Anda di halaman 1dari 6

1.

COVID 19
Latar Belakang
Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) merupakan penyakit infeksi saluran napas akut
(ISPA) yang disebabkan oleh novel coronavirus jenis baru yang saat ini disebut dengan
Severe Acute Respiratory Syndrome Coronavirus-2 (SARS-CoV-2). Setidaknya terdapat 2
jenis coronavirus lain yang dapat menimbulkan gejala yang berat yaitu Middle East
Respiratory Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS). Pada
mulanya, penyakit ini dilaporkan kepada WHO dengan ditemukannya kasus pneumonia
yang tidak diketahui penyebabnya di Kota Wuhan, Hubei, Cina pada tanggal 31 Desember
2019.
COVID-19 dapat menular melalui kontak langsung dengan orang yang terinfeksi melalui
droplet saluran pernapasan dan kontak tidak langsung melalui permukaan/benda yang
digunakan oleh orang yang terinfeksi. Pada 3 April 2020, Center for Disease Control (CDC)
merekomendasikan masyarakat umum untuk memakai masker guna mencegah penyebaran
COVID-19.
COVID-19 menyebar ke berbagai negara dalam waktu singkat dan jumlah orang yang
terinfeksi kian meningkat. Pada tanggal 6 Februari 2020, ditemukan 28.276 kasus
terkonfirmasi dengan angka kematian 565 orang yang terjadi pada setidaknya 25 negara.
Hingga tanggal 28 Oktober 2020, WHO melaporkan 43.766.712 kasus terkonfirmasi dengan
1.163.459 kematian di seluruh dunia (Case Fatality Rate/CFR 2,65%). Indonesia melaporkan
kasus pertama pada tanggal 2 Maret 2020. Kasus meningkat dan menyebar dengan cepat di
seluruh wilayah Indonesia. Hingga tanggal 28 Oktober 2020, Kementerian Kesehatan
(Kemenkes) melaporkan 400.483 kasus konfirmasi COVID-19 dengan 13.612 kasus
meninggal (CFR 3,39%). Hal ini berdampak pada aspek politik, ekonomi, sosial budaya dan
kesejahteraan masyarakat Indonesia (Keputusan Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia, 2020)

Permasalahan
 Kader desa belum paham mengenai bahaya covid 19
 Kader desa belum paham mengenai cara penularan covid 19
 Kader desa belum paham mengenai tanda gejala yang muncul pada covid
 Kader desa belum paham mengenai cara pencegahan pada covid 19
 Masalah peran serta dari nakes dan kader desa dalam hal melawan covid-19 dapat
terselesaikan

Perencanaan :
Pemberian materi serta penyuluhan tentang penyakit menular : pegetahuan tentang covid
19 dilakukan dihadapan kader Puskesmas Pamotan pada acara refreshing kader. Kegiatan
penyuluhan ini ditujukan pada para kader desa di kelurahan Dampit wilayah kerja
Puskesmas Pamotan agar dapat disampaikan kepada masyarakat setempat. Pada penyuluhan
ini menggunakan metode oral presentasi beserta PPT tentang covid 19

Pelaksanaan :
Tema Penyuluhan : Penyakit ISPA dan Covid 19
Tujuan Penyuluhan :
1. Agar kader desa paham mengenai bahaya covid 19
2. Agar kader desa paham mengenai cara penularan covid 19
3. Agar kader desa paham mengenai tanda dan gejala covid 19
4. Agar Masalah peran serta dari nakes dan kader desa dalam hal melawan covid-19 dapat
terselesaikan

Tanggal : 22 desember 2020


Waktu : 08.00-Selesai
Tempat : Balai Desa Pojok
Jumlah Peserta : 90 orang

Monitoring

2. TB
Latar belakang
Jumlah kasus baru TB di Indonesia sebanyak 420.994 kasus pada tahun 2017 (data
kemkes per 17 Mei 2018). Berdasarkan jenis kelamin, jumlah kasus baru TBC tahun 2017
pada laki-laki 1,4 kali lebih besar dibandingkan pada perempuan. Bahkan berdasarkan
Survei Prevalensi Tuberkulosis prevalensi pada laki-laki 3 kali lebih tinggi dibandingkan
pada perempuan. Begitu juga yang terjadi di negara-negara lain. Hal ini terjadi kemungkinan
karena laki-laki lebih terpapar pada fakto risiko TBC misalnya merokok dan kurangnya
ketidakpatuhan minum obat. Survei ini menemukan bahwa dari seluruh partisipan laki-laki
yang merokok sebanyak 68,5% dan hanya 3,7% partisipan perempuan yang merokok
Tuberkulosis adalah suatu penyakit menular yang disebabkan oleh kuman
Mycobacterium tuberculosis. Terdapat beberapa spesies Mycobacterium, antara lain: M.
tuberculosis, M. africanum, M. bovis, M. Leprae dsb. Yang juga dikenal sebagai Bakteri
Tahan Asam (BTA). Gejala utama pasien TBC paru yaitu batuk berdahak selama 2 minggu
atau lebih. Batuk dapat diikuti dengan gejala tambahan yaitu dahak bercampur darah, batuk
darah, sesak nafas, badan lemas, nafsu makan menurun, berat badan menurun, malaise,
berkeringat malam hari tanpa kegiatan fisik, demam meriang lebih dari satu bulan. Pada
pasien dengan HIV positif, batuk sering kali bukan merupakan gejala TBC yang khas,
sehingga gejala batuk tidak harus selalu selama 2 minggu atau lebih.

Permasalahan
Kurangnya pengetahuan pasien mengenai pencegahan, penularan dan kepentingan minum obat
TB secara teratur dan kemungkinan yang ditimbulkan apabila pengobatan tidak dilakukan
secara teratur.

Perencanaan
Pemberian materi tentang pentingnya pengobatan penyakit tuberkulosis pada pasien TB
Penyuluhan mengenai pentingnya pengobatan TB dilakukan pada :
 Hari / tanggal : 30 Agustus 2021
 Lokasi : Puskesmas Arut Selatan
 Metode : Verbalisasi
 Peserta : Pasien TB

Pelaksanaan
Penyuluhan dilaksanakan pada tanggal 30 Agustus 2021. Penyuluhan diberikan kepada
pasien TB yang datang untuk berobat. Materi yang diberikan adalah tentang pentingnya
pengobatan TB hingga tuntas. Materi penyuluhan disajikan dengan verbalisasi.

Monitoring
Tidak dilakukan monitoring setelah penyuluhan. Penyuluhan berjalan dengan baik dan
lancar

3. HT
Latar belakang
Hipertensi merupakan penyakit tidak menular yang menjadi salah satu penyebab utama
kematian prematur di dunia. Organisasi kesehatam dunia/WHO mengestimasikan saat ini
prevalensi hipertensi secara global sebesar 22% dari total penduduk dunia. Dari sejumlah
penderita tersebut, hanya kurang dari seperlima yang melakukan upaya pengendalian
terhadap tekanan darah yang dimiliki.
Hipertensi menjadi ancaman kesehatan masyarakat karena potensinya yang mampu
mengakibatkan kondisi komplikasi seperti stroke, penyakit jantung koroner, dan gagal
ginjal. Penegakkan diagnosa dapat dilakukan melalui pengukuran tekanan darah oleh tenaga
kesehatan atau kader kesehatan yang telah dilatih dan dinyatakan layak oleh tenaga
kesehatan untuk melakukan pengukuran. Hipertensi ditandai dengan hasil pengukuran
tekanan darah yang menunjukkan tekanan sistolik sebesar > 140 mmhg atau dan tekanan
diastolik sebesar > 90 mmhg. Beberapa Studi menunjukkan bahwa hipertensi berhubungan
dengan faktor-faktor risiko seperti umur, jenis kelamin, tingkat Pendidikan, pekerjaan,
tempat tinggal, perilaku merokok, konsumsi alkohol, konsumsi sayur dan buah, konsumsi
makanan berkafein, dan aktifitas fisik.

Permasalahan
1. Tingginya angka kejadian hipertensi yang tidak terkontrol
2. Kurangnya pemahaman penderita mengenai penyakit hipertensi meliputi pencegahan
penyakit penanganan serta komplikasi yang dapat ditimbulkan

Perencanaan
Pemberian materi tentang pencegahan hipertensi dan komplikasinya serta melakukan
pengobatan pada pasien hipertensi di Kegiatan Penyakit tidak menular di Kelurahan Raja
Sebrang .
Kegiatan penyuluhan ini ditujukan agar penderita hipertensi semakin sadar pentingnya
mengukur tekanan darah secara rutin dan meminum obat secara rutin untuk mengurangi
komplikasi yang dapat ditimbulkan akibat penyakit tersebut.
Penyuluhan mengenai pencegahan hipertensi dilakukan pada :
 Hari / tanggal : Jumat, 25 Juni 2021
 Lokasi : Ruang tunggu balai pengobatan PTM
 Metode : Verbalisasi
 Peserta : Pasien di Kelurahan Raja Sebrang

Pelaksanaan
Penyuluhan dilaksanakan pada tanggal 25 Juni 2021. Penyuluhan ini dilaksanakan pada
pukul 08.00 WIB sekaligus melakukan pengobatan terhadap penyakit pasien. Materi yang
diberikan adalah tentang pencegahan hipertensi.

Monitoring
Secara keseluruhan kegiatan berjalan dengan baik dan lancar. Setelah dilakukannya
penyuluhan ini diharapkan angka kejadian penyakit hipertensi yang terkontrol dapat
meningkat, serta kesadaran penderita terhadap penyakit hipertensi menjadi lebih baik.

4. DM
Latar belakang
Indonesia menduduki peringkat keempat dari sepuluh besar negara di dunia, kasus diabetes
melitus tipe 2 dengan prevalensi 8,6% dari total populasi, diperkirakan meningkat dari 8,4
juta jiwa pada tahun 2000 menjadi sekitar 21,3 juta jiwa pada tahun 2030. Prevalensi
diabetes melitus yang terdiagnosis pada tahun 2018, penderita terbesar berada pada kategori
usia 55 sampai 64 tahun yaitu 6,3% dan 65 sampai 74 tahun yaitu 6,03% (Riskesdas, 2018)
Diabetes melitus pada lansia terjadi karena faktor usia yang menyebabkan penurunan sel
fungsi pankreas dan sekresi insulin. Hal ini terjadi karena kurangnya massa otot dan
perubahan vaskuler, obesitas, kurangnya aktifitas fisik, konsumsi obat yang bermacam-
macam, faktor genetik, riwayat penyakit lain dan sering menderita stress. Penatalaksanaan
diabetes melitus sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya komplikasi sehingga dapat
menurunkan angka kematian penderita lebih dini. Pada penatalaksanaan diabetes dapat
dilakukan dengan pemberian terapi farmakologi dan non farmakologi.

Permasalahan
1. Kurangnya pengetahuan penderita DM tentang pentingnya minum obat secara teratur
2. Kurangnya pengetahuan penderita DM tentang komplikasi yang mungkin ditimbulkan
apabila tidak teratur minum obat

Perencanaan
Pemberian materi tentang Diabetes mellitus dan komplikasi yang mungkin ditimbulkan
dilakukan dihadapan pasien di Kegiatan Penyakit tidak menular di Kelurahan Raja Sebrang .
Kegiatan penyuluhan ini ditujukan agar penderita DM semakin sadar pentingnya
mengukur gula darah secara rutin dan meminum obat secara rutin untuk mengurangi
komplikasi yang dapat ditimbulkan akibat penyakit tersebut.
Penyuluhan mengenai diabetes mellitus dilakukan pada :
 Hari / tanggal : 25 Juni 2021
 Lokasi : Ruang tunggu balai pengobatan PTM
 Metode : Verbalisasi
 Peserta : pasien di Kelurahan Raja Sebrang

Pelaksanaan
Penyuluhan dilaksanakan pada tanggal 25 Juni 2021. Penyuluhan ini dilaksanakan pada
pukul 08.00 WIB sekaligus melakukan pengobatan terhadap penyakit pasien. Materi yang
diberikan adalah tentang pencegahan Diabetes mellitus dan komplikasinya.

Monitoring
Tidak dilakukan monitoring setelah penyuluhan. Penyuluhan berjalan dengan baik dan
lancar.

5. DIARE
Latar belakang
Diare cair akut adalah buang air besar lembek atau cair atau bahkan dapat berupa air saja
dengan frekuensi lebih dari 3 kali atau lebih sering dari biasanya dalam 24 jam dan
berlangsung kurang dari 14 hari. Diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di
Negara berkembang termasuk di Indonesia dan merupakan salah satu penyebab kematian
dan kesakitan tertinggi di anak, terutama dibawah usia 5 tahun. Diare akut sampai saat ini
masih merupakan masalah kesehatan, tidak saja di negara berkembang tetapi juga di negara
maju.
Penyakit diare masih sering menimbulkan KLB (Kejadian Luar Biasa) dengan penderita
yang banyak dalam waktu yang singkat. Di negara maju walaupun sudah terjadi perbaikan
kesehatan dan ekonomi masyarakat tetapi insiden diare infeksi tetap tinggi dan masih
menjadi masalah kesehatan. Di Inggris 1 dari 5 orang menderita diare infeksi setiap
tahunnya dan 1 dari 6 orang pasien yang berobat ke praktek umum menderita diare infeksi.
Tingginya kejadian diare di negara Barat ini oleh karena foodborne infections dan
waterborne infections yang disebabkan bakteri Salmonella spp, Campylobacter jejuni,
Stafilococcus aureus, Bacillus cereus, Clostridium perfringens dan Enterohemorrhagic
Escherichia coli (EHEC).
Di negara berkembang, diare infeksi menyebabkan kematian sekitar 3 juta penduduk
setiap tahun. Di Afrika anak anak terserang diare infeksi 7 kali setiap tahunnya di banding di
negara berkembang lainnya mengalami serangan diare 3 kali setiap tahun. Di negara
berkembang, diare infeksi menyebabkan kematian sekitar 3 juta penduduk setiap tahun. Di
Afrika anak anak terserang diare infeksi 7 kali setiap tahunnya dibanding di negara
berkembang lainnya mengalami serangan diare 3 kali setiap tahun. Di Indonesia dari 2.812
pasien diare yang disebabkan bakteri yang datang kerumah sakit dari beberapa provinsi
seperti Jakarta, Padang, Medan, Denpasar, Pontianak, Makasar dan Batam penyebab
terbanyak adalah Vibrio cholerae 01, diikuti dengan Shigella spp, Salmonella spp, V.
Parahaemoliticus, Salmonella typhi, Campylobacter Jejuni, V. Cholera non-01, dan
Salmonella paratyphi A.

Permasalahan
1. Kurangnya pengetahuan ibu tentang pentingnya hygiene untuk mencegah diare
2. Tindakan yang tepat saat anak diare
3. Mencegah timbulnya kejadian diare berulang pada anak

Perencanaan
1. Melakukan metode penyuluhan dengan verbalisasi dan PPT sehingga dapat menarik
masyarakat untuk mengetahui tentang penyakit diare
2. Melakukan tanya jawab (diskusi terbuka) agar para peserta dapat dengan mudah
memahami materi yang disampaikan.

Pelaksanaan
Tema Penyuluhan : Penyakit berbasis lingkungan
Tujuan Penyuluhan :
1. mencegah diare dan kekambuhan akibat hygiene yang buruk
2. mengatasi diare pada anak yang benar

Tanggal : 29 desember 2020


Waktu : 08.00-Selesai
Tempat : Ruang pertemuan Puskesmas Balowerti
Jumlah Peserta : 30 orang

Monitoring
Setelah diberikan penyuluhan tentang diare, banyak peserta yang bertanya dan antusias
mendengarkan penjelasan yang diberikan

Anda mungkin juga menyukai