Anda di halaman 1dari 3

BAB III

Ilmu Dalam Perspektif Sejarah Islam

A. Pendahuluan
Aduh rintangan yang dihadapi umat Islam dalam pengembangan Islam. Pertama,
tantangan utama Ira sosial etimologis dan westernisasi ilmu pengetahuan yang bersifat
sekuler. Masih banyak ilmuwan yang memandang bahwa ilmu pengetahuan itu bebas nilai.
Maka bebas nilai di sini di Sulawesi kan bahwa ilmu pengetahuan itu betul-betul bebas dari
segala macam bentuk nilai. Adalah para ilmuwan atau komunitas ilmuwan bukanlah robot,
pasti baik secara sadar maupun tidak mereka membawa serta nilai-nilai kehidupan mereka
dan pengembangan ilmu pengetahuan. Dalam tradisi ilmiah barat, akal dan panca indra
dijadikan sebagai kriteria ukuran kebenaran dan sumber pengetahuan. Problem etimologi ini
telah menjadi pembahasan yang bersinambungan dikalangan ilmu ilmuwan barat. Para
ilmuwan kusworini telah berperan menetapkan landasan ilmu modern sekuler. Pandangan
mereka yang berbentuk dari worldview sains sekuler telah diikuti dan yakini banyak
kalangan. Pendapat mereka tentang ilmu telah dikaji dan dicerna dari generasi ke generasi.
Kedua, bertemu dengan nabi harus di alam syahadah. Mereka yang bertemu di alam gaib
seperti bermimpi jumpa nabi tidak dimasukkan sebagai sahabat.

B. Worldview Islam Sebagai Asas Ilmu


Secara umum worldview (pandangan hidup) sering diartikan sebagai filsafat hidup atau
prinsip hidup. Setiap orang, bangsa, kebudayaan peradaban Mempunyai worldview masing-
masing. Yang membedakan antara satu dan lainnya ialah atau faktor yang dominan, yang satu
soalnya lebih cenderung didominasi oleh budaya, yang lainnya tata nilai sosial, filsafat,
agama, kepercayaan dan lainnya. Sebagai sebuah sistem, worldview memiliki karakteristik
yang ditentukan oleh beberapa elemen yang menjadi alasan pokoknya. Seperti Tuhan, ilmu,
realistic, diri,etika, masyarakat. Worldview terbentuk karena adanya akumulasi pengetahuan
dalam pikiran seseorang, baik itu a prionari maupun a posttwrioti.
Secara sosiologis proses pembentukan worldview di masyarakat adalah kondisi berpikir
meskipun hal ini belum menjamin timbulnya tradisi intelektual dan penyebaran ilmu di
masyarakat. Untuk itu bangsa atau masyarakat memerlukan kerangka konsep keilmuan, yaitu
konsep musik ilmuwan yang dikembangkan oleh masyarakat secara ilmiah. Dengan demikian
maka q dapat dibagi menjadi natural dan transparan. Jika masyarakat cukup bijak maka ia
akan bereaksi, inilah yang diharapkan oleh si pemberi peringatan. Karena kekuatiran akan
berhadapan dengan galak. Akan tetapi jiwa lakukan justru mengatasi tulisan maka ia
menghabiskan waktu dengan yel-yel kondisi.
C. Komonitas dan Tradisi Keilmuan Islam
Untuk menelusuri jejak tradisi keilmuan Islam maka perlu merujuk ke dalam sejarah
pembentukan peradaban Islam paling awal. Menurut Hamid Fahmy, kelahiran ilmu
pengetahuan Islam di dari lahirnya worldview sementara kelahiran worldview Islam tidak
lepas dari Wahyu dan penjelasan nabi. Dengan demikian secara periodik urutannya sebagai
berikut yang pertama turunnya wahyu dan lahirnya worldview Islam, kedua adanya struktur
ilmu dalam al-quran dan hadits, dan ketiga lahirnya tradisi keilmuan Islam dan yang keempat
disiplin ilmu-ilmu Islam. Uraian di atas menjelaskan bahwa worldview yang terbentuk dari
hasil pemahaman atas Alquran dan hadis telah menjadi landasan dalam rambu bagi
pengembangan ilmu pengetahuan dalam tradisi keilmuan di kalangan ilmuwan Islam. Dalam
sejarah Islam, aktivitas keilmuan itu dimulai dari nabi sebagai penerima penyampai Wahyu.
Nabi menerima Alquran dalam bahasa Arab dan beberapa di antaranya berbicara tentang
budaya saat itu, tapi Alquran tidak tunduk pada budaya, Alquran justru merombak budaya
Arab dan membangun pola pemikiran dan peradaban baru. Istilah-istilah yang dibawa
Alquran di dalam bahasa Arab tetapi membawa makna baru yang berbeda dari yang dipahami
masyarakat musyrik Arab.bahkan Allah pun datang dengan konsep yang disimbolkan dengan
istilah tertentu yang berbeda maknanya dari yang dipahami kaum jahiliyah ketika itu.
Dalam perjalanan sejarah Islam berikutnya, ketika nabi telah wafat, banyak kelereng
yang bermunculan. Ada yang tetap menjadikan Alquran sebagai acuan kebenaran tetapi ada
pula yang lebih mengedepankan akal. Hal ini karena di sebagian ayat Alquran memberikan
keyakinan kebenaran akan manusia dengan ayatnya selalu di akhir kalimat al-falah ta’qilun
maknanya maka apakah kamu tidak berakal. Kata itu secara sematik nampak memberikan
penguasaan teks yang diterima oleh manusia sebagai Wahyu yang dapat berdialog dengan
akal. Oleh karena itu muncul diskusi berkaitan dengan posisi akal kaitannya dengan Wahyu.

D. Konsep-konsep Keilmuan Islam


Sebagaimana yang telah dikemukakan terdahulu, istilah-istilah yang di bawa Alquran,
tuliskan dalam bahasa Arab tetapi sama anak baru yang berbeda dengan yang di paling kamus
Arab waktu itu. Bahkan melakukan data dengan konsep-konsep yang diisi dengan istilah-
istilah tertentu yang berbeda maknanya dengan yang dipakai kaum jahiliyah ketika itu. Salah
satu istilah itu adalah lafaz Allah. Pemakaian kata Allah untuk makna Tuhan telah digunakan
oleh masyarakat Arab sebelum turunnya Alquran. Akan tetapi lafaz Allah dari sudut
pemahamannya pada masa itu adalah salah satu diantara banyak Tuhan yang diyakini dan
disembah oleh manusia. Oleh karena itu lafaz Allah bukanlah sesuatu yang asing bagi
kalangan bangsa Arab. Hal ini seperti dijelaskan Alquran bahwa Allah bagi masyarakat Arab
sebelum kedatangan Islam adalah Tuhan bagai langit dan bumi.
Dengan demikian lafaz Allah tersebut berkaitan dengan konsep Rapp dan ilah. Ketika
kata itu memiliki makna yang sama yaitu Tuhan. Prinsip dasarnya di dalam beberapa ayat
Alquran hanya dibedakan dalam persamaan kata yang menyertai diantara ketiga kata tersebut.
Persamaan kata inilah yang membentuk konsep makna dari setiap kata. Untuk menjadi
sebuah kata yang memiliki makna dan konsep semantik berdasarkan uraian di atas jelas
bahwa Allah sebagai Rabb Al Amin merupakan Tuhan pencipta sekaligus pengatur alam
semesta ini. Dalam kajian filsafat Islam konsep-konsep seperti ini berpendapat bahwa pada
dasarnya alam sama artinya dengan an-nahl amah. Menurut Ali bin Munzir berarti penciptaan
sesuatu dalam bentuk yang serba baru juga memberikan kadar ukuran yang jelas terhadap
sesuatu.
Aktivitas ilmiah khususnya dalam bidang natural sciences dapat dipahami dari 2 sudut
pandang. Pertama melihat sebagai suatu proses manusia untuk memahami dan yang kedua
dari sudut benda yang dipelajari. Dalam Islam dalam ilmu pengetahuan merupakan produk
dari pemahaman atau Wahyu. Wahyu memiliki konsep konsep universal permanen, dan
dinamis, pasti dan samar-samar, konsep-konsep Wahyu tersebut jika dipahami akan
membawa dan membentuk pandangan hidup. Bangunan konservasi itulah yang telah
membentuk worldview yang harus dijelaskan dan ditafsirkan agar dapat dipergunakan untuk
menjelaskan realita alam semesta dan kehidupan ini. Menurut Al Farabi, manusia
memperoleh ilmu pengetahuan tentang sesuatu melalui daya berpikir, daya menghayal, batu
daya mengindra. Kemampuan mengindra adalah gaya mengetahui yang terindah karena hadir
demi kemampuan lainnya itu menghayal dan berpikir. Bagi al-farabi setiap daya yang lebih
rendah bertindak sebagai materi bagi daya yang lebih tinggi. Akhirnya hal ini mengarah pada
implikasi bahwa daya menghayal menentukan batas bagi kapasitas daya mengindra,berpikir
menjadi bagi-bagi daya menghayal. Dengan demikian, pandangan Islam berbeda dari
pandangan saintisme dan dalam banyak hal, pernyataan ini sering kali menimbulkan berbagai
benturan. Tidak Islam saja agama lain juga sering berbeda pendapat dengan pandangan
saintisme. Oleh sebab itu, banyak dari teolog Dan ilmuwan berupaya mendialogkan dan
mencari jalan terbaik mengkomunikasikan antara penemuan ilmu dan kepercayaan agama.
Isu-isu yang dialog kan terutama isu isu yang dikemukakan di atas. Tokoh-tokoh utama
dalam usaha ini antara lain adalah G.Barbour,John Gaugh,Keith Ward. Selain itu pun ada
beberapa ilmuwan muslim yang terlibat dalam diskusi mengenai relasi antara sains dan
agama, tetapi sebagian mereka juga terlibat dalam kajian filosofi ilmu pengetahuan dalam
rangka membangun landasan filosofis ilmu. Diantara usaha inilah islamisasi ilmu
pengetahuan yang digagas oleh Islamail Razi sl- Faruqi,S.M.Naquib al-Attas ,dan lainya

Anda mungkin juga menyukai