Anda di halaman 1dari 4

Tekhnik Menulis Puisi :

1. Pilih Tema.
2. Tuliskan Semua Yang Ingin Disampaikan.
Diantaranya :
Perasaan : Takut, karena melihat perkelahian sepasang suami istri.
Uneg-Uneg : Kenapa Tuhan memperlihatkan kejadian itu?
Pendapat : Kita tidak boleh menyalahkan Tuhan, kita harus mempelajarinya.
Pesan : Bersyukurlah apapun yang terjadi!
3. Urutkan Dan Rangkailah Menjadi Sebuah Cerita.
4. Benahi Diksi, Sesuaikan Dengan Setiap Kata Yang Ada.
5. Samarkan Makna Asli Menggunakan Majas.
6. Berikan Judul.
“RASA YANG TAK DIUNDANG”
Oleh : Diray_512

Waktu itu, langit telah memanggilku


Memberiku sebuah tugas untuk menjadi sosok pelindung bagimu
Namun apalah daya, aku bukanlah Superman
Tetapi, inilah skenario yang telah diciptakan oleh Tuhan

Kau tahu Matahari? Tak selamanya dia bisa menyinari bumi


Kau tahu Bulan? Tak selamanya dia bisa menyinari malam
Dan kau tahu Bintang? Tak selamanya dia bisa memberikan keindahan
Itulah aku, tak selamanya bisa melindungimu

Tanpa disadari, hari terus kulalui dengan bahagia


Setiap hari, kutemukan senyum indah di wajahmu yang sedang ceria
Aku hanya berharap tuk bisa menjaha ukiran senyum itu selamanya

Namun, akhir-akhir ini semuanya mulai terasa berbeda


Hadirnya sosok ketiga dalam diri ini telah menghancurkan semuanya
Yaa... Tak kusangka, dia adalah sosok “Rasa Yang Tak Diundang”

Mataram, 17 Juni 2020


“SARANA PENYEIMBANG JIWA”
Oleh : Diray_512

Dug, dug, dug


Seketika jantung kembali berdetak kencang
Lantaran rasa yang mulai muncul setiap malam
Gelisah? Galau? Merana? Ya, fenomena kasmaran itulah yang sedang kurasakan saat ini

Bukan karena Gempa Bumi yang membangunkan manusia saat sedang asyik terlelap
Bukan karena Tsunami yang menyapu bersih sebuah kota dengan hantaman ombaknya yang
dahsyat
Bukan pula karena dentuman keras Gunung Krakatau yang sampai terdengar oleh alam
semesta
Entahlah, mungkin ini takdir Tuhan yang telah menyiksaku dengan sebuah rasa yang tak
pantas tuk kumiliki

Kenapa Tuhan begitu jahat? Apa kesalahan yang telah kuperbuat? Kenapa rasa ini harus
muncul setiap saat?
Tidak, itu bukanlah kesalahan Tuhan
Ini hanyalah problematika batin yang telah diperbudak oleh syahwat
Menyesal sudah tak ada gunanya
Mungkin pasrah adalah jalan keluarnya

Duhai diri
Sadarlah, percayalah akan keberadaan takdir
Terimalah segala hal yang terjadi
Ikhlaslah, karena rasa ikhlas adalah “Sarana Penyeimbang Jiwa”

Mataram, 17 Juni 2020


“KITA PASTI KAN BERJUMPA LAGI”
Oleh : Diray_512

Ha, bodohnya diri ini


Berapa banyak hari yang telah kulewati
Berapa banyak waktu yang telah kulalui
Hanya untuk menunggu sesuatu yang tak pasti

Pecundang, mungkin itu julukan yang pantas untukku


Anggapanku dunia ini hanya sebesar kuku
Padahal Tuhan telah menciptakan begitu banyak tulang rusuk di setiap penjuru
Entahlah, mungkin saat ini aku hanya sedang tak mau tahu

Tengah malam, kau selalu datang layaknya para hantu


Bukannya membawakan buah tangan, malah ber-akting menjadi seorang pengganggu
Hidupku, tak selamanya hanya untuk menunggumu
Enyahlah, aku sudah bosan dengan semua hal tentangmu

Aku sadar
Ini semua tak akan ada habisnya
Selama engkau masih berada di dunia fana

Aku sadar
Harapan itu telah pupus
Layaknya angin yang hanya sekedar lewat untuk berhembus

Aku sadar
Sudah waktunya tuk melepasmu
Dan kubiarkan para dewa membawamu kemana saja engkau mau

Percayalah, “Selamat Tinggal” bukan kata-kata yang pantas tuk kuucapkan


Karena kuyakin, “Kita Pasti Kan Berjumpa Lagi”

Mataram, 18 Juni 2020

Anda mungkin juga menyukai