Anda di halaman 1dari 5

ANALISIS ISU MANAJEMEN ASN DAN SMART ASN DI LINGKUNGAN

UNIT KERJA (PUSAT SURVEI GEOLOGI)

Berdasarkan hasil pengamatan dan diskusi dengan rekan kerja dan unsur pimpinan di
lingkungan kerja Pusat Survei Geologi, ditambah penulis sudah dikutsertakan dalam program
CDP yaitu mengenal berbagai kelompok kerja yang ada di unit kerja. Penulis dengan
menggunakan metode analisis SMART yaitu Specific (spesifik), Measurable (terukur),
Achievable (tercapai dan realistis), Relevant (sesuai), Timely (sesuai jadwal) dapat
mengidentifikasi isu tentang manajemen ASN dan SMART ASN di Pusat Survei Geologi,
khususnya bidang kepegawaian dan organisasi tata laksana (ORTALA yaitu sebagai berikut :

Manajemen ASN
1. Cara pengisian Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) masih belum jelas
a. Pegawai terlambat mengumpulkan SKP karena bingung cara pengisian
b. Butir-butir pengisian SKP, keliru di isi
c. Belum adanya panduan praktis pengisian SKP
d. Belum adanya sosialisasi secara massif dan praktis terkait cara pengisian SKP
2. Pengajuan berkas cuti dan mekanisme pelaporan sakit belum jelas
a. Pegawai yang bertanggung jawab sering tidak ada di tempat
b. Alur pengajuan cuti dan pelaporan sakit tidak ada
c. Sering tidak tercatatnya pegawai yang melakukan cuti dan pelaporan sakit secara
berkala
3. Prosedur pengajuan DUPAK tidak praktis dan lama
a. Pemberitahuan terkait pengumpulan DUPAK terkadang sangat dekat dengan tenggat
waktu sehingga persiapan minim
b. Persyaratan berkas-berkas pengajuan DUPAK kurang di informasikan diawal,
sehingga ketika dihubungi pegawai tersebut terkait berkas kurang, agak kerepotan
dan belum siap
4. Pegawai yang masih belum disiplin
a. Budaya unit kerja yang tidak mendukung
b. Meremehkan peraturan
c. Sanksi yang belum tegas dan komitmen pimpinan terhadap kedisiplinan pegawai
SMART ASN
1. Pengelolaan arsip digital belum padu
a. Berkas fisik masih banyak yang belum terdigitalisasi dengan baik
b. Belum adanya sop pengelompokan berkas digital
c. Belum adanya sinkronisasi berkas arsip kepegawaian dengan berkas di bagian arsip
2. Aplikasi SIPEG Internal unit kerja masih butuh pengembangan
a. Proses update data karyawan membutuhkan waktu karena masih menggunakan cara
lama yaitu melalui flashdisk, kemudian di update ke computer masing-masing
pegawa
b. Masih banyak fitur yang harus ditambah dan disesuaikan dengan SIPEG ESDM
c. Keamanan SIPEG internal harus dibuat
3. Penggunaan fasilitas cloud yang belum optimal
a. Penyimpanan backup data berkas pegawai hanya menggunakan harddisk
b. Belum adanya pusat backup data berkas pegawai di unit kerja
c. Kapasitas cloud yang terbatas jika tidak berlangganaan dan keamanan akses
penggunaan.

Dari isu-isu yang ada diatas, kemudian di pilih lagi menggunakan beberapa teknik tapisan
isu menjadi satu isu yang paling memenuhi kriteria. Teknik pertama adalah teknik APKL
(Aktual, Problematik, Khalayak, Layak) untuk mengurangi jumlah isu dari tujuh menjadi tiga
berdasarkan kualitas isunya. Tabel penilaian menggunakan teknik APKL dapat dilihat pada
Tabel 1.

Tabel 1. Tabel penilaian menggunakan teknik APKL


Kriteria Isu
No Isu Keterangan
A P K L
1 Cara Pengisian Sasaran Kinerja Pegawai
4 5 4 5 18
(SKP) masih belum jelas
2 Pengajuan berkas cuti dan mekanisme
3 4 4 3 10
pelaporan sakit belum jelas
3 Prosedur pengajuan DUPAK tidak praktis dan
5 4 4 4 17
lama
4 Pegawai yang masih belum disiplin 4 3 14
4 3
5 Pengelolaan arsip digital belum padu 4 4 3 4 15
6 Aplikasi SIPEG Internal unit kerja masih
butuh pengembangan 3 3 3 4 13

7 Penggunaan fasilitas cloud yang belum


optimal 3 3 3 3 12

Berdasarkan teknik APKL, didapatkan tiga isu yang memenuhi kriteria “kualitas”, yaitu
isu nomor 1, 3, dan 5, kemudian dari tiga isu di atas dikerucutkan lagi menjadi satu isu yang
paling prioritas menggunakan teknik USG (Uregency, Seriousness, Growth). Tabel penilaian
menggunakan teknik USG dapat dilihat pada tabel 2.

Tabel 2. Tabel penilaian menggunakan teknik USG

No Isu U S G Total
1 Cara Pengisian Sasaran Kinerja Pegawai (SKP) 4 4 4 12
masih belum jelas
2 Prosedur pengajuan DUPAK tidak praktis dan lama 4 4 3 11
3 Pengelolaan arsip digital belum padu 3 4 3 10

Penjelasan :

4 = Sangat Penting

3 = Penting

2 = Kurang Penting

1 = Tidak Penting
Berdasarkan teknik USG, ditentukan bahwa isu mengenai “ Cara pengisian Sasaran
Kinerja Pegawai (SKP) masih belum jelas” dirasa paling mendesak untuk dibahas. Berdasarkan
pengalaman kerja penulis selama kurang lebih empat bulan memang isu ini yang sering di
bingungkan pegawai dan juga belum adanya prosedur baku terkait pedoman pengisian dan hal
ini belum tersosialisasikan dengan baik kepada pegawai

Dari isu tersebut kemudian dilakukan analisis isu menggunakan teknik fish bone untuk
mengetahui akar masalah dari isu tersebut. Analisis isu menggunakan teknik fish bone dapat
dilihat pada Gambar 1.

Man Method
Belum ada penanggung Personil kepegawaian Belum adanya prosedur terkait
jawab terkait SKP terbatas SKP
Belum adanya pegawai yang Perencanaan dan jadwal kegiatan
menguasai kompetensi pengelolaan SKP belum ada
kinerja khususnya SKP
Cara Pengisisan
Sasaran Kinerja
Landasan peraturan sering berubah
Sosialisasi belum dilakukan Pegawai (SKP)
Fomat SKP sering kali berganti dan secara merata dan efektif masih belum jelas
menggunakan aplikasi yang berbeda
Masih mengandalkan pegawai
kepegawaian untuk mengisi SKP
Material
Lingkungan

Gambar 1. Diagram fish bone untuk analisis isu masalah

Dari akar masaalah yang sudah dijabarkan dari analisis fish bone pada Gambar 1,
masalah mengenai dari cabang material tentang belum ada prosedur merupakan masalah dengan
solusi yang paling mudah dicari. Dengan adanya peraturan tentang panduan pembuatan prosedur
sangat membantu dalam pembuatan prosedur pengisisan SKP agar tata cara pengisian Sasasran
Kinerja Pegawai (SKP) menjadi jelas .

Berdasarkan hal tersebut, kegiatan yang bisa penulis ajukan sebagai solusi awal dari isu
tersebut adalah adanya diskusi bersama biro SDM Kementerian ESDM. Penulis melihat selama
ini pimpinan sudah terpikirkan untuk membuat hal ini, tetapi karena kapasitas dan prioritas
pekerjaan yang banyak jadi hal tersebut belum dibahas untuk diskusi bersama pihak terkait.
Diharapkan dengan adanya diskusi tersebut, mulai ada kerangka prosedur dan acuan dasar
sehingga bisa dibahas selanjutnya di ranah unit kerja. Pembuatan prosedur lengkap sesuai
standar yang memudahkan para pegawai mengisi Standar Kinerja Pegawai (SKP) bertujuan
menjaga pelayanan tetap prima kepada pegawai.

Anda mungkin juga menyukai