Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
NIM 2213310005
MATA KULIAH = PERPAJAKAN
2. A. NPWP
Npwp adalah nomor yang diberikan kepada wajib Pajak sebagai identitas
wajib pajak dalam melaksanakan hak dan kewajibannya pajak.
Fungsi npwp antara lain :
1) Sarana dalam administrasi perpajakan.
2) Tanda pengenal diri atau identitas WP dalam melaksanakan hak
dan kewajiban perpajakannya.
3) Menjaga ketertiban dalam pembayaran pajak dan pengawasan
administrasi perpajakan.
Syarat untuk membuat npwp untuk orang pribadi hanya membutuhkan
fotocopy KTP sedangkan untuk Wajib Pajak badan memerlukan :
1) fotokopi akta pendirian atau dokumen pendirian.
2) fotokopi Kartu Nomor Pokok Wajib Pajak salah satu pengurus.
3) fotokopi dokumen izin usaha.
B. PKP
Pkp adalah pengusaha orang pribadi atau badan yang melakukan usaha
dalam bidang Barang/jasa yang dikenai pajak.
Fungsi pkp antara lain :
1) Sebagai identitas pkp yang bersangkutan.
2) Pengawasan dalam melaksanakan hak dan kewajiban di bidang
PPN dan PPnBM
3) Sarana dalam pemenuhan kewajiban pajak pertambahan nilai &
pajak penjualan barang mewah (PPnBM).
Untuk syarat mengajukan pkp sendiri itu ada 2 yaitu syarat objektif dan
syarat subjektif.
Syarat objektif Mengisi formulir pengajuan pkp dengan melampirkan :
1) Fotokopi Kartu Tanda Penduduk (KTP) Direktur atau Pemilik
Usaha
2) Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak (NPWP) Direktur atau
Pemilik Usaha
3) Fotokopi NPWP perusahaan
4) Fotokopi Surat Izin Tempat Usaha (SITU) dan Surat Izin Usaha
Perdagangan (SIUP)
5) Fotokopi Nomor Pokok Wajib Pajak Daerah (NPWPD) dan Tanda
Daftar Perusahaan (TDP)
6) Fotokopi akta perusahaan
7) Surat kuasa bermaterai (jika pengurusan selain direktur atau
pimpinan).
Syarat subjektif meliputi gambaran kegiatan usaha, yang dibuktikan
dengan dokumen berikut:
1) Laporan keuangan bulan terakhir (neraca atau laporan laba-rugi)
2) Daftar aset perusahaan secara terperinci.
3) Foto tempat kegiatan usaha.
4) Denah lokasi kegiatan usaha.
4. SPT
SPT adalah surat yang digunakan oleh Wajib Pajak untuk melaporkan
penghitungan atau pembayaran pajak
Jenis-jenis SPT
1) SPT Tahunan
SPT Tahunan adalah SPT untuk satu tahun pajak
2) SPT Masa
SPT Masa Pajak ialah jangka waktu yang menjadi dasar bagi wajib
pajak untuk menghitung, menyetor, dan melaporkan pajak yang
terutang. Untuk SPT Masa sendiri terdiri dari :
SPT Masa Pajak Penghasilan (PPh)
SPT Masa Pajak Pertambahan Nilai (PPN)
5.
No Jenis pajak Batas penyetoran Sanksi Batas Sanksi
keterlambatan pelaporan
pembayaran
1. Pasal 21 Tgl 10 bulan 2% per bulan Tgl 20 bulan Rp. 100.000
berikutnya dari jumlah berikutnya
pajak terutang
2. Pasal 22 impor yang 1 hari berikutnya 2% per bulan Hari kerja Rp. 100.000
pemungutan oleh dari jumlah terakhir
bea cukai pajak terutang minggu
berikutnya
Pasal 22 Hari yang sama 2% per bulan 14 hari setelah Rp. 100.000
pemungutan oleh dengan dari jumlah masa pajak
bendaharawan pembayaran atas pajak terutang berakhir
pembayaran
barang
Pasal 22 migas Tgl 10 bulan 2% per bulan Tgl 20 bulan Rp. 100.000
berikutnya dari jumlah berikutnya
pajak terutang
Pasal 22 Tgl 10 bulan 2% per bulan Tgl 20 bulan Rp. 100.000
pemungutan oleh berikutnya dari jumlah berikutnya
wp badan tertentu pajak terutang
Pasal 22 impor Saat penyelesaian 2% per bulan Rp 100.000
setor dokumen PIB dari jumlah
sendiri(dilunasi pajak terutang
bersamaan dengan
bea
masuk,PPM,PPnBm
3. Pasal 23 Tgl 10 bulan 2% per bulan Tgl 20 bulan Rp. 100.000
berikutnya dari jumlah berikutnya
pajak terutang
4. Pasal 25 Tgl 15 bulan 2% per bulan Tgl 20 bulan Rp. 100.000
berikutnya dari jumlah berikutnya
pajak terutang
5. PPh pasal 4 (2) Tgl 15 bulan 2% per bulan Tgl 20 bulan Rp. 100.000
setor sendiri berikutnya dari jumlah berikutnya
pajak terutang
PPh pasal 4 (2) Tgl 10 bulan 2% per bulan Tgl 20 bulan Rp. 100.000
pemotongan berikutnya dari jumlah berikutnya
pajak terutang
6. PPh badan Jangka waktu 1 2% per bulan 4 bulan setelah Rp.
(tahunan) (satu) tahun dari jumlah masa pajak 1.000.000
kalender kecuali pajak terutang berakhir
bila wajib pajak
menggunakan
tahun buku yang
tidak sama
dengan tahun
kalender
7. Pph op (tahunan) Jangka waktu 1 2% per bulan 3 bulan setelah Rp. 100.000
(satu) tahun dari jumlah masa pajak
kalender kecuali pajak terutang berakhir
bila wajib pajak
menggunakan
tahun buku yang
tidak sama
dengan tahun
kalender
8. A. Pemeriksaan
Berdasarkan Pasal 1 Nomor 25 UU KUP, pemeriksaan adalah
serangkaian kegiatan menghimpun dan mengolah data, keterangan, atau
bukti yang dilaksanakan secara objektif dan profesional berdasarkan
suatu standar pemeriksaan untuk menguji kepatuhan pemenuhan
kewajiban perpajakan dan untuk tujuan lain dalam rangka melaksanakan
ketentuan peraturan perundang-undangan perpajakan. Berdasarkan
tujuannya, pemeriksaan dibagi menjadi dua yaitu:
1) Pemeriksaan Khusus, dilakukan karena adanya indikasi
ketidakpatuhan pemenuhan kewajiban perpajakan, baik
berdasarkan data konkret maupun hasil analisis risiko.
2) Pemeriksaan Rutin, dilakukan sehubungan dengan pemenuhan hak
dan/atau pelaksanaan kewajiban perpajakan Wajib Pajak
B. Pemeriksaan bukti permulaan dilakukan untuk menegaskan bahwa ada
dan terdapat bukti penyimpangan pajak yang dapat menjadi acuan untuk
dilakukan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan tersebut. Tidak
ada tindakan penyidikan tanpa didahului oleh pemeriksaan bukti
permulaan. Hal ini mengisyaratkan bahwa penyidikan dilakukan apabila
terdapat indikasi penyimpangan pajak yang didasarkan pada bukti per
mulaan. Dalam hal ini pemeriksaan bukti permulaan merupakan alat yang
bertujuan untuk mengungkapkan keberadaan bukti permulaan ada dugaan
terjadi tindak pidana perpajakan. Apabila ditemukan adanya
penyimpangan dan tindak pidana perpajakan maka akan ditindak lanjuti
ke arah penyidikan. Sebaliknya, jika tidak ditemukan bukti permulaan
adanya dugaan terjadi penyimpangan dan tindak pidana perpajakan maka
informasi, data, laporan atau pengaduan itu tidak dapat dijadikan sebagai
alat bukti untuk memberikan legalitas adanya dugaan terjadinya tindak
pidana perpajakan.
C. Penyidikan pajak merupakan salah satu proses penegakan hukum di
bidang perpajakan untuk menilai kepatuhan para wajib pajak. Dalam
Pasal 1 angka 31 Undang-Undang No 6 Tahun 1983 s.t.d.d. Undang-
Undang No 28 Tahun 2007 tentang UU KUP diatur mengenai definisi
penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan. Dalam pasal itu
disebutkan penyidikan tindak pidana di bidang perpajakan adalah
serangkaian tindakan yang dilakukan penyidik untuk mencari serta
mengumpulkan bukti. Pengumpulan bukti itu ditujukan