Anda di halaman 1dari 12

PAPER

JENIS CAIRAN DAN JARUM INFUS


Diajukan untuk memenuhi tugas matakuliah Konsep Dasar Kebidanan II
Dosen pengampu : Soffa Abdillah, SST.,M.Keb

Disusun Oleh :

WULAN FITRIANA

Kelas A / Tingkat 1

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN CIANJUR


PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Cairan infus atau kita sebut cairan intravena, juga dikenal sebagai larutan intravena, adalah
cairan tambahan yang digunakan dalam terapi intravena untuk mengembalikan atau
mempertahankan volume cairan normal dan keseimbangan elektrolit ketika rute oral tidak
memungkinkan. Penggunaan infus merupakan salah satu bagian dari pengobatan yang digunakan
untuk memasukkan obat atau vitamin kedalam tubuh pasien. Infeksi dapat menjadi komplikasi
utama dari terpi intravena (IV) terletak pada sistem infus atau tempat menusukkan vena
(Darmawan, 2008)

Sebagai tenaga kesehatan tenu saja mengenal dengan iv chateter, abhocet atau jaum infus. Jaum
infus merupakan salah satu alat terpenting yang harus disiapkan untuk bisa melakukan tindakan
pemasangan infus. Jarum infus sendiri merupakan jarum yan ditusukan langsung ke pembuluh
darah vena dan merupakan alat penghubung antara pembuluh darah vena dan selang infus.
Jarum infus memilki beberapa ukuran beserta warna sebagai kode dari ukurannya. Secara umum
fungsi dari ukuran jarum infus ialah untuk memaksimalkan kebutuhan cairan yang dimasukan
melalui terapi IVFD atau cairan infus. Jarum infus semain kecil angka ang melabelinya maka
akan semainbesar jarum infusnya, begitulah sebaliknya.

1.2. Rumuan masalah


 Apa saja jenis-jenis cairan infus?
 Apa sajaindikas an kontandikasicairan infus?
 Apa saa jenis jarum infus?

1.3 Tujuan
 Untuk mengetahui jenis-jenis caian infus
 Untuk mengetahu indikasi dan kontraindikai cairan infus
 Untuk mengetahi jenis-enis jaum infus
BAB II

PEMBAHASAN

A. Jenis cairan infus

1. Normal Saline

Komposisi (mmol/l) : Na = 154, Cl = 154.


Kemasan : 100, 250, 500, 1000 ml.
Indikasi :

1. Resusitasi, Pada kondisi kritis, sel-sel endotelium pembuluh darah bocor, diikuti oleh
keluarnya molekul protein besar ke kompartemen interstisial, diikuti air dan elektrolit
yang bergerak ke intertisial karena gradien osmosis. Plasma expander berguna untuk
mengganti cairan dan elektrolit yang hilang pada intravaskuler.
2. Diare, Kondisi diare menyebabkan kehilangan cairan dalam jumlah banyak, cairan NaCl
digunakan untuk mengganti cairan yang hilang tersebut.
3. Luka Bakar, Manifestasi luka bakar adalah syok hipovolemik, dimana terjadi kehilangan
protein plasma atau cairan ekstraseluler dalam jumlah besar dari permukaan tubuh yang
terbakar. Untuk mempertahankan cairan dan elektrolit dapat digunakan cairan NaCl,
ringer laktat, atau dekstrosa.
4. Gagal Ginjal Akut, Penurunan fungsi ginjal akut mengakibatkan kegagalan ginjal
menjaga homeostasis tubuh. Keadaan ini juga meningkatkan metabolit nitrogen yaitu
ureum dan kreatinin serta gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit. Pemberian
normal saline dan glukosa menjaga cairan ekstra seluler dan elektrolit.

Kontraindikasi : hipertonik uterus, hiponatremia, retensi cairan. Digunakan dengan pengawasan


ketat pada CHF, insufisiensi renal, hipertensi, edema perifer dan edema paru.
Adverse Reaction  : edema jaringan pada penggunaan volume besar (biasanya paru-paru),
penggunaan dalam jumlah besar menyebabkan akumulasi natrium.

2. Ringer Laktat (RL)

Komposisi (mmol/100ml) : Na = 130-140, K = 4-5, Ca = 2-3, Cl = 109-110, Basa = 28-30


mEq/l.
Kemasan : 500, 1000 ml.
Cara Kerja Obat : keunggulan terpenting dari larutan Ringer Laktat adalah komposisi elektrolit
dan konsentrasinya yang sangat serupa dengan yang dikandung cairan ekstraseluler. Natrium
merupakan kation utama dari plasma darah dan menentukan tekanan osmotik. Klorida
merupakan anion utama di plasma darah. Kalium merupakan kation terpenting di intraseluler dan
berfungsi untuk konduksi saraf dan otot. Elektrolit-elektrolit ini dibutuhkan untuk menggantikan
kehilangan cairan pada dehidrasi dan syok hipovolemik termasuk syok perdarahan.
Indikasi : mengembalikan keseimbangan elektrolit pada keadaan dehidrasi dan syok
hipovolemik. Ringer laktat menjadi kurang disukai karena menyebabkan hiperkloremia dan
asidosis metabolik, karena akan menyebabkan penumpukan asam laktat yang tinggi akibat
metabolisme anaerob.
Kontraindikasi : hipernatremia, kelainan ginjal, kerusakan sel hati, asidosis laktat
Adverse Reaction : edema jaringan pada penggunaan volume yang besar, biasanya paru-paru.
Peringatan dan Perhatian : ”Not for use in the treatment of lactic acidosis”. Hati-hati
pemberian pada penderita edema perifer pulmoner, heart failure/impaired renal function & pre-
eklamsia.

3. Dekstrosa

Komposisi : glukosa = 50 gr/l (5%), 100 gr/l (10%), 200 gr/l (20%).
Kemasan : 100, 250, 500 ml.
Indikasi : sebagai cairan resusitasi pada terapi intravena serta untuk keperluan hidrasi selama
dan sesudah operasi. Diberikan pada keadaan oliguria ringan sampai sedang (kadar kreatinin
kurang dari 25 mg/100ml).
Kontraindikasi : Hiperglikemia.
Adverse Reaction : Injeksi glukosa hipertonik dengan pH rendah dapat menyebabkan iritasi pada
pembuluh darah dan tromboflebitis.

4. Ringer Asetat (RA)

Larutan ini merupakan salah satu Jenis Cairan Infus kristaloid yang cukup banyak diteliti.
Larutan RA berbeda dari RL (Ringer Laktat) dimana laktat terutama dimetabolisme di hati,
sementara asetat dimetabolisme terutama di otot. Sebagai cairan kristaloid isotonik yang
memiliki komposisi elektrolit mirip dengan plasma, RA dan RL efektif sebagai terapi resusitasi
pasien dengan dehidrasi berat dan syok, terlebih pada kondisi yang disertai asidosis.
Metabolisme asetat juga didapatkan lebih cepat 3-4 kali dibanding laktat. Dengan profil seperti
ini, RA memiliki manfaat-manfaat tambahan pada dehidrasi dengan kehilangan bikarbonat masif
yang terjadi pada diare.
Indikasi : Penggunaan Ringer Asetat sebagai cairan resusitasi sudah seharusnya diberikan pada
pasien dengan gangguan fungsi hati berat seperti sirosis hati dan asidosis laktat. Hal ini
dikarenakan adanya laktat dalam larutan Ringer Laktat membahayakan pasien sakit berat karena
dikonversi dalam hati menjadi bikarbonat.
Ringer Asetat telah tersedia luas di berbagai negara. Cairan ini terutama diindikasikan sebagai
pengganti kehilangan cairan akut (resusitasi), misalnya pada diare, DBD, luka bakar/syok
hemoragik; pengganti cairan selama prosedur operasi; loading cairan saat induksi anestesi
regional; priming solution pada tindakan pintas kardiopulmonal; dan juga diindikasikan pada
stroke akut dengan komplikasi dehidrasi.

Jenis Cairan Infus Koloid

Cairan infus jenis Koloid Merupakan larutan yang terdiri dari molekul-molekul besar yang sulit
menembus membran kapiler, digunakan untuk mengganti cairan intravaskuler. Umumnya
pemberian lebih kecil, onsetnya lambat, durasinya lebih panjang, efek samping lebih banyak, dan
lebih mahal.
Mekanisme secara umum memiliki sifat seperti protein plasma sehingga cenderung tidak keluar
dari membran kapiler dan tetap berada dalam pembuluh darah, bersifat hipertonik dan dapat
menarik cairan dari pembuluh darah. Oleh karena itu penggunaannya membutuhkan volume
yang sama dengan jumlah volume plasma yang hilang. Digunakan untuk menjaga dan
meningkatkan tekanan osmose plasma.

1. Albumin

Komposisi : Albumin yang tersedia untuk keperluan klinis adalah protein 69-kDa yang
dimurnikan dari plasma manusia (cotoh: albumin 5%).
Albumin merupakan koloid alami dan lebih menguntungkan karena : volume yang dibutuhkan
lebih kecil, efek koagulopati lebih rendah, resiko akumulasi di dalam jaringan pada penggunaan
jangka lama yang lebih kecil dibandingkan starches dan resiko terjadinya anafilaksis lebih kecil.
Indikasi :

 Pengganti volume plasma atau protein pada keadaan syok hipovolemia,


hipoalbuminemia, atau hipoproteinemia, operasi, trauma, cardiopulmonary bypass,
hiperbilirubinemia, gagal ginjal akut, pancretitis, mediasinitis, selulitis luas dan luka
bakar.
 Pengganti volume plasma pada ARDS (Acute Respiratory Distress Syndrome). Pasien
dengan hipoproteinemia dan ARDS diterapi dengan albumin dan furosemid yang dapat
memberikan efek diuresis yang signifikan serta penurunan berat badan secara bersamaan.
 Hipoalbuminemia yang merupakan manifestasi dari keadaan malnutrisi, kebakaran,
operasi besar, infeksi (sepsis syok), berbagai macam kondisi inflamasi, dan ekskresi renal
berlebih.
 Pada spontaneus bacterial peritonitis (SBP) yang merupakan komplikasi dari sirosis.
Sirosis memacu terjadinya asites/penumpukan cairan yang merupakan media
pertumbuhan yang baik bagi bakteri. Terapi antibiotik adalah pilihan utama, sedangkan
penggunaan albumin pada terapi tersebut dapat mengurangi resiko renal impairment dan
kematian. Adanya bakteri dalam darah dapat menyebabkan terjadinya multi organ
dysfunction syndrome (MODS), yaitu sindroma kerusakan organ-organ tubuh yang
timbul akibat infeksi langsung dari bakteri.

Kontraindikasi : gagal jantung, anemia berat.


Produk : Plasbumin 20, Plasbumin 25.

2. HES (Hydroxyetyl Starches)

Komposisi : Starches tersusun atas 2 tipe polimer glukosa, yaitu amilosa dan amilopektin.


Indikasi : Penggunaan HES pada resusitasi post trauma dapat menurunkan permeabilitas
pembuluh darah, sehingga dapat menurunkan resiko kebocoran kapiler.
Kontraindikasi : Cardiopulmonary bypass, dapat meningkatkan resiko perdarahan setelah
operasi, hal ini terjadi karena HES berefek antikoagulan pada dosis moderat (>20 ml/kg). Sepsis,
karena dapat meningkatkan resiko acute renal failure (ARF). Penggunaan HES pada sepsis masih
terdapat perdebatan.
Muncul spekulasi tentang penggunaan HES pada kasus sepsis, dimana suatu penelitian
menyatakan bahwa HES dapat digunakan pada pasien sepsis karena :
 Tingkat efikasi koloid lebih tinggi dibandingkan kristaloid, disamping itu HES tetap bisa
digunakan untuk menambah volume plasma meskipun terjadi kenaikan permeabilitas.
 Pada syok hipovolemia diperoleh innvestigasi bahwa HES dan albumin menunjukkan
manifestasi edema paru yang lebih kecil dibandingkan kristaloid.
 Dengan menjaga COP, dapat mencegah komplikasi lebih lanjut seperti asidosis refraktori.
 HES juga mempunyai kemampuan farmakologi yang sangat menguntungkan pada
kondisi sepsis yaitu menekan laju sirkulasi dengan menghambat adesi molekuler.

Sementara itu pada penelitian yang lain, disimpulkan HES tidak boleh digunakan pada
sepsis karena :

 Edema paru tetap terjadi baik setelah penggunaan kristaloid maupun koloid (HES), yang
manifestasinya menyebabkan kerusakan alveoli.
 HES tidak dapat meningkatkan sirkulasi splanchnic dibandingkan dengan gelatin pada
pasien sepsis dengan hipovolemia.
 HES mempunyai resiko lebih tinggi menimbulkan gangguan koagulasi, ARF, pruritus,
dan liver failure. Hal ini terutama terjadi pada pasien dengan kondisi iskemik reperfusi
(contoh: transplantasi ginjal).
 Resiko nefrotoksik pada HES dua kali lebih tinggi dibandingkan dengan gelatin pada
pasien dengan sepsis.

Adverse reaction : HES dapat terakumulasi pada jaringan retikulo endotelial jika digunakan
dalam jangka waktu yang lama, sehingga dapat menimbulkan pruritus.
Contoh : HAES steril, Expafusin.

3. Dextran

Komposisi : dextran tersusun dari polimer glukosa hasil sintesis dari bakteri Leuconostoc
mesenteroides, yang ditumbuhkan pada media sukrosa.
Indikasi :

 Penambah volume plasma pada kondisi trauma, syok sepsis, iskemia miokard, iskemia
cerebral, dan penyakit vaskuler perifer.
 Mempunyai efek anti trombus, mekanismenya adalah dengan menurunkan viskositas
darah, dan menghambat agregasi platelet. Pada suatu penelitian dikemukakan bahwa
dextran-40 mempunyai efek anti trombus paling poten jika dibandingkan dengan gelatin
dan HES.

Kontraidikasi : pasien dengan tanda-tanda kerusakan hemostatik (trombositopenia,


hipofibrinogenemia), tanda-tanda gagal jantung, gangguan ginjal dengan oliguria atau anuria
yang parah.
Adverse Reaction : Dextran dapat menyebabkan syok anafilaksis, dextran juga sering dilaporkan
dapat menyebabkan gagal ginjal akibat akumulasi molekul-molekul dextran pada tubulus renal.
Pada dosis tinggi, dextran menimbulkan efek pendarahan yang signifikan.
Contoh : hibiron, isotic tearin, tears naturale II, plasmafusin.

4. Gelatin

cairan gelofusin
Komposisi : Gelatin diambil dari hidrolisis kolagen bovine.
Indikasi : Penambah volume plasma dan mempunyai efek antikoagulan,
Pada sebuah penelitian invitro dengan tromboelastropgraphy diketahui bahwa gelatin memiliki
efek antikoagulan, namun lebih kecil dibandingkan HES.
Kontraindikasi : haemacel tersusun atas sejumlah besar kalsium, sehingga harus dihindari pada
keadaan hiperkalsemia.
Adverse reaction : dapat menyebabkan reaksi anafilaksis. Pada penelitian dengan 20.000 pasien,
dilaporkan bahwa gelatin mempunyai resiko anafilaksis yang tinggi bila dibandingkan
dengan starches.
Contoh : haemacel, gelofusine.
B.Jenis-jenis jarum infus

1. Iv chateterukuran 26
Jarum infus ukran nomor 26 memiliki kode warna ungu atau violet, hampir seluruh jenis cairan
infus dapat dialirkan melalui jarum infus ukuran ini. Digunakan untuk bayi, anak-anak dan lansia
serta iv abhocet no 26 ini sangat memudahka untuk pemasangan infus pada pasien dengan
pembuluh darah yang rapuh, tipis dan kecil. Biasaya cairan yang di alirkan melalui jarum infus
ini relatif lambat dan menggunakan infuset mikro.

2. Iv chateter ukuran 24
Jarm infusukuran nomor 24 ini memliki kode warna kuning, hampir sama denga infus no 26
yakni untuk anak di bawah 1 tahun (neonaus), bayi, anak-anak dan usia lanjut, namun jarum no
24 ini lebih sering di gunakan di rumah sakit daripada ukuran no 26 karena ukuranya sedikit leih
besar sehingga jika suatu saat apasien membutuhan cairan yang lebih banyak diharapkan dengan
dipasangkannya jarum no 24 akan sedikit mengejar pemasukan infus. Biasanya cairan yang
dialirkan melalui jarum no 24 relatif lambat dan mengunakan infuset mikro.

3. Iv chateter ukran 22
Jarum infus ukuran no 22 memiliki kode warna biru, digunakan nntuk anak usia 1-8 tahun serta
dewasa lanjut. Hampir seluruh jenis cairan infus dapat dialirkan melalui jarum infus ukuran 22.
Kecepaantetesan infus harus di pertahankan pada tetesanlambat dan bisa mengunakan infuset
makro dan mikro.

4. Iv chateter ukuran 20
Jarum ukuran 20 memiliki kode warna merah jambu atau pink, digunakam anak usia 1-8 tahun
serta dewasa lanjut. Abhocet no 22 sering digunakan untu menginfus darah dan produk darah
serta beberapa jenis cairan infus kental lainnya.

5. Iv chateter ukuran 18
Jarum no 18 memiliki kode warna hijau, kegunaannya hampir sama dengan jarum infus no 20
yakni melakukan transfusi darah dann segala jenis produk darah serta cairan infus. Untuk
pemasanganya digunakan pada pembuluh darah vena besar.

6. Iv chateter ukuran 16
Jarum ukuran 16 memilki kode warna abu-abu, digunakan untuk pasien umur 8 tahun ke atas
hinga dewasa yang memerlukan sejulah besar cairan, pada pasien bedah mayor dan trauma
sehingga pemasangannya dilakukan pada pembuuh besar vena.

7. Iv chateter ukuran 14
Jarum ukuran 14 memliki kode warna orange, di gunakan unuk dengan trama masif atau pada
pasien yang kehilangan darah banyak sehingga membuthkan masukan cairan yang banyak dan
cepat.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Fungsi infus sangatlah penting bagi pasien, maka proses pemasangan infus harus dilakukan
dengan benar baik dari caian yang di butuhkan mapun penggunaan jarum infus yang tepat untuk
mnghindari timbulnya komplikasi yang dapat mempengaruhi keadaan pasien.

3.2 Daftar pustaka

https://eprints.umm.ac.id/28428/2/jiptummpp-gdl-afidaturro-31924-2-bab1.pdf

https://bangsalsehat.blogspot.com/2019/03/ukuran-dan-kode-warna-jarum-infus-serta-
kegunaannya.html?m=1

Anda mungkin juga menyukai