
udara yang optimal bagi tanaman kedelai berkisar antara RH 75-90% selama
periode tanaman tumbuh hingga stadia pengisian polong dan kelembaban udara
rendah (RH 60-75%) pada waktu pematangan polong hingga panen (Sumarno,
2016).
2. Intensitas cahaya
Cahaya matahari merupakan salah faktor yang mempengaruhi
produktivitas tanaman karena tidak semua tanaman memerlukan intensitas cahaya
yang sama dalam proses fotosintesis. Fotosintesis adalah reaksi penting pada
tumbuhan yang berfungsi mengkonversi energi (cahaya) matahari menjadi energi
kimia yang disimpan dalam senyawa organic (Campbell &Reece, 2008).
Penyinaran matahari mempengaruhi pertumbuhan, reproduksi dan hasil
tanaman melalui proses fotosintesis. Penyerapan cahaya oleh pigmen-pigmen
akan mempengaruhi pembagian fotosintat ke bagian-bagian lain dari tanaman
melalui proses fotomorfogenesis (Nurshanti, 2011). Akan tetapi, Intensitas cahaya
yang terlalu rendah akan menghasilkan produk fotosintesis yang tidak maksimal,
sedangkan intensitas cahaya yang terlalu tinggi akan berpengaruh terhadap
aktivitas sel-sel stomata daun dalam mengurangi transpirasi sehingga
mengakibatkan terhambatnya pertumbuhan tanaman(Kurniyati, 2010). Sejalan
dengan pendapat tersebut Raharjeng, (2015) menyatakan cahaya secara tidak
langsung mengendalikan pertumbuhan dan perkembangan tanaman, karena hasil
fotosintesis berupa karbohidrat digunakan untuk pembentukan organ-organ
tumbuhan.
Tanaman kedelai sangat peka terhadap perubahan panjang hariatau lama
penyinaran sinar matahari karena kedelai termasuktanaman “hari pendek”.
Artinya, tanaman kedelai tidak akanberbunga bila panjang hari melebihi batas
kritis, yaitu 15 jam perhari. Tanaman kedelaiyang ditanam di daerah tropik dan
subtropik, tetapi juga terjadipada tanaman kedelai yang ditanam di dataran rendah
(<20 mdpl) dan dataran tinggi (>1000 m dpl). Umur berbunga padatanaman
kedelai yang ditanam di daerah dataran tinggi mundursekitar 2-3 hari
5. Inokluasi rhizobium
Bakteri rhizobium bersimbiosis dengan tanaman legum, kelompok bakteri
ini akan menginfeksi akar tanaman dan membentuk bintil akar di dalamnya.
Bakteri Rhizobium hanya dapat memfiksasi nitrogen atmosfer bila berada di
dalam bintil akar dari mitra legumnya. Bentuk bakteri (rhizobia) dalam satu sel
akar yang mengandung nodul aktif (bila dibelah melintang akan terlihat warna
merah muda hingga kecoklatan dibagian tengahnya) disebut bakteroid (Novriani,
2011). emanfaatan rhizobium sebagai inokulan dapat meningkatkan ketersediaan
Nitrogen bagi tanaman, yang dapat mendukung peningkatan produktivitas
tanaman kacang-kacangan (Saraswati dan Sumarno, 2008). Kemampuan
Rhizobium dalam menambat nitrogen dari udara dipengaruhi oleh besarnya bintil
akar dan jumlah bintil akar. Semakin besar bintil akar atau semakin banyak bintil
akar yang terbentuk, semakin besar nitrogen yang ditambat (Arimurti, 2000).
Jika pH 5,5 atau pada tanah masam pertumbuhan bintil akar akan terhambat
sehingga proses pembentukan nitrifikasi akan berjalan kurang baik serta kedelai
edamame dapat keracunan alumunium (Kusfebriani, 2010). Pada pH kurang dari
5,5 pertumbuhannya sangat terlambat karena keracunan aluminium. Pertumbuhan
bakteri bintil dan proses nitrifikasi (proses oksidasi amoniak menjadi nitrit atau
proses pembusukan) akan berjalan kurang baik. (Marianah, 2012). Secara umum
inokulasi dilakukan dengan mem-berikan biak Rhizobium kedalam tanah agar
bakteri tersebut mampu berasosiasi dengan tanaman kedelai dalam mengikat
N2 bebas dari udara (Suharjo, 2001). Keuntungan menggunakan inoku-lan
tersebut adalah biak Rhizobium dapat memban-tu dalam fiksasi nitrogen dari
udara. Sebagian N yang ditambat tetap berada dalam akar dan bintil akarnya
lepas ke dalam tanah, nitrogen tersebut akan dimanfaatkan makluk lain dan
berakhir dalam bentuk amonium dan nitrat (Armiadi, 2009). Apabi-la makluk
tersebut mati maka akan terjadi pelapukan, amonifikasi dan nitrifikasi,
sehingga sebagian dari N yang akan ditambat dari udara menjadi tersedia bagi
tumbuhan itu sendiri dan tumbuhan lain disekitarnya