Anda di halaman 1dari 17

See discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.

net/publication/356774985

ANALISIS WANPRESTASI DALAM TRANSAKSI E-COMMERCE

Article · December 2021

CITATIONS READS

0 149

1 author:

Faiz Aqiel Maula Hidayat


Universitas Pembanguan Nasional "Veteran" Jakarta
2 PUBLICATIONS   0 CITATIONS   

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Analisis Putusan Pengadilan View project

All content following this page was uploaded by Faiz Aqiel Maula Hidayat on 04 December 2021.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


ANALISIS WANPRESTASI DALAM TRANSAKSI E-COMMERCE
Studi Kasus : Putusan Nomor 48/Pdt.Sederhana/2018/PN-MKS.

Dosen Pengampu:
Dwi Aryanti Ramadhani, SH., MH.
Muthia Sakti, SH., MH.

Mata Kuliah : Hukum Perikatan

Disusun Oleh:
Faiz Aqiel Maula Hidayat (2010611113)

Fakultas Hukum
Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta
2021
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Perikatan adalah hubungan hukum antara dua orang atau dua pihak,
berdasarkan mana pihak yang satu berhak menuntut suatu hal dari pihak yang lain
dan pihak yang lain berkewajiban untuk memenuhi tuntutan itu. Lebih lanjut,
dikatakan bahwa pihak yang berhak menuntut sesuatu dinamakan kreditur atau si
berpiutang, sedangkan pihak yang berkewajiban memenuhi tuntutan dinamakan
debitur atau si berutang.1 Perikatan merupakan kegiatan yang kerap dilakukan
setiap hari oleh setiap individu, baik itu jual-beli, sewa-menyewa, dan lain
sebagainya yang mana itu masuk dalam kegiatan perikatan. Perikatan sendiri pun
telah diatur oleh negara secara menyeluruh dalam buku III KUHPerdata.
Dewasa ini, perkembangan telekomunikasi dan informasi semakin melesat
dan meningkat di seluruh dunia setiap tahunnya, apalagi dalam era globalisasi
seperti saat ini, telah menjadi pendorong lahirnya era perkembangan teknologi
informasi.2 Kegiatan transaksi yang awalnya dilakukan secara langsung kini
berganti secara tidak langsung melalui internet atau biasa disebut dengan e-
commerce. E-commerce atau disebut juga perdagangan elektronik merupakan
aktivitas yang berkaitan dengan pembelian, penjualan, pemasaran barang
ataupun jasa dengan memanfaatkan sistem elektronik seperti internet ataupun
jaringan komputer.
Transaksi jual beli online semakin diminati, terutama karena terdapat
banyaknya situs jual beli online yang tersedia, dengan kelebihan masing-masing
di setiap situsnya. Sebagai contoh, situs OLX Indonesia, yang beralamat di
olx.co.id, menyediakan media yang mudah bagi para penjual untuk memasang
iklan sehingga dapat dengan cepat menjual barang, sekaligus menjadi media bagi
pembeli untuk mencari beragam produk barang bekas dan/atau barang baru
sesuai dengan kebutuhannya.
Praktik transaksi e-commerce banyak menimbulkan permasalahan-
permasalahan yang cenderung merugikan konsumen dan menimbulkan berbagai
permasalahan hukum dalam melakukan transaksi e-commerce.3 Diantaranya

1
I Ketut Oka Setiawan, 2015, Hukum Perikatan, (Jakarta: Sinar Grafika), hlm. 1.
2Maskun dan Wiwik Meilarati, 2017, Aspek Hukum Penipuan Berbasis Internet,
(Bandung : CV Keni Media), hlm. 1.
3 Abdul Halim Barkatullah, 2010, Perlindungan Hukum bagi konsumen dalam

Transaksi E-commerce, Yogyakarta : Pascasarjana FH UII Press, hlm. 7.


yaitu wanprestasi, Suatu perjanjian diharapkan berlangsung dengan baik apabila
pihak-pihak yang melakukan perjanjian didasari oleh itikad yang baik, tetapi jika
salah satu pihak tidak menjalankan itikad baik atau tidak melaksanakan
kewajibannya, maka akan timbul perbuatan yang disebut wanprestasi.4 Maka,
dapat dikatakan bahwa wanprestasi adalah tidak terpenuhi atau lalai dalam
melaksanakan kewajiban yang telah ditentukan dalam perjanjian yang dibuat
antara kreditur dengan debitur.
Sebagaimana pada putusan Nomor 48/Pdt.Sederhana/2018/PN-MKS
tentang Wanprestasi yang terjadi pada platform OLX, dimana pihak tergugat
menjanjikan pemberian BPKB dua hari setelah adanya transaksi, namun ketika
Penggugat menagih hal tersebut, Tergugat terus beralasan, hingga telah lewat
satu bulan setelah transaksi dilakukan, namun BPKB belum juga diberikan. Hingga
pada akhirnya, ada pihak lain yang mengaku sebagai pemilik mobil tersebut, dan
menunjukan BPKB serta kunci ganda mobil tersebut. Untuk menyelesaikan
perkara tesebut, Penggugat membawa hal ini ke Pengadilan. Pengadilan pun
memutuskan untuk menghukum Tergugat dengan membayar seluruh ganti rugi
kepada Penggugat.

2. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian rumusan masalah diatas, penulis menyimpulkan
sebuah rumusan masalah yaitu :
1. Bagaimana analisis putusan Nomor 48/Pdt.Sederhana/2018/PN-MKS
tentang wanprestasi pada platform OLX?
2. Bagaimana upaya penyelesaian kasus wanprestasi dalam transaksi online
atau e-commerce?

4 Mariam Darus Badrulzaman, 2011, Kompilasi Hukum Perikatan Cet. III (Bandung:

PT Citra Aditya Bakti), hlm. 19.


BAB II
STUDI KEPUSTAKAAN
1. Dasar Hukum
Bahan hukum primer di dalam penulisan makalah ini di antaranya adalah
Hukum mengenai perjanjian diatur di dalam buku III BW (Kitab Undang – undang
Hukum Perdata). Pengertian perjanjian itu sendiri terdapat di dalam Pasal 1313
KUHPerdata. Menurut pasal tersebut, perjanjian adalah perbuatan dimana satu
orang atau lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang atau lebih lainnya.
Sedangkan isitlah dari Jual beli diatur dalam ketentuan Pasal 1457 BW
(KUHPerdata), pengertian jual beli adalah Berdasarkan suatu persetujuan atau
perjanjian yang mengikat penjual dan pembeli. Penjual mengikatkan diri untuk
menyerahkan suatu barang yang disetujui bersama dan pembeli mengikatkan diri
juga untuk membayar harga barang yang disetujui bersama.
Adapun terkait wanprestasi telah diatur dalam Pasal 1238 KUHPerdata,
yang menyebutkan “Debitur dinyatakan Ialai dengan surat perintah, atau dengan
akta sejenis itu, atau berdasarkan kekuatan dari perikatan sendiri, yaitu bila
perikatan ini mengakibatkan debitur harus dianggap Ialai dengan lewatnya waktu
yang ditentukan”. Kemudian Pasal 1243 Kuhper tentang pengertian biaya,
kerugian, dan bunga karena tidak di penuhinya suatu perikatan.
Berdasarkan ketentuan Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (Undang-Undang ITE)
menyatakan : “Transaksi Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan
dengan menggunakan komputer, jaringan komputer dan/atau media elektronik
lainnya.” Kemudian Pasal 38 ayat 1 UU ITE dan Pasal 45 ayat 1 UUPK sebagai
landasar dasar dalam upaya penyelesaian kasus wanprestasi melalui jalur litigasi
atau jalur pengadilan.

2. Penelitian Terdahulu
Dalam penulisan makalah ini Penulis menggali informasi dari beberapa
penelitian terdahulu sebagai bahan perbandingan, sehingga akan didapatkan
keterkaitan dengan karya ilmiah diatas. Adapun karya ilmiah yang penulis maksud
berupa jurnal, artikel ataupun sumber lain, sebagai berikut:
1. Jurnal Tangkas Hadi Perwira dan Atik Winanti merupakan Dosen Fakultas
Hukum Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta yang berjudul
Perlindungan Konsumen Terkait Iklan Yang Menyesatkan membahas
tentang payung hukum bagi konsumen yang hendak melakukan transaksi
jual beli online atau e-commerce yang diawalo dengan iklan yang disajikan
oleh penjual. Hal ini merupakan sebuah urgensi, mengingat banyak dari
konsumen yang membutuhkan perlindungan hukum akibat ketidaktahuan
terhadapan kebenaran iklan yang disajikan.
2. Jurnal Ilmiah Penegakan Hukum oleh Dinda Dinanti dan Muthia Sakti,
Dosen Fakultas Hukum Universitas Pembangunan Nasional Veteran
Jakarta yang berjudul Aspek Yuridis Jual Beli Surat Keterangan Sakit
Melalui E-Commerce membahas tentang pandangan hukum mengenai jual
beli online atau e-commerce mengenai barang palsu. Hal ini relevan
dengan makalah penulis mengingat bahwa transaksi yang terjadi melalui
media online atau disebut dengan e-commerce.
3. Jurnal oleh Dwi Aryanti Ramadhani, Dosen Fakultas Hukum Universitas
Pembangunan Nasional Veteran Jakarta yang berjudul Wanprestasi dan
Akibat Hukumnya membahas tentang definisi, dasar hukum hungga akibat
hukum dari adanya sebuah tindakan wanprestasi. Jurnal ini sangat relevan
dengan makalah penulis, dikarenakan topik utama atau fokus pembahasan
adalah mengenai wanprestasi, sehingga dibutuhkan pemahaman
konseptual mengenai segala hal yang berkaitan dengan wanprestasi, mulai
dari definisi, dasar hukum, hingga akibat hukum.
4. Jurnal Imiah oleh Khalifatullah Fil Ardhi yang berjudul Wanprestasi Dalam
Transaksi Jual Beli Melalui Media Elektronik (E-Commerce) Ditinjau dari
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata membahas tentang
wanprestasi dalam e-commerce melalui perspektif UU ITE dan
KUHPerdata. Hal ini sangat relevan dengan Pembahasan Makalah penulis,
mengingat bahwa jual beli yang terjadi adalah secara tidak langsung atau
melalui media elektronik sehingga tidak hanya membutuhkan perspektif
KUHPerdata melainkan juga UU ITE.
5. Skripsi oleh Hillary Ayu Sekar Gusti yang berjudul Wanprestasi Penjual
dalam Perjanjian Jual Beli E-Commerce membahas tentang wanprestasi
yang dilakukan oleh penjual dalam transaksi jual beli melalui media
elektronik atau yang biasa dikenal dengan e-commerce. Skripsi ini sangat
relevan dengan makalah penulis dikarenakan Studi Kasus yang diangkat
penulis dalam makalah ini adalah mengenai wanprestasi yang dilakukan
oleh penjual pada platform OLX.
6. Skripsi oleh Ana Ferawati yang berjudul Penyelesaian Wanprestasi
Pembelian Barang Melalui Toko Online (E-Commerce) di Indonesia
membahas tentang upaya penyelesaian yang dapat dilakukan jika terjadi
wanprestasi pada sebuah transaksi elektonik. Hal ini amat relevan dengan
rumusan masalah yang diangkat penulis dalam makalah ini yaitu upaya
penyelesaian yang dapat dilakukan.
7. Skripsi oleh Ainul Yaqin yang berjudul Akibat Hukum Wanprestasi dalam
Jual Beli Online Menurut Undang-Undang Informasi dan Transaksi
Elektronik membahas tentang akibat hukum yang akan terjadi pada akibat
wanprestasi dalam praktik jual beli yang terjadi melalui media elektronik.
Karya tulis ini sangat relevan dengan makalah penulis mengingat bahwa
Akibat hukum dari wanprestasi merupakan satu hal yang erat kaitannya
dengan wanprestasi. Juga adanya kesesuaian media dalam penulisan ini
yaitu melalui media elektronik.
BAB III
PEMBAHASAN
1. Analisis putusan Nomor 48/Pdt.Sederhana/2018/PN-MKS tentang
wanprestasi pada platform OLX
Isitlah jual beli dalam Hukum perjanjian Indonesia diadopsi dari istilah
bahasa Belanda yaitu koop en verkoop. Sedangkan hukum Belanda itu mengikuti
konsep emptio vendito yang berasal dari hukum Romawi (yang artinya adalah jual
beli). Emptio berarti membeli, sedangkan venditio artinya menjual. Dari istilah
tersebut terlihat bahwa jual beli merupakan hubungan yang bersifat timbal balik
antara dua pihak yang melakukan hubungan hukum yang berbeda, yang mana
pihak yang satu melaksanakan tindakan hukum untuk menjual dan yang satunya
melakukan tindakan hukum membeli.5 Sedangkan menurut ketentuan Pasal 1457
BW (KUHPerdata), pengertian jual beli adalah Berdasarkan suatu persetujuan
atau perjanjian yang mengikat penjual dan pembeli. Penjual mengikatkan diri untuk
menyerahkan suatu barang yang disetujui bersama dan pembeli mengikatkan diri
juga untuk membayar harga barang yang disetujui bersama.
Namun di era globalisasi dan modern saat ini kemajuan dan
perkembangan dalam bidang teknologi, informasi dan komunikasi membawa
dampak yang sangat besar serta banyak memberikan manfaat bagi kehidupan
manusia, dimana zaman modern saat ini teknologi memberikan kemudahan dalam
berbagai aspek, salah satunya yaitu perkembangan teknologi informasi yang
dilakukan dengan media internet. Hal yang dapat kita lakukan dengan adanya
perkembangan ini yaitu salah satu diantaranya adalah transaksi melalui internet.
Transaksi perjanjian jual beli pada zaman modern ini sudah sangat
berkembang. Perkembangan ini salah satunya terlihat dari media yang dipakai
yaitu media elektronik. Perjanjian jual beli yang dilakukan dengan memanfaatkan
cyberspace ini disebut dengan e-commerce.6 E-commerce itu sendiri adalah
perdagangan atau proses jual beli elektronik yang menggunakan internet sebagai
medianya. Lainnya, e-commerce juga dapat diartikan sebagai transaksi jual beli
antara pelaku usaha dengan konsumen dimana pembelian serta pemesanan

5
Ridwan Khairandy, 2016, Perjanjian Jual Beli, Yogyakarta: FH UII Press, hlm. 1.
6
Hillary Ayu Sekar Gusti, 2018, Wanprestasi Penjual Dalam Perjanjian Jual Beli E-
Commerce, Skripsi, hlm 43.
barang dilakukan melalui cyberspace. Para pihak dalam kegiatan e-commerce
tidak perlu lagi beratatap muka untuk melakukan suatu transaksi.7
Sedangkan Alfian Perdana, dkk dalam jurnalnya menjelaskan bahwa e-
commerce merupakan salah satu bentuk transaksi perdagangan yang paling
banyak dipengaruhi oleh perkembangan teknologi informasi. Melalui transaksi
perdagangan ini konsep pasar tradisional (dimana penjual dan pembeli secara fisik
bertemu) berubah menjadi konsep telemarketing (perdagangan jarak jauh melalui
internet) e-commerce pun telah mengubah cara konsumen dalam memperoleh
produk yang diinginkannya.8
E-commerce sendiri sebelum keluarnya Undang-Undang Nomor 11 Tahun
2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik, diatur dalam berbagai peraturan
perundang-undang seperti Undang-Undang Nomor 12 Tahun 2002 tentang Hak
Cipta, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merk, Undang-Undang
Nomor 36 Tahun 1999 tentang Telekomunikasi dan Undang- Undang Nomor 8
Tahun 1999 tentang Perlindungan Konsumen.9
Jika berkaca pada kasus dalam Putusan Nomor
48/PDT.Sederhana/2018/PN-MKS, Syahrial selaku pembeli yang dalam hal ini
menjadi penggugat telah melakukan transaksi jual beli dengan Moh. Gemawan
Putra selaku penjual yang juga sebagai tergugat. Dimana pada akhir bulan Maret
2018, Syahrial melihat sebuah iklan di OLX, salah satu situs jual beli secara online,
yang dibuat oleh Moh. Gemawan Putra, menawarkan dijualnya sebuah mobil
Avanza Tipe G tahun pembuatan 2013 warna putih polos dengan nomor polisi DD
1607 QY. Kemudian Syahrial menghubungi Moh. Gemawan Putra untuk melihat
langsung kondisi mobil yang diiklankan tersebut, dan menanyakan harga yang
akan dijualkan, yaitu sebesar Rp 120.000.000,00 (seratus dua puluh juta rupiah).
Gemawan Putra menunjukkan Surat Tanda Nomor Kendaraan (STNK)
mobil tersebut atas nama Suharni, yang oleh Moh. Gemawan Putra disebut
sebagai ibunya. Syahrial menanyakan Bukti Pemilik Kendaraan Bermotor (BPKB)
mobil tersebut, dan Moh. Gemawan Putra mengatakan bahwa BPKB disimpan
oleh ibunya yang sedang berada di luar kota. Dikarenakan belum ada BPKB dari

7 Dedi Harianto, 2010, Perlindungan Hukum Bagi Konsumen (Terhadap Periklanan


yang Menyesatkan), Bogor: Gahlia Indonesia, hlm.7.
8 Alfian Perdana, dkk, 2014, Penyelesaian Wanprestasi Dalam Perjanjian Jual Beli

Melalui Media Elektronik, Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 2, No. 1, Banda Aceh: Pascasarjana
Universitas Syiah Kuala, hlm. 52.
9 Dinda Dinanti dan Muthia Sakti, 2020, Aspek Yuridis Jual Beli Surat Keterangan

Sakit Melalui E-Commerce, Jurnal Ilmiah Penegakan Hukum, Vol. 7, No. 1, hlm. 2.
mobil tersebut, Syahrial tidak mau melakukan transaksi jual beli, tetapi Moh.
Gemawan Putra terus membujuk agar mobil tersebut dibeli karena membutuhkan
dana, dan meyakinkan bahwa BPKB akan segera diserahkan setelah ibu dari Moh.
Gemawan Putra pulang dari luar kota, dengan menjadikan rumahnya sebagai
jaminan.
Atas kesepakatan dan pembicaraan tersebut, pada tanggal 02 April 2018
(dua April dua ribu delapan belas), Syahrial membayar harga mobil Avanza Tipe
G tahun pembuatan 2013 warna putih polos dengan nomor polisi DD 1607 QY
seharga Rp 120.000.000,00 (seratus dua puluh juta rupiah) secara tunai kepada
Moh. Gemawan Putra, dengan ketentuan akan diserahkan BPKB 2 (dua) hari
kemudian setelah pembayaran dilakukan.
Kemudian setelah 1 (satu) bulan, tiba-tiba ada seseorang yang datang dan
mengaku bahwa mobil yang dibeli oleh Syahrial adalah mobil milik keluarganya,
dengan memperlihatkan bukti-bukti surat berupa Kartu Tanda Penduduk (KTP)
dan surat-surat lainnya atas nama Suharni, dan kunci kontak reseref yang bisa
dipakai membuka pintu serta membunyikan dan mematikan mesin mobil yang
dibeli oleh Syahrial.Setelah adanya perbincangan antara Syahrial dengan pihak
yang mengaku sebagai pemilik mobil, ternyata Moh. Gemawan Putra menyewa
rental mobil tersebut sudah hampir 2 (dua) bulan lamanya dan tidak pernah
menghubungi pemilik.Atas kejadian tersebut, Syahrial mengalami kerugian karena
adanya wanprestasi oleh Moh. Gemawan Putra, dan mengalami kehilangan mobil
yang dibelinya.
Maka jika melihat ketentuan Pasal 1313 KUHPerdata tentang Perjanjian
yang berbunyi “Suatu persetujuan adalah suatu perbuatan dimana satu orang atau
lebih mengikatkan dirinya terhadap satu orang lain atau lebih”10 dan Pasal 1457
KUHPerdata tentang Jual Beli yang berbunyi “Suatu persetujuan dengan mana
pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu barang, dan pihak
yang lain untuk membayar harga yang dijanjikan”,11 maka telah jelas bahwa
adanya perjanjian jual beli antara Syahrial yang telah membayar sejumlah harga
yang telah disepakati dengan Moh. Gemawan Putra yang telah memberikan
barang yang diperjanjikan.
Pun Pasal 1 angka 2 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang
Informasi dan Transaksi Elektronik (Undang-Undang ITE) menyatakan: “Transaksi

10 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1313.


11 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1457.
Elektronik adalah perbuatan hukum yang dilakukan dengan menggunakan
komputer, jaringan komputer dan/atau media elektronik lainnya.” 12
yang
mendasari bahwa transaksi yang dilakukan oleh Syahrial dan Moh. Gemawan
Putra adalah melalui media elektronik atau disebut dengan e-commerce. Sejalan
dengan itu, Pasal 20 UU ITE menegaskan Persetujuan atas penawaran dari
transaksi jual beli adalah Setelah penjual dan pembeli sepakat untuk melakukan
perjanjian jual beli, maka kedua belah pihak sudah terikat dan wajib mematuhi
perjanjian tersebut. Maka berdasarkan Pasal-pasal tersebut terpenuhi sudah
unsur-unsur transaksi jual beli melalui media online (e-commerce).13
Dalam sebuah transaksi jual beli baik itu secara langsung ataupun tidak
langsung memungkinkan banyak sekali terjadi sebuah pengingkaran terhadap
sebuah perjanjian atau perikatan atau yang biasa disebut dengan wanprestasi.
Wanprestasi adalah ketiadaan suatu prestasi didalam hukum perjanjian, artinya
suatu hal yang harus dijalankan sebagai isi dari suatu perjanjian.14 Wanprestasi
atau ingkar janji adalah suatu perbuatan yang dilakukan oleh debitur ketika ia tidak
memenuhi kewajibannya sebagaimana diperjanjikan.15 Pasal wanprestasi tertuang
dalam Pasal 1238 KUHPerdata, yang menyebutkan “Debitur dinyatakan Ialai
dengan surat perintah, atau dengan akta sejenis itu, atau berdasarkan kekuatan
dari perikatan sendiri, yaitu bila perikatan ini mengakibatkan debitur harus
dianggap Ialai dengan lewatnya waktu yang ditentukan”.16
Menurut pendapat Prof. Subekti dalam bukunya Hukum Perjanjian,
wanprestasi (kelalaian/kealpaan) seorang debitur dapat berupa:
a. Tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya.
b. Melaksanakan apa yang dijanjikannya, tetapi tidak sebagaimana dijanjikan.
c. Melakukan apa yang dijanjikannya tetapi terlambat.
d. Melakukan sesuatu yang menurut perjanjian tidak boleh dilakukannya.17

12 Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik


Pasal 1 angka 2
13 Kholifatullah Fil Ardhi, 2018, Wanprestasi Dalam Transaksi Jual Beli Melalui Media

Elektronik (E-Commerce) Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang


Informasi dan Transaksi Elektronik dan Kitab Undang-Undang Hukum Perdata, hlm. 11.
14 √ Pengertian Wanprestasi, Dasar Hukum, Unsur, Pasal dan Contohnya

(onoini.com) , diakses pada tanggal 4 Desember 2021, pukul 00.30 WIB.


15 Dwi Aryanti Ramadhani, Wanprestasi dan Akibat Hukumnya, Perpustakaan UPN

“Veteran” Jakarta, hlm. 3.


16 Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1438.
17 Oktriadi Kurniawan, Aria Zurnetti, dan Suharizal, Penyelesaian Sengketa

Wanprestasi Dalam Perjanjian Jual Beli Online (E-Commerce) yang Mengarah Pada
Penipuan, Jurnal Syntax Transformation, Vol. 1 No. 7, Oktober 2020, hlm.4.
Maka dari itu, jika kembali pada kasus yang terjadi, telah terjadi sebuah
wanprestasi yang dilakukan oleh Moh. Gemawan Putra selaku penjual dengan
tidak melakukan apa yang disanggupi akan dilakukannya yaitu memberikan BPKB
dua hari setelah dilakukan transaksi, namun hingga waktu telah lewat satu bulan
pun BPKB belum juga diberikan. Dimana dalam hal ini oun melanggar ketentuan
Pasal 5 UUPK mengenai hak-hak konsumen, diantarnya yaitu ha katas informasi
yang benar, jelas dan jujur mengenai kondisi dan jaminan barang dan/atau jasa.18

2. Upaya penyelesaian kasus wanprestasi dalam transaksi online atau e-


commerce
Adapun menurut KUHPerdata akibat wanprestasi yang dilakukan debitur
atau pihak yang mempunyai kewajiban melaksanakan prestasi dalam perjanjian,
dapat menimbulkan kerugian bagi kreditur atau pihak yang mempunyai hak
menerima prestasi. Akibat hukum bagi debitur atau pihak yang mempunyai
kewajiban melaksanakan prestasi dalam perjanjian tetapi melakukan wanprestasi,
yaitu:19
a. Dia harus membayar ganti rugi yang diderita oleh kreditur atau pihak yang
mempunyai hak menerima prestasi (vide Pasal 1243 KUH Perdata);
b. Dia harus menerima pemutusan perjanjian disertai dengan pembayaran
ganti kerugian (vide Pasal 1267 KUH Perdata);
c. Dia harus menerima peralihan risiko sejak saat terjadinya wanprestasi
(vide Pasal 1237 ayat (2) KUH Perdata);
d. Dia harus membayar biaya perkara jika diperkarakan di pengadilan (vide
pasal 181 ayat (1) HIR).
Langkah pertama dalam hal terjadi wanprestasi yaitu melalui upaya hukum
bagi transaksi e-commerce yang terjadi di Indonesia. Upaya konsumen untuk
menuntut ganti rugi akibat kerugian yang terjadi dalam transaksi e-commerce
dapat dilakukan melalui cara:20
a. Litigasi
Dasar hukum untuk mengajukan gugatan di pengadilan terdapat
dalam Pasal 38 ayat 1 UU ITE dan Pasal 45 ayat 1 UUPK. Dalam Pasal 38

18 Tangkas Hadi Perwira dan Atik Winanti, 2020, Perlindungan Konsumen Terkait
Iklan yang Menyesatkan, NCOLS, hlm. 5.
19 Ainul Yaqin, Akibat Hukum Wanprestasi Dalam Jual Beli Online Menurut Undang-

Undang Informasi dan Transaksi Elektronik, hlm. 9.


20 Yudha Sri Wulandari, 2018, Perlindungan Hukum bagi Konsumen terhadap

Transaksi Jual Beli E-Commerce, AJUDIKASI: Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 2 No. 2, hlm. 9.
ayat 1 UU ITE disebutkan bahwa: “Setiap orang dapat mengajukan
gugatan terhadap pihak yang menyelenggarakan Sistem Elektronik
dan/atau menggunakan Teknologi Informasi yang menimbulkan kerugian”.
Sedangkan dalam Pasal 45 ayat 1 UUPK disebutkan bahwa “Setiap
21

konsumen yang dirugikan bisa menggugat pelaku usaha melalui lembaga


yang bertugas menyelesaikan sengketa antara konsumen dan pelaku
usaha atau melalui peradilan yang berada di lingkungan peradilan
umum”.22
b. Non-litigasi
Mekanisme penyelesaian wanprestasi dalam perjanjian jual beli
melalui media elektronik meliputi mekanisme penyelesaian diluar
pengadilan yaitu lebih mengkedepankan proses penyelesaian dengan
mengunakan sistem ADR (Arbitrase Dispute Resolution), mediasi,
konsolidasi dan juga negoisasi.23 Penyelesaian sengketa konsumen diluar
pengadilan diselenggarakan untuk mencapai kesepakatan mengenai
bentuk dan besarnya ganti rugi dan/atau mengenai tindakan tertentu untuk
menjamin tidak akan terjadinya kembali kerugian yang diderita oleh
konsumen (Pasal 47 UUPK).24
Jika berkaca pada kasus tersebut, Kerugian yang dialami oleh pihak
pembeli, yaitu Saudara Syahrial, yang disebut juga sebagai Penggugat, terdiri dari
kerugian tidak memperoleh kenikmatan barang yang telah dibeli karena mobil
Avanza yang menjadi objek perjanjian bukanlah barang pribadi milik penjual, yaitu
Saudara Moh. Gemawan Putra, yang disebut juga sebagai Tergugat, kerugian
nyata sebesar Rp 120.000.000,00 (seratus dua puluh juta rupiah) sesuai dengan
kesepakatan dan pembicaraan kedua belah pihak mengenai harga mobil Avanza
dengan tipe G, warna putih polos, dibuat tahun 2013, dengan nomor polisi DD
1607 QY, serta ditambah dengan adanya kerugian lainnya dimana Penggugat
telah mengeluarkan biaya tambahan atas variasi mobil tersebut untuk pembelian
variasi sound system, velg ban, dan 4 (empat) buah ban seharga Rp
15.000.000,00 (lima belas juta rupiah), sehingga kerugian total yang dialami oleh

21 Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik Pasal 38 ayat 1


22 Undang-Undang Perlindungan Konsumen Pasal 45 ayat 1.
23 Afrilian Perdana, Prof, Dahlan, S.H., M.H, Dr. Mahfud, S.H., M.H., 2014,

Penyelesaian Wanprestasi Dalam Perjanjian Jual Beli Melalui Media Elektronik, Jurnal Ilmu
Hukum, Vol. 2, No. 1, hlm. 4.
24 Ana Ferawati, 2021, Penyelesaian Wanprestasi Pembelian Barang Melalui Toko

Online (E-Commerce) di Indonesia, Skripsi, hlm, 36.


Penggugat adalah sebesar Rp 135.000.000,00 (seratus tiga puluh lima juta
rupiah).
Terhadap kerugian tersebut, pihak Tergugat harus bertanggung jawab
mengganti kerugian dalam bentuk biaya dan juga rugi yang diderita oleh
Penggugat. Biaya yang dikeluarkan oleh Penggugat adalah sebesar Rp
120.000.000,00 (seratus dua puluh juta rupiah) sesuai dengan harga mobil Avanza
yang disepakati, dan rugi yang diderita Penggugat adalah sebesar Rp
15.000.000,00 (lima belas juta rupiah) sesuai dengan biaya tambahan yang telah
dikeluarkan Penggugat guna memperindah mobil yang telah dibelinya. Maka,
Tergugat harus memberikan pemberian ganti rugi berupa biaya dan rugi kepada
Penggugat.
Adapun jalur yang dipilih Penggugat adalah melalui jalur litigasi
sebagaimana ketentuan pada Pasal 38 ayat 1 UU ITE juga sejalan dengan Pasal
45 ayat 1 UUPK. Kemudian Pengadilan Negeri Makassar memutus bahwa pihak
Tergugat dihukum untuk mengembalikan segala kerugian yang diderita oleh pihak
Penggugat sejumlah Rp 135.000.000,00 (seratus tiga puluh lima juta rupiah),
dengan rincian Rp 120.000.000,00 (seratus dua puluh juta rupiah) sebagai harga
penjualan mobil, dan Rp 15.000.000,00 (lima belas juta rupiah) sebagai biaya
tambahan yang telah dilakukan oleh pihak Penggugat.
BAB IV
PENUTUP
1. Kesimpulan
Berdasarkan uraian pembahasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan
bahwa Perjanjian merupakan sebuah akad untuk mengikatkan diri dengan pihak
lain, salah satunya ialah perjanjian jual beli. Perjanjian jual beli sendiri merupakan
perjanjian yang mewajibkan satu pihak untuk membayar sejumlah harga dan pihak
lain berkewajiban memberikan barang yang telah dibayarkan. Dewasa ini,
kemajuan teknologi membuka pintu lebar bagi terjadinya transaksi jual beli melalui
media elektronik yang sekarang dikenal dengan e-commerce. Keberadaan e-
commerce memudahkan setiap orang untuk melakukan transaksi jual beli tanpa
harus bertatap muka, mengenai hal tersebut pun telah diatur dalam Pasal 1 angka
2 UU ITE.
Bukan berarti dengan menggunakan media elektronik menghilangkan
adanya wanprestasi. Namun sebaliknya, banyak sekali wanprestasi yang terjadi
pada e-commerce diantaranya kasus pada Putusan No.
48/Pdt.Sederhana/2018/PN.MKS. yaitu wanprestasi yang terjadi pada platform
OLX antara Syahrial dan Moh. Gemawan Putra. Maka dari itu diperluka
perlindungan hukum bagi konsumen sebagaimana diatur dalam Pasal 45 ayat (1)
UUPK. Upaya yang dapat dilakukan dalam kasus wanprestasi terbagi menjadi dua
yaitu Litigasi dan Non-litigasi. Litigasi merupakan jalur yang ditempuh melalui
pengadilan sedangkan Non-litigasi adalah jalur di luar pengadilan seperti mediasi,
konsolidasi dan negosiasi.

2. Saran
Berdasarkan pembahasan tersebut, maka penulis dalam tulisan ini
memberikan saran dan rekomendasi, berupa:
1. Memberikan sosialisasi kepada masyarakat khususnya pelaku usaha untuk
memahami kewajiban dan hak masing-masing dalam sebuah transaksi.
2. Bagi platform penyedia layanan untuk melakukan verifikasi serta validasi
mengenai kebenaran data baik gambar ataupun keterangan yang
diiklankan oleh penjual, sehingga menjadi langkah preventif adanya
penipuan dalam sebuah transaksi.
3. Bagi pembeli untuk lebih berhati-hati ketika hendak membeli sesuatu
melalui media elektronik.
DAFTAR PUSTAKA
Peraturan Perundang-Undangan
Undang-Undang Nomor 11 Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi
Elektronik Pasal 1 angka 2.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1313.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1438.
Kitab Undang-Undang Hukum Perdata Pasal 1457.
Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik Pasal 38 ayat 1.
Undang-Undang Perlindungan Konsumen Pasal 45 ayat 1.

Buku
Badrulzaman, Mariam Darus 2011, Kompilasi Hukum Perikatan Cet. III, Bandung:
PT Citra Aditya Bakti.
Barkatullah, Abdul Halim, 2010, Perlindungan Hukum bagi konsumen dalam
Transaksi E-commerce, Yogyakarta : Pascasarjana FH UII Press.
Harianto, Dedi, 2010, Perlindungan Hukum Bagi Konsumen (Terhadap Periklanan
yang Menyesatkan), Bogor: Gahlia Indonesia.
Khairandy, Ridwan, 2016, Perjanjian Jual Beli, Yogyakarta: FH UII Press.
Maskun dan Wiwik Meilarati, 2017, Aspek Hukum Penipuan Berbasis Internet,
Bandung : CV Keni Media.
Setiawan, Ketut Oka, 2015, Hukum Perikatan, Jakarta: Sinar Grafika.

Jurnal, Artikel, Skripsi dan Tesis


Ardhi, Kholifatullah Fil, 2018, Wanprestasi Dalam Transaksi Jual Beli Melalui
Media Elektronik (E-Commerce) Ditinjau dari Undang-Undang Nomor 11
Tahun 2008 Tentang Informasi dan Transaksi Elektronik dan Kitab Undang-
Undang Hukum Perdata.
Dinanti, Dinda dan Muthia Sakti, 2020, Aspek Yuridis Jual Beli Surat Keterangan
Sakit Melalui E-Commerce, Jurnal Ilmiah Penegakan Hukum, Vol. 7, No. 1.
Ferawati, Ana, 2021, Penyelesaian Wanprestasi Pembelian Barang Melalui Toko
Online (E-Commerce) di Indonesia, Skripsi.
Gusti, Hillary Ayu Sekar, 2018, Wanprestasi Penjual Dalam Perjanjian Jual Beli E-
Commerce, Skripsi.
Kurniawan, Oktriadi, Aria Zurnetti, dan Suharizal, 2020, Penyelesaian Sengketa
Wanprestasi Dalam Perjanjian Jual Beli Online (E-Commerce) yang
Mengarah Pada Penipuan, Jurnal Syntax Transformation, Vol. 1 No. 7.
Perdana, Afrilian, Prof, Dahlan, S.H., M.H, Dr. Mahfud, S.H., M.H., 2014,
Penyelesaian Wanprestasi Dalam Perjanjian Jual Beli Melalui Media
Elektronik, Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 2, No. 1.
Perwira, Tangkas Hadi dan Atik Winanti, 2020, Perlindungan Konsumen Terkait
Iklan yang Menyesatkan, NCOLS.
Ramadhani, Dwi Aryanti, Wanprestasi dan Akibat Hukumnya, Perpustakaan UPN
“Veteran” Jakarta.
Wulandari, Yudha Sri, 2018, Perlindungan Hukum bagi Konsumen terhadap
Transaksi Jual Beli E-Commerce, AJUDIKASI: Jurnal Ilmu Hukum, Vol. 2,
No. 2.
Yaqin, Ainul, Akibat Hukum Wanprestasi Dalam Jual Beli Online Menurut Undang-
Undang Informasi dan Transaksi Elektronik.

Internet
√ Pengertian Wanprestasi, Dasar Hukum, Unsur, Pasal dan Contohnya
(onoini.com) , diakses pada tanggal 4 Desember 2021, pukul 00.30 WIB.

View publication stats

Anda mungkin juga menyukai